Chapter 1.5 — Obrolan Tongkrongan Antara Akari-chan dan Marimero
Di
restoran yang terletak di lantai atas sebuah department store di pusat kota,
terdapat tempat duduk kecil yang memungkinkan pengunjung untuk melepas sepatu.
Restoran itu penuh dengan pengunjung yang membawa anak-anak untuk makan siang
atau minum teh.
Di antara
pengunjung tersebut, ada Akari-chan
dan Marimero. Di antara keduanya terdapat nampan kayu bulat yang berisi minuman
dan mangkuk makanan bayi. Di samping Akari-chan, ada bayi yang sedang
memukul-mukul bantal tempat duduk dengan lembut. Bayi itu mengenakan kaos
abu-abu dan overall bergaris monokrom, pakaian yang menawan dan stylish untuk anak kecil.
“Eh,
dengarin aku deh, Marimero!”
Akari-chan
berkata sambil menyilangkan tangan.
“Yusuke,
sejak mulai kerja sekarang, ia jadi makan banyak banget, dan jumlahnya terus
meningkat, belakangan ini ia malah
sedikit gemuk.”
“Eh,
masa?”
Akari-chan
melotot.
“Tapi,
tidak sampai seburuk dulu, ‘kan?”
“Tidak,
sama sekali tidak! Rasanya seolah-olah
ia sedang mengalami rebound!”
“Padahal
ia bekerja di lokasi konstruksi dan pasti banyak bergerak, ‘kan?”
“Ia jelas-jelas makan lebih banyak dari
kalori yang dibakarnya! Ia terus-terusan selalu memakan sesuatu ketika aku memergokinya!”
“Eh?
Ia mungkin mengalami stres…?”
Setelah
mendengar Marimero, Akari-chan tampak merenung.
“Ah,
mungkin saja…”
Suara Akari-chan
yang awalnya marah kini mulai sedikit tenang.
“Yusuke sudah berhenti ikut berpartisipasi video KEN karena sibuk
dengan pekerjaan dan keluarga. Maksudku, KEN bilang 'kamu bisa kembali kapan saja'.”
“Hee,
KEN-san baik sekali!”
“Benar sekali, rasanya
mengejutkan karena meskipun di videonya ia suka berbicara kasar. Ia juga bahkan memberi hadiah untuk anak ini.”
Sambil
berkata demikian, Akari-chan mengelus kepala bayi itu. Bayi itu sudah cukup
kuat untuk duduk dengan baik dan sepertinya akan segera mulai berjalan.
“Selain
itu, Yusuke juga mulai belajar menjadi arsitek bersertifikat. Lokasi konstruksi yang menjadi tempat pekerjaannya sekarang
adalah desain dari seseorang yang belajar arsitektur secara otodidak. Setelah
mendengar cerita orang itu, sepertinya ia jadi teringat dengan mimpinya sendiri, bahwa dirinya bisa menjadi arsitek meskipun
berhenti kuliah. Setelah pulang, ia menggunakan semua waktu luangnya untuk
belajar, dan mungkin karena stres itu, ia jadi melampiaskannya ke makanan.”
“Ah,
begitu rupanya…”
“Ia makan
terlalu banyak sampai-sampai aku bilang ke Mamahku, 'Jangan
kasih Yusuke nasi porsi besar lagi,' tapi Mama bilang, 'Kalau ia gemuk,
mungkin ia tidak akan populer di kalangan
perempuan lain, bukannya itu hal yang
bagus?’. Mungkin benar, tapi aku
lebih menyukai Yusuke yang kurus!”
“Ahaha.”
Melihat Akari-chan
yang marah, Marimero hanya bisa tersenyum kecut.
“Aku
mendapat banyak komnetar di Instagram yang bilang 'Aku ingin
melihat suamimu', tapi sekarang ia pasti tidak bisa
muncul!”
“Ngomong-ngomong,
akun Instagram Akari-chan luar biasa
ya. Jumlah pengikutnya terus bertambah.”
Mendengar
kata-kata Marimero, wajah Akari-chan menjadi cerah.
“Benar!
Berkat kamu, semuanya berjalan lancar!
Dengan momentum ini, aku ingin menambah pengikut di akun Mama, dan nanti
memposting konten yang berhubungan dengan tema, ketika anak ini masuk taman
kanak-kanak, aku ingin memulai usaha dengan santai. Aku sering mendapat banyak pertanyaan seperti,
'Baju ini dibeli dari
mana?' untuk pakaian yang aku buat bersama anak ini,
jadi mungkin bisa dijual di situs pasar barang bekas! Jika pengikutku semakin banyak,
mungkin akan ada tawaran kolaborasi dari perusahaan, mimpiku semakin meluas!”
Akari-chan
berbicara cepat dengan semangat,
sementara Marimero mengangguk-angguk.
“Aku senang
mendengarnya, sepertinya semuanya berjalan baik.”
“Ya!
Bagaimana denganmu, Marimero? Apa pekerjaanmu berjalan lancar?”
Tiba-tiba
ditanya begitu, Marimero terlihat bingung.
“Ah,
ya... Aku baru saja menyelesaikan pelatihan dan baru saja ditugaskan di kantor cabang, jadi masih banyak yang
belum aku ketahui.”
“Tapi,
itu benar-benar luar biasa! Bisa mendapat pekerjaan di
perusahaan besar yang bahkan aku ketahui, kamu hebat
sekali, Marimero!”
Mendapat
pujian dari Akari-chan, Marimero tersenyum dengan sedikit keraguan.
“Yah,
tapi itu cukup sulit… Aku harus melakukan
lembur tanpa dibayar.”
“Tapi,
gajinya juga bagus, kan? Kalau gaji yang didapat kecil sih, siapapun
pasti tidak merasa termotivasi.”
“Hmm,
karena ini masih tahun
pertamaku, rasanya masih sama dengan yang
lain.”
“Begitu ya. Jadi, ke depannya gaji akan
meningkat. Kamu pasti sangat menantikannya!”
Marimero
menjawab dengan senyum kecut lagi mendengar
kata-kata Akari-chan. Mungkin merasa pembicaraan tentang pekerjaan tidak
terlalu menarik, Akari-chan mengubah topik.
“Bagaimana
dengan si cowok Houou
itu? Ngomong-ngomong, aku belum mendengar kabarnya
akhir-akhir ini.”
“Tidak
ada yang terjadi, masih tetap
sama saja.”
“Eh,
tetap sama? Maksudnya bagaimana!?”
“Kami kadang-kadang mengobrol lewat LINE.”
Akari-chan
terkejut mendengar
jawaban Marimero.
“Eh?
Kadang-kadang itu seberapa sering?”
“Kurang
lebih sekali sehari? Jika aku
sibuk, bisa jadi setiap dua hari sekali. Tapi ia
selalu membalas di hari yang sama.”
“Tidak,
tidak, tidak, apa-apaan itu? Meskipun kalian tidak pacaran?”
“Ya.”
“Bagaimana
dengan kencan?”
“Tidak pernah.”
“Hanya
lewat LINE saja?”
“Benar.”
“Lebih
dari setahun!?”
“Malahan sudah
hampir dua tahun.”
“Hah!? Bukannya
itu aneh!?”
Ketika Akari-chan mengatakan hal itu
kepadanya, Marimero memiringkan
kepalanya dengan ekspresi bingung.
“Tapi,
jika aku menganggapnya sebagai teman wanita, bukannya
itu wajar-wajar saja?”
“Tapi
dia bukan wanita! Eh, ketimbang itu, apa kamu
baik-baik saja dengan itu. Marimero?”
“Aku sendiri
baik-baik saja sih… karena kenyataannya sudah seperti itu, jadi
aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya sebagai hubungan seperti itu.”
Marimero
menjawab sambil mengerutkan dahinya.
“Aku
juga tidak terlalu memahaminya.
Tapi, jika ini adalah persahabatan antara pria dan wanita, aku ingin
menjaganya… Baru pertama kalinya aku mempunyaoi teman
pria yang sering menghubungiku seperti ini.”
“Hmm…”
Akari-chan
tampak bingung dan memiringkan
kepalanya.
“Orang
itu benar-benar menyukai
wanita, ‘kan?”
“Jika kamu
membicarakan ketertarikan romantis, kurasa iya… Kashima-kun juga bilang begitu.”
“Memangnya
itu mungkin ia tidak akan menyukaimu, Marimero?”
“Kupikir
ia menyukaiku… sebagai teman?”
“Msutahil!
Atau, jangan-jangan ia tiba-tiba punya pacar?
Apa ada wanita lain yang diincarnya?”
“Tidak
ada tanda-tanda seperti itu. Dia bilang program pascasarjana itu tertutup, dan
satu-satunya perempuan di laboratorium adalah mahasiswa senior yang menikah
dengan mahasiswa lain.”
“Bagaimana
dengan tempat kerjanya?”
“Ia tidak
mempunyai pekerjaan paruh waktu.”
“Eh,
anak orang kaya dong~!
Tapi ya, kalau begitu tidak ada kesempatan untuk bertemu orang lain… Bagaimana
dengan kopdar? Atau acara kumpul-kumpul di kota?”
“Menurutku
dia tidak melakukannya. Sepertinya itu yang paling dihindarinya. Kurasa
ia merupakan tipe orang yang lebih baik pergi ke tempat
konsultasi pernikahan.”
“Eh,
aku tidak mengerti! Apa yang sebenarnya terjadi!?”
“Ya.
Aku sudah berhenti memikirkan ini sejak lama…”
Marimero
menatap kejauhan sambil tersenyum masam. Melihat ekspresi temannya yang begitu, Akari-chan tiba-tiba menjadi
serius.
“Bagaimana
perasaanmu sendiri, Marimero?”
“Eh?”
“Apa
yang Marimero inginkan? Apa kamu
baik-baik saja jika hubungan kalian masih tetap
sama seperti ini?”
Ditanya demikian, wajah Marimero terkejut.
“Aku…”
Di situ,
dirinya terdiam sejenak.
“…Jika
dia baik-baik saja dengan itu, maka aku juga baik-baik saja.”
“Kamu sering
mengatakan hal itu. Tapi, aku ingin mendengar
perasaanmu."
“Itu
memang perasaanku.”
Marimero
menjawab dengan tenang.
“Sejujurnya, aku tidak memiliki perasaan
seperti 'aku ingin dia jadi pacarku' atau 'aku ingin tetap berteman dengannya'.
Karena, aku tidak tahu hubungan seperti apa yang cocok untuk kami… Aku merasa kurang berpengalaman.”
Setelah
mengatakan itu, Marimero menunduk.
“Tapi,
aku menyukai orang yang bernama 'Kujibayashi
Haruku'… Jadi, jika hubungan ini terus berlanjut, aku ingin
melanjutkannya. Hanya itu
saja yang membuatku setiap hari menghubunginya di LINE.”
“Haaa… Mungkin pihak lain juga merasakan hal yang sama.”
Akari-chan
berkata demikian dengan ekspresi seolah-olah menghela
napas.
“Tapi,
apa perasaan 'suka' Marimero
itu tidak mengandung perasaan cinta 'sebagai pria'? Apa kamu masih belum memahaminya sampai sebatas itu?”
“Hmm…
Tentu saja aku tahu ia seorang pria, dan aku menyukainya,
tapi… Tapi, aku tidak tahu apa itu perasaan romantis
kecuali ia memperlakukanku sebagai 'wanita', kan?”
“Dengan kata
lain?”
“Jadi,
ketika seorang pria bilang 'kamu imut'
atau 'aku menyukaimu',
aku baru bisa mengetahuinya bahwa ia melihatku
sebagai lawan jenis… Dan dari situ, perasaan 'aku senang'
atau 'tidak mungkin' akan muncul, bukan?”
Mendengar
hal itu, Akari-chan mengerutkan dahinya seolah-olah tidak mampu memahami perkataan temannya.
“Marimero
terlalu berbeda dariku! Aku tidak pernah berpikir dengan cara yang pasif
seperti itu, jadi aku tidak mengerti maksudmu!”
Marimero
hanya bisa tersenyum kecut ketika mendengar ucapan
Akari-chan.
“Sepertinya
kita berada di titik buntu…”
“Ah, duhhh hubungan antara
pria dan wanita tuh memang ribet bangett!”
Setelah
merangkum dengan nada putus asa, Akari-chan melihat anaknya sambil
tersenyum.
“Anak
ini juga sama, ketika aku melahirkannya dan berpikir dia
perempuan, ternyata ia justru
laki-laki!”
“Eh,
maksudnya ribet dalam artian itu?”
Marimero
tertawa kecil saat menimpali.
Bayi itu
yang sejak tadi duduk dengan posisi mirip boneka, terus menggosok-gosok matanya
dengan satu tangan.
“Ia
terus-menerus menggosok matanya. Apa ia
mengantuk?”
“Ah,
iya. Karena sudah saatnya untuk tidur siang.”
“Kalau
begitu, ayo pergi.”
“Ya.
Terima kasih banya ya, Marimero. Sudah repot-repot mau menemuiku di
hari liburmu yang
berharga sebagai karyawan perusahaan.”
“Tidak,
aku juga merasa senang bisa bertemu dengan Akari-chan dan Yuuri-kun.”
Marimero
tersenyum ceria dan berdiri. Akari-chan yang menggendong bayi juga turun dari
tempat duduk yang ditinggikan.
“Hehe,
menurutku aku sudah memberi
nama yang bagus, meskipun terburu-buru setelah lahir.”
“Ya,
itu nama yang sangat indah.”
“Nama
tersebut merupakan salah
satu pilihan ketika aku mengira Yuuri
adalah perempuan. Itu nama yang sederhana karena diambil dari satu huruf nama ayah
dan ibunya.”
“Karena
namanya androgini, jadi namanya masih terdengar
bagus mekipun ia laki-laki.”
“Benar!
Jika laki-laki, nama 'Risuke'
juga bisa menjadi
pilihan, tapi jumlah hurufnya banyak, jadi mungkin ia tidak menyukainya, dan
bisa salah dibaca jadi singkatan reschedule, jadi lebih baik yang ini!”
Akari-chan
yang ceria berkata demikian sambil
tertawa, sementara bayi itu menatapnya dengan penuh perhatian.
“Ahaa!”
Kemudian,
setelah melihat bayi yang tiba-tiba
tertawa, Akari-chan dan Marimero saling bertukar pandang dan tertawa bersama.
