Chapter 5
Kapel
yang didominasi warna putih dan coklat gelap dihiasi dengan bunga mawar putih.
Sambil melihat salib yang tergantung di belakang altar, aku menunggu Luna. Tuksedo yang tidak biasa ini terasa
sedikit sempit di bahu dan leherku,
namun hal itu justru membuatku merasa lebih
tegas. Suara langkah kaki Luna terdengar, dia semakin mendekat
dan berhenti, lalu bahuku diketuk lembut. Ketika aku menoleh, di sana ada Luna
yang mengenakan gaun pengantin putih bersih.
“……!”
Aku dibuat terpesona oleh penampilannya
sampai-sampai hampir tidak bisa bernapas.
Hingga hari ini, Luna merahasiakan penampilan gaun pengantinnya dariku.
Pagi hari
pada hari pernikahan, setelah persiapan pengantin selesai, acara ‘pertemuan pertama’ ini akan
berlangsung di kapel yang sepi. Dengan gaun putih dan buket bunga putih di
tangannya, Luna tersenyum sedikit malu padaku… dia sangat cantik hingga
membuatku kehilangan kata-kata. Hari ini, aku akan menikah dengan orang
secantik ini.
“…………”
Tanpa
sadar, aku merasa sangat terharu hingga air mataku
mengalir.
“…Eh,
Ryuuto… kamu menangis?”
Luna
bersuara panik dan melihat wajahku sambil tertawa.
“Hore, berhasil!
Kejutanku sukses besar!”
Luna
tertawa ceria dan melompat ke dalam pelukanku.
“Bagaimana?
Dengan penampilan pengantinku?”
Dia
menatapku dengan tatapan menawan, membuatku silau dan tidak bisa menatapnya.
“Kamu
terlihat cantik sekali…”
Ketika
aku mengatakannya dengan suara lembut,
Luna tersenyum bahagia.
“Ryuuto
juga sama, kamu
kelihatan sangat tampan."
“Benarkah?
Aku tidak terbiasa mengenakan tuksedo,
jadi rasanya aneh seperti acara Shichi-Go-San.”
“Tidak
juga kok. Kamu sangat tampan. …Apa
mungkin kamu hanya ingin
mendengarnya?”
“…Sebenarnya,
mungkin sedikit.”
“Duh!”
Luna
berpura-pura marah dengan sedikit bercanda.
“Kalau
begitu, bolehkah aku bertanya sekali lagi? …Bagaimana penampilan pengantinku?”
“…Sangat
cantik dan… imut.”
“…Ufufu, terima kasih ♡”
Setelah
saling memuji dan merasa sedikit malu, kami berpegangan tangan menuju ruang
tunggu.
Pernikahan
kami akan segera dimulai.
◇◇◇◇
Pada hari
Sabtu yang cerah di bulan Juli, pukul sepuluh pagi, pernikahan kami dimulai di
kapel yang diterangi cahaya matahari pagi.
“Pengantin
pria, Ryuuto-san. Apalah Anda bersumpah untuk mencintai, menghormati,
dan mengasihi Luna-san di sini,
dalam keadaan sakit maupun sehat, kaya maupun miskin?”
Aku
membuka mulutku dengan gugup kepada
pendeta asing yang berbicara dalam bahasa Jepang dengan intonasi yang khas.
“Ya,
saya bersumpah.”
Rasa
semangat mengalir dalam tubuhku. Aku berpikir, aku akan hidup sebagai suami Luna.
“Pengantin
wanita, Luna-san. Apakah Anda bersumpah untuk mencintai,
menghormati, dan mengasihi Ryuuto-san
di sini, dalam keadaan sakit maupun sehat, kaya maupun miskin?”
“Ya,
saya bersumpah.”
Luna yang berdiri di sampingku menjawab
dengan suara tegas. Saat kami saling berhadapan untuk pertukaran cincin, Luna
tersenyum sedikit malu ketika matanya bertemu denganku. Ekspresinya di balik
kerudung terlihat lebih tegang dari biasanya, dan matanya tampak sedikit basah.
Di dalam
kapel, suara paduan suara wanita menyanyikan lagu pujian. Bangku-bangku yang
berjejer di kedua sisi lorong itu penuh dengan tamu, dan jika aku sedikit saja
mengalihkan pandanganku ke sana, aku merasa tubuhku akan kaku karena gugup,
jadi aku hanya melihat Luna di depanku.
Seorang
wanita pendamping membawa cincin di depan kami.
Cincin
pernikahan yang kami beli bersama terletak di atas bantal yang mirip tempat
tidur putri dari boneka anak perempuan, diikat dengan pita. Ini juga sesuatu yang disiapkan oleh Luna.
“Dari
pengantin pria kepada pengantin wanita, silakan.”
Aku
mengambil cincin yang lebih kecil dan menggenggam tangan kiri Luna yang tidak
mengenakan sarung tangan putih. Ketika cincin itu dipasang di jari manisnya, Luna
tersenyum malu dan bahagia.
“Selanjutnya,
dari pengantin wanita kepada pengantin pria, silakan.”
Luna
mengambil cincin dan menggenggam tangan kiriku.
Ketika
aku memikirkan hal itu, aku menyadari bahwa dalam kehidupanku, aku belum pernah mengenakan
cincin sebelumnya. Sepertinya aku pernah mencoba mengenakan cincin ibuku saat
kecil, tetapi ingatan tentang cincin lainnya sudah hilang hingga saat aku
mencoba di toko perhiasan beberapa hari yang lalu. Hidupku benar-benar minim
interaksi dengan perhiasan, apalagi cincin.
Sekarang,
aku akan menjalani hidup di mana aku selalu mengenakan cincin ini, cincin pernikahan yang
dipasang oleh Luna.
Sambil
memikirkan itu, aku mengamatinya
dengan rasa kagum saat lingkaran logam dingin itu dipasang di tempat yang
seharusnya di jari manisku.
“Kalau
begitu, mari kita lakukan ciuman sumpah.”
Mendengar
kata-kata pendeta, Luna sedikit membungkuk ke arahku untuk mengangkat kerudung
di depan wajahnya.
Dengan
tangan yang tegang, aku perlahan mengangkat kerudung itu.
Luna
mengangkat tubuhnya dengan wajah yang tampak bertanya, “Apa ini
sudah cukup?”
Sepertinya
aku tidak cukup baik dalam mengangkat kerudung ke belakang, sehingga pendamping
yang berdiri di belakang Luna segera membantu merapikannya, membuatku sedikit
malu.
“………”
Aku dan Luna
saling berhadapan di depan altar.
Aku
merasakan banyak sekali tatapan tertuju padaku dari samping.
“……?”
Luna
menatapku dengan wajah bingung karena aku tidak segera bergerak. Namun, aku hanya bisa menatap
bibir Luna, dan seluruh tubuhku terasa kaku.
Biasanya,
bagaimana cara kami berciuman?
Saat
tinggal bersama, kami sering berpindah dari pelukan ke ciuman. Tapi sekarang,
dari jarak yang seolah saling membungkuk ini, bagaimana cara kami berciuman…?
Apa aku
hanya perlu menjulurkan leherku ke arah bibirnya? Rasanya aneh.
Atau, apa
aku boleh meletakkan tangan di bahunya?
Tapi,
menyentuh kedua bahu pengantin wanita yang terlihat jelas dalam gaun tanpa
lengan ini, bukannya aku akan
dianggap sebagai pengantin pria yang cabul? Tidak, mana mungkin, iya ‘kan? Bagaimana seharusnya? Tentu
saja, jika itu dilakukan oleh seseorang yang percaya diri, mungkin terlihat
alami, tetapi jika aku yang ragu-ragu dan canggung melakukannya, pasti akan
terasa aneh…! Aku tidak bisa memperlihatkan hal itu di depan umum.
Apa yang
harus kulakukan? Aku tidak tahu cara yang benar untuk ciuman sumpah…!
Kenapa
aku tidak mencari ‘cara
ciuman sumpah’
sebelumnya? Pasti ada banyak video referensi di luar sana. Ah, aku ingin kembali
lima belas menit yang lalu!
Dengan
keadaan seperti ini, ingatlah kembali adegan pernikahan yang pernah kulihat di
drama! Tidak, aku bahkan jarang menonton drama yang ada pernikahannya! Gawat, semuanya
sudah tamat…!
Ketika
kepalaku mulai panik, tubuhku tidak bisa bergerak, seperti patung yang terdiam.
“…fufu.”
Luna
tertawa kecil dan melangkah satu langkah ke
arahku.
Kedua
tangan Luna lembut menyentuh bahuku yang kaku.
Sembari
mengangkat wajahnya, Luna menempelkan bibirnya pada bibirku.
“…!”
Suara
gemuruh kecil terdengar di kapel yang suci.
“…fufu!
Aku yang melakukannya sendiri ♡”
Setelah
menjauh dariku, Luna mengangkat bahunya ke arah para tamu dan berkata dengan
malu.
Dari
kursi para tamu, terdengar tawa yang hangat. Semua tamu sepertinya jatuh cinta
pada Luna, yang menjadi pengantin yang sempurna dan sangat cantik.
“Yo,
Kasshi! Bintang introvert!”
Aku bisa mendengar ejekan kecil dari
Icchi yang sangat emosional, diikuti oleh suara teguran lembut dari Tanikita-san, “Hentikan
itu!”.
“…………”
Aku
menundukkan kepala sedikit sebagai ucapan terima kasih kepada Luna yang telah
menyelamatkanku.
Luna
membalas tatapanku dengan senyuman lembut.
Aku
merasa kalau aku memang bukan tandingannya Luna.
Mungkin,
aku tidak akan pernah bisa mengalahkannya seumur hidupku.
Meski
begitu, aku bertekad untuk mencintai istri tercintaku yang cantik dan menawan
ini seumur hidupku, yang memilih untuk berjalan di sampingku.
◇◇◇◇
Kami
melangsungkan pernikahan di sebuah gereja independen yang terletak di dalam
kota.
Setelah
upacara pernikahan Kristen di kapel, resepsi akan diadakan di dalam wisma tamu yang berdekatan.
Ketika mendengar
kata resepsi, aku membayangkan sesuatu yang agak formal, tetapi tempatnya
menghadap taman yang hijau dan rimbun, dengan suasana seperti kafe restoran
yang terang dengan cahaya alami. Ada dekorasi yang menyerupai perapian dan
tangga spiral yang bisa dinaiki, memberikan nuansa Eropa yang membuat Luna
menyukainya.
Setelah
semua tamu duduk dan siap untuk masuk, aku dan Luna menunggu di depan pintu. Di
tengah situasi itu, Luna yang berada di sampingku berbicara dengan penuh
semangat.
“Hei,
Ryuuto! Ini luar biasa, pernikahan itu sangat menyenangkan!”
Jika
suaranya terlalu keras, para tamu di dalam bisa mendengarnya. Dengan
mempertimbangkan hal itu, Luna melanjutkan dengan suara yang lebih lembut.
“Habisnya,
orang-orang yang aku sayangi
berkumpul untuk merayakan kita!”
Ucap Luna sambil
menahan semangat gembiranya.
“Ketika
kita mengumpulkan makanan favorit kita di prasmanan
dan membuat piring seperti mimpi, rasanya sangat membahagiakan, bukan?”
“Eh?
Iya, benar.”
Aku tidak
begitu paham dengan topik pembicaraannya yang mendadak berubah,
tetapi aku mengangguk saja.
“Tapi,
setiap orang memiliki
keinginan dan rencananya masing-masing,
jadi mengumpulkan orang-orang yang kita suka di satu tempat itu, biasanya
sulit, ‘kan?”
“Iya…
benar.”
“Makanya,
ini pertama kalinya dalam
hidupku! Rasanya sangat
senang sekali! Sepiring makanan yang hanya
untuk orang-orang yang aku sayangi!”
“…Jadi begitu ya.”
Terlepas
dari apakah perbandingan unik Luna itu tepat atau tidak, melihat Luna yang
bahagia membuatku merasa hangat.
Karena pada acara-acara seperti ini, biasanya ada
hubungan kerja yang rumit atau kerabat yang tidak bisa dihindari, sehingga
orang-orang dengan hubungan yang sedikit canggung juga bisa diundang.
Luna
tidak memiliki orang-orang seperti itu. Semua orang yang terlibat dan akrab
dengannya adalah orang-orang yang sangat dicintainya.
Aku benar-benar
menghargai kebaikan dan kebijaksanaan Luna.
“Oleh karena
itu, mari kita nikmati hari ini.”
Mendengar
kata-kataku, Luna mengangguk ceria sambil tersenyum.
“Iya!”
Kami hanya mengundang anggota keluarga dan teman-teman
terdekat kami untuk pernikahan dan resepsi. Mengingat kapasitas tempat, kami
membatasi undangan teman masing-masing sekitar sepuluh orang, dan perayaan
dimulai dengan sekitar lima puluh tamu.
Karena
aku memiliki sedikit teman, jadi aku bisa menentukan
tamu undangan dengan mudah, tetapi karena Luna merupakan sosok populer dan memiliki
banyak teman, meskipun mendapatkan sisa kuota undanganku, dia masih kesulitan untuk menyusun
daftar temannya.
Dengan
panduan dari pembawa acara, pesta perayaan
dimulai, dan setelah diarahkan, aku dan Luna duduk di kursi meja utama.
Setelah
sambutan pengantin pria yang gagap dariku dan pemutaran video profil kami berdua yang dibuat Luna dengan bantuan
teman-temannya, pembawa acara berkata.
“Selanjutnya,
kami ingin meminta sambutan dari perwakilan tamu. Pertama, dari pihak pengantin
pria, kami akan mendengarkan kata-kata dari mangaka,
Kamonohashi-sensei.”
Kamonohashi-sensei
yang mengenakan jas berdiri dari
kursi kehormatan yang dekat dengan tempat kami.
“Mangaka Kamonohashi-sensei…
apa jangan-jangan ia adalah orang
yang membuat 'Makedora'?”
“Eh,
luar biasa!”
Tamu yang
tidak tahu tentang kehadiran Kamonohashi-sensei mulai berbisik. Sebenarnya, Fujinami-san lah yang meminta
Kamonohashi-sensei untuk memberikan pidato. Pada awalnya,
Fujinami-san juga berencana untuk kembali ke negara ini dan menghadiri pesta pernikahan, jadi
aku awalnya meminta pidato darinya. Namun, karena masalah pekerjaan,
Fujinami-san tidak bisa kembali ke Jepanfg. Oleh karena
itu, ia menyempatkan diri untuk mengobrol dan bertanya apakah kami dapat
meminta Kamonohashi-sensei, yang seharusnya hadir sebagai penulis yang
bertanggung jawab, untuk menggantikannya.
“Baiklah,
aku adalah Kamonohashi, pengarang manga yang baru
saja diperkenalkan. Di masyarakat, dikatakan bahwa pidato sebaiknya dibuat singkat saja, jadi aku akan mencoba untuk tidak
bertele-tele.”
Terdengar
suara kecil dari berbagai sudut ruangan. Aku dan Luna yang
berdiri di sana mulai mendengarkan, lalu Kamonohashi-sensei meminta kami untuk
duduk.
“Pertemuan
pertamaku dengan Kashima-kun dimulai
ketika ia bekerja paruh waktu di penerbit
Iidabashi, di mana editor yang akrab dengannya adalah editorku. …Jika di antara kalian ada
penggemar besarku, kalian mungkin merasa keheranan, 'Oh,
kok aneh ya? Kamonohashi seharusnya tidak menggambar manga untuk penerbit Iidabashi?'
Nah, bagi kalian yang berpikiran seperti itu, aku
biasanya akan mengeluarkan karakter semacam itu dari mangaku dengan cepat, jadi mohon
diperhatikan.”
Para tamu pria, terutama dari generasi
‘Makedora’, tertawa tebahak-bahak
mendengar lelucon kelam Kamonohashi-sensei. Suara tawa
yang paling terdengar adalah dari Mao-san. Karena aku duduk di kursi meja utama, aku tidak bisa melihat tamu
yang duduk dengan jelas karena terkena cahaya.
“Jadi begitulah, aku
dan Kashima-kun bertemu sebagai editor paruh waktu dan mangaka. Setelah itu, aku mengundang Kashima-kun ke dalam acara minum-minum di industri, dan hubungan
pribadi kami pun dimulai. …Sebenarnya, ini cuma
di antara kita, tetapi setelah acara minum-minum
itu, teman Kashima-kun mengalami sedikit masalah.”
Mendengar
kata 'masalah', aku dan Luna saling memandang dengan ekspresi menyadari sesuatu.
“Karena
ini merupakan acara yang membahagiakan, aku
tidak akan menjelaskan detail masalahnya, tetapi Kashima-kun berusaha untuk
membantu temannya yang terjebak dalam masalah dan bahkan meminta bantuanku.”
Aku yakin
masalah yang dimaksud Kamonohashi-sensei ialah ketika Kurose-san dirayu dan didekati oleh mangaka tampan yang
sudah menikah, Sato Naoki. Aku telah memberitahu Kamonohashi-sensei tentang
situasi tersebut dan meminta bantuannya untuk mendapatkan informasi yang bisa
membangunkan Kurose-san dari situasi tersebut.
Sekarang,
jika dipikir-pikir, aku merasa telah melakukan sesuatu yang sangat berani
terhadap Kamonohashi-sensei, seorang mangaka
legendaris.
“Orang-orang
yang mengenal baik karakter Kashima-kun pasti akan terkejut dengan hal ini.
Kashima-kun adalah pemuda yang rendah hati dan serius. Meskipun usianya masih
muda, dia sangat bijaksana, berpijak pada kenyataan, dan tidak memiliki sifat
yang kekanak-kanakan. Biasanya, seorang pemuda yang meminta bantuan kepada
seorang pria yang lebih tua dari orang tuanya, apalagi seorang pengarang besar
yang merupakan penulis anime nasional, tidak akan berani berkata, 'Tolong
bantu aku.'”
Bagian di
mana ia memuji dirinya sendiri membuat tawa kembali bergema di ruangan. Dengan
keahlian bercerita yang menghibur, aku terkesan dengan kemampuan
Kamonohashi-sensei sebagai seorang selebriti
kelas atas.
Kata-kata
Kamonohashi-sensei yang memujiku terasa berharga, dan aku merasa sedikit
bersalah, berpikir, “Itu sama sekali tidak
benar”.
“Kashima-kun
meminta bantuanku bukan
untuk kepentingannya sendiri, tetapi untuk 'temannya'. Aku sangat terkesan dengan hal itu.
Sejak hari itu, saya menghargai Kashima-kun.”
Merasa ada yang menatapku, aku menoleh ke samping dan melihat Luna
tersenyum padaku. Wajahnya seolah berkata “Bagus
sekali”. Aku tahu dia tidak akan
mengatakan sesuatu yang merendahkan pengantin pria dalam pidato resepsi, tetapi
aku juga merasa senang.
“Aku
sangat menyukai pria yang bersemangat. Aku
juga menyukai pria yang peduli pada teman-temannya. Jadi, ketika aku mendengar bahwa Kashima-kun telah menadaptkan pekerjaan dan
menjadi editor, aku pun
memintanya untuk menjadi editorku.”
Luna
melihatku seolah bertanya, “Benarkah?” dan aku
mengangguk. Namun, aku mengira itu karena Fujinami-san sudah menjadi orang
penting dan tidak lagi menangani tugas tersebut, jadi aku merasa terkejut dan
berterima kasih.
“Yah,
mungkin ada yang sudah mengetahuinya,
tetapi selama sepuluh tahun terakhir, aku telah
melakukan 'penipuan menggambar', dan tidak ada karya baru yang keluar
dari penerbit mana pun.”
Aku bisa
mendengar Mao-san tertawa
lagi. Mungkin ia adalah penggemar Kamonohashi-sensei.
“Ketika
aku bekerja sama dengan Kashima-kun,
rasanya seperti ada semangat muda yang mengalir kembali. Untuk pertama kalinya
dalam beberapa tahun terakhir, proyek kami hampir mencapai tahap pemberian nama!”
Suasana
di ruangan menjadi riuh dengan suara “Ohhh”. Meskipun tidak semua tamu
memahami manga, mereka semua tampak terpesona dengan pidato Kamonohashi-sensei.
Namun,
aku bisa melihat dari tempat duduk di kursi meja
utama.
Tangan
Kamonohashi-sensei yang diturunkan di kedua sisi tubuhnya terus bergetar halus
sejak dia berdiri di depan mikrofon. Seperti yang sering dikatakan tentang
banyak kreator, meskipun terlihat megah, ia pasti orang yang hati-hati dan
sensitif. Aku benar-benar berterima kasih karena dirinya bersedia mengambil tanggung
jawab besar ini.
“Jika
terus begini, mungkin sulit untuk melakukannya tahun ini... tetapi dalam waktu
dekat, aku akan bisa mempersembahkan karya
manga baru yang dibuat bersama Kashima-kun, dengan pengumuman 'Kembalinya Kamonohashi si pembuat ‘Makedora’!' di depan
kalian semua. Oh, perusahaan Kashima-kun sedang membuat karya untuk pembaca di
kawasan Asia Tenggara, tetapi manga tersebut juga bisa dibaca di situs web
versi Jepang, jadi kalian tidak perlu khawatir. ...Bagi seorang mangaka, melakukan kegiatan promosi
seperti ini sendiri juga penting.”
Menariknya,
ketika seorang tokoh besar seperti Kamonohashi-sensei mengatakan hal ini, tawa
kecil kembali terdengar di ruangan.
“Oleh
karena itu, dengan gelar 'Editor pemula yang membuat Kamonohashi menggambar manga sekali
lagi', aku akan
mencambuk tubuhku yang kolot ini untuk bekerja keras supaya
nama Kashima-kun bergema di
industri penerbitan. Kashima-kun
adalah pria yang sangat menginspirasiku, yang peduli pada teman-temannya, dan
yang menyelesaikan berbagai hal saat dibutuhkan—aku
yakin dirinya juga akan menjadi pria yang
mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi istrinya di rumah. Aku mengatakan ini
sebagai seseorang yang telah menggambar manga di mana orang-orang
mempertaruhkan nyawa mereka demi teman-teman mereka, jadi tidak salah lagi!”
Sambutan
meriah dari penonton pun menggelegar.
“Kashima-kun,
Luna-san, selamat untuk hari ini! Semoga kalian berbahagia selamanya!”
Di akhir
pidatonya, Kamonohashi-sensei melihat ke arah kami di kursi meja utama dan mengucapkan kata-kata
penyemangat, mengakhiri pidato yang penuh semangat itu.
“Terima
kasih banyak. ...Selanjutnya, mewakili pihak
pengantin wanita, kita akan mendengarkan kata-kata dari teman pengantin wanita,
Yamana Nikoru-sama.”
Setelah
dipanggil oleh pembawa acara, Yamana-san berdiri dari tempat duduknya.
Yamana-san
mengenakan gaun panjang hitam. Dengan garis yang pas mengikuti lekuk tubuhnya,
kain berkilau yang bercampur glitter membuatnya terlihat sangat anggun, bahkan
dengan warna hitam, dan aku merasa itu sangat mencerminkan dirinya.
“Terima
kasih atas perkenalannya, aku
Yamana. Luna-san, Ryuuto-san, selamat untuk pernikahan
kkalian hari ini.”
Ekspresi
Yamana-san yang sedikit tegang adalah sesuatu yang jarang bisa dilihat. Sama
seperti saat Kamonohashi-sensei, kami diminta untuk duduk, dan aku serta Luna
pun mengambil tempat.
“Aku
menghabiskan tiga tahun di SMA yang sama dengan Luna-san dan Ryuuto-san. Hari
ini, aku membawa surat untuk sahabatku, Luna-san, jadi aku ingin membacanya,
dan mohon izinkan aku memanggilnya 'Luna' seperti biasa.”
Seusai
berkata demikian, Yamana-san mengeluarkan selembar kertas
dari amplop yang dipegangnya. Ketika dia membuka lipatan kertas itu, Yamana-san
mulai membaca isi surat ke mikrofon.
“Untuk
sahabatku, Luna. Seperti yang Luna tahu, saat ini aku bekerja sebagai ahli manikur kuku.
Pelanggan pertamaku dalam kehidupanku adalah Luna. Dari masa SMA,
ketika aku belum memiliki sertifikasi dan belum bisa memungut biaya, Luna sudah
mempercayakan perawatan kukunya
padaku.”
Luna di
sebelahku tersenyum dan mendengarkan cerita sahabatnya.
“Aku
melakukan perawatan kuku untuk
banyak pelanggan setiap hari...
Aku sudah menangani puluhan, bahkan ratusan pelanggan. Jadi, dari cara mereka
memperlakukan tangannya saat perawatan, aku bisa mengetahui sifat mereka.”
Dengan
nada yang sedikit formal, Yamana-san melanjutkan membaca suratnya.
“Ada
orang yang terlalu tegang dan sulit diatur, ada juga yang terlalu santai dan
berat... Setiap orang itu benar-benar berbeda, dan kemudahan dalam melakukan
perawatan juga bervariasi. Di antara semua itu, bagiku, tangan Luna adalah 'tangan
Tuhan'.”
Luna
menoleh ke arahku dengan ekspresi terkejut, seolah bertanya, “Eh?”
“Ketika
ahli manikur saling melakukan nail
art, kami biasanya sudah tahu langkah selanjutnya, jadi kadang-kadang tanpa
perlu bicara, mereka akan
secara otomatis bergerak ke langkah berikutnya. Namun, ketika aku pertama kali
melakukan nail art untuk Luna... bahkan ketika aku belum terlalu
memahami langkah-langkah kuku gel,
dia seolah-olah bisa membaca pikiranku, dia bergerak
dengan sangat lancar dan sesuai dengan pekerjaan yang aku lakukan.”
Mungkin karena teringat masa-masa SMA yang menyenangkan, Luna
menatap sahabatnya sambil
sedikit berlinangan air mata di matanya.
“Sudah
lebih dari dua tahun sejak aku mulai bekerja di salon kuku, tetapi tidak ada pelanggan yang
tangannya lebih mudah untuk ditangani dibandingkan Luna. Aku berpikir itu karena Luna adalah orang
yang paling bisa memahami perasaan orang lain.”
Yamana-san
sedikit tersipu dan berbicara dengan cepat.
“Kupikir
Luna mampu memprediksi gerakanku selanjutnya berdasarkan
perubahan kecil dalam caraku bekerja dan berkolaborasi denganku. Tapi aku menduga kalau Luna
akan mengatakan, 'Aku tidak melakukan hal itu.'”
Ketika aku
melihat Luna di sebelahku, dia terlihat kebingungan dan mengangguk-angguk dengan
semangat sambil berkata, “Ya,
ya”.
“Aku
benar-benar berpikir demikian. Luna secara tidak sadar, dengan
sikap yang alami... merasakan pergerakan hati orang dan selalu mendampingi
mereka. Itulah sebabnya aku sangat
menyukai Luna dan ingin melakukan apapun untuknya, sehingga kami bisa berteman
hingga hari ini. Ke depannya... meskipun kita jauh, aku ingin kita tetap menjadi sahabat
selamanya...”
Mungkin
memikirkan perpisahan yang akan datang, suara Yamana-san bergetar sejenak karena menangis, tetapi
dia berhasil menahan diri.
“Luna
adalah wanita yang luar biasa, jadi dia bisa mendampingi hati suaminya dengan
cara yang alami, dan setiap hari bisa memberikan kenyamanan... kurasa dia bisa menjadi pasangan
yang luar biasa. Atau sebenarnya, dia sudah menjadi pasangan yang luar biasa, ‘kan? Kashima Ryuuto?”
Ketika
dia tiba-tiba mengalihkan pandangan tajamnya
ke arahku, aku langsung mengangguk
berkali-kali dengan panik.
“Aku
juga pernah sekelas dengan Ryuuto-san, pengantin pria, dan bermain bersama
Luna, ia adalah cowok yang
sangat baik... orang yang baik!"
Yamana-san
dengan gugup memperbaiki ucapannya, dan suasana ruangan dipenuhi tawa.
“Melihat
kalian berdua, aku merasa
bahwa cinta sejati dan cinta abadi... mungkin memang ada...”
Di situ,
tiba-tiba Yamana-san terdiam. Saat melihat wajahnya,
matanya tampak merah, dan bibirnya bergetar
halus.
“Aku pun.... berpikir demikian....”
Dengan
suara yang teredam oleh air mata, Yamana-san berusaha keras untuk melanjutkan
pidatonya tanpa terputus.
“Aku
percaya bahwa di dunia ini, ada cinta yang tidak akan berubah... dan aku bisa menjalani kehidupan dengan
menatap masa depan...”
Air mata
menggenang di kedua matanya.
Ketika aku mengingat
momen kemarin antara Sekiya-san dan Yamana-san, hatiku pun ikut menghangat.
“Aku sangat
bersyukur bisa menjadi teman kalian berdua.”
Air mata
mulai mengalir dari mata Yamana-san yang berkedip. Dia mengangkat wajahnya dari
surat dan tersenyum kepadaku dan Luna.
“Luna,
Kashima Ryuuto, selamat atas pernikahan kalian. Semoga kalian berdua bahagia selamanya...!”
Pidato
yang luar biasa.
Saat
ruangan bergemuruh dengan tepuk tangan, Luna memeluk Yamana-san dengan erat,
dan mereka saling mengeluarkan air mata seperti mengulang kembali momen
kemarin.
◇◇◇◇
Segera
setelah waktu makan dan berbincang dimulai, teman-teman kami datang ke tempat meja utama.
“Lunacchi!”
Tanikita-san
datang sambil melambaikan tangan dengan smartphone di tangannya.
“Akari!
Gaunmu cantik banget! Apa
kamu sendiri yang membuatnya!?”
Luna juga
membalasnya dengan melambaikan
tangan.
Tanikita-san
mengenakan gaun dengan banyak rumbaian.
Kain renda yang digunakan sangat melimpah, dan jika dibeli, harganya pasti mahal.
“Bener
banget! Gaun ini kelihatan
serasi dengan bajunya Yuuri,
lihat, lihat!”
Setelah
berkata demikian, Tanikita-san menoleh ke belakang. Ketika aku melihat sosok di sana, aku dibuat terkejut.
“I...
Icchi!?”
Di sana
ada seorang pria besar
menggendong bayi yang telah berdandan. Ia
mengenakan jas yang tampak seperti pesanan khusus, dan meskipun jas itu besar,
terlihat bahwa perutnya tidak memiliki ruang. Melihat wajahnya, ia
mengingatkanku pada Icchi saat
musim gugur kelas 2 SMA,
tetapi sejujurnya, dirinya
terlihat lebih besar daripada dulu.
“Ka-Kamu
kenapa?!”
“Eh?
Memangnya ada yang aneh? Aku sudah meminta Akari untuk melihatnya dan membeli
jas di toko untuk pria besar.”
Ichi
menatapku dengan wajah bingung.
“Eh,
tidak, maksudku, tentang tubuh besarmu itu sendiri...!”
“Oh,
iya juga.”
Dan kemudian,
sepertinya Icchi
menyadari sesuatu.
“Kalau
dipikir-pikir lagi, sudah lama kita tidak bertemu, ya. Dalam
enam bulan terakhir, berat badanku tiba-tiba meningkat. Karena pekerjaan
lapangan, aku jadi lebih berotot dan lebih besar dari saat SMA. Ahahahaha!”
Dirinya tertawa sambil menggoyangkan
daging di dagunya dan bayi di dalam pangkuannya.
Melihat senyum papanya, bayi
itu juga tertawa keras seolah menirukan.
“Seriusan deh, tolong hentikan? Kalau kamu
semakin berat, kita akan putus, loh? Ah, maaf, Lunacchi! Aku mengatakan sesuatu yang
tidak beruntung!”
“Ahaha,
tidak apa-apa!”
“Habisnya,
coba dengarin
ini dulu deh, Lunacchi, orang ini sudah melahap roti lima kali sejak tadi loh!? Rasanya
sangat memalukan! Eh, roti ini bisa dimakan sepuasnya, ‘kan? Tidak ada biaya tambahan, ‘kan?”
“Ku-Kurasa
tidak apa-apa? Jika ada biaya tambahan, orang dari tempat acara pasti akan
mengonfirmasikannya padaku...”
“Dibilangin
aku sudah memastikan dengan orang yang bertanggung jawab atas
roti. 'Ini tidak ada biaya tambahan, kan?' Jadi jangan khawatir, Akari.”
“Kamu
beneran sudah bertanya tentang itu!? Jangan malu-maluin terus, jadi
tolong berhenti! Padahal aku
sudah memberi makanan yang tidak bisa aku habiskan padamu, tapi
kenapa masih saja kurang?!”
“Pastinya
karena aku masih dalam masa pertumbuhan.”
“Jangan
tambah daging itu lagi! Yang perlu dibesarkan hanya Yuuri saja!”
“Ahaha...”
Aku dan Luna
saling memandang dan tersenyum pahit. Setelah itu, pasangan Icchi dan istrinya melanjutkan pertunjukan komedi
mereka di depan kami sebelum kembali ke tempat duduk.
◇◇◇◇
“Ryuuto-kun,
kamu hebat sekali! Sampai-sampai bisa mendapatkan pidato dari Kamonohashi-sensei!”
Ketika Luna
pergi untuk berganti pakaian, pasangan sepupuku yang jarang berinteraksi datang
dengan antusias ke arahku yang sedang makan sendirian di meja utama.
“Tidak,
itu karena Sensei benar-benar
orang yang baik...”
“Nee,
Ryuuto-kun, boleh aku minta tanda tangan dari Sensei?!”
“Eh...
bagaimana ya...”
Sebenarnya
aku ingin bilang ‘jangan
lakukan itu’, tetapi
karena mereka adalah kerabat yang tidak terlalu dekat, aku merasa sulit untuk
mengatakannya.
“Karena
aku tidak ingin merepotkan Ryuuto-kun, lebih baik jangan melakukannya. Lagipula, tidak
ada kertas untuk tanda tangan.”
Istrinya
menasihati, dan sepupuku berkata, “Iya,
maaf,” sambil tersenyum pahit sebelum
pergi. Aku merasa lega.
Setelah
itu, ketika Kamonohashi-sensei datang membawakan bir botol dan gelas, aku tidak
bisa menahan diri untuk bertanya.
“Apa Anda diminta tanda tangan atau
semacamnya? Apa semuanya baik-baik saja?”
Mendengar
pertanyaan itu, Kamonohashi-sensei
tertawa lepas.
“Tanda
tangan? Kalau diminta, aku akan menuliskannya. Di belakang daftar tempat duduk,
di amplop hadiah, di mana saja. Tapi aku tidak akan menggambar! Karena nantinya itu bisa
dijual, hahaha!”
Setelah
mengatakan itu, Kamonohashi-sensei meletakkan bir botol di
tempat duduknya dan membawa pulang sesuatu yang mirip kertas warna
persegi.
“Tapi, aku akan memberimu ini padamu.”
Beliau memberikan
kertas berwarna.
Di sana
tertulis ‘Selamat
atas pernikahanmu!’ bersama dengan gambar karikatur Luna
dan aku yang mengenakan gaun dan tuxedo, digambar dengan sentuhan “Jangan menyerah, Dragon-kun!” Di sudut kanan bawah juga
terdapat tanda tangan Kamonohashi-sensei.
“Ini...!?”
“Aku
sudah menjadi seniman terkenal selama empat puluh tahun. Selama itu, aku telah
menggambar puluhan kertas untuk asistenku
yang menikah, teman-teman di industri, dan kerabat yang misterius. Anehnya,
ketika diminta, aku tidak termotivasi. Tapi jika tidak diminta, aku ingin
menggambar gambar yang bagus. Sudah lama aku bisa menggambar karikatur sebaik
ini. Manga kita pasti akan sukses! Kalau tidak
salah namanya ‘viral’ ? Untuk istilah zaman sekarang.”
Sensei
mengatakan hal itu dan menertawakanku, yang begitu tersentuh hingga aku tidak
dapat berkata apa-apa.
Kamonohashi-sensei
memberikan pesanan aneh saat menerima tanggung
jawab memberikan pidato, “Aku merasa tidak terlalu tertarik tanpa
melihat wajah istrimu,
jadi berikan foto kalian berdua,”
dan aku mengirimkan foto kami berdua
dari masa sekolah kami melalui email. Sekarang aku mengerti alasannya.
“Terima
kasih banyak...! Istriku pasti akan senang.”
“Jangan
sekali-kali menjualnya, ya? Hahaha!”
Tangannya yang memegang gelas birnya tidak
lagi bergetar, dan ia kembali menjadi Kamonohashi-sensei,
seorang mangaka
besar yang berani seperti biasanya.
◇◇◇◇
Bersama Luna
yang berganti gaun biru muda, kami melakukan pertunjukan berkeliling meja, dan
waktu untuk berbincang kembali tiba.
Para kerabat
mulai berdatangan satu per satu, dan keluarga
Shirakawa juga datang untuk berfoto dengan Luna yang mengenakan gaun
berwarna.
“Nee~Mee~,
kamu mirip seperti putri!”
“Kami
juga mengenakan warna biru muda yang sama denganmu, Nee~nee~!”
“Mirip seperti
'Cinderella', iya ‘kan?”
“Benar banget. Kami bertiga adalah putri! ♡”
Keceriaan
adik kembar yang bermain-main dengan penampilan gaun Luna sangat menghangatkan
hati.
Setelah
itu, ayah Luna membawa si kembar kembali
ke tempat duduk mereka,
tetapi Misuzu-san yang
datang bersamanya terlihat ingin mengatakan sesuatu dan tetap tinggal
sendirian.
Aku
pernah bertemu Misuzu-san
beberapa kali di rumah Shirakawa, tetapi hanya sebatas saling menyapa. Berbeda
dengan ibu kandung Luna yang
dengan ramah mengajakku berbicara, Misuzu-san
memberikan kesan sebagai wanita yang pendiam dan sopan.
“Maafkan aku jika salah, tapi aku merasa penasaran setelah melihat
daftar tempat duduk para tamu...”
Setelah dia
berkata demikian, entah
mengapa Misuzu-san
melihat ke arahku, bukan Luna.
“Pria
bernama Sekiya-san yang duduk di
meja sana, apa jangan-jangan ia adalah putra dokter dari Klinik Sekiya?”
“Eh?
Oh, iya... kalau tidak salah ayahnya adalah dokter THT, jadi
sepertinya benar.”
“Sudah
kuduga!”
Ketika
aku menjawab begitu, mata Misuzu-san membelalak.
“Aku
mulai bekerja di bagian penerimaan di rumah sakit Sekiya-sensei sejak April, tapi aku tidak
menyangka anaknya adalah temannya
Ryuuto, jadi aku cukup terkejut.”
“Eh,
rumah sakit baru tempat Misuzu-san bekerja itu milik keluarga Sekiya-san!?”
“Kamu
juga tidak mengetahuinya, Luna?”
Ketika
aku bertanya kepada Luna yang terkejut, dia mengangguk.
“Aku
tahu ada klinik THT di Stasiun I, tapi jika
ditanya nama kliniknya, kamu mungkin tidak mengetahuinya, ‘kan?”
Memang, hal itu bisa saja terjadi jika
bukan orang-orang di lingkungan
sekitar.
“Sungguh
kebetulan sekali! Aku ingin memberitahunya!
Sekiya-san!”
Luna
melambai dari kursi meja utama, dan Sekiya-san
datang ke sini dengan wajah kebingungan.
Setelah aku menjelaskan situasi yang terjadi di depan Misuzu-san, Sekiya-san juga terlihat
terkejut.
“...Tapi,
bagaimana Anda bisa mengetahuinya? Kurasa
Sekiya bukanlah nama yang begitu langka.”
Rasanya
sungguh menyegarkan melihat Sekiya-san berbicara
dengan sopan kepada Misuzu-san.
Karena kesan pakaian kasual saat masa ujian, ia terlihat sangat berbeda dengan
penampilan jasnya.
“Tapi
bukannya kanji 'å®¶' dalam nama
keluarga Sekiya itu cukup
langka? Selain itu, dokter sering bercerita tentang anaknya, jadi kupikir
usianya tidak jauh berbeda.”
“...Benarkah?
Ayahku bercerita tentang aku?”
Sekiya-san
mengernyitkan alisnya dengan terkejut.
“Dokter bilang, 'Ia akan mewarisiku dan menjadi dokter,'
dengan senang hati. Beliau pasti merasa sangat bangga pada anaknya.”
“............”
“Istrinya
juga ceria dan cantik, dia sering
memberi makanan enak kepada staf, dia orang yang sangat baik.”
“............”
“Istrinya
menjadikan foto keluarga saat perayaan kedewasaan putrinya sebagai latar layar
kunci di ponselnya, dan dia menunjukkan padaku. Aku merasa kamu mirip dengan sosok anaknya yang
ada di foto itu, jadi aku memberanikan
diri untuk menanyakan kepada Ryuuto, dan senang bisa berkenalan.”
Setelah
itu, percakapan terhenti, dan Misuzu-san
dengan sopan kembali ke tempat duduknya.
“............”
Sekiya-san masih terdiam dengan ekspresi
berpikir.
“Begitu
rupanya! Jadi, adik perempuan Sekiya-san sudah dewasa
sekarang!”
Luna
berbicara dengan ceria.
“Adik
perempuanmu sepertinya jauh
lebih muda dariku, tapi... karena aku sudah 22
tahun sekarang, mungkin sudah segitu.”
Karena
Sekiya-san masih diam, Luna yang berbicara untukku.
“Apa
kamu mengambil foto? Foto keluarga?”
Ketika
aku bertanya, Sekiya-san akhirnya membuka mulutnya.
“...Tentu
saja kami mengambil foto. Studio foto sudah dipesan ketika aku pulang ke rumah,
dan aku lumayan akur dengan adik perempuanku, jadi tidak ada alasan untuk
menolak.”
Meskipun
aku tidak bermaksud mengolok-olok, Sekiya-san mengatakannya seperti sebuah
pembelaan.
“...Setelah kupikir-pikir lagi sekarang,
dua hari yang lalu, tante di rumah sakit sempat bilang
begitu.”
“Tante
di rumah sakit?”
“Ketua
administrasi di klinik kami sudah bekerja sejak lama, jadi dia terasa seperti
tante di keluargaku. Setiap
kali kami bertemu, dia selalu membicarakan
gosip.”
“Oh,
ya.”
Jadi itulah yang dimaksud dengan ‘tante di rumah sakit’.
“Dia
bilang, 'Orang baru di bagian penerimaan itu punya anak kembar kecil dan suami
yang tampan, sepertinya dia adalah orang yang tidak akan terpengaruh oleh racun
dokter, jadi kami memberi fleksibilitas dalam jadwal dan memperlakukannya
dengan baik.'”
“Itu
pasti tentang Misuzu-san.”
“Sepertinya
begitu. Sekarang aku mengerti.”
Setelah
Sekiya-san berkata begitu,
dirinya tertawa.
Aku
pernah mendengar cerita tentang ayah Sekiya-san yang terlibat perselingkuhan dengan staf wanita di kliniknya. Jika Misuzu-san yang sudah menikah dan
sibuk mengurus anak, pasti tidak ada alasan untuk khawatir tentang hal
itu.
“...Sungguh,
orang tua kami terlihat baik di depan orang lain.”
Sekiya-san
mengatakan itu dengan sedikit canggung.
“Mengenai
ibuku, dia bahkan menjadikan foto keluarga sebagai latar layar kunci dan
menunjukkan dengan sengaja kepada staf wanita baru, mungkin sebagai cara untuk
menjaga jarak.”
Meskipun
begitu, kurasa itu adalah tindakan yang masih menunjukkan cinta kepada
suaminya. Jika dia benar-benar tidak peduli, kurasa dia tidak akan melakukan
hal seperti itu.
“Tapi,
apapun alasannya, rasanya sangat
membantu jika mereka memberi fleksibilitas dalam jadwalnya! Misuzu-san sudah bekerja di bidang
administrasi medis sejak masa lajang,
tetapi sekarang, Haruna dan yang lainnya sering demam dan tiba-tiba harus
pulang dari taman kanak-kanak, jadi dia merasa merepotkan orang lain dan sering
berpindah rumah sakit. Anak-anak memang sering demam, jadi orang yang bekerja
pasti kesulitan.”
“Oh,
iya.
Baru-baru ini Icchi
juga membatalkan rencana ketemuan kami
karena itu.”
Yah, itu karena
Icchi sendiri tertular flu.
Untungnya, hari ini menjadi kejutan yang luar biasa.
“...Semoga
Misuzu-san bisa bekerja lama di
Klinik Sekiya.”
Ketika
aku berkata begitu, Luna mengangguk dengan semangat.
“Benar!
Tolong sampaikan salamku untuk
orang tuamu dan 'tante di rumah sakit' ya!”
Ketika Luna
berkata demikian, Sekiya-san tersenyum.
“Begitu
juga denganku, meskipun keluarga Sekiya seperti begini, aku berharap kita bisa menjaga hubungan
baik.”
Wajahnya
menunjukkan kesegaran yang sebelumnya tidak ada.
Aku tidak
berpikir bahwa perasaan rumit yang Sekiya-san miliki terhadap orang tuanya akan
menghilang hanya dengan ini.
Namun,
kurasa ayah dan ibunya Sekiya-san, meskipun canggung, tetap menjaga anak dan
keluarga mereka dengan cara mereka sendiri.
Kupikir
berkat Misuzu-san,
Sekiya-san mungkin bisa mengerti sedikit tentang ini, dan sebagai seorang
teman, aku ikut merasa
senang.
◇◇◇◇
Setelah beberapa
jam berlalu tanpa jeda, acara resepsi pernikahan pun selesai.
Acara
kedua pesta perayaan juga dilaksanakan di tempat yang sama, tetapi
karena harus menyiapkan kembali tempat, semua tamu harus keluar dari lokasi
untuk sementara.
Setelah
mengantar mereka keluar,
aku dan Luna berdiri di pintu masuk lokasi ketika kerabat yang pulang datang
untuk menyapa.
Nenek
buyut Luna, Sayo-san, datang ditemani oleh Mao-san.
“Aku
tidak pernah menyangka akan melihat Luu-chan
di tempat yang seindah dan secerah ini... Aku sangat bersyukur bisa hidup
selama ini.”
Sayo-san
hari ini juga menempelkan sapu tangan di matanya.
“Kalian
berdua, datanglah bermain lagi kapan-kapan. Meskipun tidak ada yang
istimewa, pemandangan laut
selalu indah.”
“Ya,
semoga sehat sampai saat itu, Nek Sayo.”
“Oh,
tahun ini rumah pantai sudah dibuka, jadi datanglah sebelum berangkat meski
hanya sehari! Aku akan memberikan layanan minuman sebagai hadiah pernikahan kalian!”
Ketika Mao-san berkata demikian, Luna dan
aku saling memandang dengan ekspresi ‘Eh?’. Meskipun perjalanan sehari ke
Chiba sebelum Luna pindah minggu depan bukanlah hal yang tidak mungkin, itu
akan cukup melelahkan.
“Ngomong-ngomong,
mulai tahun ini aku mulai menjual sesuatu
yang disebut 'Tanful', dan
ternyata laku keras! Di zaman sekarang, tren lebih ke makanan manis daripada
alkohol, ya~!”
“Aku
setuju! Bagaimana dengan tapioka? Apa masih
tersedia?”
“Masih
ada! Teh susu tapioka, entah bagaimana, setiap tahun selalu ada permintaan
tetap, jadi itu sudah
menjadi menu reguler.”
“Kalau
begitu, agar tahun depan juga bisa ada, begitu aku pergi ke LUNA MARINE, aku
akan minum sepuluh gelas! Ryuuto juga bantu ya!?”
“Eh!?”
Dari
sepuluh gelas, berapa banyak yang akan diminum Luna!? Aku bisa minum dua atau
tiga gelas, tetapi jika targetnya lima gelas, itu akan sangat melelahkan.
“Ah,
entah kenapa rasanya aku jadi ingin
pergi ke Chiba. Cuacanya sudah mulai
panas, jadi suasana di laut pasti terasa menyenangkan.”
Setelah
Sayo-san dan Mao-san pergi, Luna
sudah sepenuhnya menjadi “muara laut” karena ada seseorang yang datang di depan kami lagi.
“Luna~~,
selamat buat pernikahanmu~~!”
Itu
adalah kakak perempuan Luna, Kitty-san.
Tentu saja, ada Raion-san di sampingnya.
“Terima
kasih banyak untuk hari ini.”
Aku
membungkukkan kepala kepada mereka berdua. Pertemuan dengan mereka berdua
terakhir kali adalah saat upacara pemakaman kakek Luna tahun lalu.
Kitty-san mengenakan gaun dengan
desain bahu terbuka, mirip yang sering dipakai Luna, dengan rok yang panjangnya
berbeda antara kiri dan kanan, berwarna biru dan merah. Aku pikir dia memang
cocok dengan penampilan di hari bahagia seperti ini.
“Luna!”
Setelah
Sayo-san, Kitty-san juga
tampak berusaha menahan air matanya.
“Minggu
depan kamu mulai berangkat, ‘kan? Kami
juga sedang menabung, dan suatu saat akan pergi bulan madu ke Bali, jadi kita pasti
harus bertemu lagi, ya!?”
“Onee-chan,
kamu terlali melebih-lebihkan! Lagipula, Bali cukup jauh dari Jakarta!
Aku berencana pulang setahun sekali, lho? Rencananya aku akan tinggal di sini
maksimal lima tahun, jadi seharusnya kita bisa bertemu saat aku kembali ke
Jepang, kan?”
“Eh,
benar begitu!?”
“Iya!
Bukannya aku sudah memberitahumu!”
Melihat
kakaknya yang air matanya sudah surut, Luna tertawa geli. Kitty-san
juga tersenyum lega.
“Syukurlah!
Aku sudah berpikir kalau Luna
akan jadi orang Indonesia tau~!”
“Apa-apaan itu!? Mana mungkin lah!”
“Kembalikan
air mataku!”
“Mana
mungkin aku bisa mengembalikannya!”
Saat
menyaksikan percakapan lucu antara dua saudari
itu, tiba-tiba ada sesuatu yang didorong ke arahku.
“Ryuuto-san, tolong terima ini."
Raion-san
menyerahkan sesuatu padaku, yaitu sebuah paket besar yang dibungkus dengan
kain. Ukurannya mirip dengan wadah besar yang digunakan untuk pesta dengan
banyak orang.
Ketika
aku menerimanya dengan kedua tangan, rasanya
cukup berat.
“Ap-Apa ini?”
“Ketika
aku memberitahu pamanku bahwa aku akan pergi ke
pernikahan adik perempuannya Kitty-chan,
ia bilang, 'Kalau begitu, bawa gyoza sebagai hadiah,' jadi aku yang membuatnya. Silakan
dimakan jika mau.”
“Eh!?”
“Apa kamu
yakin mau memberikannya sebanyak ini?”
Luna juga
terkejut melihat paket tersebut.
“Maaf
jika baunya sedikit tercium di ruang tunggu. Aku sudah memasukkannya ke dalam
wadah kedap udara.”
Raion-san
berkata sambil tersenyum dengan rasa bersalah.
“Kebahagiaan
kami sekarang berkat campur tangan
Ryuuto-san dan Luna-san. Jadi, aku
ingin kalian berdua sangat bahagia, dan dengan rasa terima kasih, aku
membungkusnya satu per satu dengan hati-hati sambil bernyanyi. Oh, tentu saja
aku memakai masker dan sarung tangan saat membuatnya!”
“Sebenarnya,
aku juga membantu loh~♡
Yang agak kurang rapi itu adalah hasil karyaku!”
Kitty-san berkata begitu sambil tertawa di sampingnya.
“Tapi
Kitty-chan, kamu sangat pandai memasak
dibandingkan orang yang bukan koki, lho?”
“Eh,
masa shi? Wah, Rai-kun, aku senang banget!”
Kitty-san tersenyum ceria mendengar
pujian dari Raion-san, dan suasana mesra di antara mereka berdua seharusnya
diperbolehkan di acara bahagia seperti ini.
Dengan
demikian, tirai resepsi pun diturunkan.
◇◇◇◇
Setelah
beberapa tamu, termasuk kerabat yang lebih tua dan lebih muda serta Kamonohashi-sensei, pulang, sekitar pukul dua
siang, acara kedua yang hanya dihadiri oleh para anak-anak
muda akhirnya dimulai.
Acara
kedua adalah pesta berdiri dengan suasana santai, di mana jendela tempat
resepsi dibuka agar bagian taman luar juga bisa digunakan.
Luna
mengganti pakaiannya dengan gaun pengantin lagi, dan meskipun acara masuk
bersama pengantin tidak dilakukan, banyak waktu bebas diambil untuk berbincang-bincang,
sesuai harapan Luna yang menginginkan “berbicara banyak dengan semua
orang”.
Ketika
waktu bebas pertama dimulai, para tamu segera datang ke arah kami yang duduk di meja utama.
Sama seperti di resepsi, tamu-tamu Luna
jauh lebih banyak di acara kedua ini.
Rekan-rekan
dari masa kerja di industri pakaian, teman-teman dari pekerjaan paruh waktu di
toko kue, teman sekelas di sekolah kejuruan, serta teman-teman dari semasa SD hingga SMA…
Saat aku
menyapa kenalan Luna dengan senyum yang ramah, aku melihat beberapa wajah yang
sudah kukenal di antara mereka.
Karena Luna
sudah dikelilingi oleh banyak teman, kedua orang itu datang ke arahku dan
menyapaku.
“Yo,
Kashima Ryuuto!”
“Selamat
ya!”
Mereka
adalah Oosuga-kun dan Sugiura-kun, yang pernah bersamaku
dalam praktik mengajar.
Mungkin
karena mereka baru datang dari acara kedua, keduanya mengenakan pakaian terbaik
yang terlihat santai, dan aku terkesan dengan gaya mereka yang stylish.
“Woahh, aku benar-benar senang!”
“Aku tidak pernah menyangka kalau kita juga diundang!”
Sambil
berpikir dalam hati, "Tapi bukannya
kamu sendiri yang bilang 'undang kami' tahun lalu…” aku hanya bisa tersenyum.
“Kashima
tuh benar-benar orang yang
serius. Dia benar-benar orang yang disiplin.”
“Benar banget ‘kan? Aku terkesan. Saat
praktik latihan, meskipun cuaca di pagi hari terlihat cerah, tapi hujan mulai turun ketika
waktunya pulang, dan
Kashima mengeluarkan payung lipat dari tasnya!”
“Serius!?
Itu terlalu hebat, kan!? Jika ada rencana berikutnya dan tidak ingin basah, kita biasanya tiinggal meminjam payung yang ada di
tempat payung!”
“…………”
“Tentu
saja, aku mengembalikannya ke tempat semula, kok?
Setelah hujan reda!”
Aku
merasa sedikit jengkel ketika mendengar alasan Oosuga-kun,
seolah-olah dia menyadari tatapanku yang dingin.
“…………”
Gara-gara
orang sepertimu, orang-orang mengalami
kesulitan karena payung mereka dicuri
di hari hujan, tau? Begitu
pikirku, merasa kesal karena memiliki pengalaman
serupaseperti itu.
“Hei,
jangan mengganggu pengantin pria terus oke.”
“Maafin ya. Mereka
ini mengadakan pesta pertama mereka tanpa izin dan sekarang sudah mabuk.”
Miyu-san
dan Yuna-san muncul di belakang mereka dengan
mengenakan gaun.
“Kalian
berdua juga minum bersama kami, ‘kan?”
“Kami
hanya minum teh! Jangan samakan kami dengan
kalian!”
“Bener banget. Sayang sekali kalau wajah merah
saat foto dengan Luna yang cantik!”
“Ya,
ya, itu adalah perasaan wanita,”
kata Sugiura-kun
sambil tersenyum kecut.
“Permisi!”
Oosuga-kun mengangkat tangan ke
arah pelayan yang membawa nampan berisi gelas minuman dan berjalan di antara para
tamu.
“Kami ingin
dua gelas anggur putih! … Terima kasih!”
“Bagaimana
dengan Aneho? Eh, tidak ada tequila!? Di acara bahagia seperti ini!?”
“Sugiura-san, ini jelas kesalahan lagi!”
“Ya,
kesalahan! Kesalahan!”
Entah
kenapa, Oosuga-kun
dan Sugiura-kun mulai minum dengan cepat
lagi. Aku hanya bisa bertepuk tangan dengan senyuman.
“Hei,
kalian berdua ! Apa kalian mau mabuk lagi dan
merepotkan orang lain!?”
“Turunkan
tempo minum kalian! Ini, minum teh hitam!”
“Eeei……”
“Ya……”
Yuna-san
dan Miyu-san memberikan gelas minuman non-alkohol kepada Sugiura-kun dan yang lainnya, membuat
mereka tampak lesu.
Aku merasa
lega karena sepertinya hari ini mereka berdua akan pulang
dengan sadar, sebab ada orang yang mengawasi mereka.
◇◇◇◇
Sementara
acara kedua semakin meriah, kami keluar ke teras dan menuju taman. Suasana
sudah benar-benar panas musim panas, jadi tamu yang berada di luar tidak
banyak.
Tanah di
taman ditutupi oleh semak belukar
yang tidak terlalu tinggi sehingga mudah
dilalui, dan ada beberapa tempat yang dikelilingi pepohonan seperti hutan yang
membuatnya terasa sejuk.
Kurose-san
sedang menikmati minuman di bawah naungan pohon daun lebar
yang hijau. Setelah akhirnya terlepas dari kerumunan teman-temannya, Luna berkata, “Mari kita pergi ke tempat Maria.”
Kami pun
menuju ke arahnya.
Kurose-san
memegang buket bunga yang dia ambil dari bagian acara
“lempar buket” yang
baru saja berlangsung.
Lempar
buket bunga adalah acara di mana tamu wanita
yang belum menikah berkumpul, pengantin wanita membelakangi mereka dan melempar
buket bunga, dan siapa pun yang menangkapnya
akan menjadi pengantin berikutnya. Sebagian besar tamu di acara kedua adalah
teman sebaya, dan hampir tidak ada yang sudah menikah, jadi kami mengundang
semua wanita tamu untuk berpartisipasi.
Buket buunga yang terbang dalam lintasan
parabola dari tangan Luna seolah-olah tertarik dan jatuh ke tangan Kurose-san.
Melihat pemandangan itu, aku merasa sedikit terharu.
“……Bunga
yang benar-benar indah.”
Kurose-san
menatap buket bunga di
tangannya dan bergumam dengan penuh perasaan. Buket yang terdiri dari mawar
putih dan lily putih itu terasa sangat cocok dengan citra Kurose-san.
“……Aku
berpikir untuk memberikannya kepada Akari-chan nanti. Tidak masalah, ‘kan?”
“Eh!?”
Ucapan
Kurose-san membuat Luna terkejut.
“Kenapa!?
Padahal kamu sudah berhasil
menangkapnya.”
“Tidak
apa-apa. Karena aku sudah mengambil foto sebagai kenang-kenangan.”
Kurose-san
menjawab sambil tersenyum.
“Kalau
sudah diberikan, kamu tidak
bisa mengatakan 'kembalikan'
nanti, lho?”
“Aku
tidak akan bilang begitu. Aku tidak akan bertindak seperti perihal Chii-chan.”
Kurose-san
tertawa lucu dan berkata,
“……Dibandingkan
waktu itu, aku juga sudah dewasa. Jangan khawatir.”
“…………”
Kurose-san
menjelaskan kepada Luna yang
terdiam, dan padaku yang berdiri di sampingnya, seolah-olah sedang mencari
alasan.
“Konon,
katanya ada jinx bahwa tamu yang menerima
buket bisa menjadi pengantin berikutnya, ‘kan?
Akari-chan pernah bilang bahwa impiannya adalah mengadakan pernikahan, jadi aku
ingin dia menerima ini sebagai jimat agar impiannya cepat terwujud.”
“……Maria,
apa kamu beneran
baik-baik saja dengan itu?”
“Aku sama
sekali tidak keberatan.”
Kurose-san
menjawab dengan tegas kepada Luna yang terlihat sedikit kecewa.
“Kita
sendiri yang memutuskan bahwa kapan kita akan bahagia. … Aku
juga berpikir bahwa pernikahan bukan satu-satunya bentuk kebahagiaan.”
“Kamu
seriusan akan mengatakan itu padaku yang baru saja
mengadakan pernikahan?”
“Padahal
bukan begitu maksudku.”
Kurose-san
tersenyum kepada kakak perempuan kembarnya yang
mengerucutkan bibirnya.
“Bentuk
kebahagiaan yang Luna inginkan adalah ini, ‘kan?
Bentuk kebahagiaan yang aku inginkan di masa depan adalah sesuatu yang akan aku
tentukan sendiri.”
Aku
merasa pemikiran itu sangat mencerminkan Kurose-san.
Sepertinya
dia ingin hidup dengan bebas tanpa terikat pada ramalan
atau sejenisnya.
“Luna,
ayo kita berfoto!”
Pada saat
itu, ada seorang tamu mendekati Luna dan
mengajaknya berbicara, membuat Luna terputus dari percakapan dengan
Kurose-san.
Terutama
setelah acara kedua dimulai, Luna dikelilingi oleh teman-teman wanitanya, mengambil foto dan
bercakap-cakap.
Mungkin
karena bintang utama acaranya ada di sini,
orang-orang mulai muncul di taman sedikit demi sedikit. Untuk mengambil foto di
lokasi yang berbeda, ternyata di depan Luna sudah ada antrean kelompok tamu
yang menunggu. Luna memang luar biasa.
Sambil
terpesona oleh popularitas istriku,
aku melihat sekeliling, berharap ada tamu yang datang ke arahku, dan tatapan mataku bertemu dengan seorang
tamu pria.
Ia adalah Kujibayashi-kun. Entah sejak kapan dirinya ada di sana, tapi ia sedang memegang gelas minuman dan terlihat canggung dengan jarak
yang sedikit jauh.
“Kujibayashi-kun.”
Karena
itulah, aku memutuskan untuk
menyapanya.
“Terima
kasih sudah datang ke acara pernikahanku.
Apa kamu menikmati acaranya?”
Ketika
aku bertanya padanya, Kujibayashi-kun mengangguk dengan
malu-malu. Mungkin ia merasa tertekan dengan suasana pesta yang meriah. Aku
juga merasakannya.
“Jangan
khawatir. Orang ini
tadi juga dengan gembira mengambil
foto-foto ketika di resepsi dan
bilang 'daun parsley yang mengapung di sup terlihat seperti hati'.”
Kurose-san
yang masih berada di dekat kami mengungkapkan hal itu, membuat Kujibayashi-kun terlihat malu.
Kujibayashi-kun tidak memiliki kenalan
tamu lain selain Kurose-san, jadi di pada acara resepsi,
Kurose-san ditempatkan di meja teman dan
bukan di meja keluarga, jadi dirinya
duduk di sebelah Kujibayashi-kun.
“……Meskipun begitu,”
Aku berkata di
depan Kurose-san dan Kujibayashi-kun.
“Padahal kalian
baru saja mulai berpacaran,
tapi kalian harus menjalani hubungan jarak jauh.”
Jika aku
menjadi Kujibayashi-kun,
aku pasti merasa sangat sulit. Ada banyak hal yang
terjadu selama dua atau tiga bulan ketika aku baru menjalin
hubungan dengan Luna, tetapi setiap harinya dipenuhi dengan ketegangan dan dramatis, sehingga aku tidak bisa membayangkan diriku
berpisah dengannya.
“……Benar juga.”
Kurose-san
menundukkan alisnya dengan sedikit sedih.
“Tapi,
kami sudah terbiasa berkomunikasi melalui LINE, jadi jika dipikir-pikir kembali,
rasanya tidak jauh berbeda
dengan sebelumnya, kan? Kami masih bisa melakukan panggilan video jika ingin melihat wajah satu
sama lain.”
“Ya,
memang ada benarnya sih.”
Aku menjawab menimpali, dan
Kujibayashi-kun juga mengangguk.
Namun, di wajahnya terlihat sedikit rasa kesepian.
Kurose-san
melihat Kujibayashi-kun
dan membuka mulutnya.
“……Jika
kamu ingin menemuiku,
datanglah dan temui aku. Karena sepertinya kamu lebih memiliki banyak waktu dan uang daripada aku.”
“……Baiklah, aku mengerti.”
Kujibayashi-kun menjawab dengan suara
kecil.
“Apa tidak ada cara untuk melakukan
penelitian di universitas luar negeri?”
Ketika
aku bertanya begitu, Kujibayashi-kun berpikir sejenak lalu
menjawab.
“……Bukannya tidak ada sama sekali.”
“Yah, tapi aku juga takkan berada di
sana terlalu lama. Iya, ‘kan,
Kashima-kun?”
“U-uhm, iya…… Aku juga berencana pulang kembali dalam beberapa tahun.”
“Tapi yah, kita tidak akan pernah tahu sampai mencobanya. Baik
pekerjaan maupun cinta. Untuk masalah hubungan jarak
jauh, mari kita pikirkan hal itu bersama-sama seiring
dengan situasi masing-masing.”
“…………”
Aku bisa
merasakannya. Kujibayashi-kun
sangat terharu saat ini. Ia
merasakan bahwa Kurose-san memikirkan masa depan mereka berdua dengan kata ‘bersama-sama’.
Melihat
Kujibayashi-kun yang canggung, aku
merasa senang melihat pasangan yang manis ini.
“……Ngomong-ngomong,
aku sudah memikirkan ini sejak acara resepsi,”
Di situ, aku mengungkapkan sesuatu yang sudah
lama mengusik pikiranku.
“Kujibayashi-kun, hari ini kamu terlihat sangat keren,
ya?”
Penampilan
Kujibayashi-kun dalam balutan jas sangat mencolok. Dirinya mengenakan jas hitam dengan
rompi perak, dan dasi kupu-kupu yang terikat di lehernya juga terlihat stylish.
Di antara tamu yang banyak mengenakan gaya jas bisnis, penampilan sempurna Kujibayashi-kun menarik perhatian.
Hanya saja, tangan kanannya masih dibalut perban, jadi
ia terlihat sedikit menyedihkan.
“Sebelum
upacara, ia
meminjamnya dari toko penyewaan kostum yang bekerja sama dengan lokasi acara. Sangat mendadak sih.”
Aku cukup
terkejut mendengar Kurose-san menjawab perkataanku.
“Eh,
benar? Kenapa?”
Ketika
aku bertanya, Kujibayashi-kun
menundukkan kepala dengan sangat canggung.
“Karena
ini adalah perayaan pernikahan
pertama dalam kehidupanku, aku sangat mengingat bahwa
aku tidak boleh lupa membawa amplop ucapan selamat, sehingga aku malah lupa
hal-hal penting lainnya dan keluar rumah.”
“Jadi,
maksudnya?”
“Sepertinya
ia berniat membawa jas dan berganti pakaian di lokasi acara. Padahal seharusnya ia bisa mengenakannya
dari rumah, karena tidak terlalu jauh. Tapi dengan tangan cedera yang patah
tulang, kurasa berganti pakaian juga jadi tidak
nyaman.”
Menanggapi
imbuhan Kurose-san, Kujibayashi-kun
membuka mulutnya seolah-olah
memberikan alasan.
“Karena
aku tidak terbiasa dengan penampilan ini, aku ingin mempersingkat waktu
pemakaian semaksimal mungkin...”
“Kalau
begitu, bukankah itu seharusnya sama pentingnya
dengan amplop ucapan selamat?”
Kurose-san
berkata dengan nada terkejut.
“Orang
ini, tangan kanannya seperti ini, ‘kan?
Aku seharusnya menulis nama di amplop ucapan selamat untuknya, jadi kami sudah
merencanakan untuk bertemu di restoran ritel
terdekat satu jam sebelum acara. Tapi ia justru
muncul dengan pakaian biasa dan ketika aku bertanya, 'Apa kamu akan hadir
dengan penampilan itu?' ia hanya menjawab 'Ah'. Tidak bisa
dipercaya, kan?”
“…………”
Kujibayashi-kun terlihat malu dan
tersipu.
“Ia
lalu bilang, 'Aku akan pulang untuk
mengambilnya sekarang,' jadi aku bilang, 'Kalau begitu sih tidak akan
sempat, mari kita tanyakan ke lokasi acara.' Karena aku juga pernah meminjam gaun
untuk pernikahan kerabat di hotel tempat acara.”
“Tapi,
kamu terlihat sangat cocok dengan jas itu.
Rasanya seperti dibuat khusus untukmu.”
Ketika
aku menyampaikan pendapat itu, Kurose-san juga
mengangguk setuju.
“Aku merasa
sedikit kesal karena perawakannya
memang sudah bagus. Aku
harus berlari ke kapel karena khawatir tidak akan sempat, dan sampai saat
terakhir aku masih terburu-buru.”
Meskipun
kata-katanya terdengar seolah-olah sedang mengeluh,
bagiku itu hanya ungkapan kebanggaan. Namun, Kujibayashi-kun
melihat Kurose-san dengan wajah cemas.
Oleh karena
itu, aku menjaga jarak beberapa langkah dari mereka dan
memperhatikan percakapan mereka dengan seksama dari
jarak yang cukup dekat untuk mendengar suara mereka.
“……Mari-chan,”
Kujibayashi-kun berkata dengan
ragu.
“Apa
kamu mulai tidak menyukaiku?”
“Dasar
bodoh,”
Kurose-san
menjawab dengan nada terkejut lagi.
“Kalau
hal sekecil ini membuatku membencimu,
itu berarti aku tidak pernah benar-benar menyukaimu.”
Kurose-san terus melanjutkan sementara Kujibayashi-kun terlihat sedikit
lega.
“Aku
sudah siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi dengan seseorang sepertimu.”
Setelah mengatakan itu sambil tersenyum,
Kurose-san menatap tangan kanan Kujirin-kun yang diperban dan ekspresinya
menjadi sedikit muram.
“Tapi
tolong, jangan sampai mengalami
kecelakaan seperti ini lagi, ya?”
“……Aku
akan berhati-hati.”
Kujibayashi-kun mengangguk dengan ekspresi tegas. Kurose-san menyentuh tangan kanan
Kujibayashi-kun dengan kedua
tangannya, seolah membungkusnya.
Kujibayashi-kun tampak tersipu hingga bisa terlihat
jelas dari jarak ini.
Kalau ia
bereaksi seperti itu hanya karena tangannya digenggam, aku
jadi berpikir bahwa perkembangan hubungan mereka mungkin jauh lebih lambat dibandingkan aku dan
Luna.
Sambil
menatap Kujibayashi-kun
yang seperti itu, Kurose-san berkata sambil tersenyum
malu-malu,
“……Aku
sangat menyukaimu, Haru-kun.”
Segera
setelah itu, ketidaknyamanan Kujibayashi-kun
membuatku tidak tahan lagi untuk
menontonnya.
◇◇◇◇
Aku bisa
berbicara lagi dengan Luna setelah itu. Saat aku berdiri tanpa membawa
apa-apa di bawah pohon di taman, dia datang membawakan minuman.
“Ngomong-ngomong,
aku baru saja kepikiran, kakak perempuan Ryuuto tuh mirip dengan Maria, ya?”
“Eh,
sebelah mananya yang mirip?”
Aku
terkejut dan tanpa sadar bertanya kembali. Meskipun aku sendiri yang mengatakannya, kakak perempuanku mirip denganku, jadi mau dilihat dari sudut pandang manapun, dia tidak terlihat seperti gadis yang cantik.
Namun, Luna
dengan wajah bingung bertanya, “Eh?”.
“Suasananya? Dia terlihat anggun, rendah
hati, dan sepertinya bijaksana... Jadi, jika Maria adalah cinta pertamamu, maka
itu berarti Ryuuto tuh seorang
siscon ya?”
“Eh!?
Jangan bercanda begitu dong, itu
membuatku merinding!”
“Eh?”
“Kami
tidak begitu akrab.”
“Masa?”
“Ya,
bukannya berarti kami bermusuhan...
Keluargaku semua pendiam dan lebih suka berada di kamar mereka... Sejak dulu,
kami hanya bertemu saat makan, dan ketika kami tumbuh dewasa, tidak ada banyak
yang bisa dibicarakan, semua orang lebih suka
bermain dengan ponsel
masing-masing saat makan.”
“Hmm.
Ternyata ada juga keluarga yang seperti itu, ya. Keluarga itu
memang beragam.”
Luna
berkata dengan kagum.
“Ah,
tapi benar juga. Kalau dipikir-pikir, Ryuuto dan Maria memang mirip. Karena kalian berdua bersaudara,
Ryuuto pasti mirip dengan kakaknya, dan wajar
saja kakaknya mirip dengan Maria!”
“…………”
Kami kembali ke pembicaraan itu,
meskipun Kurose-san sudah memiliki
Kujibayashi-kun, rasanya begitu canggung jadi aku memilih untuk
diam.
Melihatku
reaksiku yang seperti itu, Luna tertawa
kecil.
“Jadi,
jika aku jatuh cinta pada pria yang mirip dengan Maria, berarti aku benar-benar
sangat menyukai Maria...”
Luna
terlihat gembira saat dirinya bergumam pada
dirinya sendiri, jadi kupikir, ya sudah, itu juga tidak
masalah.
◇◇◇◇
“Yo,
pengantin pria, apa kamu sedang
minum?”
Setelah Luna
pergi karena dipanggil tamu lagi, Sekiya-san
datang menghampiriku sambil membawa
botol bir dan menuangkannya ke dalam gelasku yang kosong.
“Ah,
kalau enggak salah kamu
tidak bisa minum bir, ‘kan?”
“Tidak, kalau hanya segini sih masih bisa.”
Aku
melihat bir yang terisi sekitar delapan per sepuluh gelas. Suhu saat ini lumayan tinggi, jadi apapun yang
bisa melembapkan tenggorokan cukup dihargai.
“Meski
begitu, Tokyo panas sekali, ya.”
Berbeda
dengan saat resepsi upacara, saat ini Sekiya-san sudah melepas
jasnya. Dirinya juga terlihat sedikit segar dengan lengan kemeja
putihnya digulung. Aku ingin melakukan hal yang sama... saat aku berpikir
begitu, Yamana-san muncul.
“Senpai.
Penjepit dasimu miring.”
Dia
berkata sambil berdiri di depan Sekiya-san untuk memperbaiki penjepit perak
itu.
“……Kamu
ini bertingkah mirip seperti
istri, ya.”
Sekiya-san mengatakan itu dengan nada menggoda,
dan Yamana-san tersenyum lebar sambil menatap Sekiya-san.
“Kalau
begitu, kita bisa jadi pasangan komedi pasutri
dan mencoba M-1 di babak keempat?”
“Oh,
boleh juga. Kamu mau menulis skenarionya?”
“Tapi,
posisi itu sudah direbut oleh pasangan
Tanikita dan Icchi, ‘kan?”
Saat aku
berkata begitu, Yamana-san tertawa, “Ah—”.
“Pasangan
itu sih sangat kuat! Mereka alami seperti itu!”
“Bukannya
pasutri Kashima juga bisa
ikutan?”
Ketika
Sekiya-san memberitahuku hal itu, aku tersenyum kecut dan berkata, “Tidak”.
“Kami
tidak seperti itu...”
“Karena kalian pasangan yang mesra banget, iya ‘kan?”
“Sebelah
mananya?”
Sekiya-san
langsung menyela pernyataan Yamana-san.
“Yang
kamu maksud pasti tonjolan itu,
dasar mesum. Mengeluarkan suara-suara desahan
seksi di tempat seperti itu, di siang bolong pula…”
“Eh, tidak, itu bukan aku, semuanya itu karena ikan dokter yang...”
Mungkin karena
sudah terpengaruh alkohol, setelah mengucapkan itu, Sekiya-san dan aku saling
menatap dan berkata “Ah” secara bersamaan.
Yamana-san
melihat kami dengan wajah penasaran.
“Tempat
seperti itu? Tempat seperti apa maksudnya? Siapa yang mengeluarkan suara
mesum?”
“Eh?
Ti-Tidak, eh, umm, apa yang kita bicarakan, ya?”
“En-Entahlah...?”
“Sebentar,
Senpai? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?"
Meskipun
aku sudah berpura-pura, Sekiya-san masih tidak diampuni dan ditarik oleh
Yamana-san.
“Ayo
kita masuk. Di tempat yang sejuk, aku
bisa mendengarkan semuanya
dengan tenang!”
“……Ah...
ya...”
Melihat
wajah Sekiya-san yang meminta pertolongan, aku tidak bisa melakukan apa-apa dan
hanya bisa melihat punggungnya saat dirinya
dibawa pergi.
“Ah, itu dia,
ada, ada! Si pengantin
pria! Sekarang adalah kesempatan untuk berbicara
dengannya, Senpai!”
Pada saat
itu, aku mendengar suara yang jelas dan ceria di dekatku, dan ketika menoleh,
aku melihat seorang gadis mungil berdiri di sana. Gadis dengan mata besar dan
potongan rambut bob yang mencolok adalah
Asako-san, pacar barunya Nisshi.
Jika Nisshi tidak
berdiri di sampingnya, aku mungkin tidak akan mengingatnya.
“Lama tidak
berjumpa! Aku benar-benar minta
maaf karena sudah memaksa untuk mengundangku hari ini!”
“Ah,
tidak apa-apa... terima kasih sudah datang.”
“Berkat
kamu, rasanya sangat menyenangkan! Jadi begini ya rasanya upacara
pernikahan! Aku belum pernah diundang ke pernikahan teman sebelumnya, dan karena ini baru pertama kalinya, suasana
seperti ini membuatku merasa terharu...
Pernikahan itu indah, ya... Bukannya kamu juga
setuju, Senpai?”
“Kamu
ini memang banyak bicara, ya. Apalagi di depan
orang yang hampir tidak dikenal.”
“Duhh,
seriusan deh! Senpai selalu saja meledekku
seperti itu!”
Setelah Nisshi
menggodanya, Asako-san berpura-pura marah
dengan nada bercanda.
“Karena Nisshi orang yang pemalu, sih.”
Ketika
aku mengatakan itu, Nisshi membuat wajah masam.
“Oi,
jangan bilang begitu. Rasanya memalukan, tahu?”
“Tuh,
kan?”
“Jadi begitu
ya!”
Asako-san
berkata dengan kagum sambil melihat ke arahku. Nisshi terlihat kesulitan.
“Karena
kehadiranmu bikin semuanya rumit, mending kamu pergi ke sana dan lakukan
sesuatu. Apa kamu sudah mengambil makanan penutup?
Tadi aku melihat itu baru saja
disajikan.”
“Eh,
seriusan!? Aku
harus mencoba semuanya...!”
Seperti
yang diharapkan Nisshi, Asako-san segera menuju ke dalam ruangan.
“……Tapi,
Kasshi, kamu cukup hebat, ya.”
Setelah cuma ada kam berdua,
Nisshi berkata dengan serius padaku.
“Setelah
pergi ke Indonesia, di kantor kamu pasti
akan dipanggil 'Onii-chan!'
oleh Kurose-san, dan ketika pulang
ke rumah, kamu bakalan disambut oleh
Shirakawa-san yang memakai
apron telanjang, semuanya sempurna, ‘kan?
Apa-apaan dengan kehidupan harem itu? Memangnya
kamu ini orang yang bereinkarnasi dengan kemampuan cheat, ya?”
“Kamu ini
ngomong apaan sih, Nisshi?”
Aku hanya
bisa tersenyum kecut. Tidak ada adik ipar yang akan
memanggil kakak iparnya di
kantor dengan panggilan 'Onii-chan', dan aku
juga tidak ingin istriku memakai
apron telanjang karena itu tidak nyaman.
“……Mengesampingkan itu, walaupun aku sudah bersiap, tapi ternyata
ia juga datang, ya. Si
pengangguran itu.”
“Ia
sudah bukan pengangguran lagi, sih."
Aku
mengoreksinya sambil
tertawa.
“Mereka
mesra-mesraan terus.”
Mendengar
itu, aku berpikir apa sebaiknya aku melaporkan
tentang hubungan Yamana-san dan Sekiya-san kepada Nisshi.
“Nisshi.
Sebenarnya, Yamana-san....”
“Aku
sudah mendengarnya. Dia balikan dengannya, ‘kan?”
Nisshi
menjawab dengan santai.
“Y-Ya... sebenarnya...”
“Tidak
apa-apa.”
Setelah
berkata begitu, Nisshi tersenyum dengan ekspresi percaya diri.
“Karena
pria yang mendapatkan pengalaman 'pertama
kali' dari si gyaru yang galak itu bukankah orang itu,
tapi aku.”
“…………”
Aku tahu
itu hanya sekedar kebanggaannya saja, tetapi mungkin kebanggaan itu
masih diperlukan oleh Nisshi saat ini.
Aku
memikirkan masa depan yang jauh, berharap bahwa suatu hari nanti dirinya takkan membutuhkannya sama
sekali, dan aku bisa melihat
mereka berdua berinteraksi satu sama lain dengan ringan hati sebagaimana yang
mereka lakukan pada perjalanan sekolah dulu.
“……Ah,
itu Icchi.”
Setelah Nisshi
memberitahuku, aku melihat ke arah yang ditunjuknya.
Anaknya, Yuuri-kun,
berjalan dengan ceria mengenakan sepatu baru dan
melangkah di atas tanah yang tertutup
rumput. Melihat langkahnya yang tidak stabil, Icchi terlihat cemas dan
mengulurkan kedua tangannya untuk mengikuti Yuuri-kun
dengan seksama.
Karena
Tanikita-san sedang berbincang dengan teman-teman SMA-nya, sekarang Icchi
sepertinya bertanggung jawab menjaga anaknya.
“Yuuri~!
Ayo masuk!”
Icchi
berusaha keras memanggil anaknya yang masih kecil.
“Kalau
kamu jatuh dan mengotori celanamu, Papa akan dimarahi Mama dan dibilang 'Sudah kubilang untuk menjaganya!'? Ayo, di
luar panas, lho! Kamu nanti bisa kena sengatan panas!”
Ia berbicara
dengan suara lembut seraya mencoba menghentikan Yuuri-kun dari berjalan di luar. Namun, Yuuri-kun tampaknya senang bisa
menggerakkan kedua kakinya sesuai keinginannya, jadi ia tidak mau berhenti
berjalan.
Yuuri-kun terus berjalan ke arah
kami dan berusaha masuk di antara aku dan Nisshi. Tetapi, saat dia menyadari
keberadaan kami, dia menengadah.
Karena
itulah, langkahnya yang sedari tadi tidak stabil mulai goyah, dan Yuuri-kun hampir terjatuh ke
belakang.
““.........Ah!!””
Aku dan Nisshi
secara bersamaan mengulurkan tangan. Dengan
tubuhnya ditopang dari kedua sisi, Yuuri-kun
berhasil menjaga keseimbangan tanpa terjatuh.
“Terima
kasih, wahai temanku!”
Icchi
mengangkat anaknya yang berhenti di tempat itu.
Icchi,
yang sebelumnya tidak pernah mengangkat barang lebih berat dari pengontrol
game, kini dengan mudah mengangkat anaknya dan
menjadi seorang Papa yang hebat.
“Memang ya, satu-satunya
yang dibutuhkan hanyalah
teman dekat yang bisa diandalkan!”
“Ya,
tentu. Memannya sudah berapa tahun kita menjadi rekan sesama KEN’s Kids?”
Icchi
mengucapkan terima kasih, dan Nisshi menjawab dengan senyuman.
“Ngomong-ngomong
tentang KEN.”
Ucap Icchi
tiba-tiba teringat sesuatu.
“Sepatu
Yuuri ini adalah sepatu pertama yang
diberikan KEN sebagai hadiah.”
“Begitu,
hebat sekali.”
“Pantesan
saja ia
memakai merek yang bagus.”
“Ya!
AAku tidak bisa membiarkannya
dipakai di taman dekat rumah karena terlalu mubazir.
Jadi hari ini baru pertama kalinya ia memakai
di luar. Memang KEN itu luar biasa! Dia benar-benar hebat!”
“Benar.”
“Ya,
kan!”
Ketika
aku memikirkannya lagi, hal ini benar-benar sangat mengharukan. Jika streamer favoritku bukan KEN, mungkin aku
dan Icchi tidak akan akrab, dan hari ini tidak akan terjadi.
Saat itu,
Yuuri-kun yang merasa terkurung
mulai rewel dan bergerak, jadi Icchi kembali menurunkan anaknya dan kembali
menjalankan tugasnya mengawasi dan berkeliaran
mengikuti anaknya di taman seperti hantu.
◇◇◇◇
“Ryuuto!”
Saat aku sedang mengobrol dengan
sekelompok kecil teman di bawah naungan pepohonan di taman, aku melihat Luna
melambai dari arah pintu keluar teras.
Ternyata,
kami sudah berpindah ke area acara tanpa sadar.
“Sebentar
lagi waktunya selesai. Kita harus bersiap-siap
untuk acara taburan bunga!”
“Ah,
sudah waktunya ya.”
Aku masih
merasa belum cukup berbincang dengan semua orang. Meskipun aku tidak memiliki
banyak teman, aku merasakan hal yang sama, jadi Luna pasti lebih merasakannya.
Tempat
pesta dan kapel berdampingan dan keduanya berada di dalam taman.
Karena
kami mengadakan acara kedua yang lebih fokus pada bincang-bincang dengan
sedikit pertunjukan, pada akhirnya semua tamu akan keluar ke taman, dan
pengantin baru akan keluar dari pintu kapel, di mana para tamu akan memberikan taburan bunga sebagai acara penutup. Ini merupakan ide Luna agar tamu yang tidak
hadir di upacara pernikahan
juga bisa memberikan ucapan selamat.
◇◇◇◇
Di siang
hari yang cerah di musim panas.
Kelopak bunga berwarna-warni berterbangan di langit yang masih biru.
Luna yang
bersandar di lenganku melihat itu dan tersenyum bahagia.
Kami berdua berjalan perlahan di antara tamu
yang berdiri berbaris di depan kapel.
“Yeay!
Kalian berdua!”
“Semoga
kalian bahagia!”
“Luna,
kamu kelihatan sangat cantik!”
“Semoga
bahagia ya!”
Taburan kelopak
bunga dari Oosuga-kun,
Sugiura-kun, serta Miyu-san dan
Yuna-san berterbangan di hadapanku.
“Selamat,
Kasshi, Shirakawa-san!”
“Semoga
kalian bahagia!”
“Woaaahhh!”
Aku dan Luna terkejut sejenak karena kelopak
bunga yang dilemparkan oleh Icchi dan Nisshi menutupi pandangan kami.
“Ah!”
“Maaf!”
“““……Ahahaha!”””
Kami
bertiga saling bertatapan sejenak dan tertawa lepas.
“Ah,
Yuuri, jangan memakan bunga itu! Kamu
harus melemparkannya
ke arah paman itu!”
Tanikita-san
berbicara kepada anaknya yang
berdiri di kakinya, kemudian dia
menengadah melihatku.
“Maaf ya, Kashima-kun. Anakku tidak akan mengerti kecuali aku memanggil
orang dewasa dengan sebutan ‘paman’!”
“Ah,
begitu ya...”
Ya,
memang tidak bisa dipungkiri bahwa aku terlihat seperti paman dari sudut
pandang anak berusia satu tahun, jadi tidak masalah.
“Lunacchi, Kashima-kun, selamat ya!”
Tanikita-san
tampak mengambil napas dan melemparkan bunga untuk dirinya sendiri.
“Ada banyak
hal yang terjadi sampai di sini. Aku senang bisa melihatmu dalam balutan gaun
pengantin, Luna....”
“Lagi-lagi, memangnya kamu ini ibunya, ya?”
Yamana-san, yang menangis lagi, dan
Sekiya-san, yang mengomentari ihal itu,
juga mulai menghujan kami dengan
kelopak bunga.
“Temanku,
berbahagialah dan tetap bersinar.”
Kujibayashi-kun mengucapkan itu.
Mungkin itu adalah kutipan dari seorang tokoh terkenal, meskipun aku tidak bisa
mendengarnya dengan jelas.
“Terima
kasih, Kashima-kun.”
Kurose-san
yang berada di akhir barisan melemparkan kelopak bunga ke arahku sambil
tersenyum.
Kemudian,
dia melemparkan kelopak bunga di tangan kirinya ke udara lebih tinggi.
“Selamat,
Luna.”
Ekspresi
wajahnya saat merayakan kakaknya lebih lembut dan lebih indah, penuh kasih
sayang dibandingkan senyuman Kurose-san yang pernah kulihat sebelumnya.
“Aku
senang sekali...”
Setelah
melewati terowongan kelopak bunga, Luna bersandar di lenganku dan berkata
dengan suara bergetar seraya berlinangan air mata.
“Aku sangat
bersyukur karena diberkati dan mendapat ucapan selamat dari
orang-orang yang sangat kucintai
dan kusayangi.....”
Setelah
mengatakan itu, Luna menatapku dan berkata, “Tidak,
mulai hari ini, maksudnya milik
'kita' ya!”
Dia mengatakannya dengan
senyuman berkilau dan cerah
seperti matahari musim panas.




