Bad-end go no Heroine Vol 2 Chapter 6 Bahasa Indonesia

Chapter 6 — Iblis

 

Sehari setelah aku berdiskusi  dengan Nona Sarasa. 

Ketika aku dan Fine mendekati tangga akademi yang sangat besar, seorang gadis seumuran kami mengenakan pakaian biasa berdiri di depan kereta dengan sebuah koper di dekat kakinya. Dia sedang berbicara dengan seorang siswi sleeve-holder dan seorang wanita yang tampaknya adalah pelayannya sambil menahan air mata. 

“Liese, aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa melindungimu.

“Kamu tidak perlu minta maaf, Onee-sama. Semuanya terjadi karena hatiku yang lemah. Akulah yang salah. Jadi, tolong, di malam pesta nanti, temukanlah pria yang luar biasa...

Ya, ya! Aku berjanji. Aku pasti akan bertemu dengan pria yang pantas untukku sebagai putri Earl Randell, dan membuat keluarga Randell menjadi makmur...! 

Siswi sleeve-holder itu menggenggam tangan gadis berpakaian sipil dan berbicara sesuatu, tetapi kemudian dia terisak-isak dan tidak bisa berkata-kata. Gadis berpakaian sipil itu memeluknya dengan lembut, lalu mengalihkan pandangannya ke pelayan wanita yang berdiri di dekat mereka. 

Gelda, tolong jaga dan lindungi Onee-sama. 

Ya, pasti...!

Setelah mendengar kata-kata pelayan wanita itu, gadis berpakaian sipil itu menutupi wajahnya dan naik ke dalam kereta. 

“Umm, apa itu...? 

Ah, itu merupakan pengunduran diri sukarela akibat dampak dari insiden Elise yang sering terjadi belakangan ini. Tapi, dalam kasus mereka, mungkin mereka diserang dengan cara yang berbeda. 

Dia adalah siswi sleeve-holder yang memutuskan untuk tetap tinggal di akademi, aku ingat pernah melihatnya beberapa kali bersama Elise. 

Sementara itu, mantan siswi yang diduga adalah adiknya, aku belum pernah melihatnya di dekat Elise. 

...Mungkin, mereka yang menyimpan dendam terhadap siswi sleeve-holder itu memilih untuk menyakiti adiknya daripada langsung menyerangnya, untuk memberikan dampak yang lebih besar. 

Ini adalah metode yang sering digunakan dalam perebutan kekuasaan di kalangan bangsawan, tetapi jika sudah mulai melakukan hal seperti itu sejak masih menjadi siswa, apa itu pertanda masa depan yang cerah atau justru sebaliknya? 

Ketika aku menjelaskan hal ini kepada Fine, dia mengerutkan kening dengan ekspresi setengah marah dan setengah merasa bersalah. 

Jadi, hal seperti itulah yang terjadi...?

Alangkah baiknya jika aku bisa menganggap ini semua sebagai perbuatan iblis. Tidak, pada dasarnya, siapa yang bisa benar-benar mengatakan bahwa iblis dan manusia itu benar-benar jahat...? 

(Sudah, sudah. Tidak ada gunanya memikirkan hal-hal yang filosofis seperti itu. Yang seharusnya diutamakan adalah...) 

“Meski begitu, sekarang sudah saatnya untuk 'pesta malam perjodohan', ya? Tahun ini pasti akan menjadi lebih tegang dari biasanya, dan mungkin kita juga akan terlibat di dalamnya...

Aku berpura-pura menghela napas dengan dramatis supaya Fine tidak terlalu memikirkan hal tadi. 

Pesta perjodohan? Apa itu?

Secara resmi, itu hanyalah semacam pertemuan pribadi yang diselenggarakan oleh putra dan putri bangsawan besar. Jika berasal dari keluarga dengan gelar lebih tinggi dari earl, mereka bisa ikut tanpa syarat, tapi bagi yang memiliki gelar lebih rendah, mereka harus diundang oleh bangsawan besar untuk bisa berpartisipasi. Kamu bisa menganggapnya sebagai versi skala lebih besar dari upacara penghargaan. 

Tapi kita tidak memenuhi syarat untuk diundang, kan? Dan pesta itu juga diadakan oleh individu, jadi kita tidak perlu hadir, bukan?

Pertama-tama, aku tadi bilang 'secara resmi', kan? Pertemuan ini melibatkan kepala akademi, orang-orang dari istana, kerabat dari siswa yang menyelenggarakan, dan kadang-kadang bahkan anggota kerajaan. Jadi, jika kita menolaknya, hal itu bisa merusak pandangan baik dari bangsawan besar. Oleh karena itu, siswa dengan status di atas earl pasti akan menerima undangan, dan meskipun mereka tidak mau, jika undangan itu sampai ke mereka, mereka wajib hadir.

Ah, begitu rupanya... Tapi belum tentu juga kalau kita menerima undangan—” 

Siswa yang dipanggil ke upacara penghargaan biasanya diundang setiap tahun. Ditambah lagi, ada penanganan terhadap insiden terorisme. Jadi, bisa dibilang hampir pasti kita akan menerima undangan. Selain itu... 

“Selain itu?

...Tidak, bukan apa-apa. Maksudku, kita harus bersiap-siap untuk terlibat dalam acara semacam itu.

Setelah mengatakan itu dan memotong pembicaraan dengan paksa, aku mendorong Fine untuk segera pergi menuju akademi. 

Dalam permainan [Kizuyoru], event 'pesta malam perjodohan' adalah acara untuk menyesuaikan tingkat kesukaan. 

Dalam [Kizuyoru], karakter dengan tingkat kesukaan tertinggi terhadap Fine adalah yang harus dilalui untuk membuka rute, tetapi itu tidak selalu cocok dengan karakter yang ingin dijadikan target pemain. 

Acara 'pesta malam perjodohan' disiapkan untuk menyesuaikan hal itu, di mana jika pemain memilih karakter yang mereka sukai untuk bersama, tingkat kesukaan karakter tersebut terhadap Fine akan meningkat, sementara tingkat kesukaan karakter lain yang tidak terpilih akan menurun. 

Dengan cara ini, pemain bisa memasuki rute karakter yang mereka inginkan, tetapi ada juga pemain yang menyalahgunakan sistem ini untuk menjaga tingkat kesukaan setiap karakter tetap sama, sehingga mengarah pada ending yang buruk. 

Mungkin ada beberapa perbedaan di dunia nyata, tetapi dapat dipastikan bahwa Fine akan diundang ke pesta malam ini. 

Masalahnya, mungkin ada beberapa orang yang akan mencoba menyakiti Fine.

Berbeda dengan permainan, Fine yang ada di dunia ini menjadi lebih waspada karena sudah mengalami bad ending sekali, tetapi dia masih belum terbiasa dengan realitas masyarakat aristokrat. Karena kekuatan dan latar belakangnya, mungkin ada orang-orang jahat yang mengincarnya.

Meskipun aku sudah mengatakan hal itu kepada Fine, tetapi untuk mencegah orang-orang yang mencurigakan mendekat, mungkin seharusnya aku menyiapkan berbagai cara agar dia bisa menolak undangan?

(Hah, rasanya terlalu banyak yang harus dipikirkan dan dilakukan... Seandainya ada orang yang bisa aku percayai dan berbagi semua informasi yang kumiliki.)

Kekacauan yang dilakukan Elise dan empat idiot itu benar-benar terlalu besar. Mengingat para reinkarnator telah melakukan hal sebesar itu, tidak ada jaminan bahwa reinkarnator lain tidak akan melakukan hal yang sama.

Entahlah, aku tidak tahu apa ada reinkarnator lain selain aku dan Elise. Pada awalnya, aku mengira Nona Sarasa terlalu berbeda sehingga dia mungkin seorang reinkarnator, tetapi sepertinya dia hanya seorang jenius yang muncul secara alami.

Saat aku merenungkan hal-hal ini, Fine mendekat dan berbicara padaku dengan ekspresi serius.

Umm, Ash-san.”

“Hmm, ada apa?”

“...Tentang makan siang hari ini, aku ingin makan berdua dengan Valen-san. Aku ingin meminta maaf karena telah mengucapkan banyak hal egois sebelumnya.”

...Fine dan Agnes akan makan siang berdua.

Jika ini dalam permainan, hal itu tidak akan menjadi masalah, bahkan bisa dibilang itu pemandangan yang biasa. Namun, memikirkan bahwa di dunia ini, dan Agnes yang mungkin dirasuki oleh iblis, membuatku merasa cemas...

“...Baiklah. Tapi itu akan dilakukan dalam jangkauan pandangku. Aku tidak akan mengganggu kalian dan berusaha untuk tidak muncul di depan Fine dan yang lainnya, tetapi jika kalian merasa bahaya, segera lari dan panggil aku. Ini adalah syarat yang harus dipatuhi, setuju?”

“Y-Ya! Aku pasti akan mematuhinya! Kalau begitu, sebaiknya kita putuskan di mana kita akan makan siang terlebih dahulu, bukan?”

“Benar. Hmm, kalau begitu, bagaimana kalau di teras kantin? Di sana, jika terjadi sesuatu, kita bisa segera melarikan diri ke luar, dan sedikit berisik juga tidak masalah.”

“Berisik... baik, aku mengerti!”

Fine menjawab dengan sedikit bingung, tetapi dia memberi hormat saat menjawab.

“Kalau begitu, aku akan menyerahkan kotak makan siang sekarang. Makan siang hari ini adalah sandwich.”

Ohh, sandwich, ya! Makanan Fine selalu enak, jadi aku tidak sabar untuk memakannya sekarang!”

“Hehe, aku senang mendengarnya. Oh, kalau begitu aku pergi dulu ya...”

“Hmm. Aku akan memberitahumu lagi, jika kamu merasa dalam bahaya, pastikan kamu lari dan panggil namaku.”

Iya!”

Setelah mengatakan itu, Fine menyerahkan kotak makan siangnya padaku, lalu melambai ringan sambil menuju gedung sekolah.

(...Nah, Fine dan Agnes akan makan siang berdua. Semoga semuanya berjalan lancar.)

 

(Sudut Pandang Fine)

 

Baru-baru ini, aku, Fine Staudt, mendengar tentang kelas Agnes Valen-san dari teman sekelas yang sudah akrab denganku. Aku memanfaatkan waktu istirahat untuk mengunjungi kelasnya, atau lebih tepatnya ke dekat kelas tersebut.

Valen-san mungkin dirasuki oleh iblis. Apa yang dikatakan Ash-san dan Enforcer-san mungkin benar. Namun, aku tetap ingin berbicara dengannya. Selain ingin meminta maaf atas kesalahanku sebelumnya, aku juga tidak bisa mengabaikannya.

Tatapan yang dia berikan saat kami bertemu itu, aku merasa sangat familiar.

Tolong jangan ikut campur. Aku ada di sini karena menyukainya.”

...Tatapan matanya sama persis dengan tatapanku ketika dikhianati oleh Elise, dibenci oleh orang-orang di sekitarku, dan putus asa terhadap segalanya.

Itulah sebabnya aku tidak bisa mengabaikannya. Aku tidak ingin mengabaikannya begitu saja. Dengan pemikiran itu, aku datang ke sini...

(Tapi rasanya benar-benar bikin gugup... Tapi karena aku sudah meminta bantuan Ash-san, aku harus berusaha!)

Aku menarik napas dalam-dalam untuk menguatkan diri, lalu membuka pintu geser kelas tempat Valen-san berada.

“Permisi. Apa Agnes Valen-san ada di sini?”

“Sta-Staudt-san!?”

Saat aku masuk ke dalam kelas, Valen-san yang duduk dekat pintu terlihat sangat terkejut ketika melihat wajahku dan datang mendekat dengan sedikit panik.

“A-Anu, ap-apa kamu ada urusan denganku!? Ap-Apa jangan-jangan tentang kejadian sebelumnya...!?”

Eng-Enggak kok. Hari ini, aku ingin makan siang bersama Valen-san. Tentu saja, jika kamu memiliki rencana lain, aku tidak akan memaksa—”

Ma-Makan siang bersama!? Dengan orang sepertiku?! Ka-Kamu yakin!? Ak-Aku sangat senang, silakan!”

Te-Terima kasih. Jadi, apa kita bisa bertemu di depan kantin saat istirahat makan siang nanti?”

Iy-Iya, bisa. ...Ah, jika kita makan di kantin, itu berarti aku harus menyiapkan biaya makan untuk Staudt-san, kan...?”

Pada saat itu, sorot mata Valen-san yang sebelumnya sangat senang berubah menjadi dingin dan gelap, dan dia bertanya dengan suara pelan, tampak sangat ketakutan.

Jangan khawatir. Aku sudah menyiapkan makan siangku sendiri.”

Be-Begitu, ya...? Kalau begitu, aku akan menemani Staudt-san untuk makan siang...!”

Iya. Kalau begitu, sampai jumpa lagi di kantin saat istirahat nanti.”

“Y-Ya!”

Setelah melihat jam dan menyadari bahwa aku harus kembali ke kelas, aku memberi sedikit penghormatan kepada Valen-san sebelum kembali ke kelasku.

 

 

“Fine Staudt... Kehadiran orang rendahan seperti itu di sekolah ini sangat menjengkelkan...”

“Dia mendapat penghargaan sebagai salah satu yang berprestasi dalam ujian keterampilan dan juga berperan aktif dalam penanganan terorisme, sepertinya para bangsawan dari keluarga Duke menunjukkan minat padanya.”

“Mengesampingkan masalah penyihir, Ngomong-ngomong soal penyihir, keberadaan orang seperti itu di sini mencoreng martabat kita, jadi aku ingin mengusirnya. Namun, mari kita tutup mata dan memanfaatkan rakyat jelata itu untuk mengeluarkan gadis miskin tersebut.”

 

(Sudut Pandang Ash Leben)

 

“Woahh, rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat Ash makan sendirian. Ada apa? Apa kamu lagi bertengkar dengan Fine-chan?”

Pada jam istirahat makan siang, ketika aku sedang menyantap bekal makan siang sandwich yang dibuat Fine, Ian mendekatiku dan berkata seperti itu.

Ngomong-ngomong, hidangan yang aku makan sekarang adalah sandwich telur, dengan telur dadar yang tipis, saus aurora, dan selada, rasanya sangat enak. Mungkin aku akan memintanya lagi lain kali.

Ya enggaklah. Sepertinya hari ini dia ingin makan bersama teman-temannya, jadi kebetulan aku makan sendirian.”

“Hmm. Terlepas benar atau enggaknya, tapi ada bagusnya bahwa Nona Fine bisa bersosialisasi dengan orang lain selain kita.”

“Ya, mungkin.”

Sebelum liburan musim panas, atau lebih tepatnya sebelum duel itu, perlakuan para murid terhadap Fine benar-benar buruk. Dia bahkan dengan tegas mengatakan bahwa dia suka berada di gang belakang.

Meskipun tidak pasti apa dia bisa berteman dengan Agnes, tampaknya dia sudah memiliki teman sekelas yang bisa dia ajak bicara dengan baik, jadi situasi di sekelilingnya mungkin sudah membaik.

Jika memang begitu, mungkin dunia yang pernah mengalami bad ending ini bisa dibawa ke jalur normal ending. Perbedaan antara normal ending dan good ending dengan masing-masing target yang bisa didekati adalah apakah kita benar-benar terikat dengan target tersebut atau tidak. Dan mengingat target tersebut sekarang sudah menjadi buronan, tidak ada manfaat sama sekali untuk terikat dengan mereka.

...Namun, aku tidak merasa nyaman jika harus melibatkan Fine dalam pertarungan melawan raja iblis. Aku ingin dia menjalani kehidupan yang bahagia dan normal, tanpa peduli pada gelar sebagai Saintess, tetapi kekuatan Saintess mungkin diperlukan dalam pertempuran melawan raja iblis...

“Ngomong-ngomong, Ash, sebentar lagi undangan akan mulai dikirim. Bagaimana denganmu?”

“...Mereka telah mengirimkan lusinan undangan yang memintaku dan Fine untuk berpartisipasi.”

“Oh, itu sih...”

Aku mengatakan kepada Fine bahwa “mungkin undangannya akan datang,” tetapi sebenarnya undangan itu sudah tiba. Dan semua undangan itu berasal dari keluarga Duke, Marquis, dan Count yang berpengaruh.

Ketika mengikuti pesta malam perjodohan, kita harus memilih satu undangan dari sekian banyak dan menuju ke lokasi, jadi rasanya semakin berat.

“Lalu, bagaimana?”

“Aku ingin menolak dengan sopan, tapi kurasa aku tidak bisa melakukannya begitu saja. Oh iya, kita juga harus memakai jas atau gaun karena memakai seragam itu tidak diperbolehkan, kan?”

“Tujuannya juga untuk menunjukkan kekuatan masing-masing keluarga. Dan kali ini, karena keempat ksatria tidak hadir, persaingan antara keluarga semakin sengit akibat insiden Elise. Kupikir mereka akan menyiapkan jas atau gaun yang sangat mewah.”

Dengan kata lain, sudah pasti akan terjadi ketegangan yang luar biasa, ya. Haahhhh...”

Dalam situasi di mana fraksi utama dan fraksi anti-mainstream telah berganti tempat, mungkin ada sejumlah siswa yang tidak ingin berpartisipasi dalam pesta malam itu, tetapi jika mereka tidak ikut, mereka akan kehilangan kekuatan dan semakin dipandang rendah.

Di lokasi pesta, aliran utama yang saat ini telah berhasil bangkit dengan cara yang tidak terduga menunggu dengan senyum bahagia. Mau dilihat dari sudut pandang mana pun, hal tersebut jelas-jelas akan menimbulkan masalah.

(Seriusan, ada banyak hal yang tidak berjalan sesuai rencana...)

Saat aku memikirkan hal itu dan menghela napas berat, Fine dan Agnes muncul di kantin, dan mereka duduk di tempat teras seperti yang kami bicarakan pagi ini.

Untuk saat ini, aku memutuskan untuk menunda memikirkan tentang pesta perjodohan dan mengonsentrasikan perhatianku pada makan siang Fine dan Agnes.

 

(Sudut Pandang Fine)

 

“Kalau begitu, bagaimana kita makan di sini?

“Ah, iya...”

Setelah bergabung dengan Valen-san, aku duduk di tempat teras kantin sesuai janjiku dengan Ash-san.

Sedangkan Ash-san .... tampaknya ia sedang duduk di dalam gedung bersama Ian-san.

Setelah memastikan hal itu, aku merasa lega dan mengeluarkan bekal makan siangku dari tas.

“Ah, Staudt-san juga membawa bekal makan siang sendiri...?”

“Jadi, apa itu berarti Valen-san juga?”

Iy-Iya. Tapi, aku tidak yakin apa ini bisa disebut bekal makan siang...”

Sambil mengatakan itu, Valen-san mengeluarkan bungkusan kertas dari saku seragamnya dan membukanya, memperlihatkan roti hitam kecil yang jelas-jelas sudah dingin dan keras. Dia meletakkan kertas yang membungkusnya sebagai alas di meja.

“...Hanya itu saja?”

“Ah, iya. Bagiku, ini saja sudah cukup...”

Valen-san berkata begitu sambil tersenyum kecut, jelas-jelas memaksakan dirinya terlalu keras.

Umm, hari ini aku membuat terlalu banyak bekal makan siang, jadi jika kamu mau, apa kamu mau memakannya?”

“Eh, eh!? A-Aku bisa makan kotak makan siang yang terlihat enak itu...? Eh, tapi, itu akan membuat Staudt-san merasa tidak enak...”

“Aku sudah bilang sebelumnya, jika Valen-san mau memakannya, itu akan sangat membantuku. Jadi, silakan jangan ragu untuk memakannya.”

Saat aku mengatakan itu dan memberikan sandwich dengan isian tomat, ham, dan saus spesial, Valen-san menerima dengan mata berbinar dan langsung menggigitnya.

Ra-Rasanya enak banget! Ini adalah sandwich terlezat yang pernah kumakan seumur hidup...!”

“Terima kasih banyak. Jika mau, silakan coba lauknya juga.”

Kamu yakin!? Te-Terima kasih!”

Valen-san terlihat sangat senang, dan dengan hati-hati menggunakan garpu yang aku berikan, dia mengambil salad kentang dari bekal makan siangku dan memasukkannya ke dalam mulutnya, lalu menunjukkan ekspresi yang semakin gembira.

“Staudt-san! Ini benar-benar sangat enak!”

“Terima kasih. Bekalnya masih ada banyak, jadi silakan makan sebanyak yang kamu mau.”

Iya!

Senyum Valen-san yang benar-benar terlihat tulus membuatku juga merasa senang, dan saat aku berencana untuk merekomendasikan menu lainnya, tiba-tiba ada suara.

Walah, walah, sepertinya putri dari keluarga Count Valen sudah jatuh terpuruk sampai-sampai harus menerima sumbangan dari rakyat jelata.”

Wajah Valen-san tiba-tiba memucat ketika mendengar suara seorang siswi mendekatinya dari belakang, langkah kakinya sengaja dibuat berisik.

“G-Glaudine... sama...”

“Salam sejahtera, Nona Countess Agnes Valen. Aku mendengar bahwa kamu akhirnya hanya bisa menguasai rumah di wilayahmu, dan aku merasa sangat iri karena kamu akhirnya diperlakukan seperti layaknya Countess.”

Glaudine. Gadis berambut pirang sleeve-holder itu ditemani dua gadis lainnya dan memperkenalkan dirinya dengan senyum gembira di wajahnya, tetapi Valen-san tampaknya sangat ketakutan.

