[LN] Saijou no Osewa Jilid 8 Bab 4 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 4 Hal yang Ingin Dijaga Saat Ini

Bagian 2

 

Setelah keluar dari ruang OSIS, aku berjalan tanpa sadar di koridor sekolah. 

(……Seseorang untuk diajak berkonsultasi, ya?)

Aku merasa seolah-olah ada yang menusuk bagian yang menyakitkan. 

Mungkin itu bukan masalah yang dianggap fatal. Ketua Minato juga mengatakan itu hanya perhatian, dan lebih terasa seperti dia hanya ingin menunjukkan sesuatu yang menarik perhatian daripada masalah yang serius. 

Namun, meskipun begitu, aku tidak bisa mengabaikan saran yang begitu tajam. 

Profesi yang kuputuskan untuk ditekuni sebagai konsultan, bisa dibilang, merupakan pekerjaan penasihat yang bisa diandalkan. Jadi, aku berusaha untuk mengembangkan sikap sebagai seseorang yang menerima konsultasi. Faktanya, dalam game manajemen, Narika, Asahi-san, dan Taisho juga turut berkonsultasi padaku dan aku berhasil memecahkan masalah mereka

Namun, mungkin karena kesadaran itu terlalu kuat, aku belum pernah memikirkan tentang siapa yang akan menjadi teman konsultasiku sendiri.

Terutama, aku tidak pernah memikirkan tentang teman konsultasi untuk urusan pribadi. Saat aku berpikir mengenai hal itu sembari menuju kelas di mana Hinako menunggu... 

I-Itsuki!

Suara Narika terdengar dari ujung lorong

Apa dia sedang mencariku? Nariika lalu berjalan cepat ke arahku. 

Saat ini seharusnya ada rasa canggung di antara kita, tetapi... tampaknya Narika tidak memikirkan hal itu. 

“Ada apa, Narika? 

“Y-Yah. Ada sesuatu yang ingin kubirakan denganmu.

Narika tampak sedikit enggan untuk mengatakannya. 

Apa aku pernah berkonsultasi dengan seseorang seperti ini...? 

Entah kenapa, aku merasa iri dengan ketulusan Narika. 

“Se-Sebenarnya, karena ini adalah pembicaraan yang sulit, sebisa mungkin aku ingin kamu tidak membicarakannya dengan orang lain...

Baiklah, aku janji. 

Karena dia tampak benar-benar kesulitan, aku mengangguk dalam-dalam. Narika membuka mulutnya dengan ekspresi seolah sudah memantapkan keputusannya.

Ak-Aku, ditembakk seseorang...!! Aku tidak tahu harus bagaimana menjawabnya...!!

Pembicaraan tentang Ketua Minato langsung menghilang dari pikiranku. 

Ditembak? Siapa? ...Narika?

Jadi, Narika baru saja mengaku bahwa ada seseorang yang menyatakan suka kepadanya dan bingung tentang bagaimana menjawabnya? 

“Ka-Kamu ini...

Aku mengucapkannya dengan wajah yang jelas-jelas tegang.

“Da-Dari semua orang, kamu malah berkonsultasi tentang itu padaku...!?

“So-Soalnya, aku tidak bisa berkonsultasi dengan siapa pun selain kau...!!

Sepertinya Narika juga memahami rasa canggung untuk mengajukan konsultasi ini padaku. Masalah cinta segitiga yang terlalu mendadak mulai terbentuk. Seseorang menyukai Narika, tetapi Narika baru saja menyatakan bahwa dia menyukaiku... 

Aku belum menjawab pengakuan Narika, tetapi dia malah bertanya tentang bagaimana menjawab pengakuan yang dia terima... 

Oh, ah, ugh...

“Ap-Apa kamu baik-baik saja, Itsuki!? Suaramu jadi aneh begitu!?

Aku baik-baik saja... hanya saja otakku terasa seperti mau pecah...

“Kamu yakin baik-baik saja!?”

Beban yang ada di otakku terlalu berat sehingga aku tidak mengatakan kata-kataku dengan baik. Bahkan dalam ujian sulit di Akademi Kekaisaran, aku tidak perlu berpikir sebanyak ini. 

Aku harus menenangkan diriku...

Meskipun kepalaku terasa sakit, mari kita coba urutkan semuanya sedikit demi sedikit

……Apa orang yang menyatakan perasaannya padamu itu merupakan seseorang yang aku kenal?

Setidaknya, aku ingin mengetahui keseluruhan dari masalah cinta segitiga ini.

Namun, Narika membuat wajah serius saat menjawab pertanyaanku.

……Maaf, tapi aku ingin merahasiakannya. Itu berkaitan dengan privasi orang lain.

Itu juga bisa dimengerti. 

Aku merasa sedikit lega, tetapi tiba-tiba muncul satu nama di benakku. 

(………………Apa jangan-jangan, Kita?)

Jika ada seseorang yang aku kenal menyatakan perasaannya kepada Narika... mungkin itu Kita. Sejak sekitar kompetisi, Kita menunjukkan ketertarikannya pada Narika. Meskipun aku berpura-pura tidak memperhatikannya agar tidak terlalu ikut campur, mungkin setelah game manajemen selesai, dia terdorong untuk mengungkapkan perasaannya. 

Apa orang itu benar-benar mengatakan bahwa ia menyukaimu? 

……Dia mengatakannya dengan jelas.

Narika balas mengangguk. 

Sepertinya tidak ada kemungkinan salah pahan

Orang ketiga dalam masalah segitiga cinta ini mungkin adalah Kita. Begitu aku memikirkan hal itu, sepertinya rasa nyata muncul dalam konsultasi Narika.

Pengakuan cinta pasti bukan sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.

Apalagi jika mereka adalah siswa Akademi Kekaisaran. Karena masa depan mereka sudah cukup ditentukan, kebebasan dalam cinta sangat rendah. Artinya, kemungkinan menghadapi berbagai rintangan sangat tinggi.

Tentu saja, ada pengawasan dari orang tua, perusahaan... Tanpa keberanian untuk menghadapi semua itu, perasaan cinta mereka tidak bisa terwujud.

Narika juga pasti merasakannya.

Dengan keberanian itu, apa aku, yang belum memberikan jawaban apapun, berhak untuk menerima konsultasi ini?

“...Maaf. Sepertinya aku tidak bisa membantu dengan konsultasi itu.”

Aku meminta maaf dengan perasaan yang menyedihkan.

“Pertama-tama, aku harus memberikan jawaban kepadamu, Narika... Seharusnya aku tidak terlibat dalam konsultasi itu.”

Uuhh... Itu benar juga.”

Mungkin dia bisa merasakan perasaanku, Narika mengangguk.

“Tapi, jika begitu, apa aku harus menanggung perasaan ini sendirian...?”

“Tidak, karena itu juga yang aku rasakan sekarang...”

“A-Ah, benar... Itsuki juga merasakan perasaan itu karena aku...”

“Jangan, hentikan! Itu hanya akan membuatnya semakin rumit!”

Kenapa aku harus terlibat dalam cinta segitiga di saat-saat penting seperti ini. ...Aku tidak memiliki hak untuk mengeluh sebagai salah satu bagian dari ini.

“U, uuuu... Sungguh menyakitkan... Apa cinta sesulit ini? Seandainya saja semuanya bisa ditentukan dalam pertandingan kendo atau semacamnya...”

“Kamu ini seperti suku pejuang saja. ...Jika itu terjadi, Narika hanya akan menjadi yang terkuat.

“...Memang benar.”

Narika sedikit lebih tenang.

“Ugh... Perutku... Akhir-akhir ini, perutku sakit...”

“...Aku juga mulai merasakannya.”

Kami berdua mengusap perut kami.

Memangnya masalah percintaan selalu disertai dengan sakit perut seperti ini...?

 

◆◆◆◆

 

Mobil hitam berhenti di depan rumah keluarga Konohana.

“Selamat datang kembali.”

Saat Hinako dan Shizune-san turun dari mobil, penjaga gerbang membungkuk dalam-dalam dan menyambut kami. Di antara mereka ada pria yang bertanding denganku beberapa hari yang lalu. Ia adalah orang yang menang di pertandingan pertama. ...Sejak itu, aku belum bertemu dengan pengawal yang menjadi lawanku di pertandingan kedua dan ketiga. Mungkin mereka sudah memulai pengasingan kedua mereka?

Fyu~h... hari ini juga melelahkan.

Hinako yang ada di sebelahku mengendurkan bahunya. Sambil melihatnya dari samping, aku teringat apa yang dikatakan Ketua Minato dan konsultasi yang dilakukan Narika. 

Bagaimana sebenarnya perasaanku terhadap Narika? 

......Itsuki, ada apa?

Tiba-tiba, aku menyadari Hinako sedang menatapku dengan ekspresi khawatir. 

Kamu terlihat serius begitu...

......Bukan apa-apa. Aku hanya sedang berpikir." 

Sekilas, aku mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan Hinako. 

Namun, di dalam hatiku, ada rem yang menghentikanku. ...Hinako adalah orang yang bisa diandalkan. Tentu saja aku tahu itu. Namun, aku tidak ingin membuat Hinako khawatir seperti sekarang. 

Aku ingin Hinako merasa tenang. Dengan beban tanggung jawab keluarga yang dia hadapi, setidaknya saat aku berada di dekatnya, aku ingin dia bisa merasa damai. 

Jadi... aku tidak akan berkonsultasi. 

Aku adalah pengasuh Hinako. 

Aku tidak ingin merusak hubungan ini. 

Ngomong-ngomong, acara pertemuan sosial Grup Konohana akan diadakan tiga hari lagi.

Shizune-san berkata demikian saat kami memasuki mansion.

“Ojou-sama berencana untuk berpartisipasi, jadi Itsuki-san, silakan ikut bergabung juga.

Baiklah. ...Apa peserta kali ini hanya eksekutif dari Grup Konohana?

“Grup Konohana dan para relasinya akan hadir. Acara ini diprakarsai oleh Kagen-sama. Kami juga akan menjadi pihak penyelenggara, jadi harap tinjau kembali etika dan sopan santunmu supaya tidak terjadi kesalahan.

Aku mengangguk lagi dan berkata, Baiklah.

Jika dilihat dari anggota yang akan hadir, sepertinya suasana akan lebih condong ke arah bisnis. Kali ini, tidak ada kenalan dari akademi seperti Tennouji-san atau Narika yang akan ikut serta.

Semua setelan jas untuk acara sosial sudah dicuci bersih. Karena bentuk tubuhku tidak banyak berubah, seharusnya ukuran tidak menjadi masalah, tetapi untuk berjaga-jaga, aku akan mencoba mengenakannya untuk memastikan. 

“Kepala Pelayan.

Saat aku hendak kembali ke dalam kamar, seorang pelayan datang dari ujung lorong dan mendekati Shizune-san.

Ada apa?

Begini...

Wajah Shizune-san menjadi tegang saat dia mendengarkan pemberitahuan dari pelayan tersebut, karena sepertinya itu adalah sesuatu yang penting. 

Setelah pelayan selesai berbicara, dia membungkuk dan kembali ke ujung lorong. 

Shizune-san, apa ada sesuatu yang salah?

Sepertinya koki yang dijadwalkan untuk menyajikan makanan di acara sosial mengalami masalah kesehatan. Kita harus segera menyiapkan pengganti.

Shizune-san menyentuh dagunya dengan jari dan berpikir sejenak. 

......Itsuki-san. Apa Hirano-san sudah pulang dari sekolahnya?

Eh? ...Ya, seharusnya waktu pulang sekolah sudah lewat.

Aku memeriksa waktu di smartphone dan mengangguk. Namun, jika dia bertanya tentang hal itu pada saat seperti ini, jangan-jangan—. 

“Mari kita meminta bantuan Hirano-san.

Shizune-san berkata dengan wajah tenang.

 

◆◆◆◆

 

Ehmm... mulai hari ini selama tiga hari ke depan, aku mohon bantuannya.

Beberapa jam kemudian. Selagi aku menunggu di pintu masuk mansion bersama Hinako dan Shizune-san, Yuri datang dengan ransel di punggungnya. 

Ekspresinya tidak seperti biasanya yang tegas, tetapi terlihat tegang dan kaku. 

Seperti yang sudah dijelaskan melalui telepon, Hirano-san akan bergabung sebagai salah satu staf dapur di acara sosial tiga hari lagi. Menu dan bahan makanan yang akan digunakan sudah ditentukan, jadi selama tiga hari ini, Hirano-san perlu mempelajari keterampilan memasak yang diperlukan dan pada hari acara, kamu akan berperan sebagai pendukung.

Shizune-san sekali lagi menjelaskan situasinya kepada Yuri. 

Begitu rupanya, karena bahan makanan dan menu sudah ditentukan, sehingga keterampilan memasak yang diperlukan juga sudah jelas. Sepertinya Shizune-san berpendapat bahwa jika Yuri berlatih keras selama tiga hari ini dan menguasai keterampilan tersebut, dia bisa berperan dengan baik sebagai staf dapur. 

Apa kamu ada pertanyaan?

......Tidak ada.

Yuri menggelengkan kepala saat Shizune-san berusaha memastikan. 

Namun, aku yang mendengarkan percakapan itu memiliki pertanyaan, jadi aku mengangkat tangan. 

Tiga hari... Yuri, bagaimana dengan sekolahmu?

“Tentu saja aku akan meminta izin libur dulu.

Yuri menjawab seolah-olah itu hal yang wajar. 

Kamu pasti tahu, di acara sosial besar, banyak selebriti yang akan hadir. Itu berarti, semua orang sangat pilih-pilih soal makanan. ...Di tempat seperti itu, kita tidak bisa menyajikan menu yang setengah hati. Koki kelas satu sudah merencanakan dengan cermat berhari-hari sebelumnya dan meneliti hidangan terbaik yang harus disajikan. ...Karena aku diundang ke tempat yang berharga seperti itu, aku bisa meminta izin libur dari sekolah berapa pun lamanya. 

Tekadnya terpancar dari setiap kata yang diucapkannya.

Pada saat yang sama, aku merasakan rasa hormat yang kuat. Dapur di acara sosial adalah tujuan yang ingin dicapai oleh Yuri. Begitu dia memasuki tempat itu, aku merasakan niat kuat dari Yuri bahwa dia tidak bisa memiliki sikap yang setengah-setengah. 

“Kamu tidak perlu khawatir mengenai sekolah.

Shizune-san berkata sambil menatap Yuri. 

“Baru saja aku sudah menghubungi wali kelas Hirano-san dan menjelaskan situasinya. Selama tiga hari ini, dia akan dianggap sebagai ketidakhadiran yang sah.

Eh... ah, terima kasih. Kamu sudah melakukan itu untukku...

Kami juga meminta bantuan secara mendadak, jadi ini adalah hal yang wajar.

Seperti yang diharapkan dari Shizune-san. Dukungannya yang begitu cepat dan menyeluruh.

......Maaf. aku masih ingin menanyakan satu pertanyaan lagi.” 

“Ya, apa itu?

Yuri bertanya dengan ragu-ragu

Kenapa aku dipilih sebagai pengganti?

Itu adalah pertanyaan yang sangat wajar.

Shizune-san membuka mulutnya dengan ekspresi serius seperti biasa. 

Karena aku menilaimu sebagai seseorang yang dapat dipercaya bahkan dalam situasi ini.

Shizune-san melanjutkan, 

"Sejak liburan musim panas, Hirano-san telah bekerja di dapur pada hari Sabtu dan Minggu, dan sikapmu terhadap pekerjaan sangat serius. Kamu cepat dalam mempelajari pengetahuan dan keterampilan, dan aku mendengar dari koki lain bahwa kamu sudah bisa melakukan semua persiapan, penyajian, dan penambahan rasa. Sebenarnya, aku sudah beberapa kali meminta Hirano-san untuk menangani penambahan rasa, dan semua rasanya enak.

Aku dan Hinako juga sudah mencicipi beberapa masakan yang ditangani Yuri, dan semuanya enak. Bahkan, untuk pencuci mulut, seharusnya dia sudah melakukan percobaan menu. 

Dari semua faktor tersebut, sudah jelas bahwa kamu memiliki kemampuan... Aku juga ingin Hirano-san mendapatkan pengalaman di panggung besar sekali. Aku berharap ini bisa menjadi kesempatan untuk pertumbuhan lebih lanjut.

Shizune-san mengatakannya dengan tenang. 

Suara Shizune-san tidak menunjukkan nuansa emosional, tetapi bagiku, itu terasa seperti perhatian. Sepertinya dia ingin menyampaikan bahwa pemilihan Yuri kali ini bukanlah karena belas kasihan pribadi, tetapi merupakan hasil dari usaha Yuri sendiri. 

Setelah mendengar penjelasan itu, Yuri mengatupkan bibirnya. 

Tangan Yuri terlihat sedikit bergetar. 

Terima kasih banyak. ...Aku akan berusaha sekuat tenaga!!

Semangatmu sangat baik. Hingga hari acara sosial, kamu bebas menggunakan dapur. Silakan gunakan bahan makanan tanpa ragu.

Sepertinya Shizune-san sudah menyiapkan lingkungan latihan untuk Yuri ketika melihat semangatnya. 

Semangat ya, Yuri. Jika hanya untuk mencicipi, aku akan membantu sebanyak yang aku bisa.

Kamu sendiri yang sudah bilang begitu, oke?

Hal yang bisa aku lakukan paling-paling hanya mencicipi—aku berpikir seperti itu saat mengatakannya, tetapi melihat senyum lebar Yuri, aku menyadari kesalahanku.

Aku akan membiarkanmu mencicipi sampai perutmu penuh!

......Tolong jangan sampai terlalu berlebihan saja.

Syukurlah, kami belum makan malam. 

Selain itu... pikiranku sudah cukup padat karena banyak berpikir, jadi saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengosongkan kepala. 

Apa Kohanana-san juga bisa membantu?

Yuri menoleh ke arah Hinako.

Ya, tentu saja. Aku mungkin tidak bisa membantu banyak karena aku orang yang pilih-pilih makanan, tapi...

Sepertinya dia baru saja makan keripik.

 

◆◆◆◆

 

Malam itu.

“Ugh... aku terlalu banyak makan.”

Aku mengusap-ngusap perutku sambil berbaring di tempat tidur.

Biasanya, pada waktu ini, aku menghabiskan waktu dengan Hinako. Namun, sepertinya Hinako juga merasa tidak nyaman karena terlalu banyak memakan hidangan prototype Yuri hari ini, jadi dia kembali ke kamarnya lebih awal.

‘Aku...sudah tidak bisa... perutku...terlalu kenyang...’

Aku teringat Hinako yang mengangkat bendera putih tanda menyerah dengan wajah sekarat di kantin.

Ngomong-ngomong, aku juga tidak dalam keadaan baik.

Yuri sepertinya masih berlatih di dapur...

(…Sudah kuduga, dia pasti terlihat sangat grogi.)

Saat Yuri datang ke rumah, dia terlihat lebih grogi daripada yang pernah kulihat sebelumnya. Tidak mengherankan. Karena itu adalah permintaan mendadak, dan tanggung jawabnya juga sangat besar.

Ketika aku memejamkan mataku, berbagai pikiran yang selama ini kutahan memenuhi kepalaku.

(Narika…)

Sambil memikirkan seorang gadis tertentu, aku menyentuh pipiku.

Aku benar-benar dibuat terkejut ketika dia mencium pipiku. Namun, anehnya, aku menerimanya dengan cukup mudah. Mungkin, tanpa sadar, aku sudah menyadari perasaan Narika.

Kira-kira sejak kapan?

Sejak kapan Narika menyukaiku…?

Rasanya bukan saat kami berpasangan dalam game manajemen saja. Lebih awal dari itu... mungkin bahkan sebelum aku datang ke Akademi Kekaisaran.

Jika memang begitu masalahnya... yah, ada banyak hal yang bisa dimengerti.

Jeritan Narika “Curang!” ketika dia tahu aku tinggal di rumah Konohana. Mungkin pernyataan itu juga mengandung perasaan seperti itu.

Ketika aku bertanding tenis dengan Hinako.

Ketika aku tinggal di rumah Miyakojiima setelah sekian lama.

Narika selalu...

(…Apa aku terlalu percaya diri?)

Mungkin aku menjadi terlalu peka.

Sejak saat itu, aku merasa dia menyukaiku, tetapi aku tidak tahu apakah perasaan itu berkembang menjadi cinta dalam diri Narika.

Bagaimanapun juga... rasanya sulit dipercaya bahwa Narika, yang sangat buruk dalam berkomunikasi, bisa mengumpulkan keberanian untuk mengakui perasaannya.

Dia pasti membutuhkan keberanian yang jauh lebih banyak dibandingkan orang lain.

(Aku harus... memberikan jawaban.)

Aku ingin membangun hubungan seperti apa dengan Narika ke depannya?

Hubungan seperti apa……………….

…………………….

……………….

“...ki”

Aku merassa mendengar suara seseorang.

“...Itsuki.”

Suara itu terdengar lagi.

Dalam keadaan setengah tertidur yang nyaman, aku perlahan membuka mataku.

“Itsuki, ayo bangun.”

“Eh...”

Di depanku, ada wajah Yuri.

“...Eh, hah? Yuri...?”

Aku bangkit dari tempat tidur dan mencoba memikirkan situasi dengan kepala yang masih linglung. Sepertinya tanpa kusadari aku sudah ketiduran. Aku sudah berganti pakaian tidur, tetapi masih belum menyikat gigi. Aku benar-benar lengah.

Aku memeriksa jam. Ternyata sudah pukul dua dini hari.

“...Ada apa, sampai repot-repot menemuiku di jam segini?”

Saat aku bertanya, Yuri sedikit memerah.

“...Kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh datang kapan saja.”

Aku memang mengatakan itu, tapi—.

Aku teringat saat aku menemani Yuri pulang dengan mobil. Aku ingin memberikan tempat yang nyaman untuk beristirahat, jadi aku bilang padanya dia bisa menggunakan kamarku sesuka hati.

Namun, meskipun aku bilang kapan saja, kenapa dia datang pada jam segini? Kenapa Yuri berada dalam posisi yang seolah-olah ingin menunggangiku?

Dia terlihat serius, seolah-olah tidak ingin melepaskanku. Keringatnya sedikit membasahi dan pipinya memerah. Suaranya seperti berbisik. Melihat ketegangan Yuri, aku juga merasa ikutan tegang dan menelan ludah.

Jangan-jangan, ini adalah kunjungan malam―――.

“Tolong, Itsuki. —Bantu aku!!”

Yuri masih berada di atas tubuhku, menggabungkan kedua tangannya dan menundukkan kepalanya.

Aku hanya bisa diam menatap kepala Yuri yang tertunduk.

“Jika terus seperti ini, aku tidak akan siap sebelum acara utama!”

Melihat raut wajah Yuri yang putus asa, pikiranku langsung jernih. Kepala yang tadinya mengantuk kini terasa segar. Sepertinya aku sudah membuat kesalahpahaman yang bodoh.

“Jadi, aku minta maaf karena sudah mengganggu tidurmu, tapi—”

“—Baiklah.”

Aku dengan ringan mendorong Yuri menjauh dan segera turun dari tempat tidur. Sambil melihat Yuri yang berkedip-kedip, aku melakukan sedikit peregangan.

“Apa yang harus aku lakukan?”

“Yah, aku ingin kamu melakukan berbagai hal... Tapi, kamu sama sekali tidak marah meskipun dibangunkan jam segini.”

“Karena kamu pasti sangat membutuhkan bantuan, kan?”

“……………Yah.”

Yuri mengangguk dengan ekspresi menyesal. Jika aku tiba-tiba dibangunkan oleh orang yang tidak aku kenal, mungkin aku akan merasa sedikit kesal... tapi ini adalah Yuri.

Dia bukan tipe orang yang melakukan hal-hal semacam ini tanpa alasan.

“Ehm, terima kasih. Kamu cepat tanggap dan itu sangat membantu.”

Biasanya, akulah yang dibantu oleh Yuri. Bukan hanya sekarang. Sejak dulu, aku selalu bergantung padanya.

Jika aku bisa membantu Yuri, maka rasa kantuk ini akan segera hilang.

Jika aku bisa membantu Yuri, aku juga senang.”

“~~~~!? Su-Sudah kubilang...! Jangan ucapkan kalimat berat seperti itu...!!”

“Padahal itu adalah perasaanku yang sebenarnya.”

Ah, sudah! Cepat siapkan dirimu!”

Yuri keluar dari ruangan dengan telinga yang memerah. Mungkin lebih baik mengenakan pakaian yang bersih jika masuk ke dapur. Aku membuka lemari, mengambil celana panjang dan satu kemeja, lalu segera berganti pakaian sebelum keluar dari kamar.

Aku menuju dapur bersama Yuri yang masih terlihat merah di pipinya.

“Apa kamu bertanya kepada Shizune-san tentang lokasi kamarku?”

“Ya. Aku berpikir untuk membawa sedikit makanan nanti, jadi aku sudah bertanya sebelumnya. Tapi pada akhirnya, aku tidak punya waktu dan kamu juga sedang tidur...”

Mungkin dia sudah mengetuk pintu, tetapi karena pintu tidak terkunci, dia masuk begitu saja. Bagaimanapun, sekarang tidak masalah jika Yuri melihat wajahku saat tidur.

Biasanya, aku belajar di kamar pada malam hari selama hari kerja, jadi aku membiarkan pintu terbuka agar Hinako bisa masuk kapan saja. Hari ini, aku kebetulan tidur lebih awal, tetapi berkat itu, aku tidak merasa terlalu buruk saat bangun.

“Jadi, mari kita mulai dengan persiapan.”

“Baiklah.”

Setelah sampai di dapur, Yuri segera memberikan instruksi. Aku mengenakan celemek yang diberikan oleh Yuri dan mulai menyiapkan bahan makanan. Aku sudah memiliki beberapa pengalaman bekerja paruh waktu di restoran, jadi persiapan seperti ini tidak masalah bagiku.

Di sampingku, Yuri melihat menu yang tertulis di buku catatan dengan serius.

“...Aku harus meningkatkan kecepatan. Apa aku masih belum bisa menangkap timing untuk poêlé? Tapi aku tidak bisa mengorbankan tekstur kulitnya...”

Sepertinya dia sedang berlatih memasak ikan. Bahan yang digunakan adalah ikan kakap, ikan kakap yang sedang musim di musim gugur. Poêlé adalah salah satu metode memasak Prancis yang mengacu pada memasak di atas wajan. Ikan yang dimasak dengan poêlé memiliki kulit yang renyah dan daging yang lembut.

Dengan mempelajari etiket, aku mendapatkan pengetahuan semacam ini. Namun, aku tidak bisa memasak.

Setelah menyelesaikan persiapan ikan, aku menyerahkannya kepada Yuri, dan dia segera mulai memasak.

“Kamu terlihat baik-baik saja, ya.”

Melihat Yuri yang diam-diam menggerakkan pisau, aku tidak bisa menahan diri untuk mengatakannya.

“Apa maksudmu?”

Yah habisnya, kamu kelihatan sangat grogi saat kamu datang ke mansion.”

“Ah... begitu. Sebenarnya, aku tidak merasa grogi sih.”

Hmm? Aku mengerutkan dahi. Dia tidak merasa grogi?

“Aku justru merasa bersemangat.”

Yuri berkata demikian saat menyalakan kompor.

“Aku sekarang juga kadang-kadang bertanggung jawab untuk memberi bumbu, tetapi pada dasarnya aku masih di posisi persiapan. ...Aku ingin, dengan kesempatan ini, bisa merebut posisi yang lebih tinggi. Jadi bagiku, kali ini menjadi pengganti merupakan sebuah tantangan.”

Yuri berkata demikian sambil mengatur panasnya.

Rupanya aku salah paham. —Yuri sejak awal tidak merasa grogi. Dia hanya bergetar karena ambisi. Mungkin, sejak mendengar tentang menjadi pengganti dari Shizune-san, Yuri hanya memikirkan untuk menunjukkan kemampuannya sebagai koki.

Mendengar tekad Yuri, aku—menampar pipiku dengan kedua tangan.

“...Baiklah!”

Suara keras itu membuat Yuri terkejut dan menatapku.

Bikin kaget saja, kenapa kamu tiba-tiba menampar pipimu sendiri...”

Bukan apa-apa, aku juga ingin berkonsentrasi.”

Untuk saat ini, aku memutuskan untuk menyampingkan berbagai hal yang mengganggu pikiranku, seperti tentang Narika atau apa yang dikatakan Ketua Minato.... Pertama-tama, aku harus fokus pada hal yang ada di depan.

Lagipula—masalah yang mengganggu juga sudah ada titik terang.

“Aku akan berbagi menu juga. Tapi mungkin akan ada variasi, jadi ini hanya sebagai referensi.”

“Menu sudah ditentukan, bukan? Memangnya boleh melakukan variasi?”

“Variasi yang baik pasti akan diterima. Koki di sini adalah orang-orang seperti itu.”

Sepertinya, tanpa sepengetahuanku, Yuri telah membangun hubungan saling percaya dengan para koki di rumah Konohana.

Tapi, jadi begitu... Masih ada resep untuk variasi, ya.

“...Aku akan memeriksa daftar peserta di acara sosial.”

“Daftar peserta? Kenapa... maksudku, apa kamu bisa melihatnya?”

Untuk berjaga-jaga dalam situasi apapun, jadi aku sudah meminta file dari Shizune-san sebelumnya.”

Aku berencana melakukan pekerjaan ini mulai besok, tapi sebaiknya aku mulai sekarang saja.

“Dengan memeriksa statistik seperti usia, jenis kelamin, dan asal, mungkin kita bisa melihat kebutuhan... Aku juga akan memeriksa waktu penyajian makanan. Jika memungkinkan, data dari acara sosial sebelumnya juga...”

Melihat makanan dari sudut pandang yang berbeda juga adalah bisnis. Jika aku menganalisis data dengan cara yang sama seperti di game manajemen, pasti ada sesuatu yang bisa terlihat. Menganggap peserta acara sosial sebagai pasar, aku akan berpikir tentang produk apa yang bisa ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Jika menu sudah ditentukan, mungkin tidak ada gunanya menganalisis kebutuhan lagi, tetapi jika Yuri berniat melakukan variasi, itu adalah cerita yang berbeda.

Aku segera mengambil laptopku dari kamarku dan mulai menganalisisnya.

...Karena kamu menjadi seperti itu, aku juga jadi bersemangat.

Aku mendengar suara kecil Yuri dari belakangku, tapi aku tidak bisa mendengarnya dengan baik.

Apa kamu mengatakan sesuatu?

Tidak ada apa-apa!

Saat aku berbalik, Yuri sedang menatap penggorengan dengan penuh perhatian. Raut wajahnya tampak seperti sedang bersenang-senang.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama