Epilog
Setelah
memutuskan panggilan telepon,
aku memasukkan smartphone-ku ke dalam
saku.
“Fyuh...”
Karena Takuma-san terlihat sibuk, jadi aku hanya menyampaikan terima
kasih dengan singkat, tetapi sepertinya penilaian yang sebenarnya akan diberikan
nanti. Karena ini mengenai
Takuma-san, ia pasti
akan memberi kritik yang pedas namun bermanfaat. Bagiku, game manajemen ini terus berlanjut
hingga saat itu.
Setelah berpamitan dan berpisah dengan Hinako,
aku menghabiskan waktu
sekitar tiga puluh menit di kafe.
...Kurasa sudah waktunya.
Aku
kembali ke gedung sekolah dan menuju ruang
kelas.
Saat aku berjalan menyusuri koridor, aku melihat sosok yang
kucari di depanku.
“Narika.”
“Itsuki!”
Dia juga
hampir bersamaan menyadari kehadiranku.
Aku
harus memuji Narika hari ini.
Dia telah berusaha keras untuk membantu Hinako. Tidak hanya merancang rencana
untuk berpartisipasi di industri motorsport, tetapi dia juga berhasil meyakinkan Hinako
dalam pertemuan. Tentu saja, aku juga membantunya,
tetapi semua prestasi ini berkat ide dan keberanian Narika.
Aku ingin
memberi pujian padanya. Itulah sebabnya aku kembali ke gedung sekolah.
“Narika.
Selamat untuk Penghargaan Usaha Barumu—”
“—Kamu luar biasa, Itsuki! Kamu mendapatkan peringkat pertama dan
penghargaan konsultan!”
Ketika
aku sudah bersiap-siap untuk memujinya, Narika justru lebih cepat memujiku.
...Aku
terkejut.
Setelah
mencapai prestasi besar, hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah pujian
untukku.
Hal tersebut
sangat khas dari Narika.
“Terima
kasih. Sepertinya kamu dikelilingi oleh teman-teman
sekelasmu, tetapi apa kamu sudah baik-baik
saja?”
“Ah,
ya. ...Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa
ada di sini, Itsuki? Apa perjamuan tehnya sudah selesai?”
“Perjamuan teh akan diadakan pada Senin sore. Apa
kamu akan datang?”
“Tentu
saja!”
Narika
menjawab dengan gembira.
Sebenarnya,
dia pasti sangat ingin ikut.
“Sekali
lagi... Terima kasih, Narika. Kamu telah menghasilkan hasil yang baik.”
“Semuanya berkat Itsuki. Terima kasih banyak karena sudah
membantuku.”
Narika
menatap mataku dengan serius saat dia berkata
demikian.
...Kira-kira kenapa ya?
Aku merasa
kalau sepertinya Narika sudah
menjadi lebih percaya diri dari sebelumnya.
Biasanya,
dia akan terlihat sedikit malu dan gelisah...
“Ada
apa, Itsuki?”
“Tidak,
aku hanya merasa bahwa hari
ini kamu lebih percaya diri dari biasanya, Narika. Apa ada sesuatu yang terjadi?”
“Uhmm... yah, begitulah. Kemarin, saat
aku melakukan presentasi di depan Konohana-san, aku memikirkan banyak
hal. Sepertinya aku menemukan cara untuk bersikap percaya diri...”
Narika
menjawab sambil berpikir, seolah-olah merasa
kesulitan untuk mengungkapkannya dengan kata-kata.
“Umm,
permisi, Miyakojima-san!”
Pada saat
itu, seorang gadis bertubuh mungil
berlari mendekat dari ujung koridor.
Dia bukan
kenalanku, dan.... sepertinya
juga bukan kenalan Narika. Narika menyapa siswi yang berlari mendekat dengan
heran.
“Ehm, ada apa ya?”
“Ma-Maaf, kalau aku tiba-tiba memanggilmu. Keluargaku menjalankan toko perlengkapan
olahraga yang sama dengan Miyakojima-san, apa
kira-kira kamu bersedia memberikan saran padaku?”
“Tentu
saja, tetapi... apa kamu tidak keberatan kalau
aku yang memberi saran?”
“Ya!
Miyakojima-san memiliki nilai
permainan manajemen yang sangat
tinggi, dan presentasimu dengan
Konohana-san kemarin juga... sangat mengesankan!”
Narika
tampak tertegun dengan
pujian yang langsung dilontarkan gadis itu.
Wajahnya sekejap melunak karena senang, tetapi dia segera menegaskannya kembali.
“Terima
kasih. ...Tentang saran itu, apa boleh aku kirimkan
melalui email saja?
Aku berpikir untuk pulang segera...”
"Ti-Tidak
masalah! Aku akan memberitahukan kontak emailku!”
Gadis itu
dengan cepat menuliskan alamat email di buku catatan dan memberikan halaman
yang dirobek itu kepada Narika.
“Ka-Kalau
begitu, aku permisi dulu!”
Gadis itu
membungkuk dalam-dalam dan mencoba pergi. Sepertinya dia masih tegang. Karena gadis itu mulai berjalan dengan
canggung—
“—Hya!?”
“Oops.”
Narika
dengan cepat menahan tubuh gadis yang tersandung di tempat yang tidak ada
apa-apa.
Narika
tersenyum pahit sambil memegang gadis itu.
“Maaf.
Wajahku yang menakutkan sering membuat orang tegang.”
“Ti-Tidak,
itu bukan salah Miyakojima-san...”
Mata
gadis itu mulai berkaca-kaca.
Jika itu Narika yang biasa, dia pasti
akan merasa sedih karena telah membuat orang lain merasa tegang hanya karena wajahnya
yang menakutkan.
Namun, Narika
hari ini terlihat berbeda.
“Sebisa
mungkin aku ingin kamu tidak salah paham. ...Aku hanya ingin berteman denganmu.”
Saat Narika
mengatakan itu.... wajah
gadis itu tiba-tiba memerah seperti meletus.
“Y-Ya...”
Gadis itu
mengangguk sembari memasang wajah yang tampak
sedikit terpesona.
Gadis
itu pergi dengan mengambil langkah kecil.
Aku
mengalihkan pandangan dari punggung gadis
itu dan menatap Narika.
“...Kamu
sudah banyak berubah, ya.”
"Sejujurnya,
aku berusaha sebaik mungkin. Saat ini aku
masih merasa canggung, tetapi aku ingin
menjadikannya nyata.”
Sepertinya
hal itu bukanlah bohong bahwa dia telah
menemukan cara untuk bersikap percaya diri.
Namun...
aku melihat lagi ke arah gadis yang pergi menjauh itu.
Gadis itu
berjalan sangat pelan dan sering kali menoleh ke arah Narika—
“Miyakojima...
Onee-sama.”
Di mata
gadis itu yang menatap Narika, terlihat hati yang penuh rasa ingin tahu.
...Apa
dia sedang terbangun dari sesuatu?
Entah
bagaimana, aku merasa Narika akan menjadi populer dengan cara yang berbeda
dibandingkan Hinako dan Tennouji-san.
Mungkin dia sendiri tidak menyadarinya... tetapi aku tidak ingin berkomentar,
jadi aku akan tetap diam.
“Itsuki,
apa kamu ingin mencalonkan diri untuk menjadi OSIS?”
Narika tiba-tiba bertanya demikian.
“Ya.
Tapi pemilihannya baru akan
diadakan dua bulan lagi, jadi kupikir aku akan bersantai sebentar.”
“Itu
bagus. Mengistirahatkan diri juga hal
yang penting.”
Pemilihan
Ketua dan Wakil Ketua OSIS di Akademi Kekaisaran
berlangsung pada bulan Desember.
Setelah
permainan manajemen berakhir, tanpa sadar waktunya sudah
pertengahan Oktober. Meskipun begitu, masih ada waktu sebelum pemilihan, jadi
aku ingin menenangkan pikiran sedikit.
“Merubah
diri sendiri itu menyenangkan.”
Narika
bergumam.
“Rasanya
cukup sulit dan aku masih belum terbiasa, tetapi sangat
memuaskan. Aku merasa jika aku terus melakukannya, aku akan mendapatkan
kekuatan sejati.”
Setelah
pertemuan kemarin, sepertinya Narika menyadari suatu nilai penting.
Aku merasa
bahwa
Narika yang sekarang tampak
sangat yakin dengan jalan yang harus diambilnya.
“Jadi,
Itsuki. Aku juga berpikir untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS.”
“………………Eh?”
Aku
terbelalak kaget dengan perkataannya
yang sangat mengejutkan.
“Aku
tahu itu sembrono. Tapi, hal yang aku butuhkan sekarang adalah tantangan
seperti ini.”
...Sepertinya
dia serius.
Saat aku masih terdiam, Narika mengerucutkan
bibirnya.
“Hmph...
ada apa, Itsuki? Apa kamu tidak akan
mendukungku?”
“Ah,
ya, tentu saja aku akan mendukungmu... tapi ini terlalu mengejutkan, jadi aku
belum bisa mencerna semuanya...”
“Bisa
dibilang, ini adalah tantangan yang tidak biasa bagiku.
Jika demikian, itu semakin berharga untuk dicoba.”
Aku ingin
mengatakan bahwa dia tidak perlu memaksakan diri, tetapi melihat senyum penuh
percaya diri di wajah Narika, rasanya dia tidak sedang memaksakan diri.
Ini bukan
karena terburu-buru atau ide yang muncul begitu saja. Dia tampaknya telah
mempertimbangkan dengan matang dan mengambil keputusan dengan rasional.
Namun,
jika memang itu yang
terjadi...
(...Aku harus
mendukung siapa, Tennouji-san
atau Narika...?)
Jika dia
tidak hanya ingin menjadi anggota biasa saja tetapi mencalonkan diri sebagai
ketua, dia pasti akan
bersaing dengan Tennouji-san.
Saat itu,
siapa yang harus aku dukung?
“Terima
kasih banyak, Itsuki.”
Narika
menatapku dengan serius dan
berkata.
“Kemarin,
aku mengetahui sesuatu yang penting. Itu semua berkat dirimu, Itsuki.”
Mungkin
karena cahaya senja, wajah Narika tampak sedikit memerah.
“Aku
tidak bisa melakukan ini sendirian. Tapi, jika ada seseorang yang bisa aku
percayai di sampingku, aku bisa bersikap percaya diri seperti ini. ...Jadi, itulah sebabnya kamu memang sangat penting
dan spesial bagiku, Itsuki.”
Setelah
mengatakan itu, Narika melangkah lebih dekat padaku.
Dia terus mendekatkan wajahnya padaku—
—Lalu ada sesuatu yang lembut menyentuh
pipiku.
“Hah?
Eh? Narika...!?”
“~~~~~!!”
Di hadapanku, aku bisa melihat dengan jelas wajah Narika
yang merah merona.
Narika
menahan air mata di sudut matanya karena
menahan rasa malu dan mundur selangkah sambil menutupi
bibirnya.
“Ak-Aku tidak akan bertanya tentang
jawabannya sekarang! Tapi, semuanya sudah terlambat jika
kamu menyesalinya!”
Narika
menunjuk ke arahku saat dia berkata.
“Karena
orang yang menyuruhku untuk melakukannya dengan sepenuh
hati adalah kamu sendiri—Itsuki!!”
Setelah berteriak seperti itu, Narika berlari pergi dengan kecepatan luar biasa. Tidak ada seorang pun orang di akademi ini yang bisa mengejar Narika yang mulai berlari dengan serius.