MrJazsohanisharma

Kimizero Jilid 9 Bab 5 Bahasa Indonesia

Chapter 5

 

Sejak menghadiri malam pemakaman kakek Luna, aku terus memikirkan masa depanku bersama Luna. 

── Kurasa kakek merasa bahagia. Setelah menikah dengan nenek selama lebih dari empat puluh tahun, mereka bisa bersama sampai akhir. 

── Luna adalah anak yang ceria dan menyenangkan, tapi dia sangat mudah merasa kesepian. Kamu sudah mengetahuinya sendiri, kan? Jadi, aku benar-benar senang dia bisa tinggal bersama Kashima-kun. Sekarang dia tidak perlu merasa kesepian lagi. 

Aku tidak ingin Luna merasakan kesepian. Tapi di saat yang sama, aku sendiri merasa sangat kesepian saat terpisah dari Luna. 

Sampai kami tinggal bersama, aku tidak menyadari seberapa besar aku menginginkan Luna. 

Selamat datang kembali~!

Saat dia menyambutku dengan mengenakan pakaian rumah dan celemek, aku merasa senang, dan ketika makan malam sudah siap, rasanya luar biasa bisa menikmati nasi hangat yang baru dimasak. Jika masih dalam proses memasak, ada kesenangan tersendiri bisa berdiri di dapur bersamanya. 

Jika aku pulang lebih cepat, aku memang sedikit merasa kesepian, tapi menyiapkan bak mandi untuk Luna atau berjuang dengan masakan yang belum terbiasa juga merupakan waktu yang baik untuk memikirkan Luna. 

“Aku pulang! 

Suatu hari, saat aku sedang memasak sembari melamun, Luna mendadak memelukku dari belakang. 

Woahh! 

Karena aku mengira aku sendirian di rumah, aku terkejut hingga jantungku hampir melompat. 

Luna...! Selamat datang kembali...

Ahaha, maaf sudah mengejutkanmu! Karena Ryuuto terlalu fokus memasak sih, jadi kamu tidak menyadariku sama sekali." 

Dia berkata begitu sambil melihat ke arah tanganku. 

…Apa kamu sedang mencoba membuat nikujaga?

Aku sedang merebus kentang, wortel, bawang, dan daging sapi tipis dengan menstuyu di dalam panci. Mungkin itulah sebabnya jadi mudah ditebak. 

Suara mendidih dan suara kipas angin menguasai pendengaranku hingga aku tidak menyadari pintu depan terbuka. 

Ya. Aku memasaknya sambil mengingat-ingat saat membuatnya di rumah Sayo-san saat musim panas kelas dua SMA dulu...

Eh, hebat sekali Ryuuto, ingatanmu bagus! Aku bahkan sudah tidak ingat resep yang dibuat saat itu!

Aku juga tidak ingat dengan jelas, jadi aku tidak tahu apakah bisa membuatnya dengan baik.

Saat aku berkata demikian dengan senyum canggung, Luna melihat ke dalam panci. 

Eh, tapi kelihatannya enak, kok? Aku coba sedikit ya~ 

Seraya berkata begitu, dia mengambil sendok dari tempat cuci, lalu mengambil sepotong kentang yang terbalut daging sapi dan bawang dari panci. 

Fuu, fuu

Setelah meniup kentang dengan hati-hati, Luna memakannya dalam satu suapan. 

Aku menatap Luna yang mengunyah dengan pipi mengembang, menunggu momen tegang. 

Yup! Nikujaga buatan Ryuuto enak banget!

Dengan senyuman lebar Luna, wajahku pun ikut ceria.

Bagus. Kalau begitu, kita matikan apinya sekarang. Rasanya akan lebih meresap jika sudah agak dingin. 

Begitu ya, padahal aku sudah tidak sabar ingin memakannya.” 

Bak mandinya juga sudah siap, tapi kamu mau yang mana dulu?" 

Wahh, terima kasih!

Luna yang menggabungkan kedua tangan dengan gembira, kemudian mengaitkan kedua tangan di bawah dagunya dan menatapku. 

…Kalau begitu, bagaimana kalau kita mandi bersama~?” 

Dengan tatapan menawannya, aku merasa terpesona dan mengangguk tanpa bisa menahan diri. 

Ya.

Kurasa Nikujaganya bisa dipanaskan kembali jika terlalu dingin, jadi kupikir itu tidak masalah.

 

◇◇◇◇

 

Kehidupan sehari-hari yang kuhabiskan bersama Luna sangat menyenangkan. 

Meskipun laporan kuliahku mulai semakin menumpuk atau kelelahan karena kerja paruh waktu. Selama aku mempunyai waktu bersama Luna di penghujung hari, aku bisa melewatinya. 