Oh iya, ngomong-ngomong, bau busukmu itu menarik perhatian 'anjing' keluarga kami, dan aku ingin tahu apakah kamu sudah akrab dengannya setelah itu?”

Ugh...!”

Usai mendengar perkataan itu, Valen-san meletakkan tangannya di bagian yang dibalut perban di kafe.

...Ekspresi wajah Valen-san merupakan ekspresi yang sering aku tunjukkan sampai Ash membantuku.

Jadi, penyebab ketakutannya adalah...

“Ngomong-ngomong, Nona Fine Staudt. Aku ingin mengucapkan selamat atas penghargaan yang kamu terima dalam ujian kemampuan sebelumnya. Dan menerima medali pahlawan dari Putra Mahkota meskipun kamu hanya seorang rakyat jelata merupakan pencapaian yang benar-benar luar biasa.”

Glaudine...-san jelas-jelas mendekatiku dengan senyum merendahkan.

“Baiklah, Staudt-san. Kamu duduk dengan putri dari keluarga yang telah jatuh dan kehilangan hak pemerintahan di wilayahnya, menjadi Count yang hanya tinggal namanya saja. Tidak ada gunanya menjalin hubungan dekat dengan orang seperti itu. Jadi denganku yang memiliki wilayah yang luas dan pelayan—”

“Lantas, apa hubungannya hal itu dengan aku yang menjalin pertemanan dengannya?”

Ap—...!?”

Rasanya sangat aneh, tetapi kemarahanku terhadap penghinaan yang dialami Valen-san membuatku menjadi sangat tenang.

Karena itulah, aku bisa membalas dengan senyuman yang sangat alami.

Ra-Rakyat jelata sepertimu mungkin tidak memahaminya, tetapi menjalin hubungan dengan orang dari keluarga yang sudah jatuh seperti dirinya tidak akan memberikan keuntungan apa pun sama sekali!?”

“Begitu ya, jadi kamu memilih teman hanya berdasarkan untung rugi?”

Wa-Wajar saja karena aku lahir dari keluarga bangsawan! Wanita sepertimu—

Memang, aku hanyalah rakyat biasa dan bukan putri bangsawan. Jadi, alasanku makan siang bersama Valen-san adalah karena aku ingin berteman dengannya.”

Glaudine dan dua siswi yang bersamanya terlihat merah padam karena marah, tubuh mereka bergetar.

Aw-Awas saja nanti! Kamu pasti akan menyesali karena sudah menjadikan keluarga Marquis Glaudine sebagai musuhmu!”

Setelah mengucapkan itu, Glaudine-san pergi meninggalkan kantin bersama para siswi yang menemaninya.

Aku menghela napas kecil dan mengalihkan pandanganku kepada Valen-san.

“Hiks, ugh...”

“Va-Valen-san!?”

Valen-san menutupi wajahnya dengan tangan, air matanya mengalir deras di pipinya.

“Ap-Apa aku melakukan sesuatu yang salah...?”

“Bukan, aku senang kamu mengatakan hal seperti itu untukku... Aku tidak pernah punya siapa-siapa di pihakku, aku bahkan tidak melakukan apa-apa ketika Staudt-san diperlakukan dengan sangat kejam. Jadi, aku benar-benar, benar-benar senang kamu bersikap begitu baik padaku...”

Aku berdiri dan memeluk Valen-san sambil berbicara lembut.

Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, semuanya itu sudah berlalu, dan kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Jadi, jangan ragu untuk membiarkanku membantumu.”

“Uu, iy-iya...!”

Setidaknya, aku sudah memahami situasi Valen-san dan siapa yang telah menyakitinya. Selanjutnya, aku perlu berkonsultasi dengan Ash-san tentang ini dan merencanakan langkah selanjutnya...

“Ah, umm, ini bukan sebagai ucapan terima kasih karena Staudt-san telah bersikap baik padaku... tetapi...”

“Ya?”

Lalu, Valen-san tiba-tiba berhenti menangis, dia berbalik dan melihat wajahku.

“Sepertinya Ash-san sangat menyukai sandwich telur dari bekal makan siang hari ini. Jadi, jika Staudt-san terus membuat sandwich telur, aku yakin tingkat kesukaannya akan meningkat!”

Valen-san berkata demikian dengan senyum yang melekat di wajahnya, matanya bersinar ungu saat dia mengatakan itu kepadaku.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama