Kimizero Jilid 10 Bab 3 Bahasa Indonesia

Chapter 3

 

Keesokan harinya, aku, Luna, dan Kurose-san menuju rumah sakit tempat Kujibayashi-kun dirawat. Kujibayashi-kun dibawa ke ruang pertolongan pertama di universitas kemarin dan langsung menuju rumah sakit dengan taksi, lalu menjalani rawat inap untuk pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, jika tidak ada masalah, dirinya bisa langsung keluar sore hari ini.

“Maria, apa kamu tidak masalah mengambil cuti kerja?

Luna bertanya kepada Kurose-san di dalam taksi yang menuju rumah sakit. Barang yang kami beli untuk menjenguk Kujibayashi-kun diletakkan di pangkuan Kurose-san. Luna duduk di tengah di kursi belakang, dengan aku dan Kurose-san di kedua sisinya.

Tidak masalah. Aku bilang kalau aku sedang tidak enak badan sedikit dan akan berangkat siang nanti, jawab Kurose-san dengan wajah cerah.

Mungkin karena ada harapan untuk berpindah ke pekerjaan yang diimpikannya, dia menjadi lebih toleran terhadap pekerjaan saat ini.

…Aku khawatir, jadi ingin cepat-cepat melihat wajahnya dan merasa tenang, gumam Kurose-san.

Sekarang masih sebelum pukul sepuluh pagi. Waktu kunjungan dimulai pukul sepuluh, jadi kami sudah merencanakan untuk menjadi yang pertama.

Setelah menuju ke lantai yang ditunjukkan di resepsi, kami menemukan Kujibayashi-kun yang mengenakan piyama biru yang tampaknya dari rumah sakit, sedang berbaring di tempat tidur. Kujibayashi-kun mengangkat sandaran tempat tidurnya dan duduk setengah bersandar sambil membaca buku. Buku akademis dengan label perpustakaan universitas di sampulnya.

Tangan kanannya dibalut perban. Dirinya mengalami patah tulang di pangkal jari telunjuk akibat benturan saat terjatuh.

Kujibayashi-kun.”

Aku memanggilnya sambil mengetuk pintu yang terbuka sedikit. Ruangan itu adalah kamar dua tempat tidur, dan tempat tidur di seberang tampaknya juga sedang digunakan, tetapi tirainya terbuka dan pasiennya tidak ada.

…!

Kujibayashi-kun mengangkat wajahnya dari buku dan melihatku, tetapi saat melihat Luna dan Kurose-san di belakangku, ia menutup mulutnya yang hampir terbuka.

Permisi. Kamu sudah mengalami banyak hal, ya, kataku.

Tapi senang melihat kamu baik-baik saja! tambah Luna.

Kami berdua menyapanya, tetapi Kujibayashi-kun tampak canggung seperti anak kecil yang pemalu. Mungkin dirinya merasa sadar akan keberadaan Kurose-san.

Ini, kami membawakan buah tangan untuk menjengukmu. Aku akan meletakkannya di sini, ya, kataku.

Karena dia akan keluar hari ini, aku memilihkan makanan kecil yang tidak akan merepotkan jika terlalu banyak barang. Aku membelinya di toko stasiun yang menjual oleh-oleh sebelum gedung stasiun buka. Aku meletakkannya di tempat penyimpanan rendah di samping tempat tidurnya.

…Terima kasih,

Kujibayashi-kun akhirnya mengeluarkan suara dan menundukkan kepalanya.

Selain tangan kanan, apa kamu mengalami luka yang lain? tanyaku.

“Sisanya hanya memar dan goresan, jawabnya.

Begitu… kamu sudah mengalami banyak hal, kataku.

Meskipun begitu, aku senang melihatnya dalam keadaan baik.

Apa kamu sudah mendengar tentang kapan perkiraan kamu bisa sembuh?

Luna bertanya kepada Kujibayashi-kun, dan ia sedikit ragu sebelum menjawab, Satu bulan.

Begitu ya... Semoga cepat sembuh. Tangan dominanmu itu yang kanan, kan? 

Mendengar pertanyaan Luna, Kujibayashi-kun mengangguk tanpa berkata-kata. 

Kalau begitu, pasti rasanya cukup merepotkan ya. Jangan memaksakan diri untuk datang ke pernikahan, ya? Tentu saja, aku akan senang jika kamu datang. 

“Aku akan datang tanpa masalah.

