MrJazsohanisharma

[LN] Saijou no Osewa Jilid 8 Bab 2 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 2 Wawancara dimulai

Bagian 2

 

――Jadi begitulah, aku hanya menemani Tomonari-san untuk bersantai.

Begitu acara pesta teh dimulai, Tennouji-san dengan cepat menjelaskan kesalahpahaman.

Hmm... baiklah, kalau memang begitu masalahnya, kurasa aku mengerti."

“Malahan, kebenarannya sangat khas dari Tennouji-san~

Taisho dan Asahi-san mengangguk setuju, dan Tennouji-san menghela napas lega.

Hinako dan Narika cukup cepat menerima penjelasan, tetapi butuh waktu lebih lama untuk menjelaskan kepada Taisho dan Asahi-san. ...Sejujurnya, kesalahpahaman itu sudah terpecahkan sejak lama, dan aku merasa mereka sengaja memperpanjangnya karena itu terlihat lucu. Namun, jika dipikir-pikir, perubahan di mana kedua orang ini bisa akrab dengan Tennouji-san seperti ini sangat mengejutkan dibandingkan dengan awal semester.

Setelah mengambil seteguk teh yang sudah dingin dan hangat, aku berpikir bahwa ini merupakan tanda kalau kami bisa bercakap-cakap dengan begitu menyenangkan sampai-sampai melupakan untuk minum teh. Namun, topik seperti ini tidak baik untuk hatiku, jadi aku berharap mereka tidak perlu membahasnya lagi.

“Oleh karena itu, mohon berhati-hati saat menulis artikelnya, ya!!

Baiklah!

Tennouji-san berkata kepada anggota OSIS yang mengamati kami dari kursi sebelah. ...Aku juga berpikir saat melewati depan ruang kelas C di waktu istirahat, anggota OSIS itu terlihat sangat ceria.

Anggota OSIS juga tampaknya memiliki karakter yang cukup kuat. Siswa di Akademi Kekaisaran pada dasarnya semua memiliki karakter yang kuat...

Maaf, Tennouji-san. Terima kasih telah menjelaskan segalanya...

Karena akulah yang memulainya, jadi tidak masalah. ...Aku tidak menyesali perbuatanku saat itu, tetapi aku melupakan tentang apa yang terjadi setelah game manajemen berakhir.

Dengan keringat dingin mengalir, Tennouji-san minum teh seolah baru menyelesaikan tugas.

Aku merasa ada yang aneh dengan cara berbicara Tennouji-san. Apa maksudnya tentang apa yang terjadi setelah game manajemen berakhir?

Tomonari-kun pasti menyadarinya, setelah permainan manajemen berakhir, semua orang sangat santai, kan?

Seolah menangkap kebingunganku, Asahi-san menjelaskan.

Di Akademi Kekaisaran, sejak dulu, sering terjadi insiden hubungan cinta setelah game manajemen berakhir. Karena saat itu semua orang sedang santai, ditambah lagi hubungan antar manusia berubah setelah permainan. ...Sekarang setelah kupikir-pikir lagi, orang itu sangat keren ya~~~~ semua orang akan berpikiran begitu.”

“Be-Begitu..."

Game manajemen merupakan acara besar. Aku sendiri merasakan perubahan hubungan antar manusia melalui acara itu.

Tradisi yang dijelaskan oleh Asahi-san pasti sudah diketahui oleh semua siswa di akademi ini. Jadi, ketika mendengar topik cinta pada periode ini, semua orang langsung mengaitkannya dengan tradisi dan menjadi bersemangat. Artinya, siswa di Akadaemi Kekaisaran pada periode ini sangat mendambakan cinta.

Meskipun aku sendiri yang menyebabkan kegaduhan ini, aku tidak memiliki kekuatan untuk berbicara, tetapi pada periode ini, ada siswa yang terpengaruh oleh suasana sekitar dan melakukan hal-hal sembrono. Mohon berhati-hati, ya.

Mendengar peringatan dari Tennouji-san, Taisho dan Asahi-san balas mengangguk. Namun, hanya ada dua orang di antara mereka—aku dan Narika—yang saling bertukar pandang secara diam-diam.

Insiden hubungan cinta terjadi segera setelah game manajemen berakhir. Pada periode ini, ada siswa yang terpengaruh oleh suasana sekitar dan melakukan hal-hal sembrono.

(……………………Bukannya itu menceritakan tentang kami?)

Narika juga tampaknya sampai pada kesimpulan yang sama, karena wajahnya langsung memerah.

Rupanya, kami bergerak sesuai dengan tradisi tanpa kami sadari.

…Oh, ada apa? Tomonari-san, Miyakojima-san?

“Bu-Bu-Bu-Bu-Bu-Bu-Bukan apa-apa!

O-oh… beneran tidak ada apa-apa…… kan?

Meskipun jelas-jelas ada sesuatu di antara kami, Tennouji-san hanya memiringkan kepalanya.

Bahkan tanpa mengungkit hubungan percintaan, hubungan antar manusia sudah berubah banyak setelah game manajemen, ya, kata Asahi-san.

Benar sekali. Belakangan ini, aku sering melihat Miyakojima-san dikelilingi oleh banyak orang yang mengaguminya, tambah Tennouji-san.

O-oh. Iya, aku juga merasa begitu. Aku pikir ada perubahan di sekitarku hingga aku bisa merasakannya sendiri. …Aku bersyukur untuk itu.

Narika berkata dengan wajah bahagia.

Sejujurnya, aku merasa itu bukan sekadar tingkat dikagumi… tapi aku tidak ingin mengatakannya.

Yang harus diperhatikan adalah, dalam kasus Narika, hubungan antar manusia tidak berubah begitu saja. Narika sendiri yang berubah, sehingga orang-orang di sekitarnya juga berubah. Jadi, hal tersebut merupakan hasil dari usaha Narika.

Usahamu terbayar ya, Narika.

Aku tanpa sadar mengatakan itu sambil melihat Narika. Aku sangat ingin menyampaikan hal itu sampai-sampai melupakan rasa canggung di antara kami.

Narika terkejut sejenak, dia tetapi segera tersenyum lembut.

Ah… semmuanya itu berkat dirimu, Itsuki.

Kami berdua saling memandang.

Kali ini aku tidak merasa canggung, malahan kami diliputi perasaan tenang—.

…Eh, apa-apaan dengan suasana itu? Jangan-jangan Tomonari-kun sebenarnya ada sesuatu dengan Miyakojima-san, bukan dengan Tennouji-san—

“Ng-Ngomong-ngomong tentang perubahan, bukannya Konohana-san juga sama?!

Aku berusaha cepat mengalihkan topik kepada Asahi-san yang memiliki insting peka.

Hinako menatap ke arahku dengan tajam. Seolah mengatakan bahwa aku mencoba memanfaatkannya demi bisa mengalihkan perhatian… aku terus-menerus meminta maaf dalam hati.

Konohana-san juga memang sudah berubah. Hanya dengan melihat kelas kami, aku merasa banyak orang mulai berbicara dengan Konohana-san lebih dari sebelumnya.

Taisho yang tidak menyadari apa pun menunjukkan persetujuan terhadap kata-kataku.

…Benar. Persis seperti yang kamu katakan, belakangan ini aku semakin sering diajak bicara daripada sebelumnya.

Hinako membaca suasana dan mengalihkan topik.

Maaf, Hinako. Dan terima kasih, Taisho.

Namun sebenarnya, aku memang ingin membicarakan perubahan Hinako. Setelah game manajemen, hubungan Hinako juga mengalami perubahan.

Dari apa yang aku dengar, sepertinya pertemuan yang diadakan menjelang akhir game manajemen menjadi penyebabnya. …Kalau dipikir-pikir, aku belum pernah bergantung pada kalian seperti itu sebelumnya, jadi aku merasa hubungan kami semakin dekat setelah itu.

Ya, ya, saat itu semua orang di kelas juga bilang begitu. Mereka merasa terhormat karena Konohana-san bergantung pada mereka, kata Asahi-san sambil mengangguk.

Pertemuan yang dimaksud tentu saja adalah rapat untuk membangun kembali Konohana Automobile setelah insiden penyembunyian recall.

Hinako adalah gadis malas yang selalu bergantung pada orang lain di rumah, tetapi ketika berada di kelas, dia jarang meminta bantuan orang lain. Jika dia ingin menjaga citra sebagai Ojou-sama yang sempurna, dia harus bisa melakukan segalanya sendiri.

Teman-teman sekelasnya mungkin merasa senang karena Hinako bergantung pada mereka.

Aku bisa memahami perasaan itu sebagai pengasuhnya. Dianggap sebagai seseorang yang besar dan kuat, bergantung padaku adalah suatu kehormatan dan kebanggaan.

Jadi, aku yakin semua orang di akademi juga memiliki pemikiran yang sama, meskipun dalam berbagai tingkatan.

Semua ingin setara dengan Konohana Hinako. Pasti semua orang di dalam hati mereka berpikir demikian.

Gunununu… jika Konohana Hinako mulai belajar menggunakan orang lain, maka hak eksklusifku…

Tennouji-san mengungkapkan kejengkelannya dengan suara kecil.

Aku pernah memberitahu Tennouji-san di pantai saat liburan musim panas bahwa kekuatan yang dimiliki dirinya namun tidak dimiliki Hinako adalah karisma. Perasaan itu tidak berubah, tetapi tentu saja, pertumbuhan Hinako bisa mengubah segalanya.

Aku juga menemukan ada banyak hal yang masih perlu dipelajari sebagai putri keluarga Konohana. Aku harus berusaha agar tidak kalah dengan kemajuan kalian semua di sini.

Hinako tersenyum cerah mempesona, seolah-olah dirinya memancarkan cahaya ilahi.

O-oh… sangat mulia sekali

Konohana-san… memang mirip seperti malaikat…

Taisho dan Asahi-san mulai menghormati Hinako seperti pengikut yang penuh rasa hormat.

Namun, sejujurnya, aku rasa Hinako tidak akan pernah memiliki karisma seperti Tennouji-san.

 Hal itu dikarenakan dia sendiri tidak memiliki niat untuk itu.

Dia sudah kesulitan bergaul. Aku bisa membayangkan Hinako berkata dengan malas, Menggunakan orang lain itu merepotkan dan mustahil.

 

◆◆◆◆

 

Oke, semua, sampai jumpa lagi~

Ya. Sampai ketemu hari Senin.

Hinako tersenyum dan membalas lambaian tangan kepada Asahi-san yang naik mobil. Setelah pertemuan teh selesai, kami semua pulang dengan mobil jemputan masing-masing.

Aku dan Hinako juga berniat pulang segera, tetapi—.

I-Itsuki!

Saat aku berusaha menuju gerbang sekolah, Narika memanggil ku.

“Be-Be-Be-Be-Begini, ada sesuatu yang ingin kubicarakan…!

O-oh. Baiklah.

Melihat Narika yang tampak lebih aneh dari biasanya, aku juga merasa sedikit bingung dan mengangguk.

Isi pembicaraannya… aku sudah bisa menebaknya.

Aku melihat Hinako yang ada di sebelahku.

Konohana-san, itu…

Mungkin Narika ingin berbicara berduaan saja denganku, jadi aku harus meminta Hinako untuk pergi. Seolah mengerti niatku, Hinako mengangguk pelan.

Baiklah, kalian berdua. Aku pamit dulu ya.

Aku melakukan kontak mata dengan Hinako yang membungkuk. Aku ingin menyampaikan melalui tatapan bahwa tidak masalah jika dia pulang lebih dulu—.

Hinako mengangguk kecil dan keluar dari gerbang sekolah.

Sekarang hanya tersisa aku dan Narika saja, jadi kami berpindah ke ujung lapangan. Sambil melihat warna senja yang menghiasi lapangan, aku menatap wajah Narika.

Jadi, Narika. Sesuatu yang ingin kamu bicarakan ini mungkin… tentang waktu itu, kan?

“Iy-Iya. Ini tentang setelah game manajemen berakhir…

Sepertinya memang begitu…

Penyebab terjadinya ketegangan dan kecanggungan kami.

Narika ingin membicarakan tentang ciuman yang terjadi di antara kami—.

Ja-Jadi… ak-aku ingin memastikan…

Narika bertanya dengan ragu-ragu.

I-Itsuki… apa kamu… mulai membenciku…?

Pertanyaan itu benar-benar mengejutkanku. Saking terkejutnya sampai-sampai membuat kegugupanku mereda.

Membencimu? Kenapa…?

So-Soalnya, aku tiba-tiba melakukan hal seperti itu…!!

Narika berkata dengan wajah yang tampak ingin menangis kapan saja.

Sejak saat itu, aku terus-menerus kepikiran…!! Tanpa memikirkan perasaan Itsuki, aku bertindak sembarangan…!! Ugh… ak-aku, apa yang sudah aku lakukan…!?

Aku terkejut dan hanya bisa membuka mulut tanpa bisa berkata-kata.

 …Jadi dia sampai berpikiran begitu.

Kami berdua sma-sama bisa merasakan suasana canggung. Namun, ketegangan yang aku rasakan dan yang dirasakan Narika tampaknya sedikit berbeda.

Narika tampaknya khawatir apakah aku membencinya.

“Wa-Waktu acara pesta teh tadi, Tennouji-san juga mengatakannya, kan? Di masa seperti ini, ada banyak orang yang terbawa suasana… Ku-Kupikir dia sedang membicarakanku…!!

Aku juga sempat berpikir begitu.

Sebenarnya bukan hanya tentang Narika, tetapi tentang kami berdua.

……………………Hah.

Sebelum menenangkan Narika, aku harus menenangkan diriku terlebih dahulu.

Ketika Narika memanggilku sebelumnya—aku merasa harus memberikan jawaban atas kejadian waktu itu. Tapi bagi Narika, sepertinya itu bukanlah hal yang mudah.

Memang benar kalau ciuman itu terlalu mendadak.

Tapi, apa aku jadi membenci Narika karena itu…?

…Aku sama sekali tidak membencimu.

 Aku menatap mata Narika dan menjawab demikian.

Namun, aku terdiam untuk melanjutkan kalimat selanjutnya.

Mengatakan bahwa aku tidak merasakan apa-apa—itu sama sekali tidak benar.

Mengatakan bahwa aku akan melupakan kejadian itu—itu bahkan tidak bisa dianggap sebagai penghiburan.

Jika aku mengatakan bahwa aku justru merasa senang—apa itu terdengar seperti jawaban?

Ciuman itu terjadi dua hari yang lalu. Meskipun aku ingin memberikan jawaban, aku merasa sedikit bersalah pada Narika dan ingin memilah-milah perasaanku sedikit lebih banyak.

Dalam hubungan kami sebelumnya, aku biasanya bisa dengan santai berkata, Jangan terlalu dipikirkan, dan selesai. Namun, memikirkan hubungan kami saat ini, sepertinya ada banyak kata yang menjadi terbatas.

Ap-Apa kamu benar-benar tidak membenciku…?

Narika bertanya dengan suara bergetar saat melihatku yang kembali terdiam.

Aku tidak membencinya. Itulah kata-kata yang keluar dari dalam hatiku.

Ya. Tentu saja tidak.

Sy-Syukurlah…

Narika menghela napas lega. Sepertinya kesalahpahaman yang terjadi telah teratasi.

Tapi, saat itu aku benar-benar terkejut. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu akan melakukan hal seperti itu, Narika

Aku merasa boleh saja menyampaikan bahwa aku terkejut, jadi aku berkata jujur.

Nyatanya, aku memang terkejut. Pikiranku menjadi kosong sesaat ketika dia melakukan itu.

A-ah, saat itu…

Narika tampak ragu dan sulit untuk berbicara.

“Aku…

Aku?

“Aku tidak bisa menahan diri lagi

Narika mengatakan itu dengan pipi yang memerah dan mengalihkan pandangannya ke mana-mana.

Melihat yang Narika seperti itu, aku jadi tersadar.

Kami sedang membicarakan hal yang sangat memalukan…

Wajahku mulai terasa panas. Mungkin, wajahku juga sudah memerah seperti Narika. Melihat Narika yang polos, aku merasa hatinya juga mulai murni.

Ah!? Sepertinya jemputanku sudah datang!

Narika tiba-tiba mengeluarkan smartphone-nya dan berkata demikian.

“Ka-Kalau begitu, aku pamit dulu! …aku sangat senang kamu tidak membenciku, Itsuki!

Setelah berkata demikian, Narika pergi dari hadapanku.

Fyuuh~~, aku menghela napas pelan. Sepertinya ketegangan aku belum sepenuhnya hilang, dan aku menyadari bahwa hati aku masih tegang setelah berpisah dengan Narika.

(…………Eh?)

Melihat punggung Narika yang semakin menjauh, aku tiba-tiba berpikir.

 (…………Pada akhirnya, apa yang harus aku lakukan?)

Narika yang tidak lagi merasa cemas tampak ceria dan melangkah dengan gembira menuju gerbang sekolah.

Seolah-olah, dia tidak mengkhawatirkannya lagi.

 ………………………… Apakah dia tidak peduli dengan jawabanku?

Aku belum memberikan jawaban atas perasaan Narika…

Apa jangan-jangan bagi Narika, masalah ini sudah selesai?

(…Tidak, itu tidak mungkin)

Ciuman itu bisa dianggap sebagai pengakuan perasaannya, kan…?

Kalau begitu, apa aku harus memberikan jawaban…?

Namun, saat melihat sikap Narika tadijangan-jangan dia tidak mencari jawaban?

Dia juga mengatakan bahwa ciuman itu hanyalah tindakan spontan karena terbawa suasana

Jangan-jangan… Narika tidak memikirkan apa pun untuk ke depannya?

(…Itu mungkin saja)

Itu sangat mungkin.

Narika memang sedikit, atau bahkan cukup, ceroboh. Dengan sifatnya yang polos, mungkin dia tidak melihat kemungkinan hubungan kami berkembang menjadi hubungan percintaan.

Aku tanpa sadar meletakkan tanganku di keningku.

Jika memang itu benar… apa yang harus kulakukan?

 …Hah? Bukannya lebih baik kalau aku memberikannya jawaban?

Aku mulai merasa bimbang.

(Jika Narika tidak mencari jawaban…)

Ketika aku memikirkan hal itu, entah kenapa hatiku tiba-tiba menjadi lebih ringan.

Namun, perasaan ringan ini sama saja dengan sikap pengecut? Bukannya itu cuma angan-anganku saja demi menghindari tanggung jawab?

Atau, apa ini bentuk kebaikan terhadap Narika?

Jika tidak diminta, tidak memberikan jawaban juga bisa jadi bentuk kesungguhan.

(…………Tidak)

Itu salah.

Aku harus mengingatnya.

Apa yang dikatakan Narika padaku saat itu?

―― Ak-Aku tidak akan bertanya tentang jawabannya sekarang! Tapi, semuanya sudah terlambat jika kamu menyesalinya!

Jika dia benar-benar tidak memikirkan masa depan, maka kata-kata penyesalan tidak akan muncul.

Pada waktu itu, Narika jelas-jelas mengumpulkan keberaniannya.

Dia melihatku dengan sangat malu, tetapi tetap menatapku dengan tulus.

 ―― Karena orang yang menyuruhku untuk melakukannya dengan sepenuh hati adalah kamu sendiri—Itsuki!!

Narika benar-benar sudah berusaha keras untuk melakukannya.

Hasilnya adalah ciuman itu.

Jadi, mana mungkin dia tidak memikirkan apa pun untuk ke depannya. Jika dia benar-benar tidak memikirkannya, tidak ada alasan untuk mengumpulkan keberanian yang begitu terlihat.

Narika memang memiliki sisi ceroboh dan polos. Namun, ciri utamanya adalah sifat negatifnya.

Aku seharusnya tahu hal itu…

Narika merupakan tipe orang yang lebih mengutamakan untuk tidak merepotkan orang lain ketimbang perasaannya sendiri.

…Narika

Aku memanggil namanya.

Namun, dia sudah pergi menjauh, jadi tidak mungkin dia mendengarnya.

Aku berlari menuju gerbang sekolah.

Masih ada waktu…!!

――Narika!!

Ketika aku berhasil menyusulnya dan melihat punggungnya, aku memanggilnya dengan suara keras.

Narika berbalik menoleh dengan ekspresi terkejut dan mendekatiku.

I-Itsuki? Kenapa kamu terlihat begitu putus asa—

――Aku akan memberikan jawabanku.

Narika membuka matanya lebar-lebar.

Sepertinya perkataanku sangat mengenai hatinya… seolah-olah aku telah menyentuh kemungkinan yang dia sembunyikan di sudut hatinya… Narika menunjukkan ekspresi tegang.

Jika lawan bicara tidak mencarinya, tidak memberikan jawaban bisa jadi bentuk kesungguhan.

Namun, Narika sudah mengumpulkan keberaniannya untuk itu.

Narika yang selalu merengek, gampang gelisah, negatif, dan penakut, dia terpengaruh oleh kata-kataku dan melakukannya dengan sepenuh hati.

Maka, aku juga—aku merasa harus mengumpulkan keberanian.

Saat ini aku masih belum memilah perasaanku sendiri… tapi aku akan memberikan jawaban dengan benar padamu. Jadi, aku berharap kalau kamu bersedia menunggu jawabanku.

Aku menatap wajah Narika dengan serius dan mengatakan hal itu padanya.

…Jadi aku hanya perlu menunggumu?

 Narika bertanya dengan pelan.

Dia menatapku dengan mata yang bergetar dan membuka mulutnya sekali lagi.

Baiklah. …Aku akan menunggumu.

Setelah mengatakan itu, Narika berjalan keluar dari sekolah.

Kali ini, aku mengantarnya dengan diam. Seharusnya tidak ada lagi yang perlu kukatakan.

Namun…

(…………Aku benar-benar memilih jalan yang sulit)

Setelah melihat reaksi Narika, aku berpikir bahwa sebenarnya ada jalan untuk tidak memberikan jawaban. Namun, karena aku sudah memutuskannya demikian, aku harus berusaha keras untuk menemukan jawabanku sendiri.

Untuk saat ini, mari pulang dulu.

Aku berjalan melewati gerbang sekolah menuju tempat di mana mobil akan menjemputku.

Namun, tepat di hadapanku, aku melihat sosok Hinako.

Hinako? Kenapa kamu masih belum pulang—

Aku bergumam seolah-olah berbicara pada diriku sendiri, tetapi segera menutup mulut saat melihat sosok di sampingnya.

Tapi rupanya orang itu juga menyadari keberadaanku. Orang itu lalu tersenyum ramah.

Halo, Tomonari-kun. Aku sudah menunggumu.

…Ketua Minato?

Di samping Hinako adalah Ketua Minato.

Aku sedang mengobrol dengan Konohana-san sampai kamu datang. Tadi, aku melihatmu berbicara dengan Miyakojima-san di pojok lapangan, apa itu sudah selesai?

Ah, ya. Itu sudah tidak masalah…

Kenapa dia sampai repot-repot menungguku?

Aku lupa memberikan ini padamu. Tolong terima lah.

Setelah mengatakan itu, Ketua Minato menyerahkan beberapa lembar dokumen kepadaku.

Aku lalu mencoba membaca dokumen itu sekilas.

…Laporan wawancara mandiri?

Benar. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, untuk hari libur, kamu harus melakukan wawancara sendiri. Tulis cara menghabiskan waktu liburmu berdasarkan pertanyaan yang tertera di sana.

Lembar pertama adalah tabel jadwal kosong. Lembar kedua berisi beberapa pertanyaan dalam format tanya jawab. Sepertinya aku harus mengisinya semua.

Aku memberikan ini kepada kandidat lain saat istirahat, tetapi kamu tidak ada di kelas. Aku berencana memberikannya sepulang sekolah, tetapi sepertinya pertemuan teh yang mulia itu diadakan secara mendadak, jadi aku menunggu sampai selesai. …Kemudian, pertemuan rahasiamu dengan Miyakojima-san dimulai.

Ehm… maaf, aku membuatmu menunggu.

Tidak, tidak, kamu tidak perlu meminta maaf segala. Hal itu membuktikan bahwa kamu cukup populer.

Ketua Minato pasti juga sangat sibuk, tetapi sepertinya dia sudah menunggu sampai sekarang.

Mengenai pertemuan rahasiaku dengan Narka… aku tidak bisa membantahnya, jadi lebih baik aku lewatkan.

Setelah menyimpan dokumen ke dalam tas, Ketua Minato bergantian melihat ke arahku dan Hinako.

Tadi aku juga sempat berbicara dengan Konohana-san… sepertinya kalian sering Bersama, ya. Wakil ketua bahkan memberitahuku kalau kalian berdua juga bersama saat istirahat, ya? Kalian akrab sekali.

Ya… begitulah.

Dengan topik pertemuan teh dan interaksiku dengan Narika sebelumnya, aku hampir menganggapnya sebagai nuansa romantis, tetapi mungkin ini lebih merupakan ungkapan persahabatan.

Di sampingku, Hinako menunjukkan ekspresi puas.

“Hmm, Ketua memiliki pandangan yang baik.

…? Ah, begitu ya?

Ya.

Ketua Minato memiringkan kepalanya saat Hinako terlihat sangat puas.

Aku juga mengamati suasana pertemuan teh, tetapi… entah bagaimana, interaksinya lebih biasa daripada yang aku kira.

Ketua Minato berbicara dengan hati-hati.

Jangan anggap ini sebagai ungkapan yang buruk. Hanya saja, aku mendengar rumor bahwa ada diskusi panas tentang politik dan militer, jadi aku terkejut.

Hahaha… sepertinya memang ada rumor seperti itu.

Aku tidak bisa menahan senyum pahit. Ketika aku pertama kali berbicara dengan Ikuno, ia juga pernah mengatakan hal yang sama.

Sebenarnya, itu hanya pertemuan teh biasa. Kami hanya mengobrol santai.

Begitu ya… mungkin memang  itu yang kalian butuhkan.

Ketua Minato melirik Hinako yang berdiri di sampingku.

Siswa paling terkenal di Akademi Kekaisaran. Putri dari grup konglomerat Konohana yang dikenal sebagai Ojou-sama sempurna. Itulah keberadaan Konohana Hinako. Dengan perhatian yang sebesar ini, bisa menciptakan tempat di mana dia bisa berbicara dengan tenang dengan seseorang merupakan suatu kesulitan tersendiri. Namun, hal tersebut juga berlaku untuk Tennouji-san dan Narika. Ruang di mana para mereka bisa berkumpul dan berbincang dengan akrab adalah sesuatu yang berharga.

Pertemuan teh yang mulia mungkin terbentuk dengan keseimbangan yang luar biasa.

Pasti semua orang merasakannya, meskipun sedikit.

Jika kamu menjadi wakil ketua, apa kamu ingin mencapai akademi yang seperti itu?

Walaupun pertanyaan itu diajukan dengan nada ringan, tetapi esensinya cukup dalam.

Akademi seperti itu… akademi yang mirip seperti pertemuan teh kami yang santai. Ketika ditanya apa aku ingin mencapainya? Aku…

Tidak, aku masih belum mengetahuinya.

Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban.

“Tujuanku ialah menjadi wakil ketua. Aku menyerahkan pada orang yang menjadi ketua untuk mengambil alih kepemimpinan.

…Begitu ya. Cara berpikir yang bagus.

Tentu saja, jika ketua yang dimaksud memilih jalan yang salah, aku ingin menghentikannya, tetapi kurasa orang seperti itu takkan mungkin menjadi ketua di akademi ini.

Aku mempunyai banyak definisi tentang jalan yang salah, tetapi definisi tentang jalan yang benar yang harus diambil masih samar. Namun, aku tidak menganggap itu sebagai masalah. Semua siswa di akademi ini benar-benar luar biasa… jika aku bisa menjadi wakil ketua, aku hanya perlu berkonsultasi dengan ketua dan membuat keputusan bersama.

Aku tidak tahu siapa yang akan menjadi ketuanya. Tetapi, tidak peduli siapa pun itu, aku akan mempercayainya dan mendukungnya.

Mungkin, itulah caraku—karakterku.

Melihatku yang seperti itu, Ketua Minato mengangguk puas sebelum melihat Hinako.

Konohana-san. Bolehkah aku mengajukan pertanyaan yang membuatmu sedikit gugup?

“Gugup, ya?"

Oh, jangan salah paham dulu. Akulah yang merasa gugup.

Ketua Minato lalu melanjutkan.

Konohana-san, sepertinya kamu sering dimintai bantuan oleh banyak orang, ‘kan?

…Aku tidak bisa membantahnya.

Kalau begitu, apa Konohana-san pernah meminta bantuan kepada OSIS?

Hinako terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya.

Tidak, untungnya sampai sekarang aku belum pernah.

Seperti yang aku duga… itulah keadaan di akademi ini.

Ketua Minato berkata dengan wajah serius.

Di akademi ini, ada banyak nama besar bahkan di luar OSIS. Jadi, jarang sekali ada orang yang secara khusus meminta bantuan OSIS. Kekuatan yang hanya berlaku di dalam akademi dari OSIS tidak ada bandingnya dengan kekuatan keluarga Konohana yang memiliki pengaruh di dalam dan luar akademi. Sayangnya, status sebagai anggota OSIS tidak bisa bersaing dengan nama besar keluarga.

Setelah dipikir-pikir, aku juga belum pernah meminta bantuan OSIS.

Jika Hinako… atau lebih tepatnya, jika grup Konohana serius ingin menerapkan kekuasaan di Akademi Kekaisaran, mereka pasti bisa mewujudkannya. Pengaruh nama keluarga bisa menjangkau hingga ke dalam akademi. Jadi, memang benar apa yang dikatakan Ketua Minato, bahwa keberadaan OSIS saat ini patut dipertanyakan dalam situasi tersebut.

Oleh karena itu, OSIS selama ini berfungsi sebagai kekuatan di balik layar, tetapi—aku ingin mengubah keadaan ini. Aku telah diam-diam mempersiapkan berbagai hal.

Ketua Minato sedikit menguatkan nada suaranya dan berkata.

“Namun aku membuat kesalahan dalam perhitunganku karena ternyata itu memakan waktu lebih lama dari yang aku perkirakan. Berkat itu, sepertinya aku tidak akan sempat menyelesaikannya pada masa jabatanku, tetapi pasti akan berguna untuk generasi berikutnya. …Dengan pemikiran itu, aku tidak bisa menganggap pemilihan berikutnya sebagai urusan orang lain.

Meskipun aku tidak tahu secara rinci, sepertinya Ketua Minato telah memutuskan untuk menyerahkan semua yang telah dia bangun kepada generasi berikutnya. Mungkin rincian itu bukanlah sesuatu yang seharusnya aku dengar saat ini. Itu pasti sesuatu yang sangat besar sehingga hanya mereka yang telah bergabung dengan OSIS yang boleh diberitahu tentang hal itu.

Tanggal pengumpulan laporan adalah hari Senin minggu depan. Aku akan menantikannya.

Setelah berkata demikian, Ketua Minato pun berjalan pergi.

Ketika aku mendengar bahwa ada kolam yang dibuat di dalam area sekolah, aku terkejut dengan kekuatan OSIS… tetapi mungkin Ketua Minato justru merasa rumit karena mereka hanya bisa melakukan hal sebesar itu.

 …Itu adalah pembicaraan yang membuatku merenung.

Namun, bukannya berarti aku bisa mengada-ada dalam isi laporan. Waktu menuju masa pemilihan sudah semakin dekat, dan meskipun aku mengubah cara hidupku sekarang, aku tidak bisa menjamin kepada siswa lain bahwa itu akan berlanjut setelah aku menjadi anggota OSIS.

Aku memutuskan untuk menuliskan diriku yang sebenarnya dalam laporan penelitian mandiri.

Aku akan melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.

“Dalam percakapan tadi

Hinako berkata dengan suara pelan.

Aku merasa sedikit mengerti tentang jenis wakil ketua macam apa yang ingin kamu capai, Itsuki.

…Benarkah? Sejujurnya, aku juga belum benar-benar memutuskan dengan jelas.

Hinako menggelengkan kepalamua.

Jika Itsuki menjadi wakil ketua… kamu ingin membantu ketua OSIS, kan?

Setelah mendengar perkataannya… mungkin itu benar.

Mendukung dan membimbing. Visi seperti itu memang ada.

Saat aku merenungkannya, Hinako tiba-tiba mendekatkan tubuhnya kepadaku.

Hi-Hinako?

…Jangan lupakan untuk mengasuhku juga, ya.

 Apa dia merasa cemas seperti itu…?

Tentu saja aku tidak akan melupakanmu.

…Hmm.

Saat aku memberitahunya dengan suara pelan agar orang lain tidak mendengarnya, Hinako menjauh dariku dan menjawab begitu dengan wajah yang terlihat puas.

Tentu saja aku tidak akan melupakannya. Karena alasan aku ingin menjadi pengurus OSIS ialah untuk menjadi orang mumpuni yang bisa tetap berada di samping Hinako setelah lulus dari akademi.

Aku tidak menganggap menjadi pengurus OSIS sebagai batu loncatan.

 Namun, terlepas dari itu, penting juga untuk memandang ke depan.

Ah iya. Hinako, jika kamu tidak keberatan, apa kamu bisa mengajarkanku tentang manajemen bisnis?

Manajemen bisnis…?

Ya. Game manajemen sudah selesai, tetapi aku ingin terus belajar tentang manajemen bisnis. Jika ada buku referensi yang kamu gunakan, aku ingin meminjamnya.

Hmm, baiklah. Aku punya banyak, jadi aku akan memeriksanya di kamarku dan mencarikannya.

Banyak, ya…

Walaupun aku sudah menyadarinya, tetapi memang kemampuan manajerial Hinako yang aku saksikan langsung saat game manajemen bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam.

Berapa tahun lagi aku harus menunggu hingga bisa menyusul pencapaiannya?

Tidak, bisa jadi bukan hanya aku tidak bisa menyusul, tapi jarak di antara kami malah semakin jauh.

Sudah kuduga, bisa berdiri setara di samping Hinako memang sangat sulit.

Itulah sebabnya… ini menjadi tantangan yang menarik.


 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Lebih baru Lebih lama