
Chapter 4 — 27 Maret (Minggu) Asamura Yuuta
Aku berdiri
dari sofa di ruang tamu. Aku mengalihkan pandanganku dari jadwal kuliah yang
terletak di atas meja kaca dan melihat ke luar jendela.
Paa siang
hari di akhir Maret. Langit biru tertutup kabut putih tipis, dengan satu atau
dua awan berbentuk seperti roti kukus yang lembut. Pemandangan yang terlihat
sudah sepenuhnya memasuki musim semi. Suasananya begitu damai dan tenang.
Begitu tenangnya sehingga jika aku menatapnya terlalu lama, rasa kantuk bisa
muncul.
Suhu hari
ini diperkirakan akan mencapai 16℃. Meja kotatsu pun sudah disingkirkan beberapa hari yang
lalu.
Segala
sesuatu mulai terbangun di musim semi. Burung-burung mulai berkicau, kupu-kupu berterbangan,
bahkan hewan-hewan yang berhibernasi di bawah tanah pun mulai keluar. Seolah
semua makhluk di alam semesta ini menikmati musim ini.
...Namun, di
sini ada seseorang yang tidak bisa merayakan datangnya musim semi.
“Sepertinya
memang sulit jika bukan jadwal malam, ya...”
Aku kembali menghela
nafas ringan. Sayang sekali, tapi apa boleh buat. Aku meraih ponselku di atas
meja kaca dan menelepon nomor yang sudah biasa.
“──Ya.
Benar. Intinya hanya bisa di jadwal malam. Jadwalnya... saat hari kerja
berikutnya.”
Setelah
memutuskan panggilan, aku meregangkan tubuh. Enaknya minum sesuatu untuk
melegakan dahaga? Saat memikirkan itu, suara pintu terbuka bisa terdengar
dan Ayase-san masuk ke dalam ruang tamu.
『Are you
feeling a bit tired? 』
Ah, ini dia, pikirku sambil mengalihkan otakku ke dalam mode bahasa
Inggris.
『I'm fine.
I'm not tired. 』
Aku
menjawab, “Aku baik-baik saja”. Ini juga merupakan persiapan untuk masuk
universitas. Kami terus melanjutkan percakapan dalam bahasa Inggris untuk
sementara waktu.
『Aku baru
saja menelepon tempat kerja kita. Sepertinya sulit untuk mendapat shift sore. Jadwal
kuliah juga selesai cukup malam... Bagaimana denganmu, Ayase-san? 』
『Memang,
perjalanan satu arah 70 menit masih agak sulit. Aku juga sebenarnya sudah
menghubungi, tapi... 』
Di situ
Ayase-san terdiam sejenak. Dia beralih dari bahasa Inggris ke bahasa
Jepang.
“Tapi, aku
masih belum tahu apa akan terus bekerja di sana atau tidak.”
Apa itu
berarti dia telah menemukan hal lain yang ingin dia lakukan?
“Apa kamu
bisa menunggu sampai aku bisa mengatakannya?”
Tentu saja, jawabku. Sesuatu yang ingin dilakukannya, ya. Rasanya Ayase-san
selalu lebih cepat menemukan tujuannya dibandingkan aku.
“Ah, sudah
saatnya untuk camilan. Aku akan menyiapkan sesuatu.”
Kalau
begitu, aku akan menyiapkan teh, pikirku dan
mengikuti Ayase-san.
Di luar
jendela, awan putih ceria melayang dengan pelan tertiup angin musim semi.