Aku tidak bisa menahan senyumanku ketika mendengar jawaban Kujibayashi-kun yang tegas kepada Luna

Setelah membahas tentang kecelakaan dan cedera, aku ingin tahu kabar terbaru Kujibayashi-kun. Aku pernah berkomunikasi melalui pesan dari Indonesia beberapa kali, tetapi ini adalah pertama kalinya kami bertemu dan berbicara setelah sekitar empat bulan. Dulu, saat di universitas, kami bahkan sering bertemu setiap hari, jadi ini terasa cukup lama. 

Bagaimana dengan kuliah pascasarjanamu?

Karena para dosen dan seniornya tetap sama, jadi tidak ada yang baru. Satu-satunya perubahan adalah aku diizinkan menggunakan ruang belajar di gedung penelitian.

Jawaban Kujibayashi-kun mengalir seperti biasa saat aku bertanya padanya

Kamu sendiri, bagaimana kehidupanmu di negara asing itu? 

“Karena ini adalah pengalaman pertama dalam kehidupan kerja, dan juga pertama kali tinggal sendiri dan hidup di luar negeri, jadi aku merasa sangat terbebani sampai terbiasa. Sekarang pun, aku masih belum sepenuhnya terbiasa. 

Kesengsaraan musim panas negara tropis tidak bisa dibayangkan oleh orang seperti aku yang lebih menyukai tempat teduh. 

Namun, anehnya, itu cukup nyaman. Aku bahkan berpikir bahwa musim panas di Jepang mungkin lebih menyiksa. 

Iklim musim panas di negara kita yang lebih tidak nyaman dibandingkan negara di bawah garis khatulistiwa adalah masalah serius.

Sambil berbicara, aku dan Kujibayashi-kun merasa tidak nyaman karena Luna dan Kurose-san juga ada di sana, dan semua orang kecuali Kujibayashi-kun berdiri. 

Hanya ada satu kursi di samping tempat tidur, jadi semua orang saling menghormati dan tidak duduk. Mungkin itu sebabnya ada lobi yang tampaknya untuk pertemuan di sepanjang jalan, dan orang di tempat tidur seberang mungkin sedang pergi ke sana. 

Namun, Kujibayashi-kun baru saja mengalami cedera kemarin, jadi aku merasa tidak enak jika kami memaksanya berjalan ke lobi untuk kami. 

Yang paling penting, aku ingin Kurose-san, yang sejak tadi diam, berbicara dengan Kujibayashi-kun

... Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu karena aku dan Luna mempunyai sesuatu yang ingin dibicarakan tentang pernikahan.

Eh?

Luna melihatku dengan ekspresi terkejut sejenak, tetapi ketika aku melirik Kurose-san dan mengedipkan mata padanya, dia segera memahami dan mengangguk. 

Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Kujirin! Semoga kamu cepat sembuh ya! 

Jaga kesehatanmu, ya. Sampai jumpa lagi di pernikahan. 

…………

Kurose-san melirik kami saat kami meninggalkan ruangan, tapi dia tidak mengucapkan apa-apa.

 

◇◇◇◇

 

Aku melangkah keluar di koridor dan mulai berjalan menuju arah lobi. 

Untuk sementara, mari kita tunggu Kurose-san di lobi. ... Eh, Luna? 

Luna berlutut di luar pintu ruang perawatan, mengarahkan pandangannya ke dalam. 

....Kamu lagi ngapain?

“Sssttt! ... Aku khawatir apa Maria bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik, jadi aku ingin mengawasinya dari sini.

Dia berkata dengan pelan. 

............

Aku berpikir bahwa mengawasinya saja tidak akan banyak membantu, tetapi karena Luna tidak mau bergerak, aku juga ikut berjongkok di sampingnya. 

Aku tidak bisa melihat wajah Kujibayashi-kun dari tempatku berjongkok karena tertutup bayangan tirai yang terbuka. Aku bisa melihat punggung Kurose-san yang duduk di kursi di samping tempat tidur. 

............

Keduanya terdiam sejenak. 

... Apa kamu sudah makan dengan baik? Mau aku bawakan sesuatu? 

Kurose-san membuka percakapan dengan nada khawatir. 

Tidak.

Kujibayashi-kun menjawab. 

Apa-apaan dengan cara berbicaramu itu? 

Kemudian, Kurose-san berkata dengan nada tegas. 

Berbicaralah seperti biasanya. Di LINE, kamu berbicara dengan baik, kan?

............

Kujibayashi-kun langsung dibuat terdiam setelah diingatkan oleh Kurose-san

... Tangan yang ini tidak ada masalah, kan?

Yang ditanyakannya tentu saja adalah tangan kirinya yang dekat dengan Kurose-san

Boleh aku menyentuhnya? 

Aku merasakan kalau Kujibayashi-kun mengangguk ragu, dan Kurose-san meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri yang terletak di atas tempat tidur. 

... Tanganmu terasa dingin. Apa ini karena pendingin udara? 

Kujibayashi-kun tetap diam saat Kurose-san berbicara pelan seolah-olah sedang berbicara pada dirinya sendiri

Kamu memiliki tangan seperti ini. Kita sudah berhubungan selama hampir dua tahun, tapi aku sama sekali tidak tahu. 

Kurose-san berkata dengan penuh perasaan. 

... Tanganmu hangat, ya. 

Setelah beberapa saat, suara Kujibayashi-kun terdengar. 

Hehe, kenapa kamu menggunakan bahasa formal? Kita ini sebaya, kan?" 

Ucap Kurose-san sambul tertawa. Aku teringat saat aku mengungkapkan perasaan kepada Luna di masa lalu dan merasa nostalgia. 

“Hal yang sama juga berlaku untuk pesan LINE juga. Mari kita gunakan bahasa santai mulai sekarang.

... Aku akan berusaha. 

Kan, lagi-lagi.

Kurose-san tertawa, dan Kujibayashi-kun kembali terdiam. 

... Aku berharap kita bisa bertemu lebih cepat. 

Kurose-san berbicara dengan nada yang tenang dan dipenuhi kesedihan yang mendalam

Aku sudah lama menunggumu untuk mengatakannya 'Mari kita bertemu'." 

Sambil memperkirakan perasaan Kujibayashi-kun yang tidak menjawab, aku mendengarkan suara Kurose-san. Luna juga menahan napasnya sambil mengawasi di dalam ruang perawatan. 

Ketika aku mendapat tawaran bekerja di perusahaan yang sama dengan Kashima-kun dan meninggalkan Jepang... Aku tiba-tiba membayangkan wajahmu, dan tak kuasa menahan keinginan untuk bertemu denganmu. Aku bahkan ingin mendengar suaramu, jadi aku menelepon... tetapi inilah yang terjadi.

Kurose-san terdiam sejenak. 

Kemudian, tiba-tiba suara Kujibayashi-kun terdengar. 

Ketika aku mendengar dari telepon bahwa kamu akan pergi dari Jepang, pandangan di depanku tiba-tiba berubah menjadi gelap. Ketika aku menyadarinya, lantai yang seharusnya ada di bawah kakiku menghilang. 

Kujibayashi-kun dengan tenang menceritakan pengalamannya. 

... Sesaat sebelum aku terpeleset dari tangga dan jatuh ke lantai, seluruh hidupku melintas seperti lampu sorot di pikiranku. 

Aku merasa merinding ketika membayangkan momen itu seolah-olah terjadi padaku,. Sekali lagi, aku bersyukur karena ia hanya mengalami cedera ringan. 

Aku berpikir mungkin aku akan mati dan sangat menyesal. Itu bukan penyesalan karena tidak bisa menyelesaikan studiku dan meninggal di tengah jalan...

Setelah berkata sampai sejauh itu, Kujibayashi-kun sedikit ragu untuk melanjutkan. 

... Itu adalah penyesalan karena tidak bisa menyampaikan perasaanku padamu hingga akhir.

Suasana hening selama beberapa detik terjadi di dalam ruang perawatan. 

... Aku menyikaimu. Kurose Maria-san.

Tidak ada semangat yang terasa tegas dan maskulin dalam pengakuannya, juga tidak ada beban yang seolah mengungkapkan tekad seumur hidup.

Layaknya air yang mengalir dari atas ke bawah, seperti matahari yang terbit dan terbenam, Kujibayashi-kun hanya menyampaikan apa yang ada di sana dengan cara yang biasa, mengungkapkan perasaannya kepada Kurose-san

“Ketika kamu pergi ke sana, aku berharap kalau kamu bisa mengingat bahwa ada seorang pria yang mendoakan kesehatan dan kebahagiaanmu. 

Aku yakin itulah semua perasaan Kujibayashi-kun. Aku memahami bahwa itulah dirinya yang sebenarnya. 

Bodoh...

Suara Kurose-san bergetar oleh air mata, dan bahunya mulai bergetar. 

Seharusnya kamu bilang lebih cepat... Jika tidak, aku bisa lebih...

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, suara Kurose-san terhenti karena air mata menghalangi suaranya. Namun, aku bisa mengerti apa yang ingin dia katakan. 

Dia ingin lebih banyak bertemu, berbicara, dan saling berinteraksi... ingin berbagi waktu yang menyenangkan. Perasaan itu pasti meluap. 

Maria

Ketika aku melihat Luna, dia juga ikut meneteskan air mata. 

Kurose-san merunduk di atas tempat tidur karena menangis terisak-isak, sementara tangan kiri Kujibayashi-kun melayang-layang di atas punggungnya.

…Ayo pergi, Luna. 

Setelah memastikan tangannya mendarat dengan aman di punggung Kurose-san, aku mendorong Luna dan kami meninggalkan ruang perawatan Kujibayashi-kun

 

◇◇◇◇

 

Aku dan Luna meninggalkan gedung rumah sakit dan mulai berjalan menuju stasiun yang berjarak sekitar lima belas menit. Kurose-san pasti akan berada di samping Kujibayashi-kun selama waktu yang diizinkan. 

Ah... Aku benar-benar merasa bahagia untuk Maria...

Mengusap air mata yang muncul kembali di sudut matanya dengan ujung jari, Luna menghela napas pelan. Luna memegang payung lipat, dan wajahnya yang terteduh tampak sejuk. 

“Akhirnya.... Maria berhasil mendapatkan cinta yang selalu dia dambakan... 

Walaupun tiba-tiba menjadi hubungan jarak jauh sih. 

Hanya itu yang membuatku merasa kasihan, tetapi setelah hampir dua tahun berkomunikasi hanya melalui LINE, sepertinya mereka bisa mengatasi kehidupan jarak jauh selama beberapa tahun. 

Ryuuto.

Saat aku berpikir tentang hal itu, Luna memanggilku. 

Ya?

Ketika aku melihat ke samping, Luna tersenyum dan menatapku. 

Terima kasih banyak karena selalu menjaga Maria. 

Tatapannya dipenuhi dengan rasa terima kasih yang tulus. 

Mulai sekarang, tolong jaga adikku terus ya. 

Mulai sekarang...? 

Ketika aku mengulang pertanyaannya, Luna tertawa seolah berkata, Apa kamu lupa?”. 

Kalian berdua akan bekerja di tempat yang sama, kan?

Oh, benar juga... Sama seperti saat di penerbitan Iidabashi. 

Karena kami baru saja bekerja bersama, jika aku bertemu Kurose-san dan Fujinami-san setiap hari, aku bisa saja salah mengira Jakarta sebagai perusahaan penerbit Iidabashi

Luna tiba-tiba mengalihkan pandangannya dariku dan berjalan sambil menengadah melihat langit-langit hitam payungnya.

Hari ini Tokyo sangat cerah. Sinar matahari yang begitu kuat setelah musim hujan menyinari kepalaku yang tidak terhalang. 

…Akhir-akhir ini, aku sangat merasa bahwa aku dan Maria adalah satu kesatuan…

Tiba-tiba Luna mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata demikian. 

Bagian diriku yang tersembunyi adalah Maria. Bagian tersembunyi Maria adalah aku. Tidak masalah siapa yang dilahirkan lebih dulu… 

Ketika aku berusaha untuk membalas ucapan penuh perasaan itu, Luna mengangkat wajahnya dan tersenyum padaku. 

Terima kasih telah menyukai kami berdua. 

Melihat rasa terima kasih yang tulus muncul di matanya, aku menjadi tidak bisa berkata apa-apa. 

Saat aku mengungkapkan perasaanku kepada Kurose-san dan ditolak di kelas satu SMP. 

Saat aku menasihati Kurose-san di tangga sebelum atap. 

Saat aku memeluk Kurose-san di gudang gym. 

Saat aku dipeluk sambil menangis di taman. 

Beberapa kenangan itu muncul di benakku, tetapi semua itu tersedot oleh senyuman indah Luna di depanku. 

Luna melanjutkan perkataannya. 

Dan terima kasih telah memperkenalkan teman penting kepada Maria. 

…Ah, tidak… sama-sama.

Jika bukan karena Kurose-san, aku mungkin tidak akan memahami kebaikan hati Kujibayashi-kun. Dalam pengertian itu, aku juga berterima kasih kepada Kurose-san. Aku berdoa untuk kebahagiaan abadi Kurose-san dan Kujibayashi-kun

…Hei, Ryuuto? Apa kamu punya rencana setelah ini?

Ketika suasana menjadi hening, Luna bertanya padaku. 

Luna menatapku dengan pipi yang memerah. 

Eh? Umm, aku ada janji dengan Icchi dan Nisshi jam enam… 

“Kalau sebelum itu?

Tidak ada sih, tapi aku membawa ini untuk ditulis di suatu tempat. 

Sambil berkata demikian, aku mengeluarkan file dari tas. Di dalamnya terdapat puluhan kartu tempat duduk untuk pernikahan. 

Karena Luna ingin menulis pesan untuk setiap tamu di belakang kartu tempat duduk yang dicetak namanya, aku merasa tidak enak jika tidak menulis untuk tamu undangan dari pihak pengantin pria, jadi aku membawa kartu tempat duduk untuk tamuku sendiri. Karena di rumah sepertinya sulit untuk berkonsentrasi, aku berencana untuk menulisnya di kafe yang tidak terlalu ramai sebelum pertemuan malam. 

“Uwahh! Ngomong-ngomong, aku juga belum menulis untuk tamuku sendiri! 

“Selain itu, Luna, bukannya kamu bilang hari ini akan pergi untuk mengurus surat pindah? Kantor pemerintah tutup lebih awal, jadi kita harus pergi sebelum sore.

Benar juga! Waaah, ada banyak sekali yang harus dilakukan! 

Luna segera membuat wajah sedih pien~”. 

“...Begitu ya… Jadi setelah makan siang kita bubar, ya… 

Ya… Aku akan pergi ke stasiun O untuk pertemuan, jadi aku akan pergi bersamamu sampai stasiun O, ya?

Luna yang tampak sedih membuatku merasa kasihan, dan aku juga ingin bersama, jadi aku berkata demikian. 

Kita bisa bertemu lagi besok.

Ya…

Kalau kita sudah di sana, kita bisa bersama setiap hari.

…Iya, kan…

Ketika dia melihatku dengan wajah seperti itu, aku ingin memeluknya dan itu membuatku bingung. 

Aku juga sudah menekan keinginanku untuk berhubungan intim dengannya...... 

Meskipun begitu, kami berada di tengah kota besar Tokyo. 

Di trotoar jalan utama yang dipenuhi gedung perkantoran, minimarket, dan restoran. 

Di tengah hari yang terik, meskipun ingin melakukan sesuatu, aku tidak bisa bergerak. 

…Bagaimana kalau kita masuk ke suatu tempat dan makan siang?

Saat aku memanggil Luna, dia juga mengangguk dengan alis yang sedikit turun. 

Ya, benar…

Setelah itu, aku dan Luna menikmati makan siang yang sehat bersama.

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, aku dan Luna pergi ke stasiun O dan berpisah. Aku menulis kartu tempat duduk di restoran ritel di depan stasiun O, lalu menuju ke pintu masuk pada pukul enam. 

Halo, Kasshi, lama tidak bertemu!

Nisshi, lama tidak bertemu! Enaknya bagaimana? Mau pergi ke tempat biasa saja?

Ya, benar. 

Setelah bertemu Nisshi, kami berjalan menuju restoran keluarga bergaya Cina yang sering kami kunjungi saat SMA. 

Sayang sekali buat Icchi. Padahal nasi goreng di sana adalah favoritnya. 

Iya. Tapi yah mau bagaimana lagi

Aku baru saja menerima pesan dari Icchi bahwa dirinya tidak bisa datang karena demam akibat flu yang didapat dari anaknya. Sayang sekali, sepertinya aku tidak akan punya kesempatan untuk bertemu Icchi sampai hari pernikahan. 

Bagaimana dengan Indonesia? Setiap hari merasa seperti liburan tropis? 

Tidak juga. Aku hanya bolak-balik antara rumah dan kantor, dan Jakarta adalah kota besar, jadi tidak ada perasaan seperti di tempat resor. 

Begitu ya. Jadi, Kasshi sudah menjadi budak perusahaan yang baik. 

Ahaha. Nisshi, kamu sendiri gimana dengan pekerjaanmu? 

Nisshi mulai mencari pekerjaan sejak musim gugur semester akhir masa kuliahnya dan bekerja di departemen hukum perusahaan kecil di bidang IT. Dia tiba-tiba beralih arah karena ujian sekolah hukum tampaknya sulit, tetapi sambil bekerja, dia belajar dan ingin mendapatkan kualifikasi seperti notulen pengadilan di kemudian hari. 

Ya, begitulah. 

Nisshi selalu menjawab seperti itu, entah itu dalam artian baik maupun buruk. Namun, melihat wajahnya, sepertinya pekerjaannya cukup lancar. 

Setelah kami tiba di restoran keluarga, kami duduk di meja dan melihat menu untuk memesan. 

“Kelihatannya mereka ada promosi porsi besar-besaran. 

Oh, Icchi pasti akan senang jika ia ada di sini. 

Ketika aku memikirkan Icchi, aku jadi ingin makan nasi goreng. 

Aku juga. Hari ini mungkin aku pesan nasi goreng dengan ayam goreng. 

Dan begitulah kami berbicara seperti ini, saat aku bersama Nisshi, kami selalu membicarakan Icchi, dan saat aku bersama Icchi, kami membicarakan Nisshi. Jika aku tidak ada, aku penasaran apakah mereka berdua membicarakanku, dan itu membuatku sedikit malu. 

Ngomong-ngomong, anak Icchi sekarang umur berapa?

Hm? Umm, sepertinya lahir pada bulan April tahun lalu… jadi kurasa sekarang berumur satu tahun tiga bulan 

Ah, sudah selama itu ya. Rasanya baru kemarin lahir.

Benar, waktu terasa semakin cepat berlalu setiap tahun.

Saat itu, pelayan membawa makanan ke meja kami. 

Maaf sudah membuat Anda menunggu! 

Piring berat diletakkan dengan suara gedebuk berat di hadapanku dan Nisshi. Itu adalah menu porsi yang jelas-jelas terdiri dari nasi goreng yang dipenuhi dengan banyak ayam goreng dan gyoza. 

Eh!?

Melihat kami saling memandang dengan terkejut, pelayan itu memeriksa pesanan di tangannya. 

Ah, maaf, itu untuk meja lain. 

Pelayan langsung meminta maaf dan segera menarik piring itu pergi. 

Kami kembali saling memandang. 

Woahh, tadi itu bikin kaget banget.

“Mana mungkin aku bisa makan sebanyak itu." 

Benar. Karena kita bukan Icchi.” 

Sambil berkata demikian, aku jadi teringat Icchi yang pernah makan pasta porsi besar di tempat kerja Nisshi

…Haha.

Ada apa?

Aku tidak bisa menahan tawaku ketika mengingatnya, dan Nisshi bertanya. 

“Ah, bukan apa-apa, aku hanya mengingat saat aku dan Icchi mengunjungi tempat kerja paruh waktumu, dan kemudian Asako-san membawa pasta porsi besar yang ilegal.

Setelah mendengar kata-kataku, Nisshi tiba-tiba terlihat gelisah. Aku merasa penasaran, dan Nisshi membuka mulutnya dengan sedikit canggung. 

…Oh iya, ngomong-ngomong.

Hm?

Aku mulai berpacaran dengan Asako sejak bulan lalu.

Eh!?

Aku tidak percaya dan menatap Nisshi

“Asako yang dimaksud itu Asako-san!? 

Ya, Asako Wakana yang bekerja bersama di tempat kerja paruh waktuku. 

Nisshi menjawab sambil menggerakkan mulutnya. 

Eh, begitu!? Bagaimana ceritanya? 

…Ketika aku bilang kalau aku sudah putus dengan pacarku, dia langsung menghubungiku hampir setiap hari untuk 'Ayo berkencan'. Aku baru saja ditolak oleh gadis yang sudah aku suka sejak SMA, jadi aku tidak dalam suasana hati untuk itu.

Nisshi berbicara dengan ekspresi canggung dan mengindari tatapanku

Tapi setelah beberapa bulan, aku memutuskan untuk mencari pekerjaan, mendapatkan tawaran kerja, dan mulai bersemangat menjalani kehidupan baru lagi… Tapi dia masih sering mengajakku, jadi aku berpikir gadis yang mau mengajakku dengan begitu gigih adalah sesuatu yang langka, jadi aku mulai sesekali pergi bersamanya… Dan ketika aku melihatnya, dia kecil dan imut, serta ceria dan menyenangkan… yah intinya, aku mulai menyukainya. 

Begitu yaaku senang mendengarnya. 

Entah kenapa, aku merasa kagum dengan ketekunan Asako-san. 

Jika dipikir-pikir, sudah lebih dari setahun sejak Nisshi berpisah dengan Yamana-san. Waktu terasa sangat cepat berlalu. 

Saat itu, pesanan kami akhirnya tiba di meja, dan kami mulai makan nasi goreng ayam goreng ukuran normal. 

Ngomong-ngomong, Asako juga bilang ingin ikut di acara kedua pesta pernikahan Kasshi, bagaimana? 

Saat Nisshi mengatakannya sambil makan, aku menghentikan tanganku yang membawa sendok ke mulut. 

Eh? 

Kalau tidak bisa, tidak masalah, tapi dia terus-menerus bilang 'Tanya saja'. 

…Mungkin tidak masalah. Karena masalah daftar tamunya diatur oleh Luna, jadi aku akan bilang padanya.

Meskipun kehadiran di acara kedua sudah dicatat secara sementara, kami juga menyambut partisipasi mendadak pada hari itu, jadi sepertinya tidak ada masalah. 

Terima kasih, ya.

…Tapi, apa kamu yakin baik-baik saja?

Hm? Apa maksudmu?

Ketika Nisshi bertanya balik, aku menjawab dengan ragu. 

“Karena mungkin Yamana-san akan datang ke acara kedua… 

Oh, ya.

Nisshi mengangguk seolah itu hal yang biasa. 

Asako juga tahu tentang itu, maksudku, justru karena alasan itulah dia ingin datang… 

Eh?

Dia bilang, 'Aku ingin tahu wanita seperti apa yang disukai Senpai selama bertahun-tahun! Aku ingin menjadi wanita yang sesuai dengan selera Senpai, jadi aku akan mengambil referensi dari mana saja!'

Eh—!

Kuat sekali…! 

Kalau itu aku, aku bahkan tidak ingin tahu wajah mantan pacarnya dan tidak bisa membayangkan untuk mengambil referensi darinya…

Benar. Dia keren banget, ‘kan.”

…………

Entah bagaimana pembicaraan kami berakhir di situ, dan ketika kami makan nasi goreng dalam keheningan, tiba-tiba aku menyadari sesuatu. 

Ngomong-ngomong, Nisshi tahu wajah mantan pacar Yamana-san, Sekiya-san, dan berusaha untuk menjadi pengacara yang bisa bersaing dengan dokter karena terinspirasi dari jalur karier Sekiya-san

…………

Jika dipikir-pikir begitu, Nisshi juga cukup kuat, dan mungkin dia dan Asako-san adalah orang yang serupa dan saling cocok. 

Kurasa, aku mungkin sudah salah dalam cara berpacaran selama ini.

Nisshi berkata pelan sambil mengumpulkan sisa nasi goreng di piring dengan sendok. 

“Kurasa di suatu tempat dalam hatiku, aku tahu bahwa Nikoru tidak akan pernah menyukaiku seperti dia menyukai ‘Senpai’-nya.

Ia mengucapkan itu dengan nada seperti berbisik, menatap sisa nasi goreng yang hanya cukup untuk satu suapan di sendoknya. 

Tapi, aku berpikir bahwa cinta itulah yang menyakitkan, sulit, dan menyedihkan. …Mungkin, aku terjebak dalam diri sendiri yang seperti itu. 

Mendengar kata-kata teman yang tenang, aku juga mendengarkan dengan hening. Di restoran keluarga yang ramai saat makan malam, hanya meja kami yang berada dalam suasana tenang. 

Tapi, aku menyadari bahwa aku juga berhak untuk pergi ke dunia yang lebih lembut dan hangat.

…Begitu ya.

Aku meyakini kalau Nisshi pasti berada di dunia yang lembut dan hangat sekarang. Ia telah menemukannya di sebelah wanita bernama Asako-san. 

Melihat Nisshi yang dengan bahagia menghabiskan suapan terakhir nasi gorengnya, aku merayakan jalan baru yang akan dilaluinya bersama pasangan barunya.

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama