Bab 4 — Hal yang Ingin Dijaga Saat Ini
Bagian 2
Setelah
keluar dari ruang OSIS, aku
berjalan tanpa sadar di koridor sekolah.
(……Seseorang untuk diajak berkonsultasi, ya?)
Aku
merasa seolah-olah ada yang menusuk bagian yang menyakitkan.
Mungkin
itu bukan masalah yang dianggap fatal. Ketua Minato juga mengatakan itu hanya
perhatian, dan lebih terasa seperti dia hanya ingin menunjukkan sesuatu yang
menarik perhatian daripada masalah yang serius.
Namun,
meskipun begitu, aku tidak bisa mengabaikan saran yang begitu tajam.
Profesi yang kuputuskan untuk ditekuni sebagai
konsultan, bisa dibilang, merupakan pekerjaan
penasihat yang bisa diandalkan.
Jadi, aku berusaha untuk mengembangkan sikap sebagai seseorang yang menerima
konsultasi. Faktanya, dalam game
manajemen, Narika,
Asahi-san, dan Taisho juga turut berkonsultasi padaku dan aku berhasil memecahkan masalah mereka.
Namun,
mungkin karena kesadaran itu terlalu kuat, aku belum pernah memikirkan tentang
siapa yang akan menjadi teman konsultasiku sendiri.
Terutama,
aku tidak pernah memikirkan tentang teman konsultasi untuk urusan pribadi. Saat aku berpikir mengenai hal itu sembari menuju kelas di mana Hinako
menunggu...
“I-Itsuki!”
Suara Narika
terdengar dari ujung lorong.
Apa dia sedang mencariku? Nariika lalu
berjalan cepat ke arahku.
Saat ini
seharusnya ada rasa canggung di antara kita, tetapi... tampaknya Narika tidak memikirkan hal
itu.
“Ada
apa, Narika?”
“Y-Yah.
Ada sesuatu yang ingin kubirakan denganmu.”
Narika
tampak sedikit enggan
untuk mengatakannya.
Apa
aku pernah berkonsultasi dengan seseorang
seperti ini...?
Entah
kenapa, aku merasa iri dengan ketulusan Narika.
“
“Se-Sebenarnya,
karena ini adalah pembicaraan yang sulit, sebisa
mungkin aku ingin kamu tidak
membicarakannya dengan orang lain...”
“Baiklah,
aku janji.”
Karena
dia tampak benar-benar kesulitan, aku mengangguk dalam-dalam. Narika membuka mulutnya dengan
ekspresi seolah sudah memantapkan keputusannya.
“Ak-Aku, ditembakk seseorang...!! Aku
tidak tahu harus bagaimana menjawabnya...!!”
Pembicaraan
tentang Ketua Minato langsung menghilang dari pikiranku.
Ditembak?
Siapa? ...Narika?
Jadi, Narika
baru saja mengaku bahwa ada
seseorang yang menyatakan suka kepadanya dan
bingung tentang bagaimana menjawabnya?
“Ka-Kamu ini...”
Aku
mengucapkannya dengan wajah yang jelas-jelas tegang.
“Da-Dari
semua orang, kamu malah berkonsultasi
tentang itu padaku...!?”
“So-Soalnya,
aku tidak bisa berkonsultasi dengan siapa pun selain kau...!!”
Sepertinya
Narika juga memahami rasa canggung untuk mengajukan konsultasi ini padaku. Masalah cinta segitiga yang terlalu
mendadak mulai terbentuk. Seseorang menyukai Narika, tetapi Narika baru saja
menyatakan bahwa dia menyukaiku...
Aku belum
menjawab pengakuan Narika, tetapi dia malah bertanya tentang bagaimana menjawab
pengakuan yang dia terima...
“Oh, ah, ugh...”
“Ap-Apa
kamu baik-baik saja, Itsuki!?
Suaramu jadi aneh begitu!?”
“Aku
baik-baik saja... hanya saja otakku terasa seperti mau pecah...”
“Kamu yakin
baik-baik saja!?”
Beban
yang ada di otakku terlalu berat sehingga aku tidak
mengatakan kata-kataku
dengan baik. Bahkan dalam ujian sulit di Akademi
Kekaisaran, aku tidak perlu berpikir sebanyak ini.
Aku harus
menenangkan diriku...
Meskipun
kepalaku terasa sakit, mari kita coba urutkan semuanya sedikit demi sedikit.
“……Apa
orang yang menyatakan perasaannya
padamu itu merupakan seseorang
yang aku kenal?”
Setidaknya,
aku ingin mengetahui keseluruhan dari masalah
cinta segitiga ini.
Namun, Narika
membuat wajah serius saat menjawab pertanyaanku.
“……Maaf,
tapi aku ingin merahasiakannya. Itu berkaitan dengan privasi
orang lain.”
Itu juga
bisa dimengerti.
Aku
merasa sedikit lega, tetapi tiba-tiba muncul satu nama di benakku.
(………………Apa jangan-jangan, Kita?)
Jika ada
seseorang yang aku kenal menyatakan perasaannya kepada Narika... mungkin itu Kita.
Sejak sekitar kompetisi, Kita
menunjukkan ketertarikannya pada Narika.
Meskipun aku berpura-pura tidak memperhatikannya agar tidak terlalu ikut
campur, mungkin setelah game
manajemen selesai, dia terdorong untuk mengungkapkan perasaannya.
“Apa
orang itu benar-benar mengatakan bahwa ia menyukaimu?”
“……Dia
mengatakannya dengan jelas.”
Narika balas mengangguk.
Sepertinya
tidak ada kemungkinan salah pahan.
Orang
ketiga dalam masalah segitiga
cinta ini mungkin adalah Kita. Begitu aku memikirkan hal itu, sepertinya rasa nyata muncul
dalam konsultasi Narika.
Pengakuan
cinta pasti bukan sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.
Apalagi
jika mereka adalah siswa Akademi Kekaisaran.
Karena masa depan mereka sudah cukup ditentukan, kebebasan dalam cinta sangat rendah.
Artinya, kemungkinan menghadapi berbagai rintangan sangat tinggi.
Tentu
saja, ada pengawasan dari orang tua, perusahaan... Tanpa keberanian untuk
menghadapi semua itu, perasaan cinta
mereka tidak bisa terwujud.
Narika
juga pasti merasakannya.
Dengan
keberanian itu, apa aku, yang belum memberikan jawaban apapun, berhak untuk
menerima konsultasi ini?
“...Maaf.
Sepertinya aku tidak bisa membantu dengan konsultasi itu.”
Aku meminta
maaf dengan perasaan yang menyedihkan.
“Pertama-tama,
aku harus memberikan jawaban kepadamu,
Narika... Seharusnya aku tidak terlibat dalam konsultasi itu.”
“Uuhh... Itu benar juga.”
Mungkin
dia bisa merasakan perasaanku, Narika mengangguk.
“Tapi,
jika begitu, apa aku harus menanggung perasaan ini sendirian...?”
“Tidak,
karena itu juga yang aku rasakan sekarang...”
“A-Ah, benar... Itsuki juga merasakan perasaan itu
karena aku...”
“Jangan, hentikan! Itu hanya akan membuatnya
semakin rumit!”
Kenapa
aku harus terlibat dalam cinta segitiga
di saat-saat penting seperti ini. ...Aku tidak memiliki hak untuk mengeluh
sebagai salah satu bagian dari ini.
“U,
uuuu... Sungguh menyakitkan... Apa cinta sesulit ini? Seandainya saja semuanya bisa ditentukan dalam
pertandingan kendo atau semacamnya...”
“Kamu ini seperti
suku pejuang saja. ...Jika
itu terjadi, Narika hanya akan menjadi yang terkuat.”
“...Memang
benar.”
Narika
sedikit lebih tenang.
“Ugh...
Perutku... Akhir-akhir ini, perutku sakit...”
“...Aku
juga mulai merasakannya.”
Kami berdua mengusap perut kami.
Memangnya
masalah
percintaan selalu disertai dengan sakit
perut seperti ini...?
◆◆◆◆
Mobil
hitam berhenti di depan rumah keluarga Konohana.
“Selamat
datang kembali.”
Saat
Hinako dan Shizune-san turun
dari mobil, penjaga gerbang membungkuk dalam-dalam dan menyambut kami. Di
antara mereka ada pria yang bertanding denganku beberapa hari yang lalu. Ia adalah orang yang menang di
pertandingan pertama. ...Sejak itu, aku belum bertemu dengan pengawal yang
menjadi lawanku di pertandingan kedua dan ketiga. Mungkin mereka sudah memulai pengasingan kedua mereka?
“Fyu~h...
hari ini juga melelahkan.”
Hinako yang ada di sebelahku mengendurkan
bahunya. Sambil
melihatnya dari samping, aku teringat apa yang dikatakan Ketua Minato dan
konsultasi yang dilakukan Narika.
Bagaimana
sebenarnya perasaanku terhadap Narika?
“......Itsuki,
ada apa?”
Tiba-tiba,
aku menyadari Hinako sedang menatapku dengan ekspresi khawatir.
“Kamu terlihat serius begitu...”
“......Bukan apa-apa. Aku hanya sedang berpikir."
Sekilas,
aku mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan Hinako.
Namun, di
dalam hatiku, ada rem yang menghentikanku. ...Hinako adalah orang yang bisa
diandalkan. Tentu saja aku tahu itu. Namun, aku tidak ingin membuat Hinako
khawatir seperti sekarang.
Aku ingin
Hinako merasa tenang. Dengan beban tanggung jawab keluarga yang dia hadapi,
setidaknya saat aku berada di
dekatnya, aku ingin dia bisa merasa damai.
Jadi...
aku tidak akan berkonsultasi.
Aku
adalah pengasuh
Hinako.
Aku tidak
ingin merusak hubungan ini.
“Ngomong-ngomong,
acara pertemuan sosial Grup Konohana akan diadakan tiga hari lagi.”
Shizune-san berkata demikian saat kami
memasuki mansion.
“Ojou-sama
berencana untuk berpartisipasi, jadi Itsuki-san, silakan ikut bergabung juga.”
“Baiklah.
...Apa peserta kali ini hanya eksekutif dari Grup
Konohana?”
“Grup Konohana
dan para relasinya akan hadir. Acara ini diprakarsai oleh Kagen-sama. Kami juga akan menjadi pihak
penyelenggara, jadi harap tinjau kembali etika dan sopan santunmu supaya tidak terjadi kesalahan.”
Aku
mengangguk lagi dan berkata, “Baiklah.”
Jika dilihat
dari anggota yang akan hadir, sepertinya suasana akan lebih condong ke arah
bisnis. Kali ini, tidak ada kenalan dari akademi seperti Tennouji-san atau Narika
yang akan ikut serta.
Semua setelan
jas untuk acara sosial sudah dicuci bersih. Karena bentuk tubuhku tidak banyak
berubah, seharusnya ukuran tidak menjadi masalah, tetapi untuk berjaga-jaga,
aku akan mencoba mengenakannya untuk memastikan.
“Kepala Pelayan.”
Saat aku
hendak kembali ke dalam kamar,
seorang pelayan datang dari ujung lorong dan mendekati Shizune-san.
“Ada
apa?”
“Begini...”
Wajah
Shizune-san menjadi tegang
saat dia mendengarkan pemberitahuan dari pelayan
tersebut, karena sepertinya itu adalah sesuatu yang penting.
Setelah
pelayan selesai berbicara, dia membungkuk dan kembali ke ujung lorong.
“Shizune-san, apa
ada sesuatu yang salah?”
“Sepertinya
koki yang dijadwalkan untuk menyajikan makanan di acara sosial mengalami
masalah kesehatan. Kita harus segera menyiapkan pengganti.”
Shizune-san menyentuh dagunya dengan jari
dan berpikir sejenak.
“......Itsuki-san.
Apa Hirano-san sudah pulang dari sekolahnya?”
“Eh?
...Ya, seharusnya waktu pulang sekolah sudah lewat.”
Aku
memeriksa waktu di smartphone dan mengangguk. Namun, jika dia bertanya tentang
hal itu pada saat seperti ini, jangan-jangan—.
“Mari kita meminta bantuan Hirano-san.”
Shizune-san berkata dengan wajah tenang.
◆◆◆◆
“Ehmm... mulai hari ini selama tiga
hari ke depan, aku mohon
bantuannya.”
Beberapa
jam kemudian. Selagi aku menunggu di pintu masuk mansion bersama Hinako dan
Shizune-san, Yuri datang dengan
ransel di punggungnya.
Ekspresinya
tidak seperti biasanya yang tegas, tetapi terlihat tegang dan kaku.
“Seperti
yang sudah dijelaskan melalui telepon, Hirano-san akan bergabung sebagai salah
satu staf dapur di acara sosial tiga hari lagi. Menu dan bahan makanan yang
akan digunakan sudah ditentukan, jadi selama tiga hari ini, Hirano-san perlu
mempelajari keterampilan memasak yang diperlukan dan pada hari acara, kamu
akan berperan sebagai pendukung.”
Shizune-san sekali lagi menjelaskan
situasinya kepada Yuri.
Begitu
rupanya, karena bahan makanan dan menu sudah ditentukan,
sehingga keterampilan memasak yang diperlukan juga sudah jelas. Sepertinya
Shizune-san berpendapat bahwa jika Yuri
berlatih keras selama tiga hari ini dan menguasai keterampilan tersebut, dia
bisa berperan dengan baik sebagai staf dapur.
“Apa kamu ada pertanyaan?”
“......Tidak
ada.”
Yuri
menggelengkan kepala saat Shizune-san berusaha memastikan.
Namun,
aku yang mendengarkan percakapan itu memiliki pertanyaan, jadi aku mengangkat
tangan.
“Tiga
hari... Yuri, bagaimana dengan sekolahmu?”
“Tentu saja
aku akan meminta izin libur dulu.”
Yuri
menjawab seolah-olah itu hal
yang wajar.
“Kamu pasti tahu, di acara sosial
besar, banyak selebriti yang akan hadir. Itu berarti, semua orang sangat pilih-pilih soal makanan. ...Di tempat
seperti itu, kita tidak bisa menyajikan menu yang setengah hati. Koki kelas
satu sudah merencanakan dengan cermat berhari-hari sebelumnya dan meneliti
hidangan terbaik yang harus disajikan. ...Karena aku diundang ke tempat yang
berharga seperti itu, aku bisa meminta izin libur
dari sekolah berapa pun lamanya.”
Tekadnya
terpancar dari setiap kata yang diucapkannya.
Pada saat
yang sama, aku merasakan rasa hormat yang kuat. Dapur di acara sosial adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh Yuri. Begitu dia memasuki tempat itu, aku
merasakan niat kuat dari Yuri bahwa dia tidak bisa memiliki sikap yang
setengah-setengah.
“Kamu tidak
perlu khawatir mengenai sekolah.”
Shizune-san berkata sambil menatap
Yuri.
“Baru saja
aku sudah menghubungi wali kelas Hirano-san dan menjelaskan situasinya. Selama
tiga hari ini, dia akan dianggap sebagai ketidakhadiran yang sah.”
“Eh...
ah, terima kasih. Kamu sudah melakukan itu untukku...”
“Kami
juga meminta bantuan secara mendadak, jadi ini adalah hal yang wajar.”
Seperti yang
diharapkan dari Shizune-san. Dukungannya yang begitu cepat dan menyeluruh.
“......Maaf.
aku masih ingin menanyakan satu
pertanyaan lagi.”
“Ya, apa
itu?”
Yuri
bertanya dengan ragu-ragu.
“Kenapa
aku dipilih sebagai pengganti?”
Itu
adalah pertanyaan yang sangat wajar.
Shizune-san membuka mulutnya dengan ekspresi
serius seperti biasa.
“Karena
aku menilaimu sebagai seseorang yang dapat
dipercaya bahkan dalam situasi ini.”
Shizune-san melanjutkan,
"Sejak
liburan musim panas, Hirano-san telah bekerja di dapur pada hari Sabtu dan
Minggu, dan sikapmu terhadap pekerjaan sangat serius. Kamu cepat dalam mempelajari
pengetahuan dan keterampilan, dan aku mendengar dari koki lain bahwa kamu sudah
bisa melakukan semua persiapan, penyajian, dan penambahan rasa. Sebenarnya, aku
sudah beberapa kali meminta Hirano-san untuk menangani penambahan rasa, dan
semua rasanya enak.”
Aku dan
Hinako juga sudah mencicipi beberapa masakan yang ditangani Yuri, dan semuanya
enak. Bahkan, untuk pencuci mulut, seharusnya dia sudah melakukan percobaan
menu.
“Dari
semua faktor tersebut, sudah jelas bahwa kamu memiliki
kemampuan... Aku juga ingin Hirano-san mendapatkan pengalaman di panggung besar
sekali. Aku berharap ini bisa menjadi kesempatan untuk pertumbuhan lebih
lanjut.”
Shizune-san mengatakannya dengan
tenang.
Suara
Shizune-san tidak menunjukkan nuansa
emosional, tetapi bagiku, itu terasa seperti perhatian. Sepertinya dia ingin
menyampaikan bahwa pemilihan Yuri kali ini bukanlah karena belas kasihan
pribadi, tetapi merupakan hasil dari usaha Yuri sendiri.
Setelah
mendengar penjelasan itu, Yuri mengatupkan bibirnya.
Tangan
Yuri terlihat sedikit bergetar.
“Terima
kasih banyak. ...Aku akan berusaha sekuat
tenaga!!”
“Semangatmu
sangat baik. Hingga hari acara sosial, kamu bebas menggunakan dapur. Silakan
gunakan bahan makanan tanpa ragu.”
Sepertinya
Shizune-san sudah menyiapkan lingkungan
latihan untuk Yuri ketika melihat
semangatnya.
“Semangat ya, Yuri. Jika hanya untuk
mencicipi, aku akan membantu sebanyak yang aku bisa.”
“Kamu sendiri
yang sudah bilang begitu, oke?”
Hal
yang bisa aku lakukan paling-paling hanya mencicipi—aku
berpikir seperti itu saat mengatakannya, tetapi melihat senyum lebar Yuri, aku
menyadari kesalahanku.
“Aku
akan membiarkanmu mencicipi sampai perutmu penuh!”
“......Tolong
jangan sampai terlalu berlebihan saja.”
Syukurlah,
kami belum makan malam.
Selain
itu... pikiranku sudah cukup padat karena banyak
berpikir, jadi saat ini merupakan
waktu yang tepat untuk mengosongkan kepala.
“Apa
Kohanana-san juga bisa membantu?”
Yuri
menoleh ke arah Hinako.
“Ya,
tentu saja. Aku mungkin tidak bisa membantu banyak karena aku orang yang pilih-pilih makanan, tapi...”
Sepertinya
dia baru saja makan keripik.
◆◆◆◆
Malam
itu.
“Ugh...
aku terlalu banyak makan.”
Aku
mengusap-ngusap perutku sambil berbaring di tempat tidur.
Biasanya,
pada waktu ini, aku menghabiskan waktu dengan Hinako. Namun, sepertinya Hinako
juga merasa tidak nyaman karena terlalu banyak memakan
hidangan prototype Yuri hari ini, jadi dia kembali ke
kamarnya lebih awal.
‘Aku...sudah tidak bisa... perutku...terlalu kenyang...’
Aku
teringat Hinako yang mengangkat bendera putih
tanda menyerah dengan wajah sekarat di kantin.
Ngomong-ngomong,
aku juga tidak dalam keadaan baik.
Yuri
sepertinya masih berlatih di dapur...
(…Sudah kuduga, dia pasti terlihat
sangat grogi.)
Saat Yuri
datang ke rumah, dia terlihat lebih grogi
daripada yang pernah kulihat sebelumnya. Tidak mengherankan. Karena itu adalah permintaan mendadak,
dan tanggung jawabnya juga sangat
besar.
Ketika
aku memejamkan mataku, berbagai pikiran yang selama ini kutahan memenuhi kepalaku.
(Narika…)
Sambil
memikirkan seorang gadis tertentu,
aku menyentuh pipiku.
Aku
benar-benar dibuat terkejut
ketika dia mencium pipiku. Namun, anehnya, aku menerimanya dengan cukup mudah.
Mungkin, tanpa sadar, aku sudah menyadari perasaan Narika.
Kira-kira sejak
kapan?
Sejak
kapan Narika menyukaiku…?
Rasanya
bukan saat kami berpasangan dalam game
manajemen saja. Lebih
awal dari itu... mungkin bahkan sebelum aku datang ke Akademi Kekaisaran.
Jika memang begitu masalahnya... yah,
ada banyak hal yang bisa dimengerti.
Jeritan
Narika “Curang!” ketika dia tahu aku tinggal di rumah Konohana. Mungkin
pernyataan itu juga mengandung perasaan seperti itu.
Ketika
aku bertanding tenis dengan Hinako.
Ketika
aku tinggal di rumah Miyakojiima
setelah sekian lama.
Narika
selalu...
(…Apa aku terlalu percaya diri?)
Mungkin
aku menjadi terlalu peka.
Sejak
saat itu, aku merasa dia menyukaiku, tetapi aku tidak tahu apakah perasaan itu
berkembang menjadi cinta dalam diri Narika.
Bagaimanapun
juga... rasanya sulit dipercaya bahwa Narika,
yang sangat buruk dalam berkomunikasi, bisa mengumpulkan keberanian untuk
mengakui perasaannya.
Dia pasti
membutuhkan keberanian yang jauh lebih banyak dibandingkan orang lain.
(Aku
harus... memberikan jawaban.)
Aku ingin
membangun hubungan seperti apa dengan Narika ke depannya?
Hubungan
seperti apa……………….
…………………….
……………….
“...ki”
Aku merassa
mendengar suara seseorang.
“...Itsuki.”
Suara itu
terdengar lagi.
Dalam
keadaan setengah tertidur yang nyaman, aku perlahan membuka mataku.
“Itsuki, ayo bangun.”
“Eh...”
Di
depanku, ada wajah Yuri.
“...Eh, hah? Yuri...?”
Aku
bangkit dari tempat tidur dan mencoba memikirkan situasi dengan kepala yang
masih linglung.
Sepertinya tanpa kusadari aku sudah ketiduran.
Aku sudah berganti pakaian tidur, tetapi masih belum menyikat gigi. Aku
benar-benar lengah.
Aku
memeriksa jam. Ternyata sudah pukul dua dini hari.
“...Ada
apa, sampai repot-repot menemuiku di jam
segini?”
Saat aku
bertanya, Yuri sedikit memerah.
“...Kamu sendiri yang bilang kalau aku
boleh datang kapan saja.”
Aku memang
mengatakan itu, tapi—.
Aku
teringat saat aku menemani Yuri pulang dengan mobil. Aku ingin memberikan
tempat yang nyaman untuk beristirahat, jadi aku bilang padanya dia bisa
menggunakan kamarku sesuka hati.
Namun,
meskipun aku bilang kapan saja, kenapa dia datang pada jam segini? Kenapa Yuri
berada dalam posisi yang seolah-olah ingin menunggangiku?
Dia
terlihat serius, seolah-olah tidak
ingin melepaskanku. Keringatnya sedikit membasahi dan pipinya memerah. Suaranya
seperti berbisik. Melihat ketegangan Yuri, aku juga merasa ikutan tegang dan menelan ludah.
Jangan-jangan,
ini adalah kunjungan malam―――.
“Tolong,
Itsuki. —Bantu aku!!”
Yuri
masih berada di atas tubuhku, menggabungkan kedua tangannya dan menundukkan
kepalanya.
Aku hanya
bisa diam menatap kepala Yuri yang tertunduk.
“Jika terus seperti ini, aku tidak akan siap
sebelum acara utama!”
Melihat raut wajah Yuri yang putus asa, pikiranku
langsung jernih. Kepala yang tadinya mengantuk kini terasa segar. Sepertinya
aku sudah membuat kesalahpahaman yang bodoh.
“Jadi, aku minta maaf karena sudah mengganggu tidurmu, tapi—”
“—Baiklah.”
Aku dengan ringan mendorong Yuri menjauh dan segera turun dari tempat
tidur. Sambil melihat Yuri yang berkedip-kedip, aku melakukan sedikit
peregangan.
“Apa yang
harus aku lakukan?”
“Yah, aku
ingin kamu melakukan berbagai hal... Tapi, kamu sama sekali tidak marah
meskipun dibangunkan jam segini.”
“Karena
kamu pasti sangat membutuhkan bantuan, ‘kan?”
“……………Yah.”
Yuri
mengangguk dengan ekspresi menyesal. Jika aku tiba-tiba dibangunkan oleh orang
yang tidak aku kenal, mungkin aku akan merasa sedikit kesal... tapi ini adalah
Yuri.
Dia bukan
tipe orang yang melakukan hal-hal semacam ini tanpa alasan.
“Ehm, terima kasih. Kamu cepat
tanggap dan itu sangat membantu.”
Biasanya,
akulah yang dibantu oleh Yuri. Bukan hanya
sekarang. Sejak dulu, aku selalu bergantung padanya.
Jika aku
bisa membantu Yuri, maka rasa kantuk ini akan segera hilang.
“Jika
aku bisa membantu Yuri, aku juga senang.”
“~~~~!?
Su-Sudah kubilang...!
Jangan ucapkan kalimat berat seperti itu...!!”
“Padahal itu
adalah perasaanku yang sebenarnya.”
“Ah,
sudah! Cepat siapkan dirimu!”
Yuri
keluar dari ruangan dengan telinga yang memerah. Mungkin lebih baik mengenakan
pakaian yang bersih jika masuk ke dapur. Aku membuka lemari, mengambil celana
panjang dan satu kemeja, lalu segera berganti pakaian sebelum keluar dari
kamar.
Aku
menuju dapur bersama Yuri yang masih terlihat merah di pipinya.
“Apa kamu
bertanya kepada Shizune-san
tentang lokasi kamarku?”
“Ya. Aku
berpikir untuk membawa sedikit makanan nanti, jadi aku sudah bertanya
sebelumnya. Tapi pada akhirnya, aku tidak punya waktu dan kamu juga sedang
tidur...”
Mungkin
dia sudah mengetuk pintu, tetapi karena pintu tidak terkunci, dia masuk begitu
saja. Bagaimanapun, sekarang tidak masalah jika Yuri melihat wajahku saat
tidur.
Biasanya,
aku belajar di kamar pada malam hari selama hari kerja, jadi aku membiarkan
pintu terbuka agar Hinako bisa masuk kapan saja. Hari ini, aku kebetulan tidur
lebih awal, tetapi berkat itu, aku tidak merasa terlalu buruk saat bangun.
“Jadi,
mari kita mulai dengan persiapan.”
“Baiklah.”
Setelah
sampai di dapur, Yuri segera memberikan instruksi. Aku mengenakan celemek yang diberikan oleh Yuri dan
mulai menyiapkan bahan makanan. Aku sudah memiliki beberapa pengalaman bekerja
paruh waktu di restoran, jadi persiapan seperti ini tidak masalah bagiku.
Di
sampingku, Yuri melihat menu yang tertulis di buku catatan dengan serius.
“...Aku
harus meningkatkan kecepatan. Apa aku masih belum bisa menangkap timing
untuk poêlé? Tapi aku tidak bisa mengorbankan tekstur kulitnya...”
Sepertinya
dia sedang berlatih memasak ikan. Bahan yang digunakan adalah ikan kakap, ikan kakap yang sedang musim di musim
gugur. Poêlé adalah salah satu metode memasak Prancis yang mengacu pada memasak
di atas wajan. Ikan yang dimasak dengan poêlé memiliki kulit yang renyah dan
daging yang lembut.
Dengan
mempelajari etiket, aku mendapatkan pengetahuan semacam ini. Namun, aku tidak
bisa memasak.
Setelah
menyelesaikan persiapan ikan, aku menyerahkannya kepada Yuri, dan dia segera
mulai memasak.
“Kamu
terlihat baik-baik saja, ya.”
Melihat
Yuri yang diam-diam menggerakkan pisau, aku tidak bisa menahan diri untuk
mengatakannya.
“Apa
maksudmu?”
“Yah habisnya, kamu kelihatan sangat grogi saat
kamu datang ke mansion.”
“Ah...
begitu. Sebenarnya, aku tidak merasa grogi sih.”
Hmm?
Aku mengerutkan dahi. Dia tidak merasa grogi?
“Aku justru merasa bersemangat.”
Yuri berkata
demikian saat menyalakan kompor.
“Aku
sekarang juga kadang-kadang bertanggung jawab untuk memberi bumbu, tetapi pada
dasarnya aku masih di posisi persiapan. ...Aku ingin, dengan kesempatan ini,
bisa merebut posisi yang lebih tinggi. Jadi bagiku, kali ini menjadi pengganti merupakan sebuah tantangan.”
Yuri
berkata demikian sambil mengatur panasnya.
Rupanya aku
salah paham. —Yuri sejak awal tidak merasa grogi. Dia hanya bergetar karena
ambisi. Mungkin, sejak mendengar tentang menjadi pengganti
dari Shizune-san, Yuri hanya memikirkan untuk
menunjukkan kemampuannya sebagai koki.
Mendengar
tekad Yuri, aku—menampar pipiku dengan kedua tangan.
“...Baiklah!”
Suara
keras itu membuat Yuri terkejut dan menatapku.
“Bikin kaget saja, kenapa kamu
tiba-tiba menampar pipimu sendiri...”
“Bukan apa-apa, aku juga ingin
berkonsentrasi.”
Untuk saat
ini, aku memutuskan untuk menyampingkan berbagai hal
yang mengganggu pikiranku, seperti tentang
Narika atau apa yang dikatakan Ketua Minato.... Pertama-tama, aku harus
fokus pada hal yang ada di depan.
Lagipula—masalah
yang mengganggu juga sudah ada titik terang.
“Aku akan
berbagi menu juga. Tapi mungkin akan ada variasi, jadi ini hanya sebagai
referensi.”
“Menu
sudah ditentukan, bukan? Memangnya boleh melakukan variasi?”
“Variasi
yang baik pasti akan diterima. Koki di sini adalah orang-orang seperti itu.”
Sepertinya,
tanpa sepengetahuanku, Yuri telah membangun hubungan saling percaya dengan para
koki di rumah Konohana.
Tapi,
jadi begitu... Masih ada resep
untuk variasi, ya.
“...Aku
akan memeriksa daftar peserta di acara sosial.”
“Daftar
peserta? Kenapa... maksudku, apa kamu bisa melihatnya?”
“Untuk berjaga-jaga dalam situasi apapun, jadi aku
sudah meminta file dari Shizune-san
sebelumnya.”
Aku
berencana melakukan pekerjaan ini
mulai besok, tapi sebaiknya aku mulai sekarang saja.
“Dengan
memeriksa statistik seperti usia, jenis kelamin, dan asal, mungkin kita bisa
melihat kebutuhan... Aku juga akan memeriksa waktu penyajian makanan. Jika
memungkinkan, data dari acara sosial sebelumnya juga...”
Melihat
makanan dari sudut pandang yang berbeda juga adalah bisnis. Jika aku
menganalisis data dengan cara yang sama seperti di game manajemen, pasti ada sesuatu
yang bisa terlihat. Menganggap peserta acara sosial sebagai pasar, aku akan berpikir
tentang produk apa yang bisa ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Jika menu
sudah ditentukan, mungkin tidak ada gunanya menganalisis kebutuhan lagi, tetapi
jika Yuri berniat melakukan variasi, itu adalah cerita yang berbeda.
Aku
segera mengambil laptopku dari kamarku dan mulai menganalisisnya.
“...Karena
kamu menjadi seperti itu, aku juga jadi bersemangat.”
Aku
mendengar suara kecil Yuri dari belakangku, tapi aku tidak bisa mendengarnya
dengan baik.
“Apa
kamu mengatakan sesuatu?”
“Tidak
ada apa-apa!”
Saat aku
berbalik, Yuri sedang menatap penggorengan dengan penuh perhatian. Raut wajahnya tampak seperti
sedang bersenang-senang.
