Bab SS — Perkembangan Narika
Peristiwa
itu terjadi saat aku masih berusia
sepuluh tahun ketika aku
menginap di rumah keluarga Miyakojima.
Ketika aku pertama kali bertemu dengan Narika, dia memanggilku dengan panggilan “dasar
lemah banget!”
tetapi entah bagaimana kami menjadi akrab, dan kami semakin sering menghabiskan
waktu bersama di kamar yang sama.
Suatu
pagi.
“…Umm,”
Aku
terbangun di atas kasur dan memanggil Narika yang tidur di sampingku.
“Sekarang sudah
pagi.”
Narika
sering terlambat bangun, jadi aku diminta oleh Otsuko-san
untuk membangunkannya ketika pagi tiba... Aku pun menggoyang tubuh Narika
dengan lembut.
Namun,
“Munya...”
Narika
tidur dengan nyaman, dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
Karena
aku adalah tamu dan mungkin ibuku merepotkan mereka, aku tidak ingin merepotkan
keluarga Miyakojima lebih
jauh.
Jadi, aku
pun berteriak keras.
“Sekarang sudah
pagi!”
Kemudian,
Narika berbalik dengan wajah tidak senang.
“Tidak
mau... aku mau tidur...”
“Tidak
boleh. Kamu akan terlambat untuk sarapan.”
“Kalau
bilang mau tidur... ya tidur...”
Ketika
aku berusaha membangunkannya dengan menggoyang tubuhnya, tiba-tiba Narika
menarik lenganku.
“Wah!?”
Aku pikir
dia akan menarikku ke dalam selimut, tapi bukan
begitu yang terjadi.
Narika,
dalam keadaan setengah tidur, dan dengan
gerakan yang sangat terampil, mengunci lenganku dengan teknik armbar.
“Aduh...
Ak-Aku nyerah...!”
“Munya-munya...”
“Adududuh...!? Tolong... siapa saja, tolong aku...!!”
Rasanya
sangat sakit, jadi aku tanpa sadar memanggil bantuan. Setelah beberapa saat, kekuatan
Narika mulai melonggar, jadi aku memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan
diri.
Melihat
Narika yang tidur nyenyak, aku merasakan ketakutan.
(…Bagaimana
caraku untuk
membangunkannya?)
Jika aku
mendekat sembarangan, aku pasti
akan dijepit lagi. …Dia benar-benar ahli. Mirip seperti ahli kungfu mabuk, tapi yang ini versi tidurnya.
Kalau
begitu—aku harus mencoba mendekat tanpa terdeteksi.
Aku
membungkuk dan perlahan-lahan bergerak ke sisi seberang, lalu
cepat-cepat mendekati Narika.
Dan untuk
membangunkan Narika, aku mencoba menggoyang kepalanya—.
“Munya...”
“Ugh...!?”
Tangan
Narika dengan cepat meraih kerah bajuku. Aku sudah terjebak. Dalam
sekejap, aku menyadari bahwa rencanaku gagal dan segera mundur.
—Cepat
sekali.
Apa tadi
itu teknik tusukan satu
tangan, ya...?
Dia
bahkan menggunakan teknik penguncian dan tusukan...!!
(Kalau
begitu...)
Bagaimana
jika aku mencoba membangunkannya langsung
dari atas?
Aku
berdiri dan berusaha menangkap kerah Narika yang tertidur nyenyak.
Namun,
sesaat kemudian, Narika dengan kecepatan luar biasa membuka kedua kakinya dan
menangkap leher serta lenganku.
“Mustahil!?”
Ini
teknik triangle choke—!?
Gadis ini
sudah mempersiapkan diri untuk serangan dari segala arah...!!
Apa dia
sedang berusaha menjadi ahli teknik tidur? Teknik tidur bukan berarti teknik
yang dilakukan saat tidur, lho.
(Gawat... aku akan terjatuh...)
Sekarang
bukan waktunya
untuk memikirkan hal aneh.
Kesadaranku
mulai kabur. Sesuatu yang berbeda dari rasa kantuk... sesuatu yang bukan rasa
ngantuk membuat kepalaku terasa berat.
Jika aku
pingsan seperti ini, mungkin mereka akan mengira aku hanya terlambat bangun...
Aku tidak mau, padahal aku sudah bangun dengan baik.
Sambil
berpikir seperti itu, aku melihat ke depan—dan tatapanku bertemu dengan Narika.
Narika
membuka matanya yang bulat lebar dan berkata,
“…Apa
yang sedang kamu lakukan?”
“………………Seharusnya aku yang bertanya begitu.”
Mau dilihat
dari sudut pandang manapun, kelas-jelas akulah yang terjepit.
“Maaf...
aku setengah tidur dan menggunakan teknik...”
Ternyata
dia benar-benar setengah tidur.
Sebenarnya,
aku berpikir dia hanya berpura-pura tidur padahal sudah bangun...
“Apa kamu biasa kesulitan bangun pagi?”
“Bukan
begitu, tapi...”
Narika
membuka mulutnya dengan sedikit ragu.
“Latihan
pagi dari ayahku... itu
sangat ketat.”
“…Oh,
jadi begitu.”
Sepertinya,
dia merasa keberatan untuk bangun pagi karena ketatnya latihan.
—Kemudian,
Narika berhasil mengatasi ketegasan ayahnya dan mulai bersemangat untuk latihan
pagi, dan pada akhirnya menjadi kuat di pagi hari... Namun, saat itu, aku tidak
pernah membayangkan masa depan seperti itu.
“Jadi...
aku mau tidur lagi!”
“Tidak!
Tidak boleh! Ayo bangun!”
Jika dia
tidur lagi, aku tidak akan bisa membangunkannya!
Aku tidak
ingin lagi mengalami teknik tidur darinya. Aku berusaha keras meyakinkan
Narika.
◆◆◆◆
Beberapa
tahun kemudian sejak kejadian itu.
Aku
menerima tawaran Narika yang ingin membalas budi atas bantuan dalam game manajemen, dan aku kembali
menyambut pagi di rumah keluarga Miyakojima.
“Narika,
selamat pagi.”
“Munyaa...?”
Setelah
beberapa kali memanggilnya, Narika akhirnya terbangun.
“Itsuki...
ada Itsuki...”
“H-Hey,
apa kamu masih ngelindur?”
Narika
bangkit dan mendekat ke arahku.
Ketika aku melihat
Narika yang masih setengah tidur, aku jadi
teringat masa lalu...
(…Dibandingkan
dengan dulu, yang begini
sudah lebih baik.)
Hanya
dengan tidak menggunakan teknik tidur saja, aku merasa dia sudah banyak
berkembang.