Sebaliknya, sebelum kami tinggal bersama, aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melewati hari-hari itu. Saking pentingnya, waktu bersama Luna telah menjadi momen penyembuhan yang tak tergantikan bagiku.

Semakin aku merasakannya, semakin aku bingung tentang pilihan apa yang harus diambil ketika waktu untuk mengambil keputusan yang semakin mendekat.

 

◇◇◇◇

 

“Nee, Ryuuto. Boleh aku menginap di rumah Nenek Sayo malam ini? 

Pada suatu Sabtu pagi, Luna mengatakan itu sebelum dia berangkat kerja. 

Eh? Boleh saja sih, tapi rasanya terlalu tiba-tiba ya. 

Ya, aku baru saja berpikir untuk melakukannya. 

Apa ada sesuatu yang terjadi dengan Sayo-san? 

Aku bertanya padanya sembari aku mengingat betapa lemah Sayo-san saat upcara pemakaman dan Luna menggelengkan kepalanya perlahan. 

…Sejak pemakaman kakek, Nenek Sayo tampaknya tidak bersemangat. Tadi pagi, Mao-kun menghubungiku.

Apa dia merasa tidak enak badan?" 

Enggak. Tubuhnya tampak sehat, tapi… perasaannya. Dia mungkin teringat saat kakek buyutku meninggal dan merasa kasihan pada nenek serta merasa sedikit depresi.

Begitu ya…

Itu memang membuatku khawatir. Meskipun Sayo-san kelihatan sehat-sehat saja, dia sudah hampir berusia satu abad, jadi perubahan kecil dalam perasaan atau lingkungan bisa mempengaruhi kesehatan fisiknya. 

Aku juga sudah lama tidak mengunjungi Chiba, dan sebelumnya aku tidak bisa banyak bicara, jadi kupikir jika aku bertemu dan mengobrol dengannya, mungkin dia akan merasa sedikit lebih baikan. 

Ya, itu bagus.

Jika memang begitu, aku berharap dia bisa pergi untuk menyemangati dan mendukung nenek buyutnya

“Tolong sampaikan salamku untuk Sayo-san dan Mao-san ya.

“Kalau tidak salah, Mao-kun bilang kalau mulai hari ini dirinya akan pergi melakukan perjalanan. Mungkin itu juga alasan ia menghubungiku. Mungkin ia khawatir meninggalkan Nenek Sayo sendirian.

Ah, begitu…

Maaf banget ya, padahal besok adalah hari libur yang sangat berharga, tapi aku malah tidak ada.”

Enggak apa-apa, kok. 

Meski sebenarnya aku merasa kesepian, tapi agar Luna bisa meninggalkan rumah dengan tenang, aku membalasnya sambil tersenyum. 

Besok adalah hari libur penuh Luna yang hanya terjadi dua kali dalam sebulan, dan meskipun aku tidak memiliki rencana khusus, aku berharap bisa menghabiskan waktu bersamanya sepanjang hari, jadi rasanya semakin disayangkan. 

“Besok, kamu akan kembali jam berapa? 

Hmm, aku belum memutuskannya sih, tapi aku ingin kembali sebelum gelap. Soalnya, Senin sudah masuk sekolah.

Baiklah.

Aku berpikir mungkin kami bisa makan malam bersama, tetapi tergantung pada keadaan Sayo-san, mungkin dia akan pulang sampai larut malam, jadi aku tidak menyebutkan hal itu agar tidak memberi tekanan pada waktu pulang. 

“Nee, Ryuuto?

Saat aku berusaha mengantar Luna yang membawa barang menuju pintu, dia menoleh sebelum mencapai ambang pintu. 

…Aku akan benar-benar memikirkannya. 

Dia berkata demikian sambil tersenyum lembut. 

Aku tidak ingin jauh darimu, tapi aku juga ingin mendukung mimpimu. Karena kamu sudah mendukung mimpiku.

Usai mendengar itu, aku bertanya-tanya apakah dia sedang membicarakan tentang pergi ke Indonesia. 

Ya, terima kasih.”

Aku juga membalasnya dengan senyuman, tetapi ada sedikit suasana canggung yang mengambang. Aku tidak ingin mengantarnya dengan suasana seperti ini, jadi aku mencari topik yang lebih ceria. 

Sabtu depan adalah hari ulang tahunmu, kan? Apa ada sesuatu yang ingin kamu minta?

Aku merasa pertanyaan itu agak konyol, tapi aku sudah kehabisan ide. 

Ah iya, benar! Sudah mau minggu depan ya? Rasanya cepat sekali... 

Saat berkata begitu, Luna terlihat merenung. 

Ulang tahunku yang keenam sebagai pasangan... kita sudah bersama lebih dari lima tahun, ya.

Ya, benar...

Apa ini sudah yang keenam ya? Jika memang begitu, pantas saja kalau aku sudah kehabisan ide... pikirku sambil merenung. 

