Chapter 2.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru
“Jadi,
itulah yang terjadi! Aku benar-benar
terkejut! Jatuh dari tangga dan terluka itu benar-benar menakutkan, bukan?”
“Tapi
ya, syukurlah ia tidak
mengalami cedera parah.”
“Benar!
Maria juga merasa bertanggung jawab.
Kujirin menghubungi Maria dan
Ryuuto untuk memberitahu rumah sakit mana tempat dirinya dirawat, jadi
besok kami bertiga akan menjenguknya.”
“Jadi,
kalian akan bertemu lagi besok.”
“Iya.
Tapi malamnya kami akan berpisah. Besok Ryuuto akan bertemu dengan Ichiji-kun dan Nishina-kun. Aku juga harus mulai serius
mempersiapkan pindahan!”
“Begitu ya. …Ren, semoga kabarnya baik-baik saja.”
“…Nikoru,
kamu belum bertemu dengan Nishina-kun
lagi, ‘kan?”
“Belum…
Setelah putus, aku tidak pernah bertemu dengannya
lagi. Rasanya aneh untuk sementara waktu. Seperti ada
lubang besar di dadaku…”
“Kalian
berdua sering bermain bersama
waktu kalian masih berteman, ‘kan?”
“Iya.
Baru pertama kalinya kami tidak
bertemu selama ini, dan kupikir mungkin kami tidak akan bertemu lagi… rasanya
memang sedikit kesepian.”
“Nikoru…”
“Lagian juga,
aku pasti akan bertemu dengannya di pernikahanmu!”
“Ah,
benar juga!”
“Hehe…
Tapi rasanya, jika bertemu, kami bisa berbicara dengan normal. Kami sudah
berteman dari awal sampai akhir.”
“Iya…”
“…Kadang-kadang aku berpikir, jika aku tidak
mengatakan 'ayo pacaran', mungkin aku masih bisa berteman dengan Ren
sampai sekarang.”
“Ah…”
“Tapi…
pada akhirnya, aku merasa kami memang akan berhenti bertemu seperti ini.”
“Kenapa?”
“Habisnya,
perasaan Ren terhadapku selalu berupa cinta, kan? Setelah aku putus dengan
Senpai, aku mendapatkan pacar baru… lama-lama Ren juga pasti menyerah padaku
dan menyukai gadis lain… lalu, kami secara alami akan menjauh.”
“Jadi
begitu…”
“Persahabatan
antara pria dan wanita, pada akhirnya seperti itu. Jika ditelusuri baik-baik, itu
hanya salah satu yang menyukai, atau keduanya saling menyukai tapi tidak
mengungkapkan perasaan.”
“Rasanya
sungguh menyedihkan ya…”
“Iya.
Semoga adikmu termasuk yang saling menyukai.”
“Ah!
Iya, sepertinya begitu. Ryuuto juga mengatakan
hal yang sama.”
“Enak
ya, semua orang saling mencintai!”
“Iya!”
“Sebenarnya,
ibuku juga sangat mesra dengan pacarnya sekarang.”
“Eh,
benarkah?”
“Hubungan
mereka sudah berlangsung enam bulan! Sejauh yang aku
tahu, itu adalah rekor terlama.”
“Benar,
ibu Nikoru tuh mirip seperti
diriku yang dulu, ‘kan?”
“Iya…
dia benar-benar tidak beruntung dalam hal pria. Lagipula, ayahku juga begitu,
kan? Dia selalu membuatku khawatir.”
“Syukurlah!”
“Iya…
Pacarnya juga sudah bercerai, tapi dengan keadaan seperti ini, sepertinya
mereka akan menikah. Karena ada
pembicaraan tentang itu.”
“Eh!
Selamat!”
“Iya.
Ketika aku pulang lebih awal dari pekerjaan,
kadang-kadang mereka berdua ada di rumah. Pacarnya sangat baik dan bilang,
'Nikoru-chan pasti
lelah setelah bekerja, jadi aku pulang dulu,' tetapi
aku merasa tidak enakan… mungkin
aku juga harus mulai tinggal sendiri.”
“Oh iya ya.
Nikoru, kamu sudah banyak mengirim uang ke rumahmu,
‘kan? Jika itu untuk sewa dan
biaya hidup, seharusnya kamu bisa hidup sendiri.”
“Iya.
Tapi, karena ibuku khawatir, aku ingin mengirimkan sedikit uang sampai mereka
resmi menikah.”
“Oh,
begitu… Nikoru benar-benar perhatian pada ibumu.”
“Karena aku
satu-satunya anak perempuannya,
jadi kami saling mendukung satu sama lain.”
“Jadi
begitu…”
“…Ngomong-ngomong,
ada sesuatu yang sudah lama ingin aku tanyakan… boleh aku bertanya?”
“Hm?
Apa itu?”
“Di pesta pernikahan nanti… apa Senpai
akan datang?”
“Ah,
Sekiya-san, ya. Benar, itu pasti membuatmu penasaran…”
“…………”
“Bagaimanapun,
kamu akan mengetahuinya pada hari acara,
jadi tidak ada gunanya menyembunyikannya… Sejak undangan dibalas, aku sudah
ragu apakah harus memberitahu Nikoru atau tidak… Karena Ryuuto tadinya sedang
berada di Indonesia, jadi semua
balasan undangan untuk tamu dari pihak Ryuuto juga dikirim ke rumahku, jadi aku
langsung mengetahuinya…”
“…Tidak apa-apa, ayo cepat katakana saja padaku.”
“…Sebenarnya…”
“Iya.”
“Ia
akan datang…”
“…………”
“Tenang
saja, karena aku sudah
mengaturnya kalau kalian tidak di meja yang sama! Atau,
apa kamu lebih suka duduk bersebelahan?”
“…………”
“…Nikoru?”
“Ah,
iya, tidak apa-apa. …Aku sedikit terkejut.”
“Maaf
ya, karena sudah menyembunyikannya sampai
sekarang…”
"Tidak,
aku sudah menduga dirinya
pasti akan datang. Lagipula, selama liburan
musim panas perkuliahan, Kashima Ryuuto dan Senpai sangat akur… tidak ada alasan untuk tidak
datang.”
“…Iya…”
“Tapi,
jika seandainya ada alasan untuk tidak datang…”
“Hm?”
“Itu
mungkin karena dirinya
tidak ingin bertemu denganku. Aku adalah sahabat Luna, jadi ia pasti tahu aku akan hadir.”
“Ah…”
“…Jadi,
aku merasa sedikit lega dan… sejujurnya, aku
juga senang.”
“Kamu merasa
senang, ya?”
“Iya…
Karena meskipun ini untuk merayakan pernikahan
temannya, datang ke acara di mana aku
pasti ada, berarti kamu tidak membenciku sampai tidak ingin melihat wajahku
lagi, kan?”
“Ah,
benar.”
“Karena
akulah yang mengusulkan untuk putus… jadi kupikir wajar saja jika aku dibenci. Tapi, Senpai datang ke
pernikahan dan menunjukkan wajahnya…”
“Iya.”
“Mungkin
ini terlalu berlebihan, tetapi itu membuatku senang. …Sebenarnya, meskipun
melihat wajahku atau tidak, mungkin aku sudah menjadi sosok yang tidak berarti
baginya.”
“Aku tidak
berpikir demikian. Aku
benar-benar berpikir bahwa perasaan Sekiya-san terhadapmu itu nyata…”
“Tapi,
sekarang aku mengerti.”
“Hm?”
“Aku
senang bisa bertemu dengan Senpai. Ternyata,
selama ini…aku.... bahkan
saat berpacaran dengan Ren… aku tidak pernah bisa melupakan Senpai. …Aku masih menyukainya, sampai sekarang.”
“Nikoru…”
“Senpai
juga pasti sudah mempunyai pacar baru sekarang, dan aku tidak bisa mendekat dan
memintanya untuk balikan,
tapi… aku sudah merasa cukup senang bisa melihat wajah Senpai meskipun
dari jauh. Ketika aku berpikir bahwa aku
akan bertemu orang yang paling aku cintai dalam hidupku sekali lagi, bahkan
jika aku tidak bisa berbicara sepatah kata pun, hanya bisa berada di ruang yang
sama dengannya saja sudah membuatku merasa
bahagia.”
“Begitu…”
“Terima
kasih, Luna. Karena sudah
memberiku kesempatan untuk bertemu dengan Senpai lagi.”
“Hehe,
kamu seharusnya
menyampaikan itu kepada
Ryuuto! Karena dia tamu Ryuuto.”
“Ya,
tapi jika Luna tidak menikah dengan Kashima Ryuuto, aku tidak akan bisa bertemu dengannya, ‘kan?”
“Memang
benar!”
“…Aku
harus melupakan Senpai suatu saat nanti. Jika tidak, aku tidak bisa melanjutkan
hidup. Tapi, akhirnya aku bisa bertemu Senpai sekali lagi. …Itu sangat
membuatku senang saat ini.”
“Nikoru…”
“Saat
aku berpacaran dengan Ren, aku
berusaha untuk menyukai Ren, dan terus menekan perasaan itu di sudut hatiku.
Tapi sekarang, aku bisa sepenuhnya menerima dengan lapang dada perasaanku
terhadap Senpai…”
“Iya…”
“Jika
aku bisa mengakui perasaanku yang sebenarnya terhadap Senpai, aku yakin pada
akhirnya, perasaan cinta ini juga akan mereda.”
“Iya…
aku juga berdoa agar itu terjadi.”
“Serahkan
padaku! Aku pasti akan bahagia. Sama seperti
Luna.”
“Hehe.”
“Di
pesta pernikahan nanti, aku akan mendapatkan banyak
aura bahagia dari Luna!”
“Eh,
jadi agar bisa membagikan banyak aura, aku harus mengisi energi sebanyak
mungkin sekarang! …Tapi sebenarnya, ada sedikit masalah.”
“Eh,
ada apa? Kenapa emangnya?”
“Sejak Ryuuto kembali ke Jepang, kami
sama sekali tidak bisa berduaan….”
“Eh?
Kenapa?”
“Karena
Ryuuto dan aku tinggal di rumah orang tua kami
masing-masing… Di kedua rumah selalu ada keluarga, dan di luar
hanya bisa bergandeng tangan… Setelah lebih dari tiga bulan akhirnya bisa
bertemu, aku khawatir kami tidak bisa melakukan apa-apa sampai pernikahan, jadi itu membuatku sangat frustrasi…!”
“Ah,
kalau begitu mendingan pergi ke hotel
cinta saja.”
“Eh,
hotel cinta!?”
“Ya,
hotel cinta.”
“Meskipun kami
sudah menjadi suami istri!?”
“Ya,
tidak masalah jika suami istri pergi ke sana, kan? Aku pernah mendengar cerita
tentang pasangan yang sudah punya anak, pergi menghabiskan waktu di sana saat anak-anak tidak ada.”
“Eh,
serius!? Eh…”
“Kenapa, tidak mau?”
“Tidak,
bukannya tidak mau, tapi aku tidak pernah
terpikirkan hal seperti itu… jadi rasanya agak
deg-degan… Oh, jadi suami istri juga bisa
mengunjungi hotel cinta ya…”
“Aku
dengar sekarang banyak tempat yang stylish. Bahkan ada paket untuk pertemuan
wanita.”
“Ah,
aku pernah mendengar Akari bercerita tentang teman-teman otaku yang melakukan tongkrongan khusus wanita di hotel cinta…”
“Coba
cari tempat yang bersih dan mudah diakses seperti itu.”
“Iya…!
Baiklah, aku akan mencarinya dulu!
Terima kasih, Nikoru!”
Setelah
mengakhiri telepon, Luna merasa
pipinya memerah dan segera membuka aplikasi pencarian di ponselnya.
