Chapter 1 — Strategi dan Konspirasi Permainan Raja
Hari
acara kencan buta pun telah
tiba.
Mengingat
acara tersebut diatur melalui kepala keluarga Tendou, jika aku tidak ikut berpartisipasi, itu akan mencoreng nama baik Tuan besar
(meskipun aku tidak keberatan mencemari nama baik
Yukimichi).
Sambil
berjalan, aku memeriksa kembali apa ada yang salah dengan pakaianku. Aku mengenakan pakaian kasualku yang biasa: kaos oblong, jaket
berlengan panjang, dan celana. Karena aku tidak terbiasa dengan kencan buta, aku tidak tahu pakaian apa yang
seharusnya dipakai, tetapi Yukimichi
bilang, “Santai saja, memakai pakaian biasa saja tidak masalah,” jadi aku berpakaian seperti biasa.
…Yah, wajar
saja kalau memang begitu. Kalau
dipikir-pikir kembali, aku sering terlibat dalam
situasi di mana harus berinteraksi dengan orang
dewasa karena aku melayani Ojou.
Aku menyadari bahwa aku belum sepenuhnya memahami skala kehidupan seorang
pelajar biasa.
Namun, Akademi Houraiou adalah sekolah khusus
untuk putri.
Banyak
dari mereka berasal dari keluarga konglomerat
dan kalangan atas. Dari sudut pandang mereka, mungkin mereka
ingin belajar tentang perspektif pelajar SMA biasa (terlebih dengan isu sekolah campuran).
Aku
memutuskan untuk menghadapi ini dengan niat belajar bersama, dan saat itu aku
memastikan informasi tentang tempat yang ditampilkan di ponsel.
Sebenarnya,
baru kemarin aku menerima informasi bahwa tempat yang direncanakan untuk kencan
kelompok telah berubah.
“Namun,
pemberitahuan perubahan kali ini… cukup mendadak untuk Yukimichi sekalipun…”
Walaupun ia
mungkin terlihat ceroboh, tetapi saat merencanakan hal-hal seperti ini, dirinya sangat teliti.
Dirinya juga pandai dalam melakukan
riset dan merencanakan detail. Tumben-tumbennya
Yukimichi mengubah tempat dengan mendadak seperti ini.
Untungnya,
sepertinya tidak ada yang berubah selain tempat, jadi aku akan segera menuju
lokasi pertemuan.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Yukimichi)
“Ah…
akhirnya hari ini tiba juga.”
Kencan buta yang diatur langsung oleh kepala
keluarga Tendou.
Sebenarnya, aku cukup menantikannya. Meskipun pada dasarnya ini seperti
perjodohan dengan orang-orang yang tidak dikenal, kesempatan untuk berkenalan
dengan orang-orang dari Akademi Houraiou merupakan peluang yang
jarang terjadi.
Aku
sebenarnya berharap bisa membuat koneksi baru di sini… tetapi itu adalah cerita
beberapa waktu yang lalu. Sekarang, perasaan takut
jauh lebih mendominasi daripada rasa ‘senang’.
Bagaimanapun juga, ada
gangguan yang sangat menakutkan dan mengerikan yang muncul…
“Kazami. Kamu tadi berpikir, 'Ada
gangguan’, ‘kan?”
"Hahaha.
Apa yang kamu bicarakan? Aku sama sekali tidak
berpikir seperti itu."
“…Bagaimana kalau kamu bersumpah
dengan tulang lengan kananmu?”
“Maafkan
aku.”
Dengan
gerakan jurus dogeza yang sudah terpatri sempurna di dalam tubuhku, aku
membungkuk di depan Tendou-san dan
Habataki.
Ngomong-ngomong,
apa-apaan sih dengan kedua
orang ini? Menakutkan sekali.
Apa mereka seorang esper dengan kekuatan super?
…Kalau
menyebut Tendou Hoshine,
dia adalah putri dari Tendou
Hinata, jadi rasanya tidak
terlalu mengejutkan.
“Meskipun
begitu, rasanya luar
biasa sekali grup Tendou, ya.
Selain menyewa seluruh tempat hari ini, mereka bahkan mengatur karyawan kepercayaan mereka.”
“Kalau
saja kamu dan ayahanda tidak
melakukan hal-hal yang tidak perlu, semua ini tidak akan terjadi.”
“Ngo-Ngomong-ngomong,
apa semua persiapannya sudah selesai!?”
Aku
berusaha mengalihkan suasana dengan percakapan tetapi justru terjebak dalam
masalah.
Aku merasa percaya diri dalam kemampuan berbicaraku, tapi
aku tidak merasa bisa mengalahkan kedua orang ini. Bahkan, jika aku mencoba
mengelak dengan buruk, aku merasa nyawaku dalam bahaya.
“…Persiapannya
sudah siap.”
“Silakan
lihat hasil akhirnya.”
Kenyataan
bahwa mereka datang ke ruang tunggu ini pasti ada maksudnya. Faktanya, mereka berdua sudah
mengganti pakaian dengan kostum yang dimaksud. Persiapannya sudah sangat
matang.
Aku hanya
bisa berkata, “turut berduka cita”
kepada Eito yang tidak tahu apa-apa. …Tapi,
memikirkan dua gadis cantik berkualitas tinggi ini menaruh perhatian besar padanya, mungkin merasa kasihan juga
tidak tepat. Bahkan, aku sedikit merasa bersalah
padanya.
“Bagaimana
denganmu? Bukannya sudah
satu jam sebelum waktu berkumpul?”
“…Kamu harus segera menuju lokasi
pertemuan.”
“Dari
sini ke lokasi berkumpul hanya butuh sekitar lima menit berjalan, jadi
sepertinya masih terlalu awal. Hahaha.”
““Hah…………””
Entah
kenapa, mereka berdua menghela napas berat. Ekspresi
wajah mereka seolah-olah menyiratkan, “Orang
ini benar-benar tidak mengerti.”
“Siapkan
semuanya dalam sekejap dan berangkat dalam hitungan detik. Cepatlah. Sekarang juga.”
“Eh…
kenapa…”
“…Kamu masih tidak mengerti?”
Sepertinya
Habataki-san sudah mengerti apa yang
ingin disampaikan oleh Tendou-san.
…Apa mungkin cuma aku
satu-satunya yang tidak mengerti di sini?
“U-Umm.... boleh aku bertanya alasannya?”
“Apa boleh buat, deh. Dengarkan baik-baik, oke? Karena
ini tentang Eito, ia pasti
sudah terbiasa datang satu jam lebih awal ke lokasi pertemuan.”
“Haa… itu memang benar, tapi memangnya ada masalah dengan itu?”
“…Dan,
di lokasi pertemuan itu pasti…”
“…pasti?”
““Pasti ada kucing garong yang imut.””
Sepertinya
aku mulai memahami apa yang ingin dikatakan mereka.
“Kucing garong itu akan berada sendirian dengan Eito
di lokasi pertemuan, dan melalui percakapan kecil, mereka mungkin akan mulai
tertarik satu sama lain…!”
“Tunggu,
jangan bilang kalau itu mungkin terjadi…”
“…Apa
kamu bisa mengatakan kalau itu
‘tidak mungkin’?”
“Ini mengenai Eito yang begitu…”
“Tidak…
bisa… dibilang… begitu…”
Semakin lama aku berbicara, semakin besar rasa
percaya diriku bahwa 'hal itu
mungkin terjadi.'
“Sebelum
ada pertanda baru yang muncul, kamu harus cepat-cepat menghancurkan suasana di antara mereka.”
Sepertinya
di benak Tendou-san,
sudah ada perempuan baru yang mendekati Eito. Orang ini benar-benar memiliki
insting yang sangat baik ketika berhubungan dengan Eito.
“…Baiklah.
Aku akan segera bersiap dan
pergi.”
Aku harus
bersiap secepat mungkin dan menuju lokasi pertemuan secepatnya. Aku juga
menghargai nyawaku.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Eito)
Saat tiba
di air mancur di alun-alun depan stasiun yang menjadi lokasi pertemuan, tempat
itu terlihat ramai karena hari libur. Dengan
begitu, sulit untuk mengetahui siapa saja peserta kencan buta kali ini. …Yah, karena
kebiasaanku, aku datang satu jam lebih awal, jadi masih ada waktu sebelum
pertemuan. Sambil memeriksa apa ada hal yang mencurigakan di sekelilingku, aku akan menghabiskan
waktu.
“…Hmm?”
Lalu
mendadak, di sudut pandangku, ada saputangan putih bersih melintas dengan lembut. Mungkin itu terbang
karena tertiup angin. Secara refleks, aku menangkap saputangan yang tampaknya
akan melambung tinggi ke langit.
Saat aku
mengarahkan pandangan ke arah dari mana saputangan itu terbang, yang pertama
kali terlihat adalah payung. Kemudian, rambut panjang berwarna biru muda.
Seorang gadis yang mengenakan gaun sederhana yang memberikan kesan murni ada di
sana.
(Bukannya dia…?)
Aku
mengenalnya. Tidak, lebih tepatnya, aku sangat mengenalnya.
――――Keluarga
Shigenin.
Keluarga
terhormat yang telah memiliki hubungan erat dengan keluarga Tendou sejak zaman dahulu. Dan gadis yang mengenakan gaun
ini adalah putri dari keluarga Shigenin…
“Shigenin
Miu-sama? Sudah lama tidak bertemu.”
“Sudah
lama tidak bertemu, ya, Yagiri-sama. Sejak pesta yang diadakan sekitar musim
semi, bukan?”
“Ya. …Eh,
apa saputangan ini milik Shigenin-sama?”
“Ya. Saputanganku terbang karena angin. Terima
kasih sudah mengambilnya.”
Kulitnya
yang putih bersih mengingatkanku pada pantai berpasir yang berkilau. Dada yang
montok dan pinggang yang ramping. Bentuk tubuhnya
yang seimbang mirip dengan Ojou.
Tangan
yang memegang payung. Jari-jemari
yang menahan rambutnya agar tidak tertiup angin. Gerakan lembutnya terasa
lembut, sangat berbeda dengan tekad kuat yang dimiliki Ojou.
Jika Ojou
diibaratkan sebagai ‘api’, maka gadis ini adalah ‘air’.
Jika Ojou
diibaratkan sebagai ‘pedang’, maka gadis ini adalah ‘busur’.
Jika Ojou
diibaratkan sebagai ‘keras’, maka gadis ini adalah ‘lembut’.
Sementara
Ojou menunjukkan pesona yang cerah dan menawan, Shigenin-sama yang begitu
bersih dan murni terasa segar.
…Ah, gawat. Aku terus-menerus membandingkannya
dengan Ojou. Padahal ini adalah liburan musim panas untuk menjauh darinya.
Selain itu, meskipun aku tidak mengatakannya, membandingkan dengan wanita lain
secara tiba-tiba terasa tidak sopan. Aku harus merenungkan ini.
“Ngomong-ngomong,
Shigenin-sama, mengapa kamu berada
di tempat seperti ini?”
Keluarga
Shigenin memang terkenal memiliki hubungan lama dengan keluarga Tendou, meskipun tidak setinggi
keluarga Tendou, mereka
tetap dari kalangan terhormat. Pastinya mereka tidak akrab dengan kereta. Tentu
saja, tidak mungkin mereka berbelanja di depan stasiun seperti ini.
“Sebenarnya,
aku datang ke sini untuk melakukan ‘kencan buta’.”
“Eh!?
Shigenin-sama!?”
Tidak.
Mengingat ada keterlibatan Tuan besar,
itu mungkin saja…?
Dan jika
ingatanku benar, sekolah tempat Shigenin-sama belajar adalah ‘Akademi Houraiou’…
meskipun tidak mustahil…
“Ara. Kamu
tidak perlu terkejut seperti itu. Aku
juga seorang gadis muda di masa remaja.
Bukannya itu wajar jika aku merasa tertarik
pada hal-hal seperti ini?”
“Maafkan aku. Karena
itu sangat mengejutkan, jadi aku
tidak bisa menahan diri…”
“Kalau
mau dibilang mengejutkan, justru kamu sendiri,
Yagiri-sama, yang lebih mengejutkan. Mengikuti ‘kencan buta’.”
“Apa kamu mengetahunya? Bahwa aku akan ikut?”
“Fufu. Aku mendengar sedikit informasi.”
Shigenin-sama
dan Ojou telah berinteraksi sejak kecil, sehingga kami sering bertemu.
…Yah, meskipun itu disebut interaksi, komunikasi kami hanya sebatas saling
menyapa ketika bertemu di pesta, jadi tidak ada hubungan yang terlalu dalam…
Namun, kami berdua cukup
saling mengenal sampai-sampai
membuatnya merasa keheranan saat aku ikut 'kencan buta'.
“Jika itu yang biasanya, sepertinya
Hoshine-sama akan melarangmu berpartisipasi dalam hal-hal seperti
ini.”
“Sebenarnya,
sekarang aku sedang
liburan musim panas. Aku memutuskan untuk memanfaatkan
waktu ini dan berani ikut serta.”
Jadi, meskipun kelihatannya sedikit menyedihkan,
pengalaman yang ingin aku coba
kumpulkan adalah 'kencan buta'.
Dari sudut pandang orang lain, itu mungkin hanya terlihat sebagai alasan untuk
bersenang-senang.
“Menurutku itu pemikiran yang luar biasa.
Sebenarnya, aku juga
ingin mendapatkan pengalaman berbeda musim panas ini, itulah mengapa aku ikut 'kencan buta'
kali ini.”
Shigenin-sama
tersenyum anggun seperti bunga yang mekar.
“Walaupun
kebetulan, sepertinya Yagiri-sama
juga memiliki pemikiran yang sama untuk ikut 'kencan buta'…
Fufu. Mungkin kita sebenarnya cocok satu sama lain.”
“Mungkin
saja. Bagiku, itu mungkin kedengarannya agak
lancang.”
“Ara, apa kamu merasa tidak
puas denganku?”
“Tidak,
bukannya begitu.”
“Aku hanya bercanda kok.”
Kami
saling tertawa, menciptakan suasana yang hangat. Meskipun aku berusaha menjaga
jarak dari Ojou dengan menjauh dari keluarga Tendou…
ternyata bertemu dengan orang yang dikenal juga membuatku senang.
“――――Cukup
sampai di situ, Eito. Angkat
kedua tanganmu dan tetap tenang.”
Suara
yang bertentangan dengan suasana hangat itu dipenuhi dengan ketegangan seperti tali yang
terentang, memberiku perintah
untuk mengangkat tangan.
“Yukimichi? Tumben
sekali. Kamu datang ke tempat berkumpul lebih awal seperti ini.”
“Berisikkkkkkkkk! Cepat hentikan suasana damai ini, dasar bodoh!”
“Mendadak ada apaan sih? Itu tidak sopan untuk
Shigenin-sama.”
“Fufu.
Jangan khawatir, Yagiri-sama. Hari ini aku
datang sebagai seorang pelajar untuk mengikuti 'kencan buta'.
Kamu tidak perlu merasa khawatir.”
“Cepat
angkat tanganmu! Apa kamu tidak peduli jika aku diinjak-injak seperti
serangga?!”
“Kenapa
kamu bicara seperti itu… Maaf, ia memang orang yang
begini.”
Seolah-olah
ia sedang menghadapi bahaya yang mengancam
nyawanya, Yukimichi
bergetar hebat. Ia memang
selalu bereaksi berlebihan. Aku merasa penasaran bagaimana
acara 'kencan buta'
ini akan berjalan...
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Shigenin Miu)
(Sesuai
informasi, ya...)
Aku sudah
mengetahui bahwa Yagiri Eito biasanya
datang ke tempat pertemuan satu jam sebelum waktu yang ditentukan untuk
memeriksa sekeliling. Karena
itulah, aku berpura-pura kebetulan
menunggunya satu jam lebih awal.
(Acara ‘kencan buta’ ini
memang ide tidak
masuk akal... tapi, ini tetap kesempatan.)
Aku
mendengar tentang ‘kencan buta’ secara kebetulan. Dan aku juga tahu bahwa tujuan asli dari ‘kencan buta’ ini
adalah ‘perjodohan’ untuk menemukan pendamping hidup Yagiri Eito.
Sejujurnya,
aku tidak tertarik padanya, dan aku juga tidak peduli tentang pernikahan. Itu sama sekali tidak penting.
Namun,
jika aku menjadi pasangannya—aku pasti bisa melihat wajah Tendou Hoshine yang penuh
penyesalan.
(Tendou Hoshine...)
Keluargaku,
keluarga Shigenin, telah memiliki hubungan lama dengan keluarga Tendou.
Hubungan
kedua keluarga kami cukup
baik. Kami memiliki keterikatan yang wajar. Karena itulah, aku dan Tendou Hoshine yang seumuran sering
dibandingkan oleh orang-orang di sekitar kami.
Baik
dalam hal belajar, olahraga, maupun penampilan.
Aku
selalu menjadi 'pemain cadangan' yang kalah dari Tendou Hoshine.
Aku tidak
pernah sekalipun aku merasa dihina oleh orang-orang di sekitar atau disalahkan
oleh keluargaku.
Namun,
itu sangat menyedihkan bagiku.
Sudah
sewajarnya kalau aku tidak bisa mengalahkan Tendou Hoshine. Jangan terlalu dipikirkan. Suara-suara
seperti itu selalu ada.
Tidak ada
yang mengharapkan apa-apa dariku. Tidak peduli
seberapa keras aku berusaha, itu sama
sekali tidak ada artinya. Aku tidak pernah bisa menang melawannya.
Sementara
itu, Tendou Hoshine sendiri tidak peduli
dengan pujian dari orang lain tentang belajar, olahraga, atau
penampilannya.
Rasanya
menyakitkan. Aku ingin menang. Bagaimanapun caranya,
aku ingin melampaui wanita itu.
――――Saat
itulah, aku mendengar tentang perjodohan Yagiri Eito.
Aku
merasa ini adalah kesempatan yang sempurna.
Aku akan
merebut pria yang paling dicintainya
Dengan
begitu, aku bisa... menjadi yang pertama.
(Aku akan
memanfaatkan dirimu sebaik-baiknya,
Yagiri Eito.)
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Eito)
Sekitar
sepuluh menit sebelum waktu berkumpul, semua anggota yang akan ikut sudah
berkumpul.
Pesertanya
ada delapan laki-laki, termasuk aku, Yukimichi, dan beberapa teman
sekelas atau dari kelas lain.
Ada juga
empat gadis dari keluarga Shigenin dan sembilan orang lainnya dari Akademi Houraiou.
Sepuluh
orang laki-laki dan sepuluh orang gadis. Totalnya dua puluh orang. Meskipun ini
adalah kelompok besar, suasananya cukup meriah. Aku
selalu terkejut dengan kemampuan komunikasi Yukimichi yang bisa mengumpulkan
sebanyak ini, termasuk orang-orang eksternal.
Setelah itu,
mengikuti panduan
Yukimichi, kami menuju kafe unik yang
didekorasi dengan perabotan antik dan barang-barang kecil. Lampu yang lembut
dan tenang menyatu dengan interior kafe, memberikan kesan seperti markas
rahasia atau tempat persembunyian.
Namun...
ada sesuatu yang aneh. Yukimichi memang memiliki selera yang baik dalam memilih
tempat seperti ini karena ia sudah terbiasa bermain di luar, dan aku mengakui
itu. Namun... rasanya selera ini lebih mirip dengan selera Ojou...?
Ada satu
hal lain yang membuatku penasaran.
“Hah?
Bukannya tempat ini sebelumnya kosong, ya?”
“Sejak kapan
ini berubah menjadi kafe?”
Para
laki-laki di sekitarku terlihat bingung. Mungkin karena mereka biasa bermain di
sekitar sini. Sepertinya
mereka merasakan ketidaknyamanan dan keraguan yang sama sepertiku.
Benar sekali. Tempat ini sebelumnya adalah bangunan kosong. Namun, tiba-tiba ada
kafe yang begitu megah di sini. Biasanya, hal seperti ini akan menjadi bahan
pembicaraan, tetapi sampai saat ini, aku sama sekali tidak mendengar kabar mengenai hal ini.
“Sebenarnya,
kafe ini baru saja selesai dibangun, dan aku kenal pemiliknya. Hari ini, tempat
ini disewa khusus untuk kita, jadi nikmati saja tanpa merasa canggung! Di sini ada ruang pribadi juga!”
Yukimichi
menjelaskan dengan cepat, seolah-olah ia sedang membaca naskah yang sudah
disiapkan sebelumnya.
“Hee~,
sampai ada ruang pribadi juga?”
“Dan
disewa khusus, kamu hebat
juga ya, Kazami.”
“Y-ya,
begitulah.”
Yukimichi
mengangguk sambil berkeringat. ...Kenapa ia terlihat begitu tegang?
Mungkin
ia merasa tertekan saat harus berhadapan dengan orang-orang dari Akademi Houraiou.
...Bagaimanapun juga, ia memang sering membantuku.
Meskipun ia mengajukan ide konyol seperti 'kencan buta',
ia berhasil mengidentifikasi apa yang kurang dariku dan bahkan mengatur
semuanya. Mungkin aku harus memberinya pujian sedikit.
“Hebat
sekali, Yukimichi. Kamu
berhasil mendapatkan informasi tentang kafe
yang baru saja didirikan ini dengan sangat cepat seolah-olah kamu mendapat dukungan dari Grup Tendou.”
“Hahaha...”
Meskipun
aku memujinya, reaksi Yukimichi tampak agak datar.
“Ba-Baiklah,
mari kita duduk saja!”
Dengan
arahan Yukimichi, kami semua mengambil tempat duduk.
“Tunggu,
Eito. Kamu berada di paling ujung.”
“Eh?
Itu tidak masalah sih, tapi...
kenapa?”
“Karena
itu adalah aturan kencan buta
ini.”
“Begitu
ya?”
Aku
memang tidak terlalu akrab dengan acara
kencan buta. Jadi, tidak aneh rasanya
jika ada aturan yang tidak aku ketahui. Untuk sementara waktu, aku mengikuti
arahan Yukimichi dan duduk di
kursi paling luar.
Di
seberang meja, para laki-laki dan perempuan duduk saling berhadapan. Ya, ini
sesuai dengan gambaran kencan buta
yang ada dalam pikiranku.
“Yagiri-sama,
mohon perlakukan kami dengan lembut hari ini.”
“Sama-sama,
mohon perlakukan kami dengan lembut juga, Shigenin-sama."
Secara
kebetulan, Shigenin-sama duduk di
depanku. Acara kencan buta adalah
dunia yang tidak aku kenal. Meskipun dia adalah putri dari keluarga terhormat yang
berhubungan dengan Ojou,
memiliki kenalan di pihak perempuan sangat melegakan.
...Meskipun
ada ketegangan lain karena aku tidak boleh bersikap tidak sopan.
Meskipun
ini adalah kencan buta,
sebaiknya aku tidak terlalu berlebihan. Meskipun aku sedang liburan musim
panas, aku ingin menghindari membuatnya merasa terganggu.
“Pertama-tama,
silakan masing-masing memesan minuman sesuai selera.”
Semua
orang asyik mengobrol seru sambil memesan minuman.
Alurnya
masih seperti ini: para laki-laki dengan laki-laki, dan perempuan dengan
perempuan. Mungkin karena ini adalah pertemuan pertama, jadi sulit untuk
memulai percakapan tanpa ada pemicu.
Minuman
dan makanan ringan yang dipesan segera datang. Hari ini kami menyewa tempat ini
secara eksklusif, jadi tidak ada pelanggan lain.
Setelah
itu, kami melakukan perkenalan singkat. Para laki-laki berusaha menarik
perhatian para gadis di hadapan mereka. Sepertinya para gadis dari Akademi Houraiou tidak keberatan dengan
perhatian itu. Ketika perkenalan selesai, suasana mulai menghangat dan kami
bisa menikmati percakapan dengan lebih bebas.
Namun,
sungguh mengejutkan.
“Yagiri-sama,
wajahmu terlihat terkejut.”
"Ya,
aku tidak menyangka mereka lebih terbiasa terhadap para laki-laki dari yang kubayangkan.”
Bagaimanapun juga, Akademi
Houraiou adalah sekolah perempuan. Ada kemungkinan beberapa dari
mereka memilih sekolah ini karena tidak nyaman dengan laki-laki.
Tentu
saja, aku tidak berpikir semua orang seperti itu, tetapi aku mengira akan butuh
waktu lebih lama untuk menjalin hubungan.
“Anggota
yang ikut kali ini adalah orang-orang yang bersekolah di sekolah campuran saat
SMP... dalam istilah kalian, mereka adalah 'siswa eksternal'.”
“Oh,
begitu rupanya. Akademi
Houraiou juga memiliki divisi SMP.”
Secara
historis, status, dan formalitas, ada kesamaan antara Akademi Tenjouin dan Akademi Houraiou. Itulah sebabnya, untuk
mempersiapkan sistem murid campuran,
siswa terpilih dari Akademi Tenjouin
dikirim ke sini.
“Di
dalam Akademi Tenjouin, ada semacam jurang antara 'siswa
eksternal'
dan 'siswa internal',
apakah di sana juga ada? Jika masalah penggabungan terlibat...”
“Hehe.
Memang menarik membahas hal itu, tetapi saat ini aku
ingin berbicara tentang hal lain.”
“Hal
lainnya?”
“Ya,
misalnya... cerita tentang Yagiri-sama.”
Aku baru
menyadarinya saat diberitahu.
Meskipun Yukimichi menganggap ini sebagai kencan buta,
pada dasarnya ini adalah acara pertemuan. Kami perlu berbicara untuk mempererat
hubungan.
“Kita
mungkin sering bertemu di acara pesta,
tetapi kita jarang berbicara, bukan? Ini adalah kesempatan yang baik. Bisakah kamu menceritakan tentang dirimu?”
“Ya,
tentu saja.”
Tempat
ini berbeda dari acara yang biasanya aku hadiri sebagai pelayan Ojou.
Mungkin Shigenin-sama
juga mencari topik yang berbeda dari ‘kebiasaan’ tersebut.
“...Kalau begitu, apa hobimu?”
“Hehe.
Yagiri-sama, pertanyaan itu
terdengar seperti perjodohan, bukan?”
“Maaf.
Sebenarnya, aku tidak
terlalu terbiasa dengan acara seperti ini.”
“Jangan
khawatir. Aku juga
sama. ...Ah, tapi. Karena ini kesempatan yang baik, mungkin itu bisa jadi ide
yang bagus.”
“Maksudnya ide yang bagus?”
“Perjodohan.
Karena kita berdua tidak terbiasa, bagaimana jika kita berbicara seolah-olah
kita sedang melakukan perjodohan?”
“Sepertinya
itu akan sangat tidak sopan bagi Shigenin-sama. Aku tidak sebanding dengan
wanita sehebat dirimu.”
“Aku bukan
orang yang seperti itu.”
Tatapan Shigenin-sama
bergetar lembut. Dia tidak sedang melirik. Matanya menangkap sosokku dengan
jelas. Namun, ada sesuatu yang menarik dari sedikit goyangan tatapannya.
“Aku
tidak keberatan jika harus berjodoh dengan Yagiri-sama.”
Suara
itu, tatapan itu, bahkan setiap gerakannya, mengandung daya tarik yang aneh dan
misterius.
“Maaf kalau
terlalu mendadak!!! Tapi aku
ingin memulai permainan raja di sini!!!”
Benar-benar
terlalu mendadak. Dan entah kenapa,
Yukimichi meletakkan wadah berbentuk tabung yang berisi tongkat di atas meja
antara aku dan Shigenin-sama.
“Aturannya
sederhana! Siapa yang menarik undian dan menjadi raja bisa memberikan perintah
kepada orang yang ditunjuk! Tapi kita adalah pelajar SMA, jadi harap berikan
perintah yang wajar! Silakan, Hei, cepat ambil undian!”
“Eh,
uh... Baiklah..."
Terpaku
oleh ekspresi Yukimichi yang terlalu mendesak, aku menarik undian.
Setelah
menghentikan percakapan dan melihatku menarik undian, Yukimichi tampak
lega.
“Ah, tadi itu berbahaya... Saat mereka tiba-tiba mulai membahas perjodohan, aku
merasa nyawaku sudah sampai di sini... terjebak di dasar laut...”
“Apa
yang kamu bicarakan?”
Hari ini,
Yukimichi agak aneh. Menjadi
panitia kencan buta mungkin lebih melelahkan
daripada yang aku bayangkan.
Saat aku
memperhatikan temanku yang bekerja keras, semua orang telah selesai menarik
undian.
“Oke,
semua sudah menarik undian, ‘kan?
Jadi, dengan seruan 'Siapa rajanya?', siapa yang menarik stik raja, silakan mengaku.”
Oh, jadi
begitulah aturannya.
Undian
yang aku tarik adalah... bukan raja. Yah, meskipun aku jadi raja, aku juga
tidak tahu perintah apa yang harus diberikan, jadi mungkin itu lebih baik. Mari
kita lihat perintah apa yang diberikan oleh orang pertama.
“Ayo kita mulai? Satu, dua, tiga!”
“““““Siapa
rajanya!”””””
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Shigenin Miu)
Aku tidak
menyangka percakapanku dengan Yagiri-sama
akan terputus, tetapi alur permainan raja sudah bisa diprediksi.
Seperti
yang diperkirakan, Kazami-sama sudah
menyimpan undian untuk permainan raja. Setelah itu, aku hanya perlu mengoleskan
bahan khusus yang telah disiapkan sebelumnya dari keluarga Shigenin, yang hanya
bisa dilihat dengan lensa kontak yang aku pakai.
Dan
Kazami-sama, mungkin kamu tidak mengetahuinya, tetapi semua siswi dari Akademi Houraiou yang
ikut kali ini adalah orang-orang yang berada di bawah pengaruhku... Jadi, tidak
sulit untuk mengubah undian saat kamu lengah.
Hehehe...
Sepertinya semua usahaku membaca manga tentang ‘kencan buta’ tidak sia-sia.
Aku
bahkan pernah terlalu ketagihan
dan tidak berhenti membalik halaman hingga larut malam.
Nah...
sepertinya semua orang sudah selesai menarik undian.
“Ayo?
Satu, dua, tiga!”
“““““Siapa
rajanya!”””””
Seruan
yang konyol.
Siapa pun itu, aku sudah tahu semuanya.
...Aku mendapat nomor lima. Yagiri-sama
adalah... nomor delapan. Dan rajanya adalah...
“Ah,
sepertinya aku yang
jadi rajanya!”
Orang-orangku.
Hehe... ini pertanda baik.
Jika raja
jatuh ke tangan siswa dari Akademi Tenjouin, tentu saja tidak ada yang
bisa dilakukan.
(Kamu paham, ‘kan?... Yagiri-sama
nomor delapan. Aku nomor lima.)
(Tentu
saja!)
Dengan
tanda rahasia yang hanya diketahui oleh kami di Akademi
Houraiou, kami bertukar informasi dalam sekejap.
Hehehe...
Demi acara ‘kencan buta ini’
ini, latihan untuk berkomunikasi tanpa dicurigai dengan tanda rahasia sangatlah
berharga. Berkat
itu, aku bisa akrab dengan ‘siswa eksternal’ yang sebelumnya dihindari
dan menjalin persahabatan yang baik.
“Baiklah,
jadi... orang nomor delapan dan orang nomor lima saling menatap selama satu
menit!”
Mari kita
mulai dengan ringan. Jika kita langsung melakukan sesuatu yang ekstrem, itu
akan memberikan kesan yang buruk.
“Nomor
Yagiri-sama?”
“Aku...
nomor delapan.”
“Ah,
kebetulan sekali. Aku ――――”
“Ah,
aku nomor lima.”
Apa...!?
Sungguh
tidak mungkin...!? Di undianku jelas-jelas
tertulis nomor lima...!
“.........!?”
Ada yang
aneh. Nomor undian yang aku pegang tiba-tiba berubah menjadi 'dua'.
Apa
undian itu disusupi? Tidak. Warna cat yang terlihat di lensa kontakku pasti
'lima'...
Apa aku
melakukan kesalahan saat mengubahnya? Tidak. Warna yang muncul sesuai dengan
nomor yang telah ditentukan... Jika dipikir-pikir, apa nomor undian itu sendiri yang
berubah? Tapi, itu tidak mungkin...
“Apaan, ternyata nomer Lima
adalah Yukimichi?”
“Diam.
Aku juga tidak ingin menatap seorang pria
selama satu menit... jika bukan karena perintah...”
“――――...!”
Perintah...
Jangan-jangan Kazami-sama bergerak
atas perintah seseorang...?
...Itu benar. Jika dipikir-pikir, itu tidak mungkin.
Meskipun
Yagiri-sama ikut dalam acara kencan buta ini,
'dia', Tendou Hoshine, pasti tidak akan tinggal
diam...!
(Undiannya...
aku tidak terlalu memperhatikannya, tetapi terasa dari sentuhan bahwa itu
terbuat dari logam. Selain itu, bagian yang bertuliskan nomor terasa sedikit
hangat...)
Kemungkinan
besar, bagian yang bertuliskan nomor memiliki mekanisme yang membuat angka
muncul dengan suhu tertentu. Angka-angka tersebut mungkin ditetapkan
berdasarkan suhu. Selanjutnya, ada perangkat pemanas yang disembunyikan di
dalam undian yang dioperasikan dari jarak jauh untuk membuat angka yang
diinginkan muncul...
Ini
terlalu rumit... tidak, undian ini terlalu rumit.
Tidak
diragukan lagi. Undian ini dikembangkan secara eksklusif oleh Tendou Hoshine. Menggunakan otak
cemerlang itu untuk hal yang sia-sia seperti ini...! Seharusnya bakat itu
digunakan untuk kebaikan dunia!
(Dari waktunya, kemungkinan besar dia
juga sedang mengawasi kencan buta
ini dari ruangan lain... apa
jangan-jangan ada kamera tersembunyi...!?)
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Tendou Hoshine)
“Sepertinya
dia sudah menyadarinya.”
Saat
melihat monitor yang disediakan di ruangan terpisah, aku mengamati sosok kucing garong yang tampak menyadari
sesuatu di layar.
Dia adalah
Shigenin Miu. Karena sudah lama berhubungan dengan keluarga Shigenin, aku sudah
mengenalnya. Selama bertahun-tahun tidak ada tanda-tanda seperti itu, jadi aku
jadi lengah...
Namun, kucing garong ini tampaknya cukup
handal. Dia tidak hanya menyadari adanya penyusupan undian dan kamera pengawas,
tetapi juga berhasil menekan reaksi 'menyadari' agar tidak terlihat oleh
orang-orang di sekitarnya.
Sepertinya
memang begitulah keluarga Shigenin. Jika ini orang biasa, mungkin mereka akan
melewatkannya, tetapi karena aku, yang penuh rasa benci dan cemburu, mengawasi,
tidak mungkin aku melewatkan ketidaknyamanan sekecil apapun.
“…Kalau
begitu, satu-satunya pilihan adalah mempercepat rencana. Apa persiapannya sudah
siap?”
“…Tidak
ada masalah.”
“Seperti
yang kuharapkan.”
Setelah
memastikan bahwa persiapan Otoha memang sudah selesai, aku mengirim pesan
kepada Kazami.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Eito)
Permainan
raja sudah mulai memanas.
“Maaf
membuat Anda menunggu. Ini adalah
minuman tambahan.”
Dengan
suara yang familiar, pelayan membawa minuman berwarna cerah yang dituangkan ke
dalam gelas. Ketika melihat
wajahnya, kami, siswa dari Akademi
Tenjouin, serentak menunjukkan
keterkejutan.
“Eh,
Tendou-san?”
“Oh?
Kebetulan banget bisa bertemu kalian semua di sini.”
Ya. Orang yang membawa minuman itu adalah Ojou yang entah kenapa mengenakan
seragam restoran ini.
“O-Ojou!?
Kenapa kamu berpakaian seperti itu...?”
“Tentu
saja. Karena aku bekerja di sini.”
“Kamu
bekerja di sini!? Ojou!?”
“Ya.
Sekalian belajar tentang masyarakat, aku bekerja paruh waktu hanya selama
liburan musim panas.”
Apa yang
terjadi? Putri dari grup Tenjou
yang terkenal bekerja paruh waktu di kafe.
...Tidak.
Mungkin itu adalah pertanda yang
baik. Hal ini tidak pernah terpikirkan saat aku ada di sampingnya. Sebaliknya,
bisa dibilang hasil dari kepergianku sudah mulai terlihat. Meski begitu, mau tak mau aku merasa cemas dan sedikit
tertekan...
“Selain itu,
bukan hanya aku saja yang
bekerja di sini.”
“…Maaf
menunggu. Ini adalah pesanan kentang goreng.”
Dan yang
meletakkan tumpukan kentang goreng di meja adalah,
“Otoha-san
juga!?”
“…Ya.
Aku bekerja paruh waktu.”
“Ke-Kenapa...?”
“…Untuk
pengalaman hidup.”
“Begitu...?”
Otoha-san adalah seorang artis, jadi
memang benar bahwa dengan mengumpulkan pengalaman hidup, lagu-lagunya bisa
menjadi lebih beragam. Mungkin.
“Eh...
apa kamu jangan-jangan, Habataki Otoha-san...?”
“…Iya,
benar.”
“Mustahil,
yang asli!?”
“…Iya,
yang asli.”
Wow, seperti yang diharapkan dari seorang
diva. Sepertinya orang-orang dari Akademi
Houraiou juga mengenal nama 'Habatki Otoha'. Para wanita tampak
terkejut dan bersemangat dengan kemunculan diva yang tiba-tiba.
“Oh iya.
Mumpung ada kesempatan
begini, bagaimana kalau Tendou-san dan Habataki-san juga ikutan? Acara
kencan buta ini.”
“Maaf.
Sebenarnya, aku sedang bekerja sekarang...”
Ojou tampak sangat menyesal dengan
ajakan teman sekelas pria. Namun, sepertinya dia segera mendapatkan ide dan
menyatukan tangannya.
“Tapi
sebagai pegawai di sini, aku
mungkin bisa membantu meramaikan kencan buta
kalian.”
“Membantu?”
“Ya.
Misalnya... menyiapkan menu spesial.”
“Menu
spesial? Memangnya hal semacam itu
ada?”
Menanggapi
pertanyaan dari teman laki-laki sekelasnya, Otoha-san mengangguk dengan
antusias.
“…Masih
ada beberapa yang dalam tahap percobaan. Karena ini kesempatan yang baik,
sepertinya mereka ingin semua orang mencobanya dan mendengar pendapat kalian.”
“Hee.
Rasanya aku mulai tertarik.”
“Aku
juga. Ada apa saja?”
“Tunggu
sebentar. Aku akan memberikan daftar menunya sekarang.”
Setelah
itu, Ojou mulai membagikan daftar menu
kepada semua orang.
“Hei,
Yukimichi.”
“Apa?”
“…Apakah
ada daftar menu untuk menu spesial yang masih dalam tahap percobaan? Dan kenapa
ada jumlah yang cukup untuk semua orang...?”
“Itu
karena kamu belum tahu apa itu 'remaja laki-laki biasa'.”
“Begitu?”
“Ya,
benar.”
Mungkin
ini hal yang normal dan hanya aku saja yang tidak mengetahuinya.
“Ini dia,
Eito.”
“Terima
kasih, Ojou.”
Ketika aku
membuka daftar menu spesial yang diterima dari Ojou,
aku melihat:
- Foto
dua orang dengan pelayan di dalam ruangan pribadi, seperti pasangan kekasih
-
Permainan Pocky dengan pelayan di dalam ruangan pribadi, dengan suasana mesra
- Tidur di pangkuan pelayan
di dalam ruangan pribadi, dengan lagu pengantar dari diva~
………………?......??..........?????..............
“…Hei,
Yukimichi.”
“Itu
karena kamu belum tahu apa-apa tentang 'remaja laki-laki biasa'.”
Sebelum
aku bisa berbicara, dia sudah mengatakannya dengan nada meremehkan. Memangnya ada hubungannya dengan dua
karakter 'penutupan' yang muncul di pikiranku?
Tapi
mengapa, di dalam ruangan pribadi... apa mungkin menu spesial lainnya juga
memiliki konten yang sama?
“Oi,
mau pilih yang mana?”
“Ya,
sepertinya... 'Clubhouse Sandwich' ini terlihat enak.”
…Bukannya itu terlalu
berbeda dari menu spesialku?
“Umm,
Ojou. Otoha-san.”
“Ada
apa, Eito?”
“…Kamu sudah memutuskannya?”
“Tidak,
itu... sepertinya ada yang aneh dengan menunya...”
“Rekomendasi
ku adalah permainan Pocky.”
“…Aku
merekomendasikan bantal pangkuan.”
Mustahil...!
Apa ini dianggap sebagai menu yang normal!?
“Ara~ara.
Sepertinya Eito masih
bingung.”
“…Kalau
begitu, kamu bisa memikirkannya dengan
tenang di ruangan pribadi.”
“Bagaimana
kalau kita coba semuanya?”
“…Itu
ide yang bagus.”
Wajah
Otoha-san dan Ojou terlihat ceria di permukaan.
Namun, ada tekanan misterius yang mereka
pancarkan.
Selain
itu, karena aku duduk di ujung, sepertinya aku akan terseret begitu saja...
eh?
(Shigenin-sama mendadak menghilang...?)
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Shigenin Miu)
“Haah...”
Aku duduk
di tepi air mancur di alun-alun stasiun yang menjadi tempat berkumpul pagi ini sambil mengamati kerumunan di hari
libur.
“Apa
yang sedang kulakukan...?”
Begitu
Tendou Hoshine muncul, suasana di
tempat itu berubah seketika.
Para pria
dari Akademi Tenjouin semuanya terpikat oleh
Hoshine, dan bahkan ketertarikan anak-anak dari Akademi
Houraiou pun teralihkan oleh
kedatangan 'diva' yang asli,
Habataki Otoha.
Tak ada
yang lagi memperhatikan diriku.
…Ketika
menyadari hal itu, aku merasa seperti satu-satunya yang terasing di tempat itu.
Karena sudah tidak tahan lagi dengan suasana itu,
aku akhirnya keluar dari toko.
Ternyata
tidak ada yang menyadari kehadiranku, dan itulah pukulan yang mengejutkan.
“Ini
selalu terjadi padaku....”
Mungkin
aku memang cerdas. Tapi itu hanya sekedar
'cerdas' saja. Tidak peduli seberapa
keras aku mencoba, apapun yang
kulakukan, aku tidak bisa mengalahkan mereka yang benar-benar 'jenius' seperti
mereka.
“…………”
Orang-orang
berlalu lalang. Dunia terus berlalu di
depan mataku, tanpa ada yang menyadari
keberadaanku.
“…………Sungguh,
aku mirips seperti orang bodoh.”
Sekalipun
aku mempersiapkan segalanya dengan penuh
semangat dan bahkan bertekad untuk memanfaatkannya, hatiku hancur dengan mudahnya.
Sejak
awal aku sudah tahu. Aku tidak bisa mengalahkan Tendou Hoshine.
Semua
orang hanya melihat 'jenius' seperti Tendou
Hoshine dan Habataki
Otoha.
Tak ada
yang memperhatikanku――――……
“Akhirnya ketemu juga,
Shigenin-sama.”
“…………Eh?”
Aku
mengangkat wajahku yang tadinya tertunduk.
“…………Yagiri-sama? Kenapa kamu bisa ada di sini…?”
“Aku khawatir karena Shigenin-sama
tiba-tiba menghilang, jadi aku mulai mencarimu.”
“Apa
kamu menyadari bahwa aku menghilang?”
“Bukannya
itu sudah jelas?”
Mendengar
itu, aku sedikit merasa senang, tapi aku segera mengingatkan diriku bahwa ini
hanya kebahagiaan semu.
“…………Maaf.
Aku hanya ingin merasakan angin luar sedikit. Aku baik-baik saja, jadi silakan
kembali, Yagiri-sama.”
“Tapi……”
“Jika
tentang diriku, aku benar-benar baik-baik saja. …Lagipula, Yagiri-sama juga pasti ingin
kembali ke sisi Hoshine-sama, ‘kan?”
“Kenapa
tiba-tiba membahas Ojou…?”
“Hoshine-sama
memiliki nilai yang lebih tinggi dariku, dan dalam olahraga pun aku tidak
pernah bisa mengalahkannya. Penampilannya juga sangat cantik…”
“Memang
benar bahwa nilai Ojou lebih tinggi, tapi Shigenin-sama
juga selalu menduduki peringkat kedua dalam ujian nasional setiap tahun. Selain
itu, pada ujian terakhir, kamu berhasil mengurangi kesalahan dan meningkatkan
nilaimu.”
“……Apa
kamu tahu tentang nilai akademisku?”
“Tentu
saja. Namamu selalu terdaftar bersamaan dengan Ojou.
Setiap tahun kamu mengurangi kesalahan dan meningkatkan nilai… aku pikir kamu
sangat pekerja keras.”
Apa ia
memperhatikan sampai sejauh itu…? Aku mengira ia hanya melihat Tendou Hoshine.
“Untuk
olahraga, kamu hanya pernah bertanding tenis di masa lalu, ‘kan? Sepertinya kamu sudah berlatih
dan meningkatkan kemampuanmu, jadi mungkin hasilnya akan berbeda sekarang.”
“Kenapa
kamu tahu hal-hal seperti itu…!?”
“Aku
sudah mendengar rumor saat pesta.”
Rumor
seperti itu, jika dibandingkan dengan Hoshine, pasti kecil dan segera
terlupakan. Meskipun begitu… Yagiri-sama
menyimpannya di hatinya.
“Dan…
penampilanmu juga.”
Tiba-tiba,
Yagiri-sama mengulurkan tangannya. Aku
secara otomatis menutup mata. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya, tapi
aku merasa baik-baik saja dengan itu. Aku menerima tangannya.
Pandanganku menjadi gelap. Aku merasakan
kehadiran tangan Yogiri-sama berpindah ke arah kepalaku――――dan segera
menjauh.
“…………?”
Aku
membuka mata. Ternyata jarinya sedang memegang daun yang entah dari mana
datangnya, mungkin terbang karena angin. Sepertinya daun itu menempel di
kepalaku.
“Menurutku
kamu sangat cantik.”
“It-Itu
pasti bohong…”
“Aku sama
sekali tidak berbohong.
Saat pesta kemarin, penampilanmu dalam gaun itu juga sangat cantik. Terutama
hiasan rambut dengan batu permata biru itu sangat cocok untukmu.”
Aku ingat
pesta itu dengan jelas. Aku mengenakan hiasan rambut favoritku dan berusaha
semaksimal mungkin. Hasilnya, perhatian tetap tertuju pada Tendou Hoshine.
Saat itu,
aku pikir tidak ada yang memperhatikanku…
“…………Yagiri-sama, kamu benar-benar
memperhatikan sekeliling, ya?”
“Karena itu
bagian dari pekerjaanku.”
Benar.
Aku tidak boleh salah paham. Dia tidak hanya melihatku. Memperhatikan sekeliling adalah
tugasnya.
“…………Namun,
sepertinya aku lebih
memperhatikan Shigenin-sama. Karena kamu
memang mencolok.”
“Aku…?”
“Ya.
Usahamu yang keras membuatmu selalu bersinar terang.”
Yagiri-sama menambahkan, “Oh, dan,” sambil mendekatkan wajahnya ke
telingaku.
“…Ini
rahasia di antara kita, tapi baik dalam
belajar maupun olahraga, aku juga terinspirasi oleh usaha Shigenin-sama.”
“Ak-Aku…?”
“Ya.
Entah kenapa, aku merasa ingin berusaha lebih keras.”
Melihat
senyumnya yang malu-malu, ada sesuatu yang menghangat di dalam hatiku.
…Aku
merasa bahagia. Meskipun aku tidak bisa mengalahkan Tendou Hoshine dan tidak diakui oleh
siapa pun… orang ini melihatku.
Ia
tidak melihatku sebagai 'anak malang yang
dibandingkan dengan Tendou
Hoshine' atau 'anak yang tidak bisa mengalahkan Tendou Hoshine',
tetapi sebagai 'Shigenin Miu'.
Rasa
bahagia itu luar biasa, dan semua usaha yang kulakukan seolah terbayar.
“…………Yagiri-sama, boleh aku meminjam
sedikit tubuhmu?”
“…………Tentu
saja, tidak masalah.”
Permintaan
mendadak itu diterima begitu saja
oleh Yagiri-sama. Aku bersandar pada
dadanya. Jika tidak, aku akan menangis. Sebenarnya, air mataku sudah mulai
mengalir. Aku tidak ingin orang ini
melihatnya. …Mungkin Yagiri-sama
sudah menyadari itu, tapi ia tetap diam dan membiarkanku. Setelah beberapa
saat, ketika akhirnya aku mengangkat wajahku… ada kesadaran yang muncul dalam
diriku.
“…………Maafkan
aku, Yagiri-sama. Aku telah menunjukkan
diriku yang memalukan.”
“Itu tidak
benar sama sekali.”
"Hehe.
Terima kasih. Dan… boleh aku meminta sesuatu?”
“Apa
itu?”
“…Mulai
sekarang, boleh aku memanggilmu dengan
panggilan 'Eito-sama'? Dan tolong panggil saja aku 'Miu'.”
Ia
menunjukkan ekspresi sedikit terkejut, tetapi segera tersenyum lembut,
“Baiklah.
Tidak masalah… Miu-san.”
Mendengar
dirinya memanggil namaku membuat hatiku hangat dan
bergetar.
Aneh.
Hanya dengan dipanggil nama saja bisa membuatku merasa begitu bahagia…
““――――Apa yang sedang kalian berdua lakukan
di sana…?””
Aku secara
spontan menoleh ke arah suara seruan itu.
Mungkin
karena mereka berlari dengan sekuat tenaga, di sana aku
mendapati Tendou
Hoshine dan Habataki Otoha
yang terlihat ngos-ngosan.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
(Sudut
Pandang Shigenin Miu)
――――Berbicara tentang
Tendou Hoshine, tidak ada seorang pun yang tidak mengenalnya di
kalangan kelas atas.
Keunikannya
menonjol tidak hanya di kalangan rakyat
biasa, tetapi bahkan di antara mereka yang berada di atas.
Kecantikannya
seperti dewi.
Kecerdasannya
seperti mahardika.
Istilah
sempurna seolah-olah
diciptakan untuknya, dan sebenarnya aku belum pernah melihat seorang pemenang
yang lebih dari sekadar gadis bernama 'Tendou Hoshine'.
Dan
aku.
Dengan
bodohnya terus-menerus merasa minder terhadap
Tendou Hoshine, aku secara sembarangan
merasakan kekalahan.
Namun.
“…………Hei.
Eito.”
“Y-Ya…?”
“Apa yang
sebenarnya sedang kamu lakukan
di sana?”
Tendou Hoshine berusaha keras untuk menahan
sesuatu sambil tetap mempertahankan senyum cerahnya. Eito-sama sepertinya tidak
mengerti apa-apa, tetapi aku bisa merasakannya.
Dia
merasa cemburu.
Tendou Hoshine yang begitu
sempurna.
Seorang
gadis yang merupakan dewi, bijak, dan seperti personifikasi dari
kesempurnaan.
Dia merasa cemburu padaku.
(Apa ini…
Tendou Hoshine?)
Aku tidak
mempercayainya.
Begitu
tidak sempurnanya dirinya saat
ini.
“Ap-Apa
yang bisa kukatakan…? Aku khawatir karena Shigenin-sama tiba-tiba menghilang,
jadi aku mencarinya. Apalagi sebagai putri keluarga Shigenin, ada kemungkinan upaya penculikan dan bahaya lainnya…”
“Fuh~~~~~~~~~~~n? He~~~~~~~~~~~~h?”
“Uh…
O-Ojou…?”
“…………Eito.”
“O-Otoha-san…”
“……Putri
keluarga Shigenin tiba-tiba menghilang. Mempertimbangkan kemungkinan penculikan
adalah hal yang bisa dimengerti.”
“Be-Begitu
ya. Aku senang mendengarnya.”
“…………Lalu,
kenapa kau begitu dekat dengannya?”
“Eh?”
Yang
dimaksud Habataki Otoha pasti
mengacu posisiku yang bersandar pada dada Eito-sama.
Apa Tedou Hoshine dan Habataki Otoha merasa tidak senang karena
ini? Hanya karena hal sekecil ini?
Ojou
yang sempurna dan diva terkenal itu?
Semua
tampak terganggu oleh hal ini.
“Tidak,
eh… ini…”
“Akulah yang memintanya.”
Dengan
penjelasanku yang seolah memberi pertolongan, wajah Eito-sama tampak lega. Namun, aku tetap memeluk lengannya
dan semakin mendekat. Aku menempelkan dadaku yang cukup besar padanya.
““――――…....””
Sepertinya aku mendengar suara yang mirip seperti letupan dari
kedua orang di depanku.
Eito-sama
sepertinya merasakan perubahan suasana mereka. Meskipun tidak mengatakan
apa-apa, ia berkeringat dingin.
“Aku
merasa sedikit tidak enak badan…”
“Walah,
walah, ya ampun, itu mengkhawatirkan. Aku akan segera memanggil dokter
hebat untuk membantu, jadi cepatlah pergi dari sana
sekarang juga.”
“…Tenang
saja. Jika kamu tidak bisa berjalan, kami akan mengangkatmu ke dalam mobil.”
“Kalian
berdua tidak perlu khawatir. Berkat perawatan lembut Eito-sama,
aku merasa lebih baikan.”
““E-Eito-sama…!?””
Melihat
kedua orang yang begitu mudah terkejut, aku merasa sedikit lega. Pada saat yang sama, semua
ketegangan yang selama ini aku rasakan tampak konyol.
(…Oh,
jadi Tendou
Hoshine juga sama.)
Ojou-sama
yang sempurna. Itu hanya salah satu sisi dirinya.
Seorang
gadis yang bisa terganggu hanya karena ada gadis lain di dekat pria yang
disukainya.
Itu juga
pasti salah satu sisi dirinya.
Dia juga
hanya manusia biasa. Tidak hanya sempurna.
Setelah
menyadari itu—hatiku merasa lebih ringan.
“…Eito-sama.
Boleh aku meminta satu hal lagi?”
“Permintaan,
ya?”
“Jika
itu permintaan, bukan hanya Eito, tetapi seluruh kekuatan keluarga Tendou akan mengabulkannya.”
"…Jangan
ragu untuk mengatakannya. Bukan hanya Eito, tetapi kami akan mendengarkan.”
Melihat mereka berdua yang jelas-jelas panik,
aku merasa sedikit nakal.
“Hehe.
Itu sungguh tawaran yang menyenangkan,
tetapi ini adalah sesuatu yang hanya dilakukan Eito-sama
. …Eito-sama, boleh aku meminjam
pendengaranmu sebentar?”
“Y-Ya… silakan.”
Eito-sama
yang percaya bahwa aku akan memberitahunya sesuatu dengan suara pelan,
mendekatkan wajahnya dengan tidak berdaya. Aku mendekatkan wajahku bukan ke
telinganya, tetapi ke pipinya—dan kemudian, dengan lembut, aku menyentuh
pipinya dengan bibirku.
“Eh?”
““――――Eh???””
Suasananya begitu sunyi seolah-olah waktu terhenti dalam
keheningan. Aku
sama sekali tidak merasa bersalah, hanya menambahkan senyuman anggun sebagai
seorang wanita.
“Hehe…
ini hanya sebagai ucapan terima kasih dariku.”
Eito-sama
tampaknya kehilangan kata-kata.
Dirinya terdiam dengan wajah bingung,
begitu pula dengan Tendou Hoshine dan Habataki Otoha.
“Ka-Kamu,
baru saja… me-mencium… apa kamu… baru
saja mencium Eito…?”
Tendou Hoshine bertanya sambil gemetaran, dan aku
membalas dengan senyuman nakal.
“Ya.
Dari reaksimu… hehe. Sepertinya aku yang pertama di sini?”
“~~~~~~~~…!”
Sepertinya
itu mengenai sasaran. Melihat Tendou
Hoshine yang gemetaran dengan wajah yang merah padam, aku
ingin membayar biaya tontonan.
“Baiklah,
semuanya, selamat tinggal.”
Setelah
memberikan penghormatan yang anggun, aku perlahan meninggalkan tempat itu.
“Aw-Awas
saja nanti, dasar kucing garong――――――――!”
Teriakan
Tendou Hoshine yang terdengar seperti
seruan anjing yang kalah membuatku tidak bisa menahan tawa.
“Aku
tidak pernah menyangka bahwa aku akan mendapatkan kemenangan
pertama darinya dengan
cara seperti ini.”
Saat aku menaiki mobil keluarga Shigenin yang
menunggu di dekatnya, aku menggigit bibirku, merasakan kehangatannya.
“…………Aku tidak akan menyerahkan 'orang yang pertama' bagi Eito-sama.”


