Chapter 4.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru
“Selamat,
Nikoru!”
“Luna~~~~~!”
“Bagaimana
setelah itu!?”
“Tidak
ada yang istimewa, pelanggan lain
sudah datang sekitar lima belas menit sebelum waktu
pemesanan, jadi aku berusaha keras untuk berhenti
menangis!"
“Ah.”
“Tapi,
sampai jam tutup, Senpai menunggu di dekatku dan kami pulang
bersama."
“Hanya
pulang bersama doang?”
“Ya...
habisnya besok ada upcara pernikahan Luna, ‘kan? Jadi aaku
ingin melakukan perawatan di rumah seperti masker dan perawatan rambut.”
“Ah,
benar juga! Maaf ya, waktunya kurang pas!"
“Tidak
apa-apa, waktunya justru sangat
tepat... Terima kasih, seriusan.”
“Hehe,
Aku senang mendengarnya.”
“Bagaimana
Senpai bisa datang bersamamu?”
“Eh?
Hmm... Sekiya-san sendiri bilang apa?”
“Katanya ia
kebetulan bertemu kalian di
Shinjuku dan dibawa ke sini. Memangnya
itu mungkin?”
“Ah!
Tidak, tapi memang begitu! Aku benar-benar terkejut!”
“Di
mana kalian bertemu? Di dalam toko?”
“Eh!?
Hmm... di tempat mandi kaki?”
“Tempat
mandi kaki? Memangnya ada
tempat mandi kaki di Shinjuku?”
“Ya,
beneran ada kok! Karena
besok ada pernikahan, jadi aku ingin mengurangi pembengkakan,
kan?”
“Aku
paham banget! Tapi, bukannya kakimu tidak aka terlihat di balik gaun?”
“Ta-Tapi, aku ingin merasa rileks, tau!”
“Benar juga sih! Wanita pekerja selalu ingin
merasa rileks~! ...Apa Senpai juga ingin merasa rileks?"
“Pa-Pasti
begitu, aku yakin! Sepertinya menjadi
mahasiswa fakultas kedokteran itu berat banget.”
“Mungkin
saja. Tangan Senpai juga terasa kaku dan tegang.
Apa sebaiknya aku memijat
kakinya? Aku akan menanyakan itu padanya besok!”
“...Fyuh.”
“Hmm?
Kamu kenapa, Luna?"
“Bu-Bukan
apa-apa! Aku hanya
merasa berdebar-debar untuk besok!”
“Aku
juga berdebar-debar! Tapi, apa kamu beneran yakin
kalau aku yang memberikan pidato!?”
“Tentu
saja! Kenapa tidak!?”
“Karena
pidato dari pihak pengantin pria adalah mangaka yang
membuat
'Makedora', kan!? Bukannya aku terlalu berbeda!?”
“Tidak
masalah! Nikoru juga luar biasa kok!”
“Apanya yang luar biasa?”
“Itu sih... kedekatanmu dengan pengantin!
Kamu jelas lebih baik dari Kamonohashi-sensei!”
“...Ya,
mungkin begitu!”
“Jadi,
aku senang Nikoru bisa memberikan pidato!”
“Hmm~~~~ kalau begitu aku akan berusaha sebaik mungkin! ...Apa benar ini tidak
akan dianggap buruk oleh pihak pengantin wanita?"
“Tidak
masalah! Ini bukan segmen pertarungan untuk menunjukkan kenalan selebriti! Aku
ingin Nikoru. Jika pengantin wanita berpikir begitu, bukannya itu saja
sudah cukup?”
“...Ya,
benar. Kurasa itu ada benarnya.”
“Hehe.
Rasanya menggemaskan sekali karena kamu mengkhawatirkan seperti itu, Nikoru♡”
“Aku
ini tipe orang yang lumayan sensitive tau!”
“Aku
tahu♡
...Sepertinya Sekiya-san juga
mengetahuinya.”
“...Hmm.
Aku khawatir jika masalah penyakitku diketahui, aku akan mengecewakan. Tapi,
aku ingin menghadapi Senpai apa adanya, tanpa hanya menunjukkan sisi baikku...
dan jika tidak diterima, ya sudah, mungkin kami ditakdirkan begitu.”
“Aku senang
kamu diterima."
“Ya.
...Aku juga senang mengetahui bahwa Senpai merasakan hal yang sama. Mulai
sekarang, aku ingin menerima semua sisi buruk Senpai.”
“Apa
yang akan kamu lakukan jika ada Sekiya-san datang
menangis kepadamu dan berkata, 'Belajar kedokteran itu sangat sulit, tolong
aku, Nicorun~!?’”
“Aku
akan bilang, 'Berisik!
Tinggal kerjakan saja!'”
“Hehe!
Nikoru memang harus seperti itu.”
“...Hehe.
Aku selalu berpikir bahwa memiliki cinta yang alami adalah hak istimewa bagi
gadis-gadis yang seperti Luna, yang terlihat baik dan alami. Aku merasa bahwa
diriku yang alami hanyalah mantan berandalan,
‘kan? Kupikir tidak ada anak laki-laki
yang akan menyukaiku.”
“Begitu
ya...”
“Tapi,
setelah aku berpacaran dengan Ren, aku
sedikit berubah."
“Eh?”
“Ketika
sedang bersama Ren, aku merasa alami... rasanya nyaman dan menyenangkan. Aku
merasa menyesal, 'Seharusnya aku bisa menghabiskan waktu seperti ini dengan
Senpai.'”
“Nikoru...”
“Karena
aku berusaha menarik perhatian dengan cara yang tidak biasanya, jika
dipikir-pikir sekarang, aku melakukan banyak hal yang bukan diriku kepada
Senpai. Tentu saja aku ditolak.
Itu membuat jarak di antara kami, dan aku berusaha lebih menggoda, dan Senpai
jadi waspada... itu adalah siklus buruk.”
“Dari
sudut pandangku, Nikoru yang seperti itu juga imut.”
“Hehe.
Mungkin sekarang Senpai berpikir begitu. ...Saat itu, kami berdua tidak
memiliki waktu untuk bersantai,
jadi mungkin itu sebabnya tidak berjalan lancar.”
“Waktu
itu luar biasa.”
“Iya.
...Aku merasa kita sudah dewasa. Mungkin semuanya adalah takdir. Bahkan waktu
yang tidak berjalan dengan baik... Aku merasa bersalah kepada Ren yang menemani
pertumbuhanku, tapi...”
“...Ah.”
“Hm?”
“...Ngomong-ngomong,
aku mendengar sesuatu dari Ryuuto...”
“Apa?”
“...Nikoru,
apa kamu ingin tahu bagaimana kabar Nishina-kun sekarang?”
“Apa?
Apa ia punya cewek baru?”
“...Iya.”
“Pria
itu───!!”
“Ma-Maaf,
apa kamu tidak ingin mendengarnya?”
“Tidak juga? Aku
hanya berpikir 'pria itu!'
...kurasa itu tidak aneh sama sekali. Ren
orang yang baik. Wajahnya juga tidak jelek, ‘kan?
Walaupun karakternya sedikit aneh, tapi ia
lucu dan menghibur.”
“...Sepertinya tahu banyak tentang Nishina-kun ya.”
“Karena
aku mantan pacarnya. ...Jadi begitu ya.
Aku tidak tahu siapa gadis itu
dan mungkin tidak akan pernah tahu, tapi aku
mendoakan kebahagiaan mereka
berdua.”
“...Sepertinya dia akan datang ke acara setelah
pernikahan besok.”
“Eh,
serius!?”
“Serius...”
“Apa dia
tidak tahu tentang keberadaanku?”
“Tidak,
dia justru mengetahuinya... 'Jika ada yang bisa
dipelajari dari mantan pacar, aku ingin mempelajarinya
sebagai referensi'
begitu bilangnya.”
“Heh,
berani juga.”
“Jangan,
Nikoru, jangan menekan gadis itu!”
“Aku
tidak akan menekannya. Dia bebas melakukan apa saja sesukanya.”
“Ap-Apa maksudmu?”
“Bagi
wanita, mantan pacar itu seperti 'majalah yang sudah dibaca,' kan?
Setelah aku mengembalikannya ke rak, siapa yang membacanya tidak menjadi
urusanku. Pacar tercintaku pun mungkin hanya majalah yang sudah dibaca oleh
orang lain. Tapi, itu tidak masalah. Aku ingin membacanya sekarang. Gadis itu
juga akan menyadari suatu saat nanti. Rasanya jauh
lebih berarti untuk fokus membaca majalan itu sekarang daripada
memikirkan 'Siapa yang membacanya sebelumnya,'.”
“Nikoru...
dalam banget...!”
“Karena aku
sudah menjadi Nikoru yang dewasa.”
“Hebat!
Keren banget, Nikoru!”
"Hehe.
...Tapi, begitu ya.”
“Hm?”
“Ia
bilang sangat menyukaiku, tapi dalam setahun ia sudah
ada cewek baru. Itu jawabannya, kan? ...Senpai, meskipun sudah lebih dari dua
tahun, ia tetap memikirkanku dan tetap
sendiri.”
“...U-uh,
iya.”
“Hm?
Kenapa reaksimu seperti itu?”
“Tidak,
aku benar-benar berpikir begitu! Itu saja!”
“...Jadi, kamu tahu sesuatu, ‘kan?”
“Ap-Apa yang
kamu bicarakan!? Lagipula, kita harus tidur, ini tidak baik
untuk kecantikan kita!”
“Oh,
itu benar. Akku tidak bisa
membiarkan pengantin wanita begadang. Sampai jumpa, aku menantikan acara besok.”
“Iya,
terima kasih, Nikoru.”
Setelah
menutup telepon, Luna mengangkat
tangan kirinya perlahan dan menatap cincin keabadaian
yang bersinar di jari manisnya.
Senyum
tipis muncul di wajahnya. Dia menariknya mendekat
dan memberikan ciuman lembut.
