Gimai Seikatsu Volume 14 Prolog Bahasa Indonesia

 Kesepian merupakan emosi yang membahagiakan. Itu adalah hak istimewa bagi orang yang telah mendapatkan kebebasan tanpa terjebak dalam inertia abadi.

 

Prolog Asamura Yuuta

 

Jam yang tergantung di dinding menunjukkan pukul 7:30 pagi. Aku dan Ayase-san baru saja mengantarkan ayah yang pergi dengan terburu-buru, sedangkan Ibuku, Akiko, masih belum pulang dari kerja. Kami akhirnya bisa tenang dan mulai makan.

Sambil mengambil ham di depan kami dengan sumpit dan meletakkannya di atas roti panggang, topik pembicaraan pertama kami di pagi hari adalah tentang teman-teman kami yang berhasil lulus ujian. Kami merasa sangat senang karena mereka berdua berhasil diterima di universitas negeri yang dianggap paling sulit.

Hebat ya, puji Ayase-san dengan sedikit semangat. Memang benar. Mereka berdua merupakan siswa berprestasi di SMA Suisei dengan peringkat satu digit. Aku pikir kemungkinan mereka untuk lulus cukup tinggi, tapi ketika melihatnya secara langsung, rasanya sangat menyenangkan dan mengejutkan.

Bagaimanapun juga, kami berempat kini akan menjadi mahasiswa mulai April.

Dan karena kami lulus pada jadwal ujian tahap awal, itu berarti kami tidak perlu memikirkan ujian tahap akhir, sehingga kami bisa kembali bekerja paruh waktu. Aku dan Ayase-san sudah memberitahu Pak manajer bahwa kami akan kembali bekerja mulai April. Namun, jika diminta, mereka pasti bisa segera mengatur jadwal. Mungkin saja aku akan diminta datang mulai sore ini──.

Nah, sebenarnya sampai di sini kami cuma melakukan obrolan ringan……

“Mari kita membahas pokok masalah utama, kataku.

Ketika aku memulai seperti itu, Ayase-san mengangguk sambil mengunyah acar lobak. Setelah selesai mengunyah, dia membuka mulutnya.

Masalah perjalanan kelulusan?

Karena semuanya sudah dipastikan lulus, kita harus segera bergerak.

“Aku sudah menduganya begitu, jadi malam tadi, aku sudah mencari tahu sedikit tentang 'perjalanan kelulusan'.

Maaf. Aku belum mencari apa-apa.

Ayase-san menggelengkan kepala.

Kemudian dia mulai menceritakan informasi yang dia temukan di internet.

Rupanya, untuk perjalanan kelulusan yang mewah, rencana harus dibuat pada bulan Februari dan memesan hotel serta pesawat sebulan sebelumnya. Menurutku rasanya itu terlalu dini. Namun, itu tidak mungkin dilakukan. Sebagai siswa SMA Suisei yang biasanya hasil ujian baru keluar hingga detik terakhir, merencanakan sebulan sebelumnya adalah hal yang hampir tidak mungkin.

Tapi, kalau begitu, kurasa kita tidak bisa memakai pesawat. Karena kita tidak bisa mendapatkan resevasi.

“Itu berarti perjalanan jarak jauh tidak mungkin, ya.”

Dengan begitu, Okinawa dan Hokkaido keluar dari daftar pilihan. Tentu saja, Hawaii juga tidak mungkin. Secara anggaran, aku juga tidak ingin menghabiskan terlalu banyak, jadi aku tidak merasa keberatan.

Dan saat kami sedang membicarakannya, aku menyadari kalau kami tidak bisa memutuskan semuanya sendiri. Karena ini adalah perjalanan untuk empat orang, kurasa kami tidak boleh memutuskan tujuannya sendiri tanpa mempertimbangkan pendapat orang lain. Aku yakin bahwa Narasaka-san dan Maru juga pasti memiliki tempat yang ingin mereka kunjungi.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk menanyakan pendapat Maru, sementara Ayase-san akan menanyakan Narasaka-san, dan setelah itu kami akan berbagi informasi setelah mengonfirmasi keinginan mereka masing-masing.

 

◇◇◇◇

 

Jadi, apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi?

“Kurasa Ooarai.”

Setelah makan siang, aku menghubungi mereka dan menjelaskan bahwa mengingat anggaran dan jadwal, kami mungkin tidak bisa pergi terlalu jauh. Setelah berpikir sejenak, Maru mengerang pelan dan kemudian memberikan jawabannya.

Itu adalah sebuah kota di pesisir Samudera Pasifik di Prefektur Ibaraki. Itu adalah pantai terkenal untuk berenang. Aku juga tahu tentang itu. Namun, saat bulan Maret yang seharusnya masih dingin, aku meragukan apa di sana beneran tempat yang ingin dikunjunginya. Kenapa ÅŒarai?

Ketika aku bertanya demikian, Maru menyebutkan nama sebuah anime.

“Ah, begitu rupanya.

Bisa dibilang, itulah yang biasa disebut sebagai ‘berziarah ke lokasi suci.

Di zaman sekarang, bahkan dalam anime, sentuhan realisme sangat dibutuhkan untuk menggambarkan kehidupan sehari-hari. Karena alasan itulah, sering kali tempat nyata dijadikan model, dan pemandangan perjalanan pulang pergi sekolah digambarkan secara langsung. Oleh karena itu, tindakan pergi ke lokasi yang digambarkan untuk merasakan suasana yang sama dengan para tokoh fiksi menjadi valid. Inilah yang disebut ziarah tempat suci.

Aku sih tidak masalah dengan itu. Tapi, kurasa Ayase-san dan Narasaka-san tidak akan tertarik.

Narasaka justru menikmatinya.

Ehh? Masa? Rasanya mengejutkan.

“Ah, enggak, aku hanya merasa seperti pernah mendengar sesuatu seperti itu. Namun, yang lebih penting adalah masalah Ayase, kan? Betul, kan?

Ayase-san? Hmm, ya mungkin begitu.

Meskipun Narasaka-san tidak masalah, sudah pasti Ayase-san tidak menonton anime yang dimaksud. Kalau gitu, rasanya sulit untuk mengatakan bahwa Ooarai di awal musim semi merupakan tempat yang bisa dinikmati semua orang.

Sekarang, apa yang harus kulakukan? Saat aku sedang memikirkannya, terdengar suara ketukan. Aku berkata kepada Maru, Tunggu sebentar, lalu menjawab ke arah pintu, Silakan masuk. Ayase-san muncul dari celah pintu yang dibuka.

Ah, ternyata kamu memang melakukannya juga. Aku juga baru saja mulai di sini. Bagaimana kalau kita melakukannya berempat?

Ayase-san berkata sambil memegang ponsel. Aku bisa mendengar suara Narasaka-san dari ponselnya

Kalau begitu, ayo kita bicarakan lewat panggilan video aja! Aku ingin melihat wajah kalian setelah sekian lama!

Sepertinya Ayase-san juga setuju dengan usulan Narasaka-san. Memang benar kalau kami belum pernah bertemu setelah lulus. Maru juga setuju, jadi kami memutuskan untuk memutuskan panggilan dan beralih ke panggilan grup berempat. Namun, ketika aku dan Ayase-san menggunakan aplikasi di ruangan yang sama, tampaknya itu tidak berjalan dengan baik. 

Karena kami berada dalam jarak kurang dari satu meter, jadi suaraku ditangkap oleh ponselku dan ponsel Ayase-san. Hal yang sama juga terjadi pada ponsel Ayase-san. 

Aku malah mendengar suara ganda.

"Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan!

Itu sangat tidak disukai. 

Dalam situasi ini, kupikir itu akan berjalan lebih baik jika aku dan Ayase-san masing-masing berada di kamar kami sendiri. Namun, rasanya aneh juga jika dua orang yang tinggal di bawah atap yang sama harus bersembunyi di kamar masing-masing untuk berbicara melalui ponsel. 

Setelah mencoba berbagai cara, akhirnya kami berdua memutuskan untuk menggunakan ponselku saja. Kami duduk berdampingan di tempat tidur supaya kami berdua bisa terlihat di kamera. Di layar akan ada tiga tampilan: aku dan Ayase-san,Maru, dan Narasaka-san

Setelah saling menyapa setelah sekian lama, kami masuk ke pokok pembicaraan. 

Jadi, kurasa tempat yang bisa dinikmati semua orang itu penting. 

Misalnya, kebun binatang, museum seni, museum, akuarium, atau taman hiburan. Tempat-tempat semacam itu banyak ditemukan di sekitar Kanto. 

Begitu aku mengatakannya, mata Narasaka-san berbinar-binar dan menyebutkan nama sebuah tempat bermain besar di Chiba. Entah kenapa, nama tempat itu diawali dengan Tokyo. Dalam panggilan grup dengan video, ekspresi cerahnya bisa terlihat jelas. Cahaya di matanya berbeda. Seolah-olah dia akan mengenakan bando telinga tikus di kepalanya dan mulai menari. 

Sebaliknya, Maru terlihat lesu, seolah-olah cahaya di matanya menghilang. 

Tempat semacam itu hanya membuatmu capek saja, tau. 

Itu sama sekali tidak benar! Justru sebaliknya, aku ingin bermain sampai lelah! 

Apa yang kamu bicarakan...?

Apa yang dikatakan kapten klub bisbol? 

“‘mantan'. Aku sudah pensiun sekarang.” 

Kamu sudah tidak muda lagi.

“Selain itu, jika kamu tinggal di Tokyo dan hanya pergi sejauh Prefektur Chiba yang letaknya bersebelahan terasa kurang petualangan. Jika ini adalah perjalanan kelulusan, aku ingin merasakan seperti bepergian sedikit lebih jauh. Bukan sampai ke luar negeri juga, sih... 

Ehh~? Kalau begitu Ooarai juga di Ibaraki, ‘kan? Bukannya itu juga dekat. Ayolah, ayolah, ayo. Jika Ibaraki diperbolehkan, Chiba juga diperbolehkan dong. Jika Chiba terlalu dekat, maka Ibaraki juga sama saja. 

Ugh...

Setelah tumben-tumbennya kalah dalam perdebatan, Maru langsung terdiam, mulutnya mengerut karena cemberut. Aku memulai konferensi video ini untuk mendengar pendapat mereka, tetapi... Hmm. Sekarang, aku jadi bingung. Apa ada sesuatu yang menjadi jelas dari pembicaraan hingga saat ini? 

Narasaka-san, apa taman hiburan yang akan kita kunjungi harus yang ada di Chiba?

Narasaka-san menatapku dengan wajah bingung setelah mendengar pertanyaanku. 

Kenapa?

Lihat, bukannya masih ada banyak taman hiburan lainnya? Betul, kan, Ayase-san?

Eh? Ah, iya, mungkin. Umm... Universal Studio, Huis Ten Bosch, Puroland, Desa Spanyol Shima... dan sebagainya. Ya, sepertinya ada banyak sekali. 

Dia mulai menyebutkan nama-nama tempat yang sepertinya pernah dicari

“Nah, bukannya itu tidak masalah? 

“Tentu saja.

Dia mengatakannya dengan ekspresi seolah itu hal yang sudah jelas, tapi bagiku yang tidak cukup dekat untuk mengetahui apa yang dianggapnya sebagai hal yang biasa, itu terasa berat. 

Yang lebih penting itu bukan di mana kita bermain, tetapi dengan siapa kita bermain. Jika cuma kita berempat, kebun binatang di Ueno saja sudah oke.” 

Narasaka-san berkata dengan ceria, sementara Maru di ujung layar terlihat cemberut dan berkata, Kalau begitu, Ooarai juga bagus. 

Itu benar. 

Apa yang kamu bicarakan, Tomo-kun? Kita sedang membahas perjalanan kelulusan, kan?

Itulah yang ingin aku katakan! Kenapa aku harus pergi ke tempat permainan yang bisa dijangkau dalam 34 menit dari Stasiun Shibuya? Mau ke Ooarai saja membutuhkan waktu dua jam. Itu tiga setengah kali lebih lama! 

“Lagian, itu masih perjalanan sehari, kan? 

Itu juga benar. Maksudku, tak kusangka Maru sangat mengetahui tentang waktu yang dibutuhkan. 

Sambil mengamati interaksi mereka, aku menyadari bahwa Ayase-san sedang berpikir dalam diam di sampingku, jadi aku mencoba meminta pendapatnya. 

Ayase-san, tempat seperti apa yang ingin kamu kunjungi?

...Hmm, benar juga. Aku ingin mengunjungi tempat-tempat yang memiliki bangunan bersejarah, seperti kastil, reruntuhan, kuil, atau sejenisnya. Selain itu, jika bisa, kurasa rasanya akan lebih menyenangkan untuk pergi ke tempat-tempat dengan makanan lezat atau budaya menarik di mana aku bisa menemukan hal-hal baru. 

Begitu ya. Itu adalah pendapat yang sesuai dengan Ayase-san yang menyukai sejarah. 

Aku juga berpikir ingin mengunjungi tempat-tempat yang memiliki budaya kehidupan berbeda. Selama tinggal bersama Ayase-san, aku sangat terkejut dengan perbedaan kebiasaan yang ada. Meskipun kami tinggal di daerah yang sama seperti Shibuya, perbedaannya tetap ada. 

Tempat yang tampaknya memiliki budaya kehidupan yang berbeda. Selain makanan, aku ingin merasakan perbedaan nilai dari orang-orang yang tinggal di sana. Meskipun hanya untuk dua atau tiga malam. 

Sekarang semua pendapat sudah disampaikan

Jika aku menggabungkan semua pembicaraan kita sejauh ini, sepertinya Maru ingin melakukan ziarah ke tempat-tempat suci anime. Narasaka-san tampaknya merasakan arti dari tempat permainan yang bisa dikunjungi bersama. Dan Ayase-san tertarik pada tempat-tempat bersejarah, serta tempat dengan budaya kehidupan yang berbeda.

Sambil mempertimbangkan semua pendapat yang telah muncul, kira-kira apa ada tujuan perjalanan yang menyenangkan yang bisa kita kunjungi dengan jarak yang cukup jauh? 

Kansai... mungkin. Maru, apa di sana ada tempat suci anime di Kansai yang bisa membuatmu puas?

Setelah mendengar pertanyaanku, Maru memejamkan matanya sejenak dan tampak seperti mengingat sesuatu. 

Hmm... ada satu tempat. Dari Kandai hingga sekitar Gunung Senri.

Di mana itu

“Bukannya itu di Osaka? Kandai itu singkatan dari Kansai Daigaku (Universitas Kansa), bukan? 

Ah, iya. Di sanalah latar belakang dari kisah yang kuanggap sebagai belahan jiwaku.

Rasanya sungguh menakjubkan bahwa sebuah karya dapat disebut sebagai karya yang menyentuh jiwa. Dan sepertinya Narasaka-san juga memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai geografi. 

Kalau di Osaka, ada Universal Studio.

Ayase-san ikut menambahkan. Begitu dia mengatakannya, mata Narasaka-san kembali berbinar

Bagus tuh!

Tunggu, tunggu. Mungkin kita baik-baik saja, tapi Asamura, bagaimana denganmu? Jika kamu tidak segera memberikan pendapatmu, kita akan berakhir diseret-seret di taman hiburan dan perjalanan kita akan berakhir.

Aku tidak punya tempat tertentu yang ingin kukunjungi. Osaka adalah daerah budaya yang berbeda, jadi kurasa aku akan mendapatkan pengalaman baru juga di sana. 

“Kamu tidak boleh begitu, Asamura-kun. Maaya dan Maru-kun sudah menyampaikan keinginan mereka dengan jelas, dan jika kita beneran pergi Osaka, aku akan merasa puas karena ada banyak bangunan bersejarah di sekitar sana. Tapi, itu tidak sesuai dengan keinginanmu.

Meski dibilang begitu...

Ayase-san memandangku dengan sedikit khawatir. Tapi, aku benar-benar tidak bisa memikirkan tempat yang ingin aku kunjungi

Apa tidak ada sama sekali? Museum, kebun binatang, museum sejarah, atau akuarium, semuanya baik-baik saja. Seharusnya ada banyak di sekitar Osaka. Asamura-kun, kamu juga sangat antusias saat kamu pergi ke museum daerah. Kupikir kamu suka melihat hal-hal seperti itu. 

“Apa... iya?

Aku sendiri tidak begitu menyadarinya, tetapi menurut Ayase-san, aku lebih antusias melihat pameran dibandingkan dirinya. Jadi begitu ya

Hmm. Dari semua tempat yang sudah disebutkan... mungkin akuarium.

Oh? Jadi kamu menyukai akuarium, Asamura? 

Karena ayahku pernah memelihara ikan hias saat aku kecil dulu.

“Hee~, jadi ayah pernah mempunyai hobi seperti itu?

Aku mengangguk. 

Itu adalah cerita semasa kecil, mungkin ketika di mana aku mulai menyadari sekelilingku. Aku ingat suka melihat ikan hias yang dipelihara ayahku. Ikan-ikan tersebut mencapai akhir hayatnya setelah sekitar dua tahun, aku menangis saat itu, jadi kami tidak pernah membicarakan untuk membeli ikan baru. Sekarang, aku yakin akuarium itu terletak di bagian belakang gudang rumah. 

Ikan-ikan yang berenang santai di dalam air, tanaman air yang bergoyang, dan gelembung udara yang naik perlahan. Mobil plastik yang tenggelam di dalam air berputar-putar didorong oleh gelembung yang naik. Sinar matahari yang menembus kaca akuarium memantulkan cahaya berwarna-warni di atas meja. Aku tidak pernah merasa bosan hanya dengan melihat semua itu

Yah, meskipun tidak harus akuarium juga sih. Aku punya kenangan menyenangkan saat diajak ayahku berkeliling ke berbagai tempat di masa lalu. Museum atau kebun binatang juga bisa.

Aku tenggelam dalam belajar untuk ujian demi memenuhi harapan ibuku, tapi setelah gagal ujian, aku mengalami masa di mana aku jadi benci belajar. Saat itu, ayahku yang khawatir mulai membawaku pergi ke berbagai tempat untuk merangsang rasa ingin tahuku. 

Ada tempat bernama ‘Aqua World’ tepat di sebelah Universal Studios.”

Narasaka-san yang tampaknya sedang mengutak-atik ponselnya mengalihkan pandangannya ke arahku dan berkata. 

Di sana ada akuarium besar yang mereproduksi lautan Pasifik! Di situ tertulis juga ada ikan-ikan besar.

Oh, bukankah ada hiu paus di sana?

Asamura-kun, kamu tahu banyak, ya!

Narasaka-san memujiku, tetapi sayangnya, aku hanya melihatnya di berita. Aku tidak begitu berpengathuian, tetapi sepertinya semua orang mengira aku suka ikan. 

Hmm. Kurasa semuanya sudah beres. Jadi, bagaimana kalau kita memasukkan Aqua World ke dalam rencana perjalanan ke Kansai?

Maru menyimpulkan pembicaraan, dan Ayase-san serta yang lainnya setuju. 

Baiklah. Tunggu sebentar.

Selama sekitar 10 menit, aku menyerahkan percakapan dengan Maru dan Narasaka-san kepada Ayase-san, dan keluar dari jangkauan kamera. 

Aku menggunakan selembar kertas dari buku catatan di atas mejaku untuk menuliskan rencana kasar dengan spidol. 

Setelah beberapa saat, aku kembali ke depan kamera. Aku membalik catatan dan menunjukkan kepada semua orang. 

Catatan yang sudah dirangkum terlihat seperti ini:

______________________________________________________ 

● Hari Pertama 

         ¾   Shinagawa Shin-Osaka (pagi-pagi, Shinkansen) 

         ¾   Setelah check-in di hotel, menjelajahi pusat Osaka (Kastil Osaka Dotonbori Namba Grand Kanze

● Hari Kedua 

         ¾   Universal Studios Japan

● Hari Ketiga 

          ¾   Setelah check-out dari hotel, berjalan-jalan di sekitar Stasiun Kansai di pagi hari. Ziarah ke tempat suci. 

         ¾   Setelah makan siang, pergi ke Aqua World

         ¾   Stasiun Pelabuhan Osaka Shin-Osaka Shinagawa (malam, Shinkansen) 

______________________________________________________ 

Bagaimana dengan jadwal seperti ini?

Kita akan menginap di hotel dekat Stasiun Shin-Osaka dan jalan-jalan di Osaka. Dengan begini, harapan semua orang dapat terpenuhi. 

Aku sudah mengaturnya sehingga hari pertama adalah hari untuk merasakan sejarah dan budaya yang berbeda, hari kedua adalah taman hiburan, dan hari ketiga adalah ziarah ke tempat suci dan akuarium.

Dengan begitu, rencana ini sepertinya bisa memenuhi keinginan semua orang, dan kami semua bisa bersenang-senang. 

Mereka bertiga melihat catatanku dan mulai memberikan pendapat mereka, saling memeriksa lokasi di peta ponsel. 

Ayase-san mengangguk setuju, tapi kemudian dia berkata dengan nada cemas,

Hmm, bukannya jadwal ini terlalu padat bagi keinginan Asamura-kun dan Maru-kun?

Narasaka-san di sisi layar juga ikut mengangguk. 

Kalian tidak perlu memberi kami perlakuan khusus, oke? 

Tidak, aku tidak bermaksud begitu.

Ini bukanlah pembagian waktu yang ditujukan untuk orang tertentu, melainkan hasil dari mencari solusi optimal dengan mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengunjungi tempat-tempat yang diinginkan. 

Yah, kelihatannya memang begitu. Tapi, kita membutuhkan banyak waktu untuk berziarah ke tempat suci. Aku tidak berpikir untuk bersenang-senang secara berlebihan di tempat suci. Kurasa itu merupakan tindakan yang seharusnya dihindari sebagai penggemar anime. Aku hanya ingin berjalan dengan tenang dan santai, merasakan kembali kenangan nostalgia sambil mengunjungi tempat-tempat berkesan.

“Walaupun kenangan itu tidak ada dalam kenyataan, sih~.” 

“Kamu ini bicara apa? Pengalaman yang menyerupai juga termasuk dalam pengalaman. Berbagai pengalaman akan memperindah hidup. 

“Ucapanmu terdengar bijak, tetapi kadang-kadang apa yang kamu katakan sama dengan apa yang dikatakan adik-adikku. 

“Sudah, sudah. Pokoknya, kami para laki-laki tidak memaksakan diri, dan jika kita mengambil kereta Shinkansen di menit-menit terakhir, kita akan punya banyak cukup waktu.

Pada dasarnya, aku tidak ingin memilih tempat yang mungkin akan membuat seseorang merasa bosan. 

Bagi Ayase-san, daerah sekitar Stasiun Kansai bukanlah tempat suci penggemar annime, tetapi hanya dengan berjalan-jalan di kota biasa di Kansai sudah bisa menjadi pengalaman lintas budaya.

Berjalan-jalan di kota biasa juga bagus. Tidak harus di tempat yang memiliki nilai sejarah.

Maru juga bukannya tidak benar-benar membenci dengan Universal Studios, kan? 

Yah, bisa dibilang begitu. Karena di sana bukan hanya ada film saja, tetapi juga kolaborasi dengan manga dan anime semakin berkembang. Aku selalu ingin pergi ke sana sekali.

Aku juga ingin melihat hiu paus~! 

Jadi begitulah. Setiap tempat yang diinginkan bukanlah tempat yang tidak ingin dikunjungi oleh orang lain. Semua orang saling memberikan harapan dengan asumsi bahwa mereka akan menikmati masing-masing tempat. 

Jadi, kurasa pembagian seperti ini sudah baik." 

Ketika aku mengatakan itu, Ayase-san, Narasaka-san, dan Maru tampaknya setuju. 

Asamura-kun, kamu pintar merangkum, ya. Semuanya sudah sangat terorganisir dengan baik. Kamu bisa membuatnya dalam waktu sekitar 10 menit, luar biasa banget.”

Ayase-san berkata demikian sambil melihat ringkasan jadwal yang aku tulis dengan spidol. 

“Rasanya agak canggung jika aku dipuji hanya untuk hal seperti ini. 

“Itu sama sekali tidak benar. Bagus sekali!

Ah... ya, terima kasih.

Meskipun aku mengucapkan kata-kata terima kasih dengan tulus, sebenarnya aku merasa malu. 

“Baiklah, kalau begitu, kita berdua akan merinci detailnya berdasarkan rangkuman ini, ya?

Benar.

Yup. Kurasa ini membuat segalanya jauh lebih mudah. Terima kasih, Asamura-kun.

Tidak, tidak. Ini tidak seberapa.

Sejujurnya, jika hanya aku, aku takkan bisa merangkumnya secepat ini... apa?

Ayase-san melihat wajah Narasaka-san di sisi lain layar. Pandanganku juga mengikutinya

Narasaka-san tersenyum lebar seperti kucing, senyumannya mengingatkanku pada Yomiuri-senpai

“Enggak~~... menontonnya melalui layar seperti ini rasanya jadi suguhan tersendiri untuk mataku. 

“Hahh? 

“Syukurlah hubungan kalian masih sangat dekat seperti biasanya. Begitulah yang kumaksud~” 

“Umu. Ayo kita simpan percakapan tadi dan mengeditnya untuk diposting. Mungkin saja itu bisa viral.

“Ayo kita beri judul 'Stand-up Komedi Pasutri'~ dan mempostingnya~!

“Ap-Apa sih yang kalian katakan? 

Mendengar perkataan mereka berdua, Ayase-san tumben-tumbennya kelihatan marah sekaligus merasa malu. 

Rapat perjalanan kelulusan sampai di sini saja!

Dia mengumumkan sepihak dan memutuskan panggilan. Dia terlihat terengah-engah. 

Haah.... haah.... Mouu, dasar Maaya! 

“Sudah, sudah, tenanglah dulu. Mereka berdua cuma bercanda saja, kok.

Ak-Aku tahu, tapi tetap saja...

Lebih penting lagi, karena kamu berteriak, jadi 

Aku menempelkan satu tangan di telinga dan berpose seolah mendengarkan. Aku mendengar suara dari ruang tamu. Itu suara Akiko-kaasan. Dia bertanya, Kalian berdua ada di sini?. Saat melihat jam, waktunya sudah lewat pukul 2 siang. 

Sepertinya dia sudah bangun. 

Sebenarnya, kami tidak melakukan hal yang mencurigakan (kami sudah memberi tahu orang tua bahwa kami berempat akan pergi untuk perjalanan kelulusan), jadi kami tidak perlu panik, tetapi Ayase-san tetap buru-buru keluar dari kamarku dan pergi menuju ruang tamu. 

Aku yang ditinggal sendirian di kamar melihat kembali ringkasan jadwal yang kubuat

Nah... jika memikirkan jadwal semua orang, mungkin hanya tersisa sekitar 10 hari sebelum perjalanan. 

Pertama-tama, kita harus menentukan tanggal dan memesan hotel. Setelah itu, kita bisa merinci rencana lebih lanjut. 

Meskipun aku lebih suka membaca buku di rumah dan tidak bisa dibilang sebagai orang yang suka bepergian, setelah mulai bergerak, aku menemukan diriku mulai merasa bersemangat dan sangat menantikan perjalanan kali ini.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama