Chapter 6 — Iblis
Sehari
setelah aku berdiskusi dengan Nona
Sarasa.
Ketika aku
dan Fine mendekati tangga akademi yang sangat besar, seorang gadis seumuran
kami mengenakan pakaian biasa berdiri di depan kereta dengan sebuah koper di dekat kakinya. Dia sedang berbicara
dengan seorang siswi sleeve-holder
dan seorang wanita yang tampaknya adalah pelayannya
sambil menahan air mata.
“Liese,
aku benar-benar minta maaf karena tidak
bisa melindungimu.”
“Kamu
tidak perlu minta maaf, Onee-sama.
Semuanya terjadi karena hatiku yang lemah.
Akulah yang salah. Jadi,
tolong, di malam pesta nanti, temukanlah pria yang luar biasa...”
“Ya,
ya! Aku berjanji. Aku pasti akan bertemu dengan pria yang pantas untukku
sebagai putri Earl Randell, dan membuat keluarga Randell menjadi makmur...!”
Siswi sleeve-holder itu
menggenggam tangan gadis berpakaian sipil dan berbicara sesuatu, tetapi
kemudian dia terisak-isak dan
tidak bisa berkata-kata. Gadis berpakaian sipil itu memeluknya dengan lembut,
lalu mengalihkan pandangannya ke pelayan wanita yang berdiri di dekat
mereka.
“Gelda,
tolong jaga dan lindungi Onee-sama.”
“Ya,
pasti...!”
Setelah
mendengar kata-kata pelayan wanita itu, gadis berpakaian sipil itu menutupi
wajahnya dan naik ke dalam kereta.
“Umm,
apa itu...?”
“Ah,
itu merupakan pengunduran diri sukarela akibat
dampak dari insiden Elise yang sering terjadi belakangan ini. Tapi, dalam kasus
mereka, mungkin mereka diserang dengan cara yang berbeda.”
Dia adalah siswi sleeve-holder yang
memutuskan untuk tetap tinggal di akademi, aku ingat pernah melihatnya beberapa
kali bersama Elise.
Sementara
itu, mantan siswi yang diduga adalah adiknya, aku belum pernah melihatnya di
dekat Elise.
...Mungkin,
mereka yang menyimpan dendam terhadap siswi sleeve-holder
itu memilih untuk menyakiti adiknya daripada langsung menyerangnya, untuk
memberikan dampak yang lebih besar.
Ini
adalah metode yang sering digunakan dalam perebutan kekuasaan di kalangan
bangsawan, tetapi jika sudah mulai melakukan hal seperti itu sejak masih
menjadi siswa, apa itu pertanda masa depan yang cerah atau justru sebaliknya?
Ketika aku
menjelaskan hal ini kepada Fine, dia mengerutkan kening dengan ekspresi
setengah marah dan setengah merasa bersalah.
“Jadi,
hal seperti itulah yang
terjadi...?”
Alangkah
baiknya jika aku bisa menganggap ini semua sebagai perbuatan iblis. Tidak, pada dasarnya, siapa yang
bisa benar-benar mengatakan bahwa iblis dan manusia itu benar-benar jahat...?
(Sudah, sudah. Tidak ada gunanya
memikirkan hal-hal yang filosofis seperti itu. Yang seharusnya diutamakan
adalah...)
“Meski
begitu, sekarang sudah saatnya untuk 'pesta malam
perjodohan', ya? Tahun
ini pasti akan menjadi lebih tegang dari biasanya, dan mungkin kita juga akan
terlibat di dalamnya...”
Aku
berpura-pura menghela napas dengan dramatis supaya
Fine tidak terlalu memikirkan hal tadi.
“Pesta
perjodohan? Apa itu?”
“Secara
resmi, itu hanyalah
semacam pertemuan pribadi yang diselenggarakan oleh putra dan putri bangsawan
besar. Jika berasal dari keluarga dengan gelar lebih tinggi dari earl, mereka
bisa ikut tanpa syarat, tapi bagi yang memiliki gelar lebih rendah, mereka
harus diundang oleh bangsawan besar untuk bisa berpartisipasi. Kamu bisa menganggapnya sebagai
versi skala lebih besar dari upacara penghargaan.”
“Tapi
kita tidak memenuhi syarat untuk
diundang, ‘kan? Dan
pesta itu juga diadakan oleh individu, jadi kita tidak
perlu hadir, bukan?”
“Pertama-tama,
aku tadi bilang 'secara resmi', ‘kan?
Pertemuan ini melibatkan kepala akademi, orang-orang dari istana, kerabat dari
siswa yang menyelenggarakan, dan kadang-kadang bahkan anggota kerajaan. Jadi,
jika kita menolaknya, hal itu
bisa merusak pandangan baik dari bangsawan besar. Oleh karena itu, siswa dengan
status di atas earl pasti akan menerima undangan, dan meskipun mereka tidak
mau, jika undangan itu sampai ke mereka, mereka wajib hadir.”
“Ah,
begitu rupanya... Tapi belum tentu juga kalau kita menerima
undangan—”
“Siswa
yang dipanggil ke upacara penghargaan biasanya diundang setiap tahun. Ditambah
lagi, ada penanganan terhadap insiden terorisme.
Jadi, bisa dibilang hampir pasti kita
akan menerima undangan. Selain itu...”
“Selain
itu?”
“...Tidak,
bukan apa-apa. Maksudku, kita harus
bersiap-siap untuk terlibat dalam acara
semacam itu.”
Setelah
mengatakan itu dan memotong pembicaraan dengan paksa, aku mendorong Fine untuk
segera pergi menuju
akademi.
Dalam
permainan [Kizuyoru],
event
'pesta malam perjodohan' adalah
acara untuk menyesuaikan tingkat kesukaan.
Dalam [Kizuyoru], karakter dengan tingkat
kesukaan tertinggi terhadap Fine adalah yang harus dilalui untuk membuka rute,
tetapi itu tidak selalu cocok dengan karakter yang ingin dijadikan target
pemain.
Acara 'pesta
malam perjodohan' disiapkan untuk menyesuaikan hal itu, di mana jika pemain
memilih karakter yang mereka sukai
untuk bersama, tingkat kesukaan karakter tersebut terhadap Fine akan meningkat,
sementara tingkat kesukaan karakter lain yang tidak terpilih akan menurun.
Dengan
cara ini, pemain bisa memasuki rute karakter yang mereka inginkan, tetapi ada
juga pemain yang menyalahgunakan sistem ini
untuk menjaga tingkat kesukaan setiap karakter tetap sama, sehingga mengarah pada ending yang buruk.
Mungkin
ada beberapa perbedaan di dunia nyata, tetapi dapat dipastikan bahwa Fine akan
diundang ke pesta malam ini.
Masalahnya,
mungkin ada beberapa orang yang akan mencoba menyakiti Fine.
Berbeda
dengan permainan, Fine yang ada di
dunia ini menjadi lebih waspada karena sudah mengalami bad
ending sekali, tetapi dia masih belum terbiasa dengan realitas masyarakat
aristokrat. Karena kekuatan dan latar belakangnya, mungkin ada orang-orang
jahat yang mengincarnya.
Meskipun aku
sudah mengatakan hal itu kepada Fine, tetapi untuk mencegah
orang-orang yang mencurigakan
mendekat, mungkin seharusnya
aku menyiapkan berbagai cara agar dia bisa menolak undangan?
(Hah, rasanya terlalu banyak yang harus
dipikirkan dan dilakukan... Seandainya ada orang yang bisa aku percayai dan
berbagi semua informasi yang kumiliki.)
Kekacauan
yang dilakukan Elise dan empat idiot
itu benar-benar terlalu besar. Mengingat para reinkarnator telah melakukan hal
sebesar itu, tidak ada jaminan bahwa reinkarnator lain tidak akan melakukan hal
yang sama.
Entahlah,
aku tidak tahu apa ada reinkarnator lain selain aku dan Elise. Pada awalnya, aku mengira Nona Sarasa terlalu berbeda sehingga
dia mungkin seorang reinkarnator, tetapi sepertinya dia hanya seorang jenius
yang muncul secara alami.
Saat aku
merenungkan hal-hal ini, Fine mendekat dan berbicara padaku dengan ekspresi
serius.
“Umm, Ash-san.”
“Hmm, ada
apa?”
“...Tentang
makan siang hari ini, aku ingin makan berdua dengan Valen-san. Aku ingin
meminta maaf karena telah mengucapkan banyak hal egois sebelumnya.”
...Fine
dan Agnes akan makan siang berdua.
Jika ini
dalam permainan, hal
itu tidak akan menjadi
masalah, bahkan bisa
dibilang itu pemandangan yang biasa. Namun, memikirkan bahwa di
dunia ini, dan Agnes yang mungkin
dirasuki oleh iblis, membuatku merasa cemas...
“...Baiklah.
Tapi itu akan dilakukan dalam jangkauan pandangku. Aku tidak akan mengganggu
kalian dan berusaha untuk tidak muncul di depan Fine dan yang lainnya, tetapi
jika kalian merasa bahaya, segera lari dan panggil aku. Ini adalah syarat yang
harus dipatuhi, setuju?”
“Y-Ya! Aku pasti akan mematuhinya!
Kalau begitu, sebaiknya kita putuskan di mana kita akan makan siang terlebih
dahulu, bukan?”
“Benar.
Hmm, kalau begitu, bagaimana kalau di
teras kantin? Di sana,
jika terjadi sesuatu, kita bisa segera melarikan diri ke luar, dan sedikit
berisik juga tidak masalah.”
“Berisik... baik, aku mengerti!”
Fine
menjawab dengan sedikit bingung, tetapi dia memberi hormat saat menjawab.
“Kalau
begitu, aku akan menyerahkan kotak makan siang sekarang. Makan siang hari ini
adalah sandwich.”
“Ohh, sandwich, ya! Makanan Fine selalu enak, jadi
aku tidak sabar untuk memakannya sekarang!”
“Hehe, aku senang mendengarnya. Oh, kalau
begitu aku pergi dulu ya...”
“Hmm. Aku
akan memberitahumu lagi, jika kamu merasa dalam bahaya, pastikan kamu lari dan
panggil namaku.”
“Iya!”
Setelah
mengatakan itu, Fine menyerahkan kotak makan siangnya padaku, lalu melambai
ringan sambil menuju gedung sekolah.
(...Nah,
Fine dan Agnes akan makan siang berdua.
Semoga semuanya berjalan lancar.)
※
※ ※
(Sudut
Pandang Fine)
Baru-baru
ini, aku, Fine Staudt, mendengar tentang kelas Agnes Valen-san dari teman
sekelas yang sudah akrab denganku.
Aku memanfaatkan waktu istirahat untuk mengunjungi
kelasnya, atau lebih
tepatnya ke dekat kelas tersebut.
Valen-san
mungkin dirasuki oleh iblis. Apa yang dikatakan Ash-san dan Enforcer-san mungkin benar. Namun, aku tetap
ingin berbicara dengannya. Selain ingin meminta maaf atas kesalahanku
sebelumnya, aku juga tidak bisa mengabaikannya.
Tatapan
yang dia berikan saat kami bertemu itu, aku merasa sangat familiar.
“Tolong jangan ikut campur. Aku ada
di sini karena menyukainya.”
...Tatapan
matanya sama
persis dengan tatapanku ketika dikhianati oleh Elise,
dibenci oleh orang-orang di sekitarku,
dan putus asa terhadap segalanya.
Itulah
sebabnya aku tidak bisa mengabaikannya. Aku tidak ingin mengabaikannya begitu saja. Dengan pemikiran itu,
aku datang ke sini...
(Tapi rasanya benar-benar bikin gugup...
Tapi karena aku sudah meminta bantuan Ash-san,
aku harus berusaha!)
Aku
menarik napas dalam-dalam untuk menguatkan diri, lalu membuka pintu geser kelas
tempat Valen-san berada.
“Permisi.
Apa Agnes Valen-san ada di sini?”
“Sta-Staudt-san!?”
Saat aku
masuk ke dalam kelas, Valen-san yang duduk dekat pintu terlihat sangat terkejut
ketika melihat wajahku dan datang
mendekat dengan sedikit panik.
“A-Anu, ap-apa
kamu ada urusan denganku!? Ap-Apa
jangan-jangan tentang kejadian sebelumnya...!?”
“Eng-Enggak kok. Hari ini, aku ingin
makan siang bersama Valen-san. Tentu saja, jika kamu
memiliki rencana lain, aku
tidak akan memaksa—”
“Ma-Makan siang bersama!? Dengan orang sepertiku?! Ka-Kamu yakin!?
Ak-Aku sangat senang, silakan!”
“Te-Terima kasih. Jadi, apa kita bisa bertemu di depan
kantin saat istirahat makan siang nanti?”
“Iy-Iya, bisa. ...Ah, jika kita makan
di kantin, itu berarti aku harus
menyiapkan biaya makan untuk Staudt-san, ‘kan...?”
Pada saat
itu, sorot mata Valen-san yang sebelumnya
sangat senang berubah menjadi dingin dan gelap, dan dia bertanya dengan suara
pelan, tampak sangat ketakutan.
“Jangan khawatir. Aku sudah menyiapkan makan siangku
sendiri.”
“Be-Begitu, ya...? Kalau begitu, aku akan
menemani Staudt-san untuk makan siang...!”
“Iya. Kalau
begitu, sampai jumpa lagi
di kantin saat istirahat nanti.”
“Y-Ya!”
Setelah
melihat jam dan menyadari bahwa aku harus kembali ke kelas, aku memberi sedikit
penghormatan kepada Valen-san sebelum kembali ke kelasku.
※
※ ※
“Fine Staudt...
Kehadiran orang rendahan seperti
itu di sekolah ini sangat menjengkelkan...”
“Dia
mendapat penghargaan sebagai salah satu yang berprestasi dalam ujian
keterampilan dan juga berperan aktif dalam penanganan terorisme, sepertinya
para bangsawan dari keluarga Duke menunjukkan minat padanya.”
“Mengesampingkan masalah penyihir, Ngomong-ngomong
soal penyihir, keberadaan orang seperti itu di sini mencoreng martabat kita,
jadi aku ingin mengusirnya. Namun, mari kita tutup mata dan memanfaatkan rakyat
jelata itu untuk mengeluarkan gadis miskin tersebut.”
※
※ ※
(Sudut
Pandang Ash Leben)
“Woahh, rasanya
sudah lama sekali aku
tidak melihat Ash makan sendirian. Ada apa? Apa kamu lagi bertengkar dengan Fine-chan?”
Pada jam istirahat makan siang, ketika aku sedang menyantap bekal makan siang sandwich yang
dibuat Fine, Ian mendekatiku dan berkata seperti itu.
Ngomong-ngomong,
hidangan yang aku makan sekarang adalah
sandwich telur, dengan telur dadar yang tipis, saus aurora, dan selada, rasanya
sangat enak. Mungkin aku akan memintanya
lagi lain kali.
“Ya enggaklah. Sepertinya hari ini dia ingin makan bersama teman-temannya, jadi kebetulan aku makan
sendirian.”
“Hmm.
Terlepas benar atau enggaknya,
tapi ada bagusnya bahwa
Nona Fine bisa bersosialisasi dengan orang lain selain kita.”
“Ya,
mungkin.”
Sebelum
liburan musim panas, atau lebih tepatnya sebelum duel itu, perlakuan para murid terhadap Fine benar-benar buruk.
Dia bahkan dengan tegas mengatakan bahwa dia suka berada di gang belakang.
Meskipun
tidak pasti apa dia bisa berteman dengan Agnes, tampaknya dia sudah memiliki
teman sekelas yang bisa dia ajak bicara dengan baik, jadi situasi di
sekelilingnya mungkin sudah membaik.
Jika memang
begitu, mungkin dunia yang pernah mengalami bad
ending ini bisa dibawa ke jalur normal ending. Perbedaan antara normal
ending dan good ending dengan masing-masing target yang bisa
didekati adalah apakah kita benar-benar terikat dengan target tersebut atau
tidak. Dan mengingat target tersebut sekarang sudah menjadi buronan, tidak ada
manfaat sama sekali untuk terikat dengan mereka.
...Namun,
aku tidak merasa nyaman jika harus melibatkan Fine dalam pertarungan melawan
raja iblis. Aku ingin dia menjalani kehidupan yang bahagia dan normal, tanpa
peduli pada gelar sebagai Saintess,
tetapi kekuatan Saintess
mungkin diperlukan dalam pertempuran melawan raja iblis...
“Ngomong-ngomong,
Ash, sebentar lagi undangan akan mulai dikirim. Bagaimana denganmu?”
“...Mereka
telah mengirimkan lusinan undangan yang memintaku
dan Fine untuk
berpartisipasi.”
“Oh, itu sih...”
Aku
mengatakan kepada Fine bahwa “mungkin undangannya akan datang,” tetapi
sebenarnya undangan itu sudah tiba. Dan semua
undangan itu berasal dari keluarga Duke, Marquis, dan Count yang berpengaruh.
Ketika
mengikuti pesta malam
perjodohan, kita harus memilih satu undangan dari sekian banyak dan menuju ke
lokasi, jadi rasanya semakin berat.
“Lalu,
bagaimana?”
“Aku
ingin menolak dengan sopan, tapi kurasa aku
tidak bisa melakukannya begitu
saja. Oh iya, kita juga harus memakai jas atau gaun karena memakai seragam itu tidak diperbolehkan,
‘kan?”
“Tujuannya
juga untuk menunjukkan kekuatan masing-masing keluarga. Dan kali ini, karena
keempat ksatria tidak hadir, persaingan antara keluarga semakin sengit akibat
insiden Elise. Kupikir
mereka akan menyiapkan jas atau gaun yang sangat mewah.”
“Dengan kata lain, sudah pasti akan terjadi
ketegangan yang luar biasa, ya. Haahhhh...”
Dalam
situasi di mana fraksi
utama dan fraksi
anti-mainstream telah berganti tempat, mungkin ada sejumlah siswa yang tidak
ingin berpartisipasi dalam pesta malam itu, tetapi jika mereka tidak ikut,
mereka akan kehilangan kekuatan dan semakin dipandang rendah.
Di lokasi
pesta, aliran utama yang saat ini telah berhasil bangkit dengan cara yang tidak
terduga menunggu dengan senyum bahagia. Mau dilihat
dari sudut pandang mana pun, hal tersebut jelas-jelas akan menimbulkan masalah.
(Seriusan, ada banyak hal yang tidak berjalan
sesuai rencana...)
Saat aku
memikirkan hal itu dan menghela napas berat, Fine dan Agnes muncul di kantin,
dan mereka duduk di tempat teras seperti yang kami bicarakan pagi ini.
Untuk saat
ini, aku memutuskan untuk menunda memikirkan tentang pesta
perjodohan dan mengonsentrasikan perhatianku
pada makan siang Fine dan Agnes.
※
※ ※
(Sudut
Pandang Fine)
“Kalau
begitu, bagaimana kita makan di sini?”
“Ah, iya...”
Setelah
bergabung dengan Valen-san, aku duduk di tempat teras kantin sesuai janjiku dengan Ash-san.
Sedangkan Ash-san .... tampaknya
ia sedang duduk di dalam gedung bersama Ian-san.
Setelah
memastikan hal itu, aku merasa lega dan mengeluarkan bekal makan siangku dari tas.
“Ah, Staudt-san
juga membawa bekal makan
siang sendiri...?”
“Jadi,
apa itu berarti Valen-san juga?”
“Iy-Iya.
Tapi, aku tidak yakin apa ini bisa disebut bekal
makan siang...”
Sambil
mengatakan itu, Valen-san mengeluarkan bungkusan kertas dari saku seragamnya dan membukanya, memperlihatkan
roti hitam kecil yang jelas-jelas sudah dingin dan keras. Dia meletakkan kertas
yang membungkusnya sebagai alas di meja.
“...Hanya itu saja?”
“Ah, iya.
Bagiku, ini saja
sudah cukup...”
Valen-san berkata begitu sambil tersenyum kecut,
jelas-jelas memaksakan dirinya terlalu keras.
“Umm, hari ini aku membuat terlalu
banyak bekal makan siang, jadi jika kamu mau,
apa kamu mau memakannya?”
“Eh, eh!?
A-Aku bisa makan kotak makan siang
yang terlihat enak itu...? Eh, tapi, itu akan membuat Staudt-san merasa tidak
enak...”
“Aku
sudah bilang sebelumnya, jika Valen-san mau memakannya, itu akan sangat
membantuku. Jadi, silakan jangan ragu untuk memakannya.”
Saat aku
mengatakan itu dan memberikan sandwich dengan isian
tomat, ham, dan saus spesial, Valen-san menerima dengan mata
berbinar dan langsung menggigitnya.
“Ra-Rasanya enak banget! Ini adalah sandwich terlezat
yang pernah kumakan seumur hidup...!”
“Terima
kasih banyak. Jika mau, silakan coba lauknya
juga.”
“Kamu yakin!? Te-Terima
kasih!”
Valen-san
terlihat sangat senang, dan dengan hati-hati menggunakan garpu yang aku
berikan, dia mengambil salad kentang dari bekal
makan siangku dan memasukkannya ke dalam mulutnya,
lalu menunjukkan ekspresi yang semakin gembira.
“Staudt-san!
Ini benar-benar sangat enak!”
“Terima
kasih. Bekalnya masih ada banyak, jadi silakan
makan sebanyak yang kamu mau.”
“Iya!”
Senyum Valen-san
yang benar-benar terlihat tulus
membuatku juga merasa senang, dan saat aku berencana untuk merekomendasikan
menu lainnya, tiba-tiba ada suara.
“Walah,
walah, sepertinya putri dari keluarga Count Valen sudah jatuh terpuruk sampai-sampai harus menerima sumbangan dari
rakyat jelata.”
Wajah
Valen-san tiba-tiba memucat ketika
mendengar suara seorang siswi mendekatinya dari belakang, langkah kakinya
sengaja dibuat berisik.
“G-Glaudine... sama...”
“Salam sejahtera, Nona Countess Agnes Valen. Aku mendengar bahwa kamu akhirnya hanya bisa menguasai
rumah di wilayahmu, dan aku merasa sangat iri karena
kamu akhirnya diperlakukan seperti layaknya Countess.”
Glaudine. Gadis berambut pirang sleeve-holder
itu ditemani dua gadis lainnya dan memperkenalkan dirinya dengan senyum gembira
di wajahnya, tetapi Valen-san
tampaknya sangat ketakutan.
“Oh iya, ngomong-ngomong, bau busukmu itu menarik
perhatian 'anjing' keluarga kami, dan aku ingin tahu apakah kamu sudah akrab dengannya setelah itu?”
“Ugh...!”
Usai mendengar
perkataan itu, Valen-san meletakkan
tangannya di bagian yang dibalut perban di kafe.
...Ekspresi
wajah Valen-san merupakan ekspresi yang sering aku
tunjukkan sampai Ash membantuku.
Jadi,
penyebab ketakutannya adalah...
“Ngomong-ngomong,
Nona Fine Staudt. Aku ingin mengucapkan selamat atas penghargaan yang kamu terima dalam ujian kemampuan
sebelumnya. Dan menerima medali pahlawan dari Putra Mahkota meskipun kamu
hanya seorang rakyat jelata
merupakan pencapaian yang benar-benar luar biasa.”
Glaudine...-san jelas-jelas mendekatiku dengan
senyum merendahkan.
“Baiklah,
Staudt-san. Kamu duduk dengan putri dari keluarga yang telah jatuh dan
kehilangan hak pemerintahan di wilayahnya, menjadi Count yang hanya tinggal namanya saja. Tidak
ada gunanya menjalin hubungan dekat dengan orang seperti itu.
Jadi denganku yang memiliki wilayah
yang luas dan pelayan—”
“Lantas, apa hubungannya hal itu dengan aku yang menjalin pertemanan dengannya?”
“Ap—...!?”
Rasanya
sangat aneh, tetapi kemarahanku terhadap penghinaan yang
dialami Valen-san membuatku menjadi sangat tenang.
Karena
itulah, aku bisa membalas dengan
senyuman yang sangat alami.
“Ra-Rakyat jelata sepertimu mungkin
tidak memahaminya, tetapi menjalin hubungan dengan
orang dari keluarga yang sudah jatuh seperti dirinya
tidak akan memberikan keuntungan apa pun sama sekali!?”
“Begitu ya, jadi kamu memilih teman hanya
berdasarkan untung rugi?”
“Wa-Wajar saja karena aku lahir dari
keluarga bangsawan! Wanita sepertimu—”
“Memang, aku hanyalah rakyat biasa dan bukan putri
bangsawan. Jadi, alasanku makan siang bersama Valen-san adalah karena aku ingin
berteman dengannya.”
Glaudine dan dua siswi yang
bersamanya terlihat merah
padam karena marah, tubuh mereka bergetar.
“Aw-Awas saja nanti! Kamu
pasti akan menyesali karena sudah menjadikan keluarga
Marquis Glaudine sebagai musuhmu!”
Setelah
mengucapkan itu, Glaudine-san pergi meninggalkan kantin bersama para siswi yang menemaninya.
Aku
menghela napas kecil dan mengalihkan pandanganku kepada Valen-san.
“Hiks, ugh...”
“Va-Valen-san!?”
Valen-san
menutupi wajahnya dengan tangan, air matanya
mengalir deras di pipinya.
“Ap-Apa
aku melakukan sesuatu yang salah...?”
“Bukan,
aku senang kamu
mengatakan hal seperti itu
untukku... Aku tidak pernah punya siapa-siapa di pihakku, aku bahkan tidak melakukan apa-apa ketika Staudt-san diperlakukan
dengan sangat kejam. Jadi, aku benar-benar, benar-benar senang kamu bersikap begitu baik padaku...”
Aku
berdiri dan memeluk Valen-san sambil berbicara lembut.
“Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, semuanya itu sudah berlalu, dan kamu tidak perlu khawatir tentang
itu. Jadi, jangan ragu untuk membiarkanku membantumu.”
“Uu, iy-iya...!”
Setidaknya,
aku sudah memahami situasi Valen-san dan siapa yang telah menyakitinya.
Selanjutnya, aku perlu berkonsultasi dengan Ash-san
tentang ini dan merencanakan langkah selanjutnya...
“Ah, umm, ini bukan sebagai ucapan terima
kasih karena Staudt-san telah
bersikap baik padaku...
tetapi...”
“Ya?”
Lalu,
Valen-san tiba-tiba berhenti
menangis, dia berbalik
dan melihat wajahku.
“Sepertinya
Ash-san sangat menyukai sandwich telur
dari bekal makan siang hari ini. Jadi, jika
Staudt-san terus membuat sandwich telur,
aku yakin tingkat kesukaannya
akan meningkat!”
Valen-san
berkata demikian dengan senyum yang melekat di wajahnya,
matanya bersinar ungu saat dia
mengatakan itu kepadaku.
