Chapter 6.5 — Kenangan (Sisi Agnes Valen)
Aku,
Agnes Valen, berasal dari keluarga Count
Valen, yang dulunya merupakan keluarga terkemuka yang melahirkan beberapa
menteri... atau begitulah yang kudengar.
Namun, kepala keluarga sebelumnya, yang merupakan
paman buyutku, melakukan kesalahan besar
dalam investasi dan mengakhiri hidupnya bersama keluarga. Dalam keadaan
darurat, ayahku, yang merupakan satu-satunya kerabat dan kepala keluarga cabang, harus mewarisi gelar tersebut.
Namun,
pada saat itu, keluarga Count
Valen sudah menjual hampir semua harta warisan untuk membayar utang, dan masih dalam situasi yang sangat menyedihkan karena belum
bisa melunasi utang tersebut.
Ayahku
tampaknya serius mempertimbangkan untuk mengembalikan gelar dan mengajukan
kebangkrutan, tetapi para pejabat senior yang telah melayani keluarga Valen
selama bertahun-tahun menangis dan memohon agar “sejarah
tidak terputus”.
Ayahku
yang baik hati tidak bisa mengabaikan permohonan mereka, dan ia berkata kepada kami kakak beradik,
“Aku akan melindungi kalian, jadi
tolong maafkan aku,’ dan
memilih untuk melindungi keluarga Count
Valen.
...Tanpa
sedikit pun meragukan bahwa mereka menggelapkan harta di balik kekacauan pewarisan gelar. Ketika kebenaran
terungkap, mantan pejabat senior tersebut telah mengambil semua aset yang bisa
mereka ambil dan menghilang dari wilayah Valen. Ayahku, yang mengetahui
kebenaran tersebut, dengan
lemah menginstruksikan pasukan kesatria untuk mencari mereka, dan meskipun
begitu, ia bekerja keras tanpa henti untuk membayar utang demi wilayah dan
penduduknya...
Lama
kelamaan, mata ayah kami telah kehilangan kehidupannya, pipinya telah cekung,
ia tak lagi tersenyum, dan ketika ia melihat kami, ia hanya melirik kami...
ayah tercinta yang biasa menggendong kami dengan riang di pundaknya telah
tiada. Tetapi
ibu kamilah yang menanggung beban
terbesar.
Karena
kami berasal dari keluarga cabang yang
hampir seperti rakyat biasa, ibu kami adalah seorang wanita biasa yang menikah
dengan ayah kami karena cinta, sesuatu
yang jarang terjadi di kalangan bangsawan. Kehidupan kami seharusnya tidak
banyak berubah, kehidupan kami sangat biasa-biasa saja dan
hanya kadang-kadang menghadiri pesta sosial bangsawan dari keluarga lain
bersama ayah kami, tetapi kami seharusnya masih bisa menjalani kehidupan yang
bahagia.
Namun, setelah menjadi kepala keluarga Count Valen, ibuku harus berurusan dengan keluarga lain menggantikan ayahku yang sibuk berjuang membayar
utang. Hal tersebut yang membuatnya semakin
kelelahan secara fisik dan mental. Dan, seolah-olah
itu bukan hal yang mengagetkan, ibuku pun jatuh sakit.
Sejak
saat itu, situasinya semakin memburuk...
“Apa
yang harus kulakukan sekarang...?”
Sekitar
seminggu sebelum hari upacara penerimaan
Akademi Sihir Kerajaan, aku duduk meringkuk di sudut perpustakaan yang dikuasai
oleh sarang laba-laba dan debu, tanpa buku untuk disimpan. Aku tidak tahu apa
yang terjadi pada pengkhianat yang menggelapkan uang dari rumah. Ada rumor
bahwa ia melarikan diri ke negara
tetangga, atau ditangkap oleh penjaga dan diserahkan kepada kesatria untuk
dieksekusi, tetapi yang pasti adalah hingga saat ini, uang yang dicuri itu sama
sekali belum kembali.
Ayahku
semakin terkurung di ruang kerjanya dan tidak pernah keluar, sementara kondisi kesehatan ibuku tetap memburuk. Satu-satunya perubahan
adalah bahwa ayah berhasil menyelesaikan pembayaran utang dengan menyewakan
sebagian besar wilayah Count Valen
sebagai distrik khusus kepada
beberapa perusahaan besar selama sembilan puluh sembilan tahun.
Sebagai
gantinya, sebagian besar uang yang seharusnya masuk ke dalam keluarga Valen dibawa pergi oleh
perusahaan-perusahaan besar itu, dan ayahku
tampak kehabisan tenaga dan jatuh pingsan,
sementara kehidupan kami terus memburuk.
“Kuhhaha!
Si gadis cengeng itu lagi-lagi menangis!”
“Ugh,
berisik! Berbeda
denganmu, aku menghadapi banyak kesulitan! Jika tidak
ada urusan, jangan bicara padaku!”
“Itu
permintaan yang mustahil! Aku adalah 'iblis', makhluk yang paling suka melihat
kesedihan manusia!”
Di sudut
rak buku perpustakaan, ada sebuah buku yang diikat
erat dengan rantai besi. Suara yang terdengar dari sana tampak sangat senang
melihat keadaanku saat ini. Buku itu tidak memiliki judul, dan rantai besi itu
bertuliskan ‘Jangan
pernah membuka segel ini,’ sehingga
aku tidak bisa membuka sampulnya untuk membacanya.
Sepertinya
di dalam buku itu terkurung makhluk yang biasanya ada
di dalam dongeng dan legenda, iblis. Ketika aku menangis seperti
ini, ia mulai mengolok-olokku dari dalam buku.
Aku memutuskan untuk menangis di
tempat terpencil seperti ini demi tidak
membuat adik perempuanku yang lebih muda khawatir. Aku
ingin memukul diriku sendiri yang
beberapa tahun lalu berpikir untuk melarikan diri ke sini ketika tidak bisa
menahan diri.
Meskipun karena
segel itu tidak ada dampak langsung, tetapi ketika diolok-olok oleh iblis ini,
rasa frustrasiku semakin meningkat...!
(Tapi yah, cuma makhluk ini
satu-satunya yang bisa mendengarkan apa yang kurasakan. Meski begitu, rasanya tetap sangat
menjengkelkan.)
Jika aku
masuk ke dalam Akademi
Sihir Kerajaan, aku akan menjalani hari-hari di mana tidak ada seorang pun yang
bisa aku andalkan, bahkan untuk mengeluh sekalipun.
Memikirkan hal itu sangat tidak menyenangkan...
“Omong-omong,
kamu akan segera pergi dari sini untuk menuju ibu kota, ‘kan?”
“Ya,
tapi memangnya itu
ada hubungannya denganmu?”
“Itu
bukan masalah besar. Aku penasaran bagaimana seorang putri bangsawan yang hanya
namanya saja yang terhormat, yang harus memakai pakaian bekas dan bahkan kesulitan
untuk makan sehari-hari, akan diperlakukan!”
“Ja-Jangan
membuatku memikrikan hal-hal yang tidak menyenangkan!”
“Makanya
aku bilang, aku adalah iblis. Aku sangat menyukai kesedihan manusia.”
Aku
berusaha membalas ucapan
iblis yang menyebalkan ini, tetapi aku menahan kata-kata itu di tenggorokanku.
Seperti yang ia katakan, posisiku di Akademi Sihir Kerajaan pasti sangat buruk.
Sebagai
anak dari keluarga bangsawan, aku akan diperlakukan sebagai bangsawan tingkat
atas di akademi dan harus mengenakan seragam khusus dengan lengan yang berbeda.
Namun, keluarga Count Valen
berada dalam kondisi yang lebih miskin daripada rakyat biasa, sehingga aku
tidak bisa menunjukkan martabat sebagai bangsawan. Jika aku terjebak dalam
neraka di mana anak-anak bangsawan saling menjatuhkan dan pamer, aku pasti
tidak akan bertahan.
“...Hei,
gadis kecil.
Bagaimana kalau kamu mencoba membuat kontrak denganku?”
“H-Hah!? Apa yang kamu bicarakan!? Membuat kontrak dengan iblis, anak bodoh pun tahu batasannya—!”
“Aku
tidak bercanda. Dengan kekuatanku, kamu mungkin akan mengalami kesulitan di
awal, tetapi jika kamu berhasil melewatinya, semua masalah yang kamu hadapi
sekarang akan teratasi.”
“Bagaimana
kamu tahu tentang hal itu?”
“Orang
yang mengurungku adalah orang yang sangat bodoh. Seperti yang kamu lihat, aku
masih bisa berbicara dengan gadis kecil sepertimu,
jadi aku masih bisa menggunakan kekuatanku hingga batasan tertentu. Dan dengan menggunakan
kekuatan itu, aku bisa melihat bagaimana hidup yang akan kamu jalani di masa
depan.”
Aku tidak
tahu apakah yang dikatakan iblis itu benar atau tidak. Aku tidak bisa
mengetahuinya. Namun, faktanya ia terus mengolok-olokku setiap kali aku mengunjungi perpustakaan meskipun dirinya terkurung di dalam buku. Jadi,
mungkin saja ia benar-benar memiliki kekuatan seperti itu...
Tetapi.
“Jika
aku membuat kontrak dengan iblis, pasti ada sesuatu yang harus aku korbankan, ‘kan? Aku tidak berniat
mengorbankan nyawaku atau nyawa keluargaku.”
“...Ah,
jadi ada juga biaya untuk kontrak, ya.”
Iblis itu
benar-benar menggumam seolah baru saja menyadari hal itu, lalu mengeluarkan
suara “uhm”
yang dalam.
“Kalau
begitu, kamu akan menjadi teman bicaraku sampai kamu mati. Sebagai
gantinya, aku akan memberimu kehidupan yang lebih baik dari orang biasa.
Bagaimana?”
Itu
adalah syarat yang terlalu menguntungkan untuk sebuah kontrak dengan
iblis.
“Ada
sesuatu yang tersembunyi di balik ini, kan? Tidak, aku
yakin pasti ada yang
disembunyikan!”
“Tenang
saja, gadis kecil.
Aku tidak berbohong. Aku bersumpah kepada Tuhan.”
Bukannya kamu
musuh Tuhan? Mempertanyakan itu terasa sia-sia, dan air
mataku pun akhirnya mengering. Aku memutuskan untuk keluar dari
perpustakaan.
“Oi, oi,
tunggu sebentar! Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, tidak ada
syarat tersembunyi dalam kontrak yang aku tawarkan! Syarat yang semurah ini,
tidak ada orang lain yang akan memberikannya!”
Sepertinya
iblis itu menyadari niatku untuk pergi.
Aku sudah
berhubungan dengan iblis itu selama bertahun-tahun. Masa-masa sulit selalu aku habiskan di
perpustakaan ini... Mungkin aku sudah terikat erat dengannya.
“Aku
akan mengonfirmasinya sekali
lagi, benar-benar tidak ada syarat lain,
‘kan?”
“Ya,
tidak ada. Dan jika aku memiliki kekuatanku, meskipun kamu mengalami kesulitan
di awal, pada akhirnya kamu pasti akan mendapatkan imbalan. Yah, di tahun
pertama, pemulihan sihirmu akan menjadi prioritas, jadi aku hanya akan
memberimu sedikit saran.”
Merasakan
keseriusan yang berbeda pada perkataan iblis itu dibanding ejekan yang pernah
ia lontarkan sebelumnya, aku pun bergerak menuju buku di
mana dirinya terkurung.
“Kamu tidak
akan menyakiti keluargaku, ‘kan?”
“Ya,
aku tidak akan membahayakan keluargamu,
gadis kecil. Aku
bersumpah dengan kehormatanku sebagai iblis.”
“Kalau
begitu... aku setuju untuk membuat kontrak. Lagipula, tidak ada bedanya antara
membuat kontrak dengan iblis dan menuju kehancuran. Bagaimana cara kita
melakukan kontrak?”
“Jatuhkan
setetes darahmu ke atas rantai.
Dengan begitu,
kontrak akan selesai.”
Aku
merasa bingung dengan cara kontrak yang begitu sederhana, tetapi aku
mengumpulkan keberanian untuk memotong jari telunjukku di sudut rak buku, dan
membiarkan darah mengalir jatuh ke rantai buku tempat iblis terkurung.
Dalam
sekejap, asap ungu membanjiri dari buku yang terbuka dengan sendirinya, masuk
ke dalam tubuhku.
“Keberanianmu
patut diacungi jempol, gadis kecil. Masa depanmu akan dijamin oleh 'Aldy Sang Pemimpi' ini.”
Suara
iblis, atau lebih tepatnya Aldy,
kini terdengar dari dalam kepalaku, bukan dari buku.
Aku telah
menyatu dengannya...
Sekarang aku
tidak bisa mundur, tidak bisa ditarik kembali.
Demi
melindungi adik perempuanku,
ayah, dan ibuku... aku harus...!
“Jangan
khawatir, gadis
kecil. Aku tidak akan membiarkan kehidupanmu, yang
merupakan keturunannya,
berakhir dengan buruk...”
