Gimai Seikatsu Volume 14 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog — 30 April (Sabtu) Asamura Yuuta

 

Malam ini seperti biasa merupakan jadwal pekerjaan paruh waktuku. Namun, hari ini berbeda dari biasanya. Bukan hanya karena hari Sabtu yang membuat jumlah pelanggan lebih banyak dan stafnya juga lebih banyak. Staf yang lebih banyak dari biasanya tampak semua berbicara dengan Ayase-san. Di kantor, ada camilan yang dibawa Ayase-san sebagai salam perpisahan, sehingga semua orang tampak memanfaatkan kesempatan itu untuk menyapanya. 

Selama ini, hubungan mereka tidak buruk. Namun, selama jam kerja, Ayase-san fokus pada tugasnya dan tidak pernah memulai percakapan. Jika ada yang mendekatinya seperti Yomiuri-senpai, mungkin bisa terjadi percakapan, tetapi jika lawan bicara juga serius bekerja, percakapan tidak akan terjadi. 

Namun, hari ini adalah hari terakhirnya bekerja, jadi staf-staf berusaha mencari kesempatan untuk menyapa Ayase-san. Melihat dia dicintai dan dihargai oleh rekan-rekannya, aku merasakan sesuatu yang hangat di dalam dadaku. 

Ini merupakan bukti bahwa kamu telah berusaha keras, Ayase-san. 

Namun, bersamaan dengan perasaan hangat itu, ada juga rasa kesepian yang gelap muncul. Hari ini adalah hari terakhirku bisa bekerja bersama Ayase-san... 

Beberapa waktu lalu, di meja makan malam, dia mengumumkan bahwa dia telah memutuskan untuk mengikuti magang di kantor Akihiro Ruka-san. 

Sejak awal dia sudah tertarik pada pekerjaan desain, dan ada bagusnya dia bisa menemukan sesuatu yang ingin dia lakukan. Jadi aku tersenyum dan berkata, “Aku mendukungmu,” merasa kasih sayang saat melihat dia tersipu dan mengucapkan terima kasih. 

Tidak ada kebohongan sama sekali dalam perasaanku saat itu. Namun, mengapa sekarang aku merasa begitu terganggu? 

Rasanya sungguh aneh. Padahal kami masih bertemu setiap hari di rumah. 

Meskipun begitu, waktu kami berdua pasti akan berkurang jika dibandingkan dengan hubungan kami yang tinggal serumah dan bekerja di tempat yang sama. 

Aku jadi teringat kisah cinta tragis yang diceritakan Nakamura di universitas. 

Seiring berkurangnya waktu bersama, pacarnya bertemu pria baru di komunitas yang bukan tempat asalnya, dan tanpa disadar pacarnya menjadi akrab dengan pria tersebut dan akhirnya pacarnya dibawa pergi. Nakamura menganggap kalau sekarang hal itu bisa menjadi bahan tertawaan, tetapi aku tidak tega menertawakannya. 

Ayahku bercerai setelah diselingkuhi. Aku tahu tentang ketidakpastian hati manusia dan kesedihan dari pihak yang dikhianati secara tidak langsung. Oleh karena itu, cerita semacam itu selalu membuat hatiku bergetar. 

Ayase-san... aku mempercayai bahwa Saki takkan berselingkuh.

Kehidupan universitas. Magang. Pengalaman di dunia baru pasti penuh dengan rangsangan, dan Ayase-san akan diputar ke kanan dan ke kiri seperti wahana roller coaster. Dia adalah orang yang penuh rasa penasaran. Dia lebih memilih pengalaman yang mencolok daripada atraksi yang bergerak lambat dan membosankan. 

Apa benar bahwa jika waktu kontak berkurang, perasaan cinta akan memudar? Sama seperti yang terjadi dengan mantan pacar Nakamura. 

Tapi, Tsukinomiya adalah universitas wanita, jadi seharusnya tidak masalah. ...Tidak, di tempat magang pasti ada pria juga. Dia pasti memiliki banyak kesempatan untuk bertemu orang baru

...Perasaan ini tidak baik. 

Meragukan diri sendiri merupakan sumber kecelakaan. Meragukan diri sendiri secara positif memang baik, tetapi meragukan diri sendiri secara negatif akan menghancurkan hati. 

Dengan mengingat hal itu, aku memutuskan untuk mengalihkan pandanganku dari Ayase-san yang dikelilingi staf dan dihargai, dan memutuskan untuk berkonsentrasi pada pekerjaanku. 

Hari istimewa berlalu dengan cepat. Ketika aku menyadarinya, waktunya sudah tengah malam, sudah saatnya pulang kerja. Setelah memeriksa dan membersihkan toko, serta menutup kasir, aku mengganti pakaian dan kembali ke kantor, di mana manajer menunggu dengan senyuman. Ia menyerahkan sesuatu yang berbentuk kotak padaku, dan aku hanya mengangguk dan menerimanya tanpa berkata apa-apa. Lalu, aku menyerahkannya kepada Ayase-san yang masuk sedikit terlambat dan berkata, Terima kasih atas kerja kerasmu selama ini”

Itu adalah kertas ucapan yang ditandatangani oleh semua staf untuk Ayase-san. Bahkan Yomiuri-senpai mampir setelah bekerja untuk menulisnya secara diam-diam, dan Kozono-san (yang sudah pulang karena masih pelajar SMA) juga menulis dengan semangat. Meskipun begitu, kalimat ucapan “Aku pasti tidak akan kalah dari Kozono-san agak sulit dimengerti sebagai ucapan perpisahan. 

Ayase-san memeluk kertas ucapan itu erat-erat ke dadanya, tampak sangat terharu, tapi dia tetap menunjukkan senyum yang sama seperti saat melayani pelanggan. 

Terima kasih banyak.

Hari terakhir Ayase-san sebagai pegawai toko buku, Ayase Saki, telah berakhir. 

Setelah menyelesaikan ucapan selamat tinggal, kami keluar dari toko sambil melihat manajer dan para pegawai senior yang masih mengobrol setelah tutup. Meskipun rasanya berat untuk pergi, kami tidak bisa tinggal lama. Meskipun kami sudah mahasiswa, jika terlalu lama pulang, orang tua kami pasti akan khawatir. 

Saat aku meninggalkan toko dan hendak melangkah keluar menuju hiruk pikuk tengah malam... tiba-tiba tanganku digenggam. 

Tunggu.

...Ayase-san?

Ketika aku menoleh, dia menatapku dengan ekspresi yang sulit dibaca. 

Ada tempat yang ingin kukunjungi. 

Di jam segini? Ehm, ke mana?

Ayase-san berpikir sejenak, lalu berkata seolah-olah bercanda, “Ziarah ke tempat suci. 

 

◇◇◇◇

 

Jalanan Dougenzaka di tengah malam memperlihatkan suasana yang pantas disebut kacau. Para calo yang mencurigakan, orang dewasa yang mabuk, dan lampu-lampu toko yang tidak padam meski sudah lewat tengah malam. 

Kami berada di atas tangga sedikit lebih tinggi dari deretan restoran yang ada di dalam gedung. Di tempat beristirahat tangga, kami bersandar pada pagar dan melihat ke bawah ke jalanan yang semrawut dan berantakan.

Aku melihat wajah samping Ayase-san. Pemandangan ini sangat mengingatkanku statusnya sebagai adik perempuan. 

Akhir-akhir ini, aku lebih sering memikirkannya sebagai kekasih, jadi sudah lama aku tidak memikirkannya sebagai adik perempuan’ seperti ini. 

Lantas mengapa sekarang aku memikirkannya sebagai adik perempuan? Ada alasan di baliknya. 

“Tempat ini jadi bikin nostalgia, ya” kata adik perempuanku sambil menyipitkan mata. 

Meskipun berada di tengah gemerlap cahaya perkotaan, dia tidak pernah tenggelam dalam cahaya tersebut

Rambutnya yang keemasan dan mata yang penuh tekad. Sikapnya yang teguh. Dia memancarkan aura kuat yang membuatku merasa dia bisa berenang dengan kuat di dunia mana pun. 

Namun, itu adalah pertemuan luar biasa yang membuatku berpikir bahwa kami memiliki nilai-nilai yang sama. 

Ya. ...Di sinilah kita pertama kali bertemu. 

Benar, inilah tempatnya. 

Di restoran keluarga yang terletak di atas tangga ini, aku, ayah, Ayase-san, dan ibunya, Akiko-san, bertemu untuk pertama kalinya. 

Dan di tempat beristirahat tangga ini, kami membuat kesepakatan

Kami sepakat untuk tidak saling berharap terlalu banyak. 

Pada hari itu, kehidupan baruku dimulai. Salah satu yang paling membahagiakan dalam hidupku.

Sama. Aku juga merasa begitu.

Dan kupikir itu karena kita bisa saling memahami satu sama lain dengan baik. 

Memang. Karena kita berdua bisa saling memahami di sini, kita bisa menjalani kehidupan dengan nilai yang sama dengan tenang setelahnya.

Mengusulkan hubungan yang mirip seperti kontrak mungkin bisa membuat lawan bicara merasa enggan dan tidak nyaman. 

Baginya, itu adalah bentuk komunikasi untuk menegaskan sesuatu meskipun menyadari ada risiko ditolak. 

Jika aku tidak merasa tidak nyaman dengan isi pembicaraannya, dia cukup meminta maaf saja

Itulah langkah berani yang diambilnya. 

Berkat keberaniannya, kehidupan kami sebagai kakak beradik tiri bisa menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Dalam arti tertentu, aku seolah-olah memanfaatkan keberanian itu. 

Aku mengerti, semuanya berkat dari hubungan yang berusaha mengungkapkan segalanya dalam kata-kata dan saling memahami, yang juga melewati risiko ditolak. 

Oleh karena itu, katanya sambil menatap mataku. 

Kata-kata berikutnya tidak mudah diucapkan. Seolah mencari kalimat yang tepat, mata indahnya bergerak bolak-balik antara mataku dan beberapa milimeter ke kanan. 

Sampai saat itu tiba, aku akan menunggu. Aku akan terus menunggu sampai dia berhasil menemukan kata-katanya. 

Karena menurutku itu tidak sopan untuk merebut kata-kata orang lain atau mewakili perasaannya tanpa izin. 

Tapi, jika kita ingin menciptakan kehidupan baru──. 

Apa kamu ingin saling menyelaraskan nilai-nilai kita? Satu nilai besar yang akan mempengaruhi kehidupan kita ke depan. 

……!

Ketika aku dengan tegas mengambil kata-katanya, Ayase-san membuka matanya lebar-lebar. 

Kemudian dia mengangguk berkali-kali. 

“Iya. Begitu. Benar sekali.” 

Lalu dia mendekatkan wajahnya ke arahku, dengan napas yang sedikit terengah-engah karena kegembiraan. 

“Mari kita bicarakan tentang memiliki anak!

……!

Kini giliranku yang membuka mataku lebar-lebar. 

Kemudian dia segera tersadar dan berkata, Ah, bukan begitu, aku lupa subjeknya, ah tidak, aku lupa kata keterangannya sambil memerah tersipu seolah-olah sedang membela diri

Pokoknya, bukan itu maksudku. Begini, bukannya baru-baru ini ibu kita bertanya tentang memiliki anak, kan?

Ah, ya, benar.

Dia berpesan supaya kami tidak menggunakan itu sebagai alasan menahan diri untuk melakukan apa yang kami inginkan. 

Dilihat dari alur percakapan dan suasananya, mungkin saja ibu tiri Akiko-san sudah menyadari hubungan antara aku dan Ayase-san. 

Setelah itu, ibu berkata padaku. Dalam dua tahun ke depan, aku akan mencapai usia di mana ibuku mengandungku. Jadi, mungkin dalam waktu dekat, aku akan memperkenalkan orang yang penting bagiku kepada mereka. 

Setelah membahas rencana tentang memiliki anak, ibu tiri Akiko-san hanya menghentikan Ayase-san untuk berbicara, tapi mungkin pada saat itulah mereka berdua membahas hal tersebut. 

Dan kemudian, siapa pun orangnya, ibu… dan Ayah tiri Taichi-san pasti akan merestuinya.

“Bukannya itu jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka juga menyadari kalau yang dimaksud itu aku, kan?

“Iya. Aku yakin itu sudah kelihatan jelas. 

Ayase-san mulai menertawakan dirinya sendiri

Tapi, ketika aku mencoba jujur mengungkapkan 'Pasanganku adalah Asamura-kun,' ucapanku malah disela dulu. Ah, maaf karena aku mencoba mengungkapkannya tanpa berkonsultasi dulu sebelumnya. Tapi, saat itu aku merasa harus mengatakannya. 

Itu tidak masalah. Sejujurnya, aku juga samar-samar merasa kalau dia sudah mengetahuinya. 

Tapi bukan itu yang kukhawatirkan.

Kenapa Ibu tiri Akiko-san menyela? Apa itu artinya dia belum mau mendengarnya? 

Meskipun dia sudah mencurigai hubungan kami, tapi dia berusaha menghindari memastikannya? 

Namun, Ayase-san segera membantah. 

Ah, kurasa tidak begitu. Suasanya tidak kelihatan seperti itu. Hanya saja… dia ingin kita menghargai waktu yang kita miliki sekarang dan perlahan-lahan memupuk cinta kita. 

Aku memikirkan kata-kata dan tindakan Ibu tiri Akiko-san, seperti yang diceritakan Ayase-san. Di bawah pagar, ada banyak orang berlalu Lalang dan hampir bertabrakan. Beberapa di antara mereka mungkin sedang minum-minum di tempat ibu tiri Akiko-san bekerja. 

Ssama seperti diriku dan Ayase-san yang mulai berkuliah dan mendapatkan teman baru, kehidupan orang-orang mengalami perubahan besar setiap beberapa tahun. Perubahan terjadi sebanyak jumlah orang, dan Ibu tiri Akiko-san yang telah lama bekerja di Shibuya pasti sering melihat banyak perubahan pada orang-orang yang mengunjungi Shibuya dan tokonya

Perubahan merupakan bagian dari kehidupan, bukan?

Mungkin Ibu tiri Akiko-san merasa bahwa memaksa kami untuk mengaku jujur di saat itu justru dapat mengikat kami dalam arti sebaliknya.

Sebagai seorang ibu, harapannya untuk kami bukanlah agar kami bahagia sebagai pasangan kekasih. Dia menginginkan kami masing-masing bebas dan bahagia tanpa terikat oleh sesuatu.

Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hubungan sepasang kekasih. Tak peduli sebahagia apapun perasaan kami sekarang, kami bisa saja putus karena hal-hal kecil. Begitu juga yang terjadi dengan ayahku dan ibu kandungku, serta ibu tiri Akiko-san dan Ito Fumiya.

Jadi, jika kami mengungkapkan hubungan ini pada saat kami bahkan belum berencana untuk menikah, ketika saatnya tiba untuk berpisah, kami harus melaporkannya dalam suasana canggung. Jika memang begitu, dia mungkin menginginkan kamu baru memberitahunya kalau hubungan kami sudah lebih serius dan membuat keputusan yang sangat penting. Mungkin itulah maksudnya.

Ketika aku mengungkapkan hipotesis itu, dia tampaknya memiliki pemikiran yang sama dan segera mengangguk. 

Kita harus menjaga dan merawat baik-baik hubungan kita. Kita memang harus begitu, tapi…

Tapi?

Dia terdengar ragu-ragu

Melihat wajah samping Ayase-san, tidak ada lagi kedinginan seperti saat pertama kami bertemu; wajahnya tampak sedikit lembek, dan kemerahan di wajahnya sulit untuk dipastikan apa itu karena cahaya lampu lalu lintas atau alasan lain. 

Hari ini adalah hari terakhir kita bekerja paruh waktu di tempat yang sama, kan?

“Iya, benar. 

Kurasa gaya hidup kita berdua akan semakin berbeda karena kuliah dan pekerjaan kita.” 

Mungkin, itulah yang akan terjadi.

“Kurasa waktu yang bisa kita habiskan bersama akan semakin sedikit. 

Kita ‘kan tinggal serumah, jadi...… sulit untuk berpikir seperti itu.

…ya.

Di masa-masa sensitif seperti SMP dan SMA, Ayase-san mengalami kehidupan yang berbeda dari ibunya. 

Dia mengetahui bahwa meskipun kami tinggal serumah, jika gaya hidup kami sangat bertolak belakang, kami berdua mungkin jarang bertemu. 

“Sejujurnya, aku sedikit khawatir. Bukannya berarti aku tidak mempercayai Asamura-kun, tapi… hubungan yang merupakan kakak beradik sekaligus kekasih itu memang sangat ambigu, seolah-olah ada definisinya tetapi tidak ada. Jika kita saling berbicara setiap hari dan saling mengonfirmasi secara teratur, kita takkan melupakannya, tapi jika waktu itu berkurang, aku merasa hubungan ini bisa hancur begitu saja. 

Aku terkejut. Ternyata Ayase-san juga merasakan kekhawatiran yang mirip denganku. Walaupun aku tidak sampai berpikir bahwa itu disebabkan oleh ketidakjelasan definisi hubungan kami. 

“Jika dia memang tidak menyukainya, ya sudah, minta maaf. Semuanya langsung beres. Lagipula, dia itu pacarmu, ‘kan. 

Aku teringat kata-kata Nakamura. 

Jika ditanya apakah aku setuju dengan cara itu, jau di dalam hati aku tidak sepenuhnya setuju. Karena itu merupakan awal dari prasangka. Karena menurutku melakukan itu karena dia pacarku sendiri merupakan kurang pantas. Ayase Saki adalah Ayase Saki, dan aku merasa tidak pantas untuk memberi label yang lain. 

Tapi memang ada benarnya dengan apa yang dikatakan Ayase-san.

Manusia terikat pada definisi. Ketika sesuatu dijelaskan sebagai “sesuatu itu begini, kita mengabaikan pemikiran yang rumit dan hanya mengenali hal tersebut, sehingga ketika ada sedikit perubahan, kita tidak lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang berbeda, melainkan mengelompokkan semua yang serupa menjadi satu. Aku selalu menghindari stereotip seperti itu, dan Ayase-san juga membencinya. Namun, terikat pada definisi dan terjebak dalam prasangka tampaknya adalah naluri manusia. Karena tidak melalui proses berpikir, hal ini menjadi stabil, cepat, dan rendah biaya, itulah sebabnya hal ini mudah bertahan.

Adik perempuan atau kekasih? 

Aku harus menegaskannya dan jangan pernah ragu

Aku tidak akan memanggilmu 'Nii-san' lagi, jadi ketika kamu memanggilku 'Saki', aku ingin kamu tidak memanggilku sebagai adik perempuanmu. 

Sesuai janji kita hari itu, dia—Saki, yang sekarang hanya akan menjadi kekasih—mengatakan demikian. 

Apa itu nilai besar yang ingin kita berdua selaraskan? 

Ketika aku bertanya demikian, Saki balas mengangguk. 

Bagaimana menurutmu? …Yuuta. 

Aku… 

Aku membalikkan tubuhku dan berhadapan langsung dengan Saki. 

Bahkan saat bermandikan cahaya jalanan Dogenzaka yang semrawut, dia tetap mempertahankan garis wajah yang anggun, tetapi duri yang tampak menyakitkan itu sebenarnya lembut seperti boneka yang bisa hancur hanya dengan sentuhan jari. Meskipun aku menunjukkan sisi menyedihkan, dia begitu murah hati sehingga menerimaku ──. 

Aku menyadari bahwa ekspresi yang muncul saat melihatnya kini lebih kaya dibanding sebelumnya. 

Karena kami berada di tempat yang sama, aku bisa merasakannya. 

Saki yang kulihat sekarang jauh lebih tiga dimensi dibandingkan Saki yang kulihat hari itu. 

Begitu ya, yang begini jauh lebih baik. 

Jika aku mendefinisikannya pada hari itu, aku takkan pernah bisa melihat Ayase Saki dalam bentuk tiga dimensi seumur hidupku. 

Tapi sekarang, meskipun aku mendefinisikan sesuatu sedikit, aku tidak akan kehilangan arah. 

Aku juga ingin definisi yang jelas.

Yuuta…, …!

Dia terkejut sejenak dan terengah-engah. 

Karena tanganku menyentuh lehernya. 

Tangan ini secara alami membentang seolah tertarik. Sambil merasakan tekstur rambutnya di punggung tangan, aku menyentuh lehernya, lalu bergeran naik ke pipinya seolah-olah ingin merasakan bentuk dan suhu tubuhnya. 

Apa aku menakutinya? Haruskah aku meminta maaf? 

Aku dengan hati-hati mencoba melihat matanya. 

Ah… 

Dan untuk pertama kalinya, aku mengerti. Untuk pertama kalinya, aku merasakannya. Apa yang dimaksud dengan [OK] yang tidak melalui kata-kata. 

Dia menutupi tanganku dengan tangannya sendiri saat tanganku itu menyentuh pipinya

Dihimpit antara kehangatan pipi dan tangannya, perlahan-lahan panas itu mulai menyebar, dan panas itu tidak hanya berhenti di tanganku, tetapi juga menyebar melalui pembuluh darah ke seluruh tubuhku

Tidak memperlakukannya sebagai adik perempuan, melainkan sebagai kekasih. 

Demi mendefinisikan hubungan kami dan menjadikan keberadaan Yuuta dan Saki sebagai sesuatu yang pasti.

“Apa boleh?

…Boleh, kok.

Kelembutan yang saling bertumpuk membakar panasnya suasana di kawasan hiburan, dan cahaya, suara, serta bayangan orang-orang di jalan Dougenzaka perlahan-lahan lenyap di ujung dunia tanpa kata.

 


● Catatan di ponsel Ayase Saki

 

Hal-hal penting. Usahakan supaya tidak terjadi kecelakaan

Jangan panik meskipun toko obat tutup. Kita masih bisa membelinya di minimarket. 

Tanggal 30 April dan 1 Mei, hari mana yang harus kutulis di buku harianku

Aku penasaran hari mana yang akan menjadi hari peringatan? 

Aku akan memutuskannya dengan Yuuta nanti.

(TN: LETS GOOOOOO ASAMURATT!!! UWOAHHHH SEGGGSSSSS

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama