Epilog
Beberapa
hari kemudian, beredar
berita bahwa Tomonari Gift berhasil melakukan penambahan modal melalui
penawaran privat. Perusahaan yang mengambil bagian adalah Wedding Needs Co. Ltd. dan sebuah
perusahaan besar lainnya
di industri pernikahan yang diperkenalkan oleh Ikuno.
Dengan begini, Tomonari Gift berhasil
menghentikan invasi perusahaan SIS.
Dua perusahaan yang mengambil bagian telah berjanji untuk tidak melepas saham
kami, sehingga kendali manajemen Tomonari Gift oleh Suminoe-san tidak akan meningkat lebih
lanjut. Meskipun janji dari dua perusahaan tersebut untuk tidak menjual saham
Tomonari Gift tidak dapat dikatakan mutlak, namun karena Wedding Needs juga terikat kerjasama
bisnis, setidaknya untuk saat ini tidak akan ada masalah.
Saat aku tiba di sekolah, aku menemukan
Suminoe-san di sana. Suminoe-san mendapat banyak perhatian dari para siswa di
sekitarnya. Begitu pula denganku. Pengaruh Game
Manajemen terhadap realitas memang tidak
dapat diprediksi.
Skandal
akuisisi antara aku dan Suminoe-san
tampaknya menjadi insiden terbesar dalam Game
Manajemen kali ini. Bahkan Ikuno yang baru berkenalan denganku juga mengetahuinya, dan
sepertinya semua orang tahu bagaimana hasilnya.
“Suminoe-san”
Aku
memanggil Suminoe-san saat dia berjalan menuju ke ruang kelas.
“Ara,
Tomonari-san. Apa kamu datang untuk melontarkan caci maki padaku?”
“Tidak,
tentu saja tidak.”
Hubungan
kami yang saling bermusuhan sudah berakhir. Aku tidak ingin melakukan hal
seperti itu.... Yah,
bahkan jika masalah ini belum selesai sepenuhnya, aku juga tidak akan
mencaci-makinya.
Memang
benar kami sempat berseteru, tapi aku tidak memendam
perasaan buruk terhadap Suminoe-san.
“Untuk
menjadi perusahaan terbesar
di industri, kadang-kadang perlu menggunakan cara-cara yang ekstrem. Gagasan
untuk mengakuisisi perusahaan modal
investasi itu tidak pernah terlintas di pikiranku. Melalui kejadian ini, aku banyak belajar
dari Suminoe-san.”
“...Kamu ini benar-benar orang yang terlalu baik.”
Suminoe-san menghela napas pelan.
“Aku
tidak akan lagi mengumpulkan saham Tomonari Gift. Sepertinya akuisisi akan
sulit dilakukan, dan aku menilai bahwa mengeluarkan dana lebih banyak lagi akan merugikan perusahaanku sendiri.”
“Begitu
ya.”
Syukurlah
kalau begitu. Jika kami terus berseteru, keadaannya pasti akan semakin rumit. Ada juga risiko tergerus oleh pesaing lain
sementara kami berdua saling
menjatuhkan. Tampaknya Suminoe-san
telah memutuskan bahwa saat ini merupakan waktu
yang tepat untuk berhenti.
“Suminoe-san, bagaimana jika kita minum teh
bersama sepulang sekolah nanti?”
“Hah?”
Suminoe-san menatapku dengan ekspresi seolah-olah dia tidak bisa memahami maksud dari ajakanku.
“Masalah
ini sudah selesai, jadi aku berharap kita bisa membangun hubungan yang lebih
bersahabat ke depannya.”
“...
Begitu ya.”
Sumiyoshi
mengangguk seolah mengerti maksudku, tapi kemudian berkata,
“Tapi
bukannya kamu
akan memulai bisnis penjualan online untuk perusahaan?”
“Di
bagian itu, aku tidak berniat untuk mengalah.”
Ke
depannya, aku yakin bahwa perusahaanku akan
unggul dalam layanan penjualan online untuk pasar korporat di industri hadiah.
Tomonari
Gift berencana untuk lebih serius menangani hadiah untuk pernikahan, pemakaman,
dan acara lainnya dengan memanfaatkan kemitraan dengan Wedding Needs. Dengan reputasi sebagai
mitra Wedding Needs, kami berharap dapat
membuka peluang kerja sama dengan industri pernikahan serta industri lainnya.
Aku ingin
membuat Tomonari Gift menjadi perusahaan yang lebih besar lagi. Karena itulah, aku tidak berniat untuk
berhenti di sini.
“...Baiklah,
aku akan ikut dalam acara minum teh itu. Yang kalah
harus menerima permintaan sang pemenang, kan?”
“Ini bukan
masalah kemenangan maupun
kekalahan...”
“Mau dilihat
dari mana pun juga, jelas-jelas
kamu lah
yang menang.”
Suminoe-san tersenyum tipis.
Yah,
selama dia tidak terlalu memikirkannya, kurasa tidak
apa-apa.
“Kalau
begitu, mari kita berkumpul di kafe sepulang sekolah
nanti, ya.”
“Baiklah.”
“Oh
ya, aku juga mengundang Tennouji-san untuk ikut.”
“...Ah,
aku teringat ada urusan mendesak,
jadi aku harus izin tidak bisa hadir hari
ini.”
“Tidak
masalah. Ayo kita pergi bersama-sama”
“Ti-Tidak mau... aku bisa mati karena terlalu gugup...”
Wajah
Suminoe-san memucat seketika.
“Tapi
bukannya tempo hari kamu bisa berbicara normal dengannya?”
“Itu
hanya dibuat-buat!”
“Padahal
kamu bisa berbicara terang-terangan...”
Benar-benar
orang ini, kalau sudah menyangkut Tennouji-san, dia jadi berubah...
Suminoe-san mencengkeram bajuku dengan
ekspresi putus asa, tapi kemudian dia menunduk, tampak sedang memikirkan
sesuatu.
“..........Baiklah,
aku akan pergi.”
Dia
berkata dengan suara kecil.
“Karena aku
harus meminta maaf kepada
Tennouji-sama.”
◆◆◆◆
Sepulang
sekolah.
Saat aku
dan Suminoe-san sedang memesan minuman di kafe yang biasa, Tennouji-san
datang menghampiri meja kami.
“Maaf
sudah membuat kalian menunggu.”
“Tidak,
kami juga baru saja tiba.”
Tennouji-san
segera memesan teh.
——Sebenarnya,
rencana awalnya adalah
mengumpulkan semua anggota aliansi minum teh.
Tapi kali
ini, aku ingin berbicara lagi dengan Suminoe-san,
jadi aku memutuskan untuk memprioritaskan hal itu.
Sepertinya Tennouji-san juga mengerti perasaan kami, dan
sudah memberi persetujuannya sebelumnya.
Tak lama
kemudian, minuman untuk kami bertiga pun dibawa ke
meja.
Tennouji-san
mengangkat cangkir teh ke dekat bibirnya.
“Teh di sini juga lumayan enak ya.”
Mendengar
Tennouji-san
bergumam sendiri, Suminoe-san
pun memberanikan diri untuk angkat bicara.
“...Umm.”
Suminoe-san melihat ke arahku dan Tennouji-san.
“Tentang
pernyataanku
sebelumnya, aku ingin
menariknya kembali. ... Pernyataan bahwa Tomonari-kun akan menjatuhkan
Tennouji-san adalah keliru.”
Suminoe-san membungkukkan badannya
dalam-dalam. Tennouji-san menatap lurus ke arahnya, dan berkata,
“Aku
telah menerima permintaan maafmu.”
Tennouji-san
memaafkan Suminoe-san.
Bagi Suminoe-san, ini adalah permintaan maaf
untuk memberikan penyelesaian. Dalam game
Manajemen, perselisihan antara sesama siswa memang diharapkan terjadi, jadi
persaingan antara Tomonari Gift dan perusahaan SIS
tidak akan disalahkan. Namun, Suminoe-san
sedikit membawa pertengkaran yang melampaui batas permainan.
Hal ini
harus diselesaikan agar kasus ini benar-benar berakhir. Itulah sebabnya Suminoe-san meminta maaf. ... Agar bisa
berdamai dengan semua orang.
“Aku
sudah tidak marah lagi. ... Tapi, aku
benar-benar merasa penasaran, mengapa Suminoe-san-san berpikir bahwa aku menjadi berbeda karena
Tomonari-san?”
“Itu...”
Suminoe-san menampilkan ekspresi yang rumit seolah-olah dia merasa
kesulitan untuk menjawabnya.
Tapi pada
akhirnya, jika dia tidak membicarakannya, maka rasa
penasarannya takkan menghilang.
Jadi aku membuka mulut sebagai ganti Suminoe-san.
“Semua itu
karena Suminoe-san
sangat mengagumi Tennouji-san.”
“Tu-Tunggu—”
Wajah
Suminoe-san langsung memucat
saat melihat ke arahku.
Ceritanya
belum selesai, jadi kuharap dia bisa mendengarkannya dengan tenang.
“Itulah sebabnya, dia mungkin merasa kebingungan saat melihat perubahan dalam diri
Tennouji-san.
... Kurasa Suminoe-san,
dengan caranya sendiri, merasa khawatir
dengan Tennouji-san.”
Aku tidak
berniat menjelaskan sampai pada
level bahwa Suminoe-san
sangat mencintai Tennouji-san. Cukup dengan penjelasan tadi,
kurasa itu sudah menyampaikan maksudnya.
Setelah
mendengar cerita itu, Tennouji-san mengangguk dalam-dalam, seolah-olah semua sudah jelas dalam
pikirannya.
“Suminoe-san. Sebenarnya, akhir-akhir ini
nilaiku terus meningkat, lho.”
Setelah mendengar
laporan terbaru Tennouji-san, Sumiyoshi membelalakkan matanya.
“Selama
ini aku dikenal sangat disiplin, tapi
rupanya tanpa disadari aku sudah memikul
banyak stres. ... Pada akhirnya, aku
juga manusia biasa. Kupikir aku bisa bertahan dengan segala
penderitaan demi mencapai tujuan, tapi ternyata tidak demikian.”
Memang
benar bahwa Tennouji-san
yang dulu sangat disiplin. Dan dia adalah orang yang
tidak pernah mengeluarkan
stres yang dia pendam di dalam dirinya.
“Aku
tidak akan menceritakan detailnya, tapi berkat Tomonari-san, aku
jadi memiliki banyak ruang dalam hidupku.
Hasilnya, aku bisa
berhadapan dengan kelemahanku
sendiri, dan bisa berjuang dengan lebih santai. ... Jadi bagiku, Tomonari-kun adalah penyelamat hidupku.”
Dia pasti
sedang membicarakan kejadian saat dia menolak perjodohan itu.
Dibilang
sebagai penyelemat
membuatku merasa malu, tapi aku kembali berpikir bahwa aku merasa senang bisa menghentikan Tennouji-san pada waktu itu. ... Jika perjodohan itu
terlaksana, Tennouji-san akan
meninggalkan Akademi Kekaisaran dan dia pasti
sudah menghilang dari hadapan kami.
“Selain itu,
Suminoe-san mungkin tidak mengetahuinya, tapi aku sedang berusaha untuk menjadi anggota OSIS melalui game Manajemen ini.”
“...
Benarkah?”
“Ya. Oleh karena itu aku tidak
kehilangan ambisiku.”
Tennouji-san
memang telah berubah, tapi bukannya berarti
dia telah kehilangan ambisinya.
Aku juga
mengetahui hal itu dengan baik.
“Ngomong-ngomong,
Tomonari-san juga
sedang mengejar tujuan yang sama, lho.”
“Eh...?”
“Meskipun
terlihat begini, ia sebenarnya cukup ambisius, tau?”
Suminoe-san menatapku lekat-lekat.
Aku
tersenyum getir.
“Aku sadar
diri bahwa tujuan itu
terlalu tinggi bagiku. Tapi
seperti yang dikatakan Tennouji-san, aku juga
sedang berusaha untuk bisa masuk menjadi anggota
OSIS.”
Setiap
kali aku menyuarakannya, detak jantungku masih saja berpacu dengan cepat. Itu
masih merupakan tujuan yang sangat tinggi bagiku.
Tapi aku
sudah terlanjur mengatakannya. Setelah berbicara dengan mantan teman sekelasku di liburan musim panas, aku
memiliki tekad yang tak tergoyahkan. Aku sudah sampai pada tahap di mana aku takkan merasa bimbang lagi.
“Terlalu
tinggi... Dulu, aku pasti
akan menganggukkan kepala dengan setuju.
Tapi sekarang, aku tidak
berpikir demikian.”
Suminoe-san berkata dengan ekspresi yang misterius.
“Coba lihatlah
sekelilingmu.”
Sekelilingku?
Aku tidak
memahami maksudnya, tapi aku menuruti pekaraannya untuk
melihat sekeliling.
Sejak Game Manajemen dimulai, jumlah pengunjung kafe ini
semakin ramai. Sepertinya mereka semua butuh tempat untuk berbicara dengan
tenang.
Siswa-siswa
yang berkumpul di kafe itu sesekali mencuri pandang ke arah kami. Aku bisa memahami bahwa Tennouji-san
yang merupakan putri keluarga terkemuka, dan
Suminoe-san, putri konglomerat dari
perusahaan IT besar, mendapat banyak perhatian.
Tapi...
jika aku tidak terlalu besar kepala, kurasa akulah yang
paling banyak diperhatikan di antara kami bertiga.
“Insiden
akuisisi itu menjadi pusat perhatian di seluruh sekolah. Oleh karena itu, sebagai pemenangnya, kamu kini mendapat pengakuan
atas kemampuanmu dari
seluruh sekolah... Sebagai pimpinan perusahaan yang berhasil melawan tantangan dari perusahaan yang
jauh lebih unggul.”
Jadi begitulah kesan yang mereka dapat...
Rasanya
gatal, tapi kali ini, perasaan senangku jauh
lebih dominan.
Aku ingin
menjadi seseorang yang pantas
untuk berada di samping Hinako dan lainnya.
Penilaian itu adalah yang paling ingin aku dapatkan.
...
Kualitas pandangan mereka berbeda dari sebelumnya.
Ini bukan
sekedar perasaan saja— Aku kini
dihormati oleh semua orang.
Tidak
hanya sebagai lawan yang setara, tapi bahkan lebih dari itu.
“...!”
Aku
menggenggam erat tanganku di bawah meja karena
merasa terharu.
“Apa
ada yang salah, Tomonari-san?”
“Tidak...
Hanya saja, aku senang bisa mendapat pengakuan seperti itu.”
“Jadi
baru sekarang kamu benar-benar
merasakan kenyataannya?”
Suminoe-sam tersenyum kecut.
“Aku jadi
memahami alasan mengapa
Tennouji-san
berada bersama Tomonari-san. ...
Kalian berdua saling memicu satu sama lain, bahu-membahu.”
“Ya,
benar sekali!”
Tennouji-san
berkata dengan nada sedikit bangga.
Melihat reaksi Tennouji-san
yang begitu, Suminoe-san...
“...Aku jadi merasa iri.”
Dia
bergumam dengan suara kecil sampai-sampai
hampir tak terdengar.
Tapi
Tennouji-san
tidak melewatkannya.
“Ara,
kupikir kamu juga bisa memiliki hubungan yang sama seperti itu bersama denganku.”
“Eh...?”
“Insiden
akuisisi tadi sangat menarik, jika tidak melihat posisi kita masing-masing. ...
Rupanya penilaianku tentang
orang-orang memang tidak pernah
salah.”
Tennouji-san
berkata dengan nada penuh kebanggaan.
“Game Manajemen
ini baru mencapai titik balik. Malahan,
jika kamu ingin mencoba mengalahkanku, silakan saja.”
“Ha-Hal
semacam itu terlalu...aku tidak
pantas...”
“Duh,
rupanya kamu masih belum mengerti juga.”
Tennouji-san
berkata sambil tersenyum lembut.
“Aku ingin
mengatakan bahwa aku juga ingin memiliki kompetisi yang bersahabat
denganmu.”
“——!”
Suminoe-san tampak terkejut ketika mendengar perkataan Tennouji-san,
mulutnya terbuka lebar tanpa bisa berkata apa-apa.
Melihat
Suminoe-san yang terdiam kaku, Tennouji-san
bangkit dari kursinya dengan ekspresi puas.
“Kalau
begitu, aku permisi dulu. ... aku masih punya banyak janji
pertemuan hari ini setelah mendapat inspirasi dari kalian berdua.”
Setelah
membungkuk pada kami, Tennouji-san pergi meninggalkan kafe.
Pada saat
yang bersamaan, ponsel di kantongku
bergetar.
Setelah
membungkuk sekilas pada Suminoe-san
yang masih terdiam kaku, aku menjawab panggilan itu.
“Terima
kasih atas kerja kerasnya, Itsuki-san.”
“Shizune-san....ada
apa?”
“Aku hanya
ingin menanyakan kapan kamu akan pulang.”
Oh iya,
aku belum memberitahunya kapan
akan pulang.
Bagaimana
ini, urusanku sudah selesai, tapi...
“Itsuki...
Hari ini adalah hari
perayaan.”
Aku mendengar
suara Hinako.
Sepertinya
dia sedang bersama Shizune-san.
“Perayaan?”
“Ya.
... Perayaan kemenangan Itsuki.”
Begitu
ya.
Kalau
mereka sampai menyiapkan acara begini, sebaiknya aku segera pulang saja.
“Aku
akan segera pulang.”
“Baik,
kami sudah menyiapkan mobil di dekat sekolah untuk menjemputmu.”
Seperti
biasa, Shizune-san sangat
cekatan.
Setelah
percakapan itu selesai, aku berdiri sembari
membawa tas di tangan.
“Kalau
begitu, Suminoe-san. Aku permisi dulu untuk hari ini.”
Aku berniat
untuk berpamitan dengan ringan, tapi...
“...Suminoe-san?”
Tidak ada
respon sama sekali.
Dia
terus-menerus diam saja sejak beberapa waktu yang lalu. Apa ada sesuatu yang terjadi padanya?
Aku
mendekat dan mengintip wajahnya.
“Di-Dia
mati...!?”
“...Aku tidak mati.”
Suminoe-san yang sebelumnya pucat pasi, kini
membalas dengan suara lembut.
Kurasa dia
sangat senang karena kemampuannya diakui oleh Tennouji-san sehingga kapasitas
mental Suminoe-san sudah berada dalam batasnya.
“...Pada
akhirnya, kamu tidak
pernah menyalahkanku sampai
akhir.”
Suminoe-san berkata demikian sambil
menundukkan pandangannya sedikit.
“Aku jadi
mengerti alasan orang-orang berkumpul di sekitar
dirimu. Karena kamu
tulus dan berjuang sekuat tenaga, jadi semua orang ingin mendukungmu.”
Suminoe-san
berkata dengan ekspresi yang terlihat agak lega dan segar.
Seolah-olah
perkataannya itu terdengar seperti deklarasi kekalahan. ... Tapi
aku tidak bisa menyetujui itu.
“Kupikir
Suminoe-san juga sama demikian.”
Suminoe-san membelalakkan matanya ketika menatapku.
“Saat
perusahaan SIS mencoba mengakuisisi, aku menyelidiki kinerjanya. Ternyata
mereka terus mengalami pertumbuhan yang bagus... Jadi aku langsung menyadarinya kalau Suminoe-san juga berjuang keras. Karena
itu, aku bukannya ingin menyalahkan, aku justru semakin termotivasi...”
Mungkin
ini hanya kesimpulan setelah fakta, tapi faktanya,
aku semakin serius belajar manajemen berkat Suminoe-san.
Tentu
saja ada rasa khawatir dengan kemungkinan
kalau perusahaanku akan diakuisisi. Tapi lebih dari itu,
aku bisa melihat usaha Suminoe-san,
jadi aku juga jadi ingin berusaha lebih keras.
“Untuk
menghasilkan kinerja segitu bagusnya, pasti tidak cukup hanya dengan bekerja
siang dan malam. Suminoe-san pasti sudah belajar
manajemen jauh-jauh hari.”
“Yah,
memang sih...”
Mengakuisisi
perusahaan permodalan itu
tidak mungkin dilakukan jika perusahaannya
tidak memiliki cukup dana cadangan. Kemampuan Suminoe-san yang bisa menciptakan dana
cadangan itu patut dipuji.
Tennouji-san pernah mengatakan kalau dia
menyadari kemampuan Suminoe-san
sejak tahun lalu dan menawarkan untuk bekerjasama. Kalau dipikir-pikir, mungkin
sejak saat itulah Suminoe-san
sudah mulai berjuang keras.
Mungkin dia memiliki bakat bawaan, tapi bahkan Hinako yang sangat tidak suka
belajar tetap belajar setiap hari. Jadi mana
mungkin Suminoe-san yang
bisa bersaing dengan nilai Hinako di sekolah ini mengendurkan usahanya. Suminoe-san mengatakan
tentang dirinya sendiri pada saat itu bahwa dia menjalani hidup tanpa tujuan,
tetapi dia tetap melakukan apa yang harus dia lakukan.
Seseorang
yang tulus dan berjuang sekuat tenaga, sehingga semua
orang ingin mendukungnya... Itulah gambaran
Suminoe-san.
“Setahun lalu, aku akhirnya memahami alasan Tennouji-san
mengajak bicara Suminoe-san. Ternyata Suminoe-san adalah orang yang rajin dan pekerja keras.”
Berkatnya,
aku juga mendapat pengaruh yang baik.
Setelah mendengar
perkataanku, Suminoe-san...
“...Suminoe-san?”
Lagi-lagi
dia tidak menjawab.
Tapi kali
ini, wajahnya tidak lagi pucat pasi, melainkan memerah sampai telinga——
“A-Aku...!! Aku tidak
akan terpedaya olehmu...!”
Padahal aku
tidak ada niatan
untuk memperdayainya....
Ketika melihat
Suminoe-san yang berkata dengan wajah merah
padam, aku hanya bisa tersenyum getir.