…Ryuuto, kamu bilang kalau kamu akan pergi ke Indonesia selama 'beberapa tahun', kan?

Tiba-tiba, aku tersadar kembali saat Luna mengatakan itu. 

Y-Ya.

Ketika aku merasa bingung mengapa dia mencoba membahas topik itu kembali meskipun aku ingin membahasnya, Luna menundukkan kepalanya seraya berkata

Setelah aku mencari-cari di internet, ruapanya 'beberapa tahun' itu bisa berarti dua atau tiga tahun.

Ya...

Sepertinya aku juga pernah mendengar hal itu. Aku tidak tahu apakah Fujinami-san mengatakannya dengan maksud seperti itu. 

…Jangka waktu dua atau tiga tahun itu jauh lebih singkat daripada waktu yang sudah kita habiskan bersama... bahkan jika kita harus terpisah, ikatan yang telah kita bangun selama ini akan mendukung kita, kan?

Eh...

Apa itu berarti....

Apa Luna berniat tinggal di Jepang? Sementara aku menyadari betapa berharganya Luna, apa dia sudah menguatkan tekadnya? 

Di hadapanku yang kehilangan kata-kata, Luna mengangkat wajahnya dan menunjukkan senyuman cerah. Ekspresinya terlihat sedikit dipaksakan. 

“Kamu boleh bekerja di tempat mana pun yang kamu suka, Ryuuto. Aku akan selalu menunggumu dengan semangat di Jepang.

Setelah mengatakannya, Luna tersenyum dan membalikkan badannya untuk mengenakan sepatu. 

…………

Aku tidak bisa berkata apa-apa. 

Karena akulah yang ingin pergi ke Indonesia. 

…Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu ya. 

Saat Luna berkata begitu sambil menoleh, ekspresi kesepian memenuhi raut wajahnya. Hal itu membuatku merasa sedikit terselamatkan

Setelah menatap wajahku selama beberapa detik, Luna tiba-tiba menyipitkan matanya dengan penuh rasa sakit. 

…Jangan membuat wajah seperti itu. Kita baik-baik saja, kita bisa melakukannya.

Dengan mengatakan itu, dia melangkah satu langkah lebih dekat dan meletakkan kedua tangannya di pipiku. 

Ryuuto, aku sangat mencintaimu...

Dengan suara lembut seperti desahan, Luna menempelkan bibirnya pada bibirku. Wajahnya yang mengenakan sepatu hak tinggi terasa dekat, dan aku memeluk punggung Luna dengan erat. 

Ciuman selamat tinggal yang biasa terasa seperti ciuman perpisahan hari ini. 

Saat kami berpisah, aku merasakan sensasi seperti benang yang tertarik. Mungkin itu karena lip gloss Luna yang sudah dia aplikasikan untuk pergi kerja. 

…………

Kami saling menatap dalam jarak dekat. 

Luna selalu terlihat cantik seperti biasa. Dia semakin bersinar dibandingkan lima tahun yang lalu. Luna tersenyum sambil terus menatap mataku. Senyuman yang membuatku merasa tenang, bagaikan senyuman dewi. 

Aku pergi ya.

Dia mengatakannya sekali lagi, lalu dengan enggan membelakangiku. 

Ya... selamat jalan.

Pertemuan berikutnya akan terjadi paling cepat setelah tiga puluh jam. 

Entah kenapa, perasaan rindu ini terasa sangat menyiksa, mungkin karena kami sedang menikmati hari-hari manis bersama. 

Atau mungkin karena aku menyadari kemungkinan perpisahan selama beberapa tahun yang mungkin akan datang. 

Sambil menatap pintu depan yang tertutup setelah Luna menghilang, aku tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. 

…………

Tiba-tiba, aku menyadari sensasi ketidaknyamanan di sekitar bibirku dan menggosokkan bibir atas dan bawah. 

Sensasi kesemutan ini terasa familiar. 

Pada saat itu, suara getaran dari smartphone di atas meja memecah keheningan. 

Setelah bergerak untuk melihat smartphone, aku melihat pesan dari Luna. 

 

[Ryuuto, maaf! Hari ini saat berdandan sambil berpikir, jadi aku tanpa sadar memakai lip maximizer. Bibirmu terasa kesemutan, kan?]

 

Ah...

Benar, itu ketidaknyamanan yang aku rasakan. Aku teringat saat kami berdua sedang melihat-lihat tempat tinggal. Sensasi kesemutan setelah ciuman di dalam lemari itu sama. 

 

[Tidak apa-apa. Hati-hati di jalan.]

 

Setelah aku mengirim pesan itu, Luna segera membalas. 

 

[Mungkin lebih baik untuk segera menghapusnya dan memakai pelembap bibir!] 

 

Setelah membalas pesan itu dengan Baik, terima kasih, aku masih tidak berusaha menyeka bibirku untuk sementara waktu. 

Aku ingin merasakan kehadiran Luna. 

Biarkan saja tetap terasa pedih. 

Aku ingin merasakannya hingga ke dalam hatiku.

Jika aku berada di tempat yang jauh terpisah di seberang lautan, aku takkan bisa merasakan rasa sakit ini.

 

◇◇◇◇

 

Malam itu, aku tidur lebih awal dari biasanya. 

Ketika aku sedang sendirian, makan dan mandi bisa selesai dengan cepat, jadi tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan. Luna dan aku sering menonton film bersama sebelum hari libur

Kami duduk berdampingan di sofa, menyiapkan popcorn dan minuman bersoda untuk menciptakan suasana. 

Jika filmnya panjang, kadang-kadang aku tertidur di tengah jalan, atau saat berdekatan, kami mulai berciuman dan menjadi tidak fokus pada film, sehingga harus menonton film yang sama lagi di lain hari.

Aku belum pernah menonton film sebanyak ini sepanjang hidupku, tetapi karena Luna memilih film-film terkenal dan klasik, aku mulai berpikir bahwa menonton film itu menyenangkan. 

Namun, aku tidak merasa ingin menontonnya sendirian. 

Layanan streaming yang Luna langgani bisa diakses, jadi aku masih bisa menontonnya sendirian jika aku mengoperasikan remote TV. 

Setelah berbaring, aku memutar video terbaru KEN di smartphone, tetapi tanpa sadar, ada banyak anak-anak yang tidak kukenal muncul, dan aku menjadi lelah hanya mengingat nama dan avatar mereka. Ternyata tanpa kusadari, aku sudah tidak bisa mengikuti video KEN lagi

Tempat tidur double terasa terlalu luas saat aku sendirian. 

Karena cuaca belakangan ini semakin lembap, alas pendingin yang aku pasang membuat tempat tidur terasa semakin dingin. Karena itulah, tidurku menjadi tidak nyenyak, dan saat fajar, aku terbangun untuk buang air kecil. 

Di luar sudah tampak terang, cahaya samar masuk dari tirai, dan ruangan tidak sepenuhnya gelap. Karena terlalu malas menyalakan lampu, jadi aku langsung pergi ke toilet. 

Saat kembali ke kamar tidur, aku berjalan dengan langkah goyah dalam kegelapan. 

Dan kemudian, aku tanpa sengaja menginjak sesuatu. 

Aduh...!

Itu adalah kaki meja Luna. Kami berdua sama-sama masih mahasiswa, jadi di sudut ruang tamu ada meja untuk masing-masing. Meja Luna lebih dekat dengan kamar tidur, dan aku tersandung kakinya. 

Dampak dari itu membuat barang-barang di meja Luna jatuh. 

Ah... maaf...! 

Meskipun tidak ada Luna, aku secara otomatis meminta maaf sambil mengambil barang-barang yang jatuh. Saat mengambil salah satu barang, aku merasakan ketidaknyamanan dan menatapnya. 

Itu tampak seperti potongan kardus. Ukurannya seukuran papan kamaboko, seola-olah itu sengaja dipotong. 

…Apa ini?

Kupikir itu sampah, jadi aku hampir membuangnya ke tempat sampah, lalu tanpa sengaja membaliknya.

Yang menarik perhatianku adalah tulisan [Kashima Luna]. Tulisan tangan dengan huruf tipis seolah ditulis dengan pensil mekanik. 

Setelah melihat itu, aku jadi teringat. Tak lama setelah kami mulai tinggal bersama, Luna menulis nama pernikahannya di kardus. 

──Mungkin aku harus memotongnya dan menyimpan ini

Aku juga teringat Luna yang mengatakannya sambil bercanda. 

……Ternyata kamu benar-benar menyimpannya……

Dia sengaja memotongnya dengan gunting. 

……Luna……

Aku berdiri sendirian di ruangan dan menatap tulisan yang ada di kotak kardus itu. 

Jika dilihat seperti ini, rasanya seperti papan nama. 

──……Entahlah, banyak yang bilang soal nama keluarga yang berbeda setelah menikah, ‘kan? Tapi aku tetap mengaguminya, menjadi nama keluarga orang yang aku cintai…… 

──Kashima Luna…… ya. 

Saat mengingat ekspresi Luna yang tersenyum dengan pipi memerah, hatiku diliputi perasaan sesak. 

Aku tidak bisa membayangkan kalau aku tidak bisa melihat senyumnya yang begitu selama bertahun-tahun. 

Setiap malam menaiki tempat tidur yang tidak dihangatkan oleh Luna, dan menatap langit-langit sendirian sembari memejamkan mata

Aku tidak bisa membayangkan bahwa malam seperti ini akan berlangsung selama ratusan hari!!

…………

Sembari memegang erat papan nama kardus dan merasa kalau aku tidak sanggup menahan perasaanku lagi, aku melihat smartphone yang terhubung dengan kabel di samping tempat tidur. 

Jam menunjukkan pukul enam. Kereta sudah mulai beroperasi. 

Aku akan pergi menemuinya. 

Aku akan menyampaikan perasaanku sekarang kepada Luna. 

Dengan pemikiran itu, aku sudah sepenuhnya terjaga dan mulai bersiap-siap dengan terburu-buru.

 

◇◇◇◇

 

Aku tiba di stasiun terdekat rumah Sayo-san di Chiba sekitar pukul sepuluh pagi

Aku datang sampai sejauh ini secara impulsif, tetapi jika aku pergi ke rumah Sayo-san sekarang, aku akan mengganggu momen interaksi antara cicit dan nenek buyut

Tentu saja, aku tidak memberi tahu Luna bahwa aku akan datang kemari. Sejak pesan selamat malam kemarin, aku juga tidak menerima kabar dari Luna. 

Meskipun sedang berada di depan stasiun, aku tidak menjumpai adanya keramaian seperti di depan stasiun Tokyo. Namun, aku memilih jalan yang tampak sedikit ramai dan berjalan-jalan di pagi hari. 

Aku berjalan menyusuri jalan yang jarang ada penduduknya, sambil melirik toko-toko kecil yang dikelola secara pribadi, toko daging dan toko sayur yang sedikit mengingatkanku pada masa lalu. 

Pandangan mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah toko yang memiliki suasana sedikit berbeda dari toko lainnya. Toko tersebut memiliki kaca bergaya barat, jadi kupikir itu mungkin salon kecantikan atau toko kue. Di dalam toko itu terdapat berbagai aksesori dan barang-barang kecil yang dipajang. 

Aku merasakan sensasi déjà vu dengan suasana display tersebut dan berhenti sejenak di depan toko. 

Di pintu masuk toko, terdapat papan kayu putih yang tertulis:

 

Toko Aksesoris Buatan Tangan dan Batu Alam: Artemis

 

“Aksesoris buatan tangan……

Tiba-tiba, aku teringat pada stan di festival musim panas yang pernah aku kunjungi. 

Suasana aksesoris batu alam berwarna-warni yang disusun di atas kain dengan warna lembut sangat mirip dengan stan itu. Meski aku hanya meliriknya secara sekilas, tapi aku masih mengingat kesan aksesori yang stylish dan menyenangkan saat itu. 

Meski aku tidak menyangka hal itu mungkin terjadi, aku merasa jika memang demikian, maka itu pasti takdir. Jadi, aku memberanikan diri dan masuk ke dalam toko. 

Selamat datang! 

Orang yang duduk di belakang kasir berdiri dan menyapaku. Dia adalah seorang wanita muda yang tampak stylish. Aku merasa sepertinya aku mengenalnya. 

……Umm, aku minta maaf jika aku salah, tapi…… 

Biasanya aku bukan tipe yang banyak bicara dengan pegawai toko, tetapi aku memberanikan diri untuk bertanya. 

Apa Anda pernah berjualan di festival musim panas?

Ah, iya, betul! 

Pegawai itu mengangguk dengan terkejut. 

Di festival musim panas Obon, selain stan makanan biasa, ada zona untuk orang-orang yang memiliki toko lokal, dan aku berpartisipasi di sana setiap tahun.

Ternyata memang benar. Ingatanku tidak sepenuhnya hilang. 

Lima tahun yang lalu, aku pernah membeli cincin sebagai hadiah untuk pacarku di stan itu.

Aku merasa senang dan tersenyum saat mengatakannya. 

Begitu ya! Terima kasih banyak!

Pegawai itu mengucapkan terima kasih dengan mata yang bersinar. 

……Aku ingin memberikan hadiah lagi untuk pacar yang sama……

Sambil berkata demikian, aku mengalihkan pandanganku ke arah aksesoris yang dipajang di dalam toko. 

Aku sudah memberikan batu bulan sebagai batu kelahirannya, jadi aku bingung harus bagaimana……

Batu bulan, berarti dia lahir di bulan Juni, ya? 

Pegawai itu juga datang mendekatiku dan melihat produk bersama. 

Apa Anda tahu? Batu kelahiran itu tidak hanya satu untuk setiap bulan.

Eh, benar begitu?" 

Aku terkejut, dan pegawai itu mengambil satu cincin dari rak dan menunjukkannya kepadaku. 

Bagaimana dengan yang ini?

 

◇◇◇◇

 

Masih belum banyak orang di tepi pantai pada bulan Juni. 

Dari jauh, aku bisa melihat sosok peselancar yang terlihat sepanjang tahun, dan karena ini sebelum pembukaan pantai, tidak ada bayangan orang lain di pinggir laut.

Hari libur membuat pantai sedikit ramai, tapi semua orang sepertinya datang untuk berjalan-jalan seperti diriku, tidak ada yang berhenti untuk melakukan sesuatu. Matahari tidak bersinar sepenuhnya karena tertutup awan, tetapi setidaknya tidak turun hujan, jadi cuacanya cukup baik untuk waktu seperti ini. Ketika aku bergerak sedikit, udara terasa hangat dan aku berhati-hati agar pasir tidak masuk ke dalam sepatu.

Kemudian, aku menemukannya. Rumah pantai Mao-san [LUNA MARINE]. Sepertinya masih dalam proses pembangunan, tetapi papan namanya sudah terpasang dan bagian dek putihnya juga sudah selesai. Saat mendekati dek, aku teringat restoran yang pernah aku kunjungi di American Village di Okinawa. Sewaktu menikmati makanan di teras bersama Luna, aku berpikir bahwa tampilannya terlihat mirip dengan [LUNA MARINE], dan jika melihatnya dari sudut pandang ini, suasananya memang serupa.

──Aku senang bisa berada di sini bersama Luna…

──Aku harap kamu tidak perlu memikirkan apapun lagi. Tentang masa lalu. Tentang masa depan yang terlalu jauh…

──Aku, hari ini… meskipun aku mati di sini… aku merasa bahagia. Karena bisa bersama Luna.

──Mulai sekarang… mari kita hargai masa 'sekarang' yang bisa kita nikmati berdua.

Mengingat apa yang aku katakan kepada Luna saat itu, aku menyadari bahwa apa yang ingin kusampaikan padanya sekarang tidaklah salah.

Eh? Ryuuto…!?

Pada saat itu, aku mendengar suara orang memanggil namaku dari belakang. Itu suara Luna. Ketika aku menoleh, Luna melihatku dengan wajah terkejut. Aku juga pasti memiliki ekspresi yang sama.

Eh, serius, kamu datang!? Tapi aku tidak dapat kabar apapun…!?

Luna dengan panik mengeluarkan ponselnya, dan aku hanya mengangguk canggung, U-uh, ya.

…Aku merindukanmu, jadi aku datang untuk menjemput. Aku berencana untuk menghubungimu sebentar lagi…

“Begitu ya…!

Luna tersenyum simpul karena bahagia.

Aku baru saja selesai sarapan dan berbicara dengan Nenel Sayo tentang 'pembukaan rumah pantai'… jadi aku penasaran bagaimana keadaan rumah pantai, dan datang untuk berjalan-jalan.

Dia berkata sambil menatapku dan tersenyum.

“Aku tidak menyangka bisa bertemu Ryuuto di sini…

Aku juga terkejut dan tidak menyangka Luna akan datang kemari.

Kejadian seperti ini jadi mengingatkanku pada liburan musim panas kelas dua SMA, ya.

Iya, benar.

Kami saling bertatapan dan tertawa ringan

“Waktu itu juga rasanya sangat menyenangkan. Aku bisa bekerja paruh waktu berdua dengan Ryuuto. 

“Apalagi itu adalah pekerjaan paruh waktu pertamaku dalam hidupku.

Aku juga!

Luna mengatakannya dengan nada ceria, lalu tiba-tiba dia tersenyum dan mendongakkan dagunya. 

Kalau dipikir-pikir, kita sudah melakukannya, ya. ...Melakukan hal-hal pertama bersama-sama.

Luna yang terlihat senang dan malu-malu membuatku tersenyum kembali. 

Mulai sekarang, mari kita menjalani kehidupan seperti itu. ...Di samping satu sama lain.

Saat Luna melihatku dengan tatapan heran mendengar kata-kataku yang terakhir, aku membuka mulutku dengan penuh tekad. 

“Lagipula, aku ingin Luna selalu berada di sampingku. 

Ryuuto... aku juga ingin berada di sisimu... 

Jadi, jika Luna lulus dan segera menjadi pengasuh di Jepang... aku juga akan mencari pekerjaan di Jepang.

Pandangan mata Luna terbelalak dan terdiam. 

Jadi, aku ingin kita menikah setelah lulus.

Inilah kesimpulanku yang sudah kupikirkan sejak semalam. 

“Umm... aku memang ingin menikah, tapi tunggu sebentar!

Luna memberikan isyarat tunggu seolah-olah tidak bisa memahami perkataanku. 

“Apa maksudnya dengan mencari pekerjaan di Jepang? Apa kamu akan bekerja di perusahaan yang bukan milik Fujinami-san?

Aku hanya mengangguk diam. 

“Kamu belum mendapat tawaran pekerjaan yang pasti di perusahaan Jepang, kan?

Mulai sekarang aku akan mencari pekerjaan.

Berharap jadi editor?

“Aku juga akan memikirkan hal itu ke depannya... tapi karena aku mulai terlambat, sepertinya aku tidak bisa terlalu memilih-milih jenis pekerjaan. 

Saat melihat upaya Kurose-san yang bercita-cita jadi editor, aku menyadari bahwa menjadi editor untuk lulusan baru itu sangat sulit. 

Tapi, aku pasti akan menemukan pekerjaan apapun... Pekerjaan adalah bagian dari kehidupan, bukan seluruh kehidupan itu sendiri. Jika dipikirkan, sepertinya aku tidak perlu terlalu berat memikirkannya.

Bahkan Icchi pun terpaksa bekerja, ia mulai melakukan pekerjaan fisik yang tidak biasa baginya, dan aku pikir manusia bisa melakukan apapun demi bertahan hidup. 

Aku telah memikirkan apa yang benar-benar penting dalam hidupku. Aku menyadari bahwa yang paling penting bagiku adalah... Luna yang tersenyum di sampingku, hari ini dan besok.

Ryuuto...

Luna tersenyum bahagia. 

Aku juga... aku juga berpikir begitu. Ryuuto adalah orang yang terpenting di dalam hidupku.

Setelah mengatakannya, ekspresinya sedikit rumit. 

Tapi... maaf. Aku sedikit bingung.

Apa maksudmu?

Ketika aku bertanya balik, Luna membuka mulutnya dengan ragu. 

Aku... terus-menerus memikirkan apakah aku bisa terpisah dari Ryuuto selama beberapa tahun... Jadi, aku sama sekali tidak membayangkan kamu akan mengatakan hal seperti itu... Aku pikir kamu sudah memutuskan untuk pergi ke Indonesia.

...Aku juga memikirkan kemungkinan tentang hidup terpisah.

Aku mungkin terlalu bergantung padanya. Meskipun begitu, aku berpikir Luna pasti akan datang bersamaku. 

Kemarin, ketika Luna mengungkapkan tekadnya untuk menungguku di Jepang, aku baru bisa membayangkan kehidupan terpisah darinya dengan nyata. Dan, aku merasakan penolakan yang kuat terhadap hal itu. 

Mengenai pekerjaan, sejujurnya… aku merasa pasti ada orang lain yang bisa menggantikanku. Aku sendiri juga tidak tahu apakah aku benar-benar cocok dengan pekerjaan ini, aku harus mencobanya untuk mengetahuinya.

Luna mendengarkan dengan seksama. 

Namun, berkat semangat Fujinami-san lah yang membuatku ingin menjadi editor.

Aku teringat sosok Fujinami-san yang berbicara penuh semangat di lounge hotel beberapa hari yang lalu. 

Fujinami-san mempercayaiku... Si Editor yang sangat kompeten dan pernah menangani karya anime besar, Fujinami-san mengatakan berkali-kali bahwa aku 'cocok jadi editor'... dan untuk itu, aku ingin berusaha sekuat tenaga, dan akhirnya menemukan 'pekerjaan yang ingin kulakukan'.

Selain itu, ketika membantu Raion-san dalam menulis lirik dan mengoreksi LINE Kujibayashi-kun, membuatku mulai berpikir bahwa mungkin aku memang cocok

Jadi sekarang, aku hanya tidak ingin menjadi editor saja, tapi aku juga ingin bekerja di bawah Fujinami-san dan mendapat bimbingannya... Sebaliknya, jika aku ingin mencari pekerjaan biasa di Jepang untuk jadi editor, aku tidak memiliki semangat seperti Kurose-san.

Sambil memastikan perasaanku sendiri, aku mengungkapkan pikiran jujurku kepada Luna. 

Jika ada jenis pekerjaan yang kuinginkan sampai-sampai harus membuatku bersujud untuk memohonnya, kurasa aku sudah mencarinya sendiri... tetapi dalam hidupku sejauh ini, aku tidak menemukan pekerjaan seperti itu. 

Melihat wajah Luna yang cemas, aku segera melanjutkan. 

Tapi, jika aku benar-benar serius mencari pekerjaan, mungkin aku bisa menemukan perusahaan seperti itu, dan aku berencana untuk mencarinya. 

Setelah mendengar itu, Luna yang sebelumnya mendengarkan dengan seksama, menunjukkan senyum kecil. 

…Tapi, aku merasa Ryuuto tidak cocok untuk aktivitas seperti itu.

Eh?

Ryuuto, kamu sama sekali tidak percaya diri. Jika menemukan perusahaan yang ingin dimasuki, sepertinya kamu akan berkata, 'Jika tidak memberatkan, tolong pekerjakan aku...'

…Y-Ya, benar...

Dia sangat memahamiku. Seperti yang diharapkan karena kami sudah bersama lebih dari lima tahun

…Aku menyukai bagian itu darimu, Ryuuto. 

Setelah tersenyum, dia melanjutkan, Ah.

Bagian itu 'juga'?

Dengan tawa kecil, Luna tiba-tiba menjadi serius. 

…Tapi, apa kebaikan Ryuuto itu bisa dipahami dalam pencarian kerja?

Eh?

Menurutku, para pencari kerja yang menarik perhatian dengan berkata, 'Biarkan aku melakukannya!' atau 'Aku ingin pekerjaan ini!' mungkin lebih diuntungkan, bukan? ...Sama seperti cinta.

Setelah mengatakannya, wajah Luna sedikit murung. 

Sampai kelas dua SMA, aku tidak punya pandangan yang baik tentang orang-orang yang mengurus personalia, jadi aku hanya memilih pacar yang seperti itu. Karena aku sudah mengatakan ini, aku berpikir mereka pasti akan menghargaiku, tetapi kenyataannya sangat berbeda.”

Melihat senyum getirnya, hatiku masih terasa sedikit sakit. 

Karena itulah, aku semakin ingin menjaga dan melindunginya. 

Aku merasa kalau hal yang sama juga berlaku pada perusahaan juga. ...Aku percaya bahwa HRD perusahaan besar lebih memiliki pandangan lebih luas dibandingkan aku yang dulu. Tapi, karena banyaknya pencari kerja, jika tidak ada yang bisa mempromosikan diri dengan baik, mereka akan tenggelam, bukan?

Itu mungkin benar...

Jadi, sebagai pacarmu, aku sangat senang karena Fujinami-san mengundang Ryuuto setelah memahami sifat dan kemampuan Ryuuto dengan baik.

Luna tersenyum dan berbicara dengan tenang, aku yakin dia benar-benar merasakannya. Kehangatan itu membuat hatiku bergetar. 

Aku ingin Ryuuto bekerja di tempat yang bisa menghargai kelebihan Ryuuto dan memberinya penilaian yang tepat.

…………

Aku juga berharap bisa bekerja di perusahaan seperti itu. Namun, saat ini hanya Fujinami-san yang memiliki perusahaan seperti itu, dan itu berarti aku harus pergi ke Indonesia. 

Jadi, meskipun sangat disayangkan... tapi...

Setelah menundukkan kepala, Luna mengangkat wajahnya dan menatapku. 

Aku benar-benar senang Ryuuto menganggapku lebih penting daripada pekerjaan. Sungguh...!

Dengan senyuman cerah itu, hatiku terasa lembut dan hangat. 

Aku sangat senang. Sebenarnya, aku merasa sedikit kesepian sampai saat ini.

Luna juga?

Ya... Kemarin, setelah lama tidak bertemu Ryuuto, aku tidur sendirian di lantai dua rumah Nenek Sayo... Ah, aku merindukan Ryuuto. Jadi, aku datang ke rumah pantai yang penuh kenangan bersamamu.

Terdengar suara burung pemangsa dari atas. Angin laut yang terus berhembus mengingatkanku pada lima tahun yang lalu. 

Terima kasih sudah menjemputku, Ryuuto.

Luna mengatakannya dengan senyuman yang sangat aku cintai. 

Ayo kita pulang bersama, ke rumah kita.

Ya.

Dia memegang tanganku dengan nada bercanda dan kami mulai berjalan di sepanjang pantai sambil bergandengan tangan.

Sebelum itu, gimana kalau kamu menyapa Nenek Sayo? Kurasa dia akan senang melihatmu!" 

Jika itu tidak mengganggu, aku tidak masalah.

Tentu saja tidak~! Nenek Sayo bahkan bertanya, 'Kenapa Ryu-kun tidak datang bersama denganmu?' Dia pasti akan sangat senang!

Setelah itu, kami menyapa Sayo-san, kamu bertiga berbincang tentang keluarga dan hal-hal ringan, hingga kami diundang untuk makan siang dan camilan, dan aku pulang ke Tokyo bersama Luna.

 

◇◇◇◇

 

Malam itu, kalian berdua naik ke tempat tidur bersama sebelum tertidur. Luna menggenggam tanganku di dalam selimut dan menatapku sambil berbisik. 

“Mari kita selalu bersama, ya.

Ya...

Karena hari ini aku bangun pagi terlalu awal, rasa kantuk langsung menyergapku begitu aku berbaring, dan aku mengangguk berulang kali kepada Luna dalam keadaan setengah sadar

Aku sudah memutuskan. Aku tidak akan terpisah dari Ryuuto... Di mana pun dan kapan pun, selama ada Ryuuto, aku baik-baik saja.

Setelah mendengar kata-kata itu, aku tidak bisa memastikan apakah itu mimpi atau kenyataan, karena aku sudah sangat mengantuk

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close
Lebih baru Lebih lama