Chapter 5.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru
“Kemudian,
Nenek Sayo juga merasa sangat senang dan berkata, 'Aku sangat senang
sekali karena Ryu-kun juga datang!'”
“Bukannya itu bagus?”
“Ya!
Dia jadi semakin ceria, aku benar-benar
bersyukur.”
“Mungkin
dia juga
merasa kesepian. Luna juga tidak pernah datang
berkunjung, kan?”
“Iya,
sejak mulai bekerja aku jadi sangat sibuk... Mulai sekarang, aku berencana
untuk mengunjunginya sebisa mungkin. Aku tidak tahu berapa kali lagi bisa
bertemu... itu menyedihkan, tapi...”
“Ya...
kedengarannya bagus.”
“Maaf banget ya kalau pembicaraan ini jadi
suram. ...Oh, ngomong-ngomong, kamu sudah
lihat akun Instagramnya Akari!?”
“Sudah dong~! Bahkan
kemarin kami video call selama sekitar satu jam!”
“Serius!?
Aku juga mau menghubunginya! Aku ingin melihat wajahnya dan mengucapkan
selamat! Bagaimana dengan keadaan Akari?
Sepertinya dia masih
ceria, kan!?”
“Dia
sangat ceria! Bayinya juga! Mereka berdua terus berteriak-teriak."
“Konyol banget!”
“Lucunya,
saat hamil dia kelihatan panik, tapi setelah lahir, dia tampak sangat bahagia.
Aku jadi terharu. Dia benar-benar menyusui dan mengganti popok. Akari yang dulu
sekarang sudah menjadi ibu yang hebat.”
“Benar,
sepertinya waktu berlalu sangat cepat untuk Akari! Sementara aku masih merasa
seperti siswi SMA dan berjiwa gadis!”
“Aku
juga begitu. Meskipun, dia juga
tidak merencanakan kehamilan itu. Tapi, mungkin karena dia Akari.”
“Hah?”
“Pernah
ada pepatah yang mengatakan, 'Tuhan
tidak memberikan ujian yang tidak bisa kita
lalui,' ‘kan? Mungkin Tuhan berpikir bahwa
karena dia Akari, dia bisa mengatasi ujian itu.”
“…Begitu ya… Tuhan tidak memberikan ujian
yang tidak bisa kita lalui…
Ya, itu benar.”
“…Luna?
Ada apa?”
“Ah,
tidak! …Oh iya, aku sudah
memutuskan. Tentang apa yang akan kulakukan setelah lulus.”
“Oh,
maksudnya tentang pembicaraan bagaimana Kashima Ryuuto pergi ke luar negeri?”
“Iya.”
“…Kamu
sudah memutuskannya?”
“Ya…
tapi aku ingin memberitahu Ryuuto terlebih dahulu.”
“Begitu ya… lalu,
kurasa aku akan menunggu laporan darimu.”
“Ya.
…Ini semua berkat Nikoru pula aku bisa memutuskan hal ini.”
“Senang
rasanya jika aku bisa membantu.”
“Hehe,
terima kasih banyak.”
“…Luna.”
“Iya?”
“Aku…
sudah putus dengan Ren.”
“…Begitu…”
“Ren
menyarakan, 'Bagaimana kalau kita
memberi jarak?' dan berkata, 'Aku tahu kalau kamu tidak menyukaiku seperti mantanmu yang dulu.
Sekarang itu baik-baik saja. Aku akan menunggumu selamanya.'
Itu benar-benar menyakitkan. Aku sempat
berpikir, apakah itu baik-baik saja?”
“Begitu ya… Nishina-kun, sampai segitunya…”
“Tapi,
ini adalah keputusanku. Jika aku terus menjadikan Ren sebagai tempat pelarian, rasanya itu tidak adil untuk Ren.”
“…Ya…”
“…Aku
bahkan belum pernah menceritakan ini kepada Luna sebelumnya, tapi…”
“Hah?”
“…Pada
malam Natal tahun lalu, aku sudah melakukannya bersama
Ren.”
“Eh…
'melakukan'
maksudnya… berhubungan intim?”
“Iya.”
“Sampai
akhir?”
“Ya.”
“Bukannya kamu belum pernah
melakukannya dengan
Sekiya-san?”
“Benar.
Kurasa itu juga karena aku bilang
sakit, tapi kami sebenarnya menjalani hubungan yang setengah-setengah... Dia
bilang, 'Kamu tidak
perlu memaksakan diri, setelah ujian selesai dan kita bisa berpacaran dengan
baik, kita bisa melakukannya lagi.'”
“Ya,
itu benar.”
“Tapi,
kami sudah melakukan hal-hal intim lain
beberapa kali.”
“Hehe,
aku sudah mendengarnya.”
“…Tapi,
sekarang, hari di mana aku bisa 'berpacaran baik-baik dengan
Senpai' tidak pernah datang… Aku
tidak tahu apakah akan ada seseorang yang lebih aku sukai daripada Senpai di
masa depan, jadi tidak ada gunanya aku terus menjaga keperawananku untuk Senpai. Ren adalah
pacarku, dan aku tahu ia menginginkannya, jadi aku melakukannya.”
“Ya…”
“Saat
aku berhubungan badan dengan Ren, yang ada di
hatiku adalah… perasaan 'aku ingin melakukan ini dengan Senpai.'” (TN: Play song - Kimi
dattara :v)
“…Nikoru…”
“Sejak
saat itu, aku mulai berpikir… 'Mungkin hubunganku
dengan Ren takkkan
bisa berjalan dengan baik.'”
“…………”
“…Aku penasaran ada berapa
banyak gadis di dunia ini yang memiliki pengalaman pertama mereka yang bahagia? Setidaknya aku
tidak bisa masuk ke dalam kelompok itu…”
“…Nikoru…”
“Ren
adalah pacarku, aku juga menyukainya,
dan aku tidak membencinya… Aku mencoba meyakinkan diriku sendiri dengan berpikir
rasional seperti itu. Tapi itu berarti, instingku berpikir 'tidak benar'…”
“…………”
“Aku
juga berharap bisa mengalami fenomena 'wanita menjadi lebih menyukai
pasangannya setelah berhubungan badan.'
Tapi… yang kudapatkan adalah… aku sangat menyukai Senpai.”
“Begitu ya…”
“…Jadi,
ini sudah tepat. Aku percaya bahwa suatu
saat nanti Ren juga akan merasakan hal yang
sama, meskipun mungkin ini kedengarannya egois…”
“Ya,
pasti akan seperti itu.”
“Terima
kasih… maaf sudah membangunkanmu saat kamu sedang tidur
tidur.”
“Tidak
apa-apa, aku baru saja terbangun, jadi tidak masalah. Aku senang kamu menelepon. …Kamu sudah berjuang dengan keras, Nikoru. Kamu sudah berusaha dengan
baik.”
Luna
menghibur sahabatnya dan
mengakhiri panggilan.
Dia
menuju ke kamar tidur di mana kekasihnya tidur, dan dengan lembut berbaring di
sampingnya. Sambil
mengawasi wajah tidur itu, dia sedikit
tersenyum, lalu memejamkan
matanya dengan tenang.