Roshidere Jilid 10 Chapter 10 Bahasa Indonesia

Chapter 10 — Ratu

 

“Kalau gitu, bagaimana kalau kita persingkat bagian ini sedikit?

Kurasa itu sudah cukup bagus.

Pada sekitaran waktu di mana hasil pemungutan suara rapat besar siswa diumumkan di auditorium, Masachika sedang berdiskusi dengan Elena di ruang musik, dengan partitur di depan mereka.

“Hmm, baiklah, jadi mari kita coba lagi.

Ya.

Baik, semuanya kembali ke posisi semula~. Oh, yang di sana~? Jangan main ponsel saat latihan~.

Ah, iya.

“Ayo beriap-siap~ kita tidak punya waktu untuk bersantai~.

Ya, ketua.

Begitu ya.

Hehe.

Sementara anggota klub orkestra yang sedang berlatih kembali ke posisi mereka masing-masing, Elena berbalik dan bertanya kepada Masachika.

Ngomong-ngomong, hari ini ada rapat besar siswa, kan? Meskipun aku tahu tidak pantas mengatakan ini, tapi kamu yakin tidak perlu menghadirinya, Kuze-kun?

Ya, karena di sana ada partner yang bisa diandalkan yang akan ikut menggantikannya.

“Uwoahh~~~... sungguh ikatan kepercayaan yang kuat ya.

Haha, dan di sana ada juga... sekutu yang bisa diandalkan.

Apa-apaan dengan jeda tadi? Kemana perginya kepercayaanmu pada sesama anggota OSIS!?

Ketua~, tolong jangan main-main dengan Kuze terus dan kembalilah~.

Ah, iya iya~. Aduh, menjadi orang populer itu merepotkan ya.

Sambil mengatakan hal-hal konyol seperti itu, Elena juga kembali ke tempat duduknya.

Baik, jadi untuk sementara, mari kita mulai dari awal~.

Dan sesuai instruksi Elena, Masachika menghadap piano lagi.

 

◇◇◇◇

 

Ti-Tidak adil! Pemungutan suara ini tidak adil!!

Teriakan yang menggema di dalam aula itu membuat sebagian besar siswa, termasuk Nonoa, terkejut.

Semua anggota OSIS juga menatap dengan mata terbelalak ke arah Aoi. Sementara itu di sisi lain... Nonoa tersenyum kecil di dalam hatinya.

(Yah, wajar saja bakalan begini~)

Kebanyakan siswa mungkin akan menganggap kata-kata Aoi sebagai Tindakan nekat yang diambil setelah terdesak. Dalam pemungutan suara merah-putih ini, apa ada kecurangan dalam pemungutan suara dapat segera diketahui jika diselidiki. Cukup dengan mengumpulkan dan memeriksa bola yang tersisa di tangan pemilih. Hal itu bisa dipahami oleh siapa pun, jadi sulit untuk membayangkan bahwa seseorang akan melakukan kecurangan secara sengaja.

(Atau begitulah yang dipikirkan orang normal, kan?)

Namun, kecurangan tersebut telah disiapkan. Meskipun targetnya bukan Aoi.... melainkan Alisa yang tertegun menatap Aoi.

(Sekarang kamu tidak mempunyai waktu untuk tertegun loh, Alissa. Apa kamu menyadari? Ketika kecurangan dalam pemungutan suara terungkap, siapa yang pertama kali dicurigai?)

Perangkap yang dipasang Nonoa hampir tidak mungkin diprediksi atau dihindari, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk keluar setelah terjebak.

Dengan ketenangan yang tidak hilang meskipun terjebak dalam perangkap, dan kecerdasan untuk mengungkap kebenaran dengan cepat. Jika memiliki daya persuasi untuk meyakinkan orang-orang di sekitar tentang jawaban yang ditemukan, maka seseorang bisa melaluinya dengan lancar.

(Yah, mungkin itu bukan hal yang mustahil jika Kuzecchi atau Yukki jika mereka ada di sana sih~~ tapi, memangnya Alissa bisa mengatasi niat jahat yang tiba-tiba ini sendirian?)

Saat pertunjukkan mencapai tahap akhir, Nonoa mengamati pertunjukan di atas panggung dengan penuh minat... Namun, yang bergerak selanjutnya bukanlah Alisa maupun Touya, tapi seorang individu di antara penonton.

 

◇◇◇◇

 

“Sudah cukup!

Seorang siswi laki-laki menyerbu ke atas panggung dengan suara yang agak dramatis.

Para penonton menoleh ke arah rangkaian kejadian tak terduga dan melihat sumber suara tersebut... rupanya, pemilik suara itu adalah Kiryuin Yushou, ketua klub piano. Aoi juga tampaknya terkejut dan membuka mulutnya lebar-lebar menatap orang yang menerobos ke atas panggung.

Sementara semua orang menyaksikan dengan wajah tertegun, Yushou berteriak keras ke arah penonton dari atas panggung.

“Bukannya itu sudah cukup! Kalian, mantan anggota klub piano! Apa kalian masih berencana untuk bersikap acuh tak acuh setelah mendengar jeritan pilu wakil ketua kalian?

Meninggalkan banyak siswa di tempat, Yushou terus berbicara.

“Sekarang masih belum terlambat! Jika kalian memiliki sedikit pun perasaan terhadap teman-teman kalian yang dulu! Bukankah seharusnya kalian mengangkat tangan di sini sekarang!?

Dengan begitu, Yushou mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi sambil berteriak.

Di sini dan sekarang! Siapa yang ingin bergabung dengan klub piano, angkat tangan!!

Saat situasi ini terjadi, siswa-siswa yang akhirnya memahami apa yang ingin dilakukan Yushou mulai berbisik... dan dari kursi penonton, beberapa tangan mulai terangkat perlahan. Satu, dua, tiga... Setelah memastikan itu, Yushou tersenyum puas dan mengarahkan wajahnya ke arah Touya yang bertindak sebagai moderator.

Ketua OSIS. Seperti yang Anda lihat, klub piano telah memulihkan kuota keanggotaannya. Dengan begini, premis agenda kali ini telah gugur, bukan?

…Oh, ya, baiklah, sepertinya begitu.

Sambil mengangguk dengan kebingungan, Touya berdehem pelan sebelum mengalihkan pandangannya ke ketua klub musik ringan di sisi kiri.

“Umm~ pihak Termohon. Meskipun agenda rapat besar ini dimenangkan oleh pihak Termohon, tapi karena pembubaran klub piano telah dihindari, aku tidak tahu apakah permintaan kalian akan dipenuhi. Hasilnya sendiri masih akan dicatat, tapi apa kalian bisa memahaminya?

Eh, ah, ya. Aku mengerti, jika begitu masalahnya…

Meskipun tampaknya masih belum sepenuhnya memahami, ketua klub musik ringan itu terlihat agak lega saat mengangguk. Pada saat yang sama, sepertinya akal sehatnya akhirnya terhubung, suara-suara ketidakpuasan mulai muncul dari kursi penonton.

…Eh, apa-apaan ini maksudnya?

“Drama konyol macam apa ini

“Pemungutan suara tadi itu sebenarnya untuk apaan

Untuk saat ini, Kiryuin, silakan kembali ke tempat dudukmu.

Yushou yang tiba-tiba mengganggu jalannya rapat dan melakukan aksi yang sangat dramatis, menerima banyak kebencian. Namun, tanpa terpengaruh oleh itu, Yushou menoleh ke arah Aoi. 

“Sungguh pidato yang luar biasa, wakil ketua... jeritan hatimu telah menggerakkan mereka. Kamu bisa merasa bangga. 

Yushou membungkuk hormat dengan tangan kanannya di dada dan lengan kiri terbuka. 

Kiryuin...

Yushou tersenyum seolah-olah sedang menenangkan gadis yang berjuang sendirian. Sementara itu, Aoi berjalan menghampiri dengan langkah goyah── 

“Sejak awal, semuanya ini karena salahmu!!

Maafkan aku!!

Tendangan lutut Aoi langsung menghantam perut Yushou dengan keras. 

 

◇◇◇◇

 

Yushou yang terkena tendangan lutut Aoi (dengan ancang-ancang lari) jatuh terjerembab ke panggung. Melihat penampilannya yang memalukan dan konyol, tampaknya penonton yang sebelumnya membenci Yushou sedikit menurunkan kebencian mereka, dan mulai tertawa kecil satu per satu. 

Suasana di aula menjadi lebih santai dengan suasana yang tiba-tiba berubah menjadi komedi... Nonoa melihat Yushou dengan tatapan hampa. 

(Tidak kusangka Yushou akan mengganggu di sini... padahal aku sudah mengawasinya.) 

Belakangan ini, tidak ada informasi khusus mengenai Yushou yang bergerak untuk menghindari pembubaran klub piano. Namun, setelah melihat alur tadi, kemungkinan ia telah menghubungi mantan anggota klub piano secara diam-diam, meminta mereka untuk hadir sebagai penonton dalam rapat besar siswa. Dan jika dirinya bergerak secara diam-diam, itu berarti ia waspada terhadap gangguan dari seseorang... 

(Aku tidak ingat pernah membuat kesalahan yang akan membuatnya waspada... Mungkin ia merasa curiga karena pernah mengalami masalah denganku sebelumnya?) 

Tiba-tiba, pandangan matanya bertemu dengan Yushou yang berdiri sambil memegang perutnya... atau begitulah yang dirasakannya. Nonoa menyipitkan mata saat melihat senyum kemenangan di wajah Yushou

(... Yah~, meskipun aku merasa jengkel karena Yushou bertingkah sok bangga begitu, mungkin aku harus mundur untuk hari ini. Lagian juga aku tidak mengalami kerugian sama sekali, dan aku juga mendapatkan pion baru bernama Ayanono, jadi masih ada hasil yang didapat.) 

Setelah memikirkan hal itu, Nonoa entah bagaimana berhasil menenangkan hatinya yang baru saja merasa kesal, lalu mengangkat bahu dan berkata tanpa ditujukan kepada siapa pun. 

Rasanya, jadi cuma buang-buang waktu saja ya~. 

Ah, ya, memang...

“Maksudku, kalau mau angkat tangan di sini, kenapa mereka tidak kembali ke klub piano lebih awal...

Entahlah~ Mungkin wakil ketua itu tidak bisa mengungkapkan perasaannya sampai sejauh itu, atau mungkin karena di panggung seperti ini jadi lebih mudah untuk angkat tangan, ada semacam alasan tertentu, kan? 

Menanggapi pertanyaan Hikaru yang tampaknya tidak ditujukan kepada siapa pun, Nonoa memberikan dugaan, tetapi dia sendiri tidak tertarik untuk mengetahui kebenarannya. 

(Ahh~~ aku mulai merasa kesal lagi. Aku harus segera pulang dan menonton video prank ekstrim dari luar negeri, yang membuat orang terjatuh dan panik.)

Dengan cepat mencoba menenangkan hatinya yang kering dengan rangsangan yang mudah, Nonoa berdiri dari kursinya── 

Нупосмотрикактебе?】【Kumohon, awasi aku dengan benar ya?

Suara kecil yang terdengar seperti doa itu samar-samar terdengar. Tak lama setelah itu, 

Apa maksudnya dengan ada kecurangan dalam pemungutan suara?

Suara dingin yang memecah suasana santai mulai bergema. Usai mendengar suara yang sudah familiar itu, Nonoa menoleh ke arah panggung. 

Orang yang memulai pembicaraan itu ialah Alisa, yang perlahan berdiri dari kursinya. Dengan tatapan tajamnya, Aoi merasa tegang. 

Eh, umm, itu...

Pernyataan tadi tidak bisa diabaikan. Itu berarti kamu meragukan keadilan rapat besar siswa yang dijalankan OSIS.

Ah, umm...

Di bawah tekanan Alisa, Aoi menundukkan wajahnya dengan ekspresi pucat. Melihat Aoi yang tampak hampir menangis, tatapan simpatik dari penonton kembali tertuju padanya. Sementara itu, tatapan penuh tuduhan diarahkan kepada Alisa, dia berbalik ke arah Touya dan berkata, 

Ketua, mari kita kumpulkan bola suara yang tersisa dan lakukan penghitungan ulang. 

Penghitungan ulang? Itu── 

Sebagai orang yang bertanggung jawab atas penghitungan, aku tidak bisa membiarkan tuduhan yang tidak berdasar ini terus berlanjut. Aku mohon tolong lakukan itu demi kehormatanku dan Kimishima-san. 

Umm...

“Kita hanya akan mengambil bola yang akan dikumpulkan saat keluar. Jadi itu tidak terlalu merepotkan. Aku akan menanggung semua tanggung jawab.

Touya dibuat terkejut dengan pernyataan Alisa yang lebih tegas dari biasanya... dan akhirnya ia mengangguk. 

Aku mengerti. Kalau begitu, aku menyerahkan hal ini padamu. Tapi aku akan bertanggung jawab. 

…Terima kasih.

Baiklah, semuanya. Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, kita akan melakukan penghitungan ulang suara. Silakan masukkan bola yang tersisa ke kotak suara seperti prosedur sebelumnya. 

Nonoa tersenyum lebar saat dimulainya babak tambahan yang tak terduga ini

(Oya, oya, oya, oya?) 

Eh, sekarang kita akan melakukan penghitungan ulang? 

Alya-san...?

Takeshi dan Hikaru mengeluarkan suara bingung, sementara para siswa kembali diarahkan oleh Touya, banyak dari mereka tampak bingung atau merasa repot, menuju ke panggung. 

Silakan masukkan semua bola yang kamu pegang ke sini. Bagi yang tadi memasukkan suara kosong, mohon masukkan kedua bola yang tersisa. 

Sembari mengikuti instruksi Alisa, bola-bola suara mulai dimasukkan ke dalam kotak suara satu per satu. 

Terima kasih buat kerja kerasmu, Alissa~ sepertinya kamu dalam kesulitan, ya~? 

“Iya, tapi mau bagaimana lagi.

Meskipun Nonoa memanggilnya, Alisa tetap menjawab dengan wajah tenang sambil menatap kotak suara. Dalam ketenangan sikapnya, Nonoa merasakan firasat yang membuatnya berdebar. 

(Hmm? Baiklah, aku penasaran bagaimana ini akan berakhir?) 

Setelah kembali ke tempat duduknya, dia menunggu penghitungan ulang dilakukan. Serangkaian kejadian tak terduga mengejutkan Nonoa, membuatnya merasa luar biasa senang. 

Setelah pengumpulan bola selesai, bola-bola yang terkumpul ditata di dalam bingkai kayu di layar. Seiring berjalannya proses tersebut... suara kebingungan mulai terdengar dari berbagai penjuru kursi penonton. 

Eh?

Apa-apaan itu?

Eh, ada yang aneh...

Ketika proses penghitungan mendekati akhir, suara terkejut para penonton mulai terdengar ketika melihat pemandangan aneh di layar. 

Kenapa... bola merahnya ada lebih banyak?

Kejanggalan tersebut bisa terlihat dengan jelas. Tidak semua siswa yang hadir dapat mengingat dengan akurat hasil pemungutan suara sebelumnya. Namun, meskipun demikian, itu mustahil. Mana mungkin bola merah klub musik ringan yang seharusnya menang tadi, jelas-jelas lebih banyak. 

Eh, apa-apaan ini?

Jumlah total bolanya... bukannya itu aneh?

“Dengan kata lain, jika bola merah lebih banyak sekarang... eh, tunggu, tunggu. Bukannya itu berarti klub piano seharusnya menang?

Penonton berseru kebingungan setelah melihat situasi abnormal di mana hasil bola yang dipilih tidak sesuai dengan bola yang dikumpulkan. 

Ya, inilah jebakan yang dipasang oleh Nonoa kali ini. 

Itu bukan perkara yang rumit. Dia hanya memberikan (melalui Miyabi) beberapa bola suara yang diambilnya dari ruang persediaan sebelumnya kepada delapan rekan yang membantunya. 

Saat tiba waktunya untuk memilih, delapan orang yang membantu itu akan memasukkan bola merah untuk memilih klub musik ringan. Dan saat sisa bola dikumpulkan, mereka memasukkan satu bola merah yang telah disiapkan sebelumnya, bukan bola putih yang seharusnya tersisa. 

Akibatnya, delapan bola putih hilang, dan sebagai gantinya, delapan bola merah muncul. Selisih enam belas suara ini membuat klub piano membalikkan keadaan terhadap klub musik ringan, yang mana itu sepenuhnya cuma kebetulan saja, tapi efek visualnya sangat luar biasa. 

“Apa maksudnya ini!!

Tiba-tiba, teriakan seorang siswi dari kursi penonton membuat siswa yang bingung terkejut dan menoleh ke arahnya. Di sana, seorang siswi yang berdiri dari kursinya menatap Alisa dengan tajam sambil mengacungkan jari telunjuknya. 

Setelah mengatakan hal-hal besar, rupanya memang ada kecurangan, kan!! 

Benar banget! Ini berarti klub piano lah yang seharusnya menang, kan!? 

Jangan-jangan kamu, karena masalah Festival Budaya kemarin, masih menyimpan dendam kepada klub piano dan mengatur jumlah bola agar mereka kalah!?

Setelah perkataan murid perempuan itu, suara-suara yang menuduh Alisa mulai bermunculan satu per satu. Terpancing dengan suara keras itu, siswa-siswa lain juga mulai mengarahkan pandangan curiga kepada Alisa, namun... di sisi lain, Nonoa, yang merupakan otak dari situasi ini, memandang para kolaboratornya dengan tatapan yang sangat dingin. 

(Konyol sekali. Lain lagi ceritanya kalau mereka melakukan serangan mendadak yang bisa dipaksakan... tapi dalam situasi ini, menyalahkan Alissa dengan tuduhan yang tidak berdasar adalah hal yang mustahil. Jika ingin menyerang Alissa, seharusnya jauh lebih efektif untuk memasukkan bola putih dengan jujur daripada memasukkan bola merah pada penghitungan ulang.) 

Dengan pemikiran seperti itu seolah-olah itu masalah orang lain, Nonoa melihat gadis yang pertama kali bersuara... dan menyadari bahwa dia mengenali wajahnya. 

(Loh? Sepertinya aku pernah melihatnya... ah, bukannya dia yang pernah mengganggu Alissa di kantin beberapa waktu lalu? Mungkin itu sebabnya emosinya jadi tersulut~?) 

Dalam alur yang sudah direncanakan, penghitungan ulang bola akan dilakukan atas permintaan Aoi, dan kecurangan yang terungkap akan dituduhkan kepada Alisa. 

Tentu saja, karena itu tuduhan yang tidak berdasar, jadi tidak ada bukti. Namun, meskipun hanya berupa dugaan, kecurigaan bahwa memanipulasi hasil pemungutan suara siswa masih berakibat fatal bagi seorang kandidat dalam kampanye pemilihan

Siapa yang mau memberikan suara kepada seseorang yang mungkin melakukan kecurangan dalam pemungutan suara? Sekalipun dia dijebak oleh seseorang, jika dia tidak bisa menghilangkan kecurigaan itu maka, kandidat tersebut dianggap tidak layak. 

(Dengan demikian, Alissa dan Ayanomo yang bertugas sebagai panitia pemungutan suara akan terjerat dalam tuduhan kecurangan dan tersisih dari pemilihan... Sementara Kuzecchi dan Yukki secara otomatis terpilih, dan Ayano serta Sayacchi akan tersenyum... meskipun aku tidak berpikir semuanya akan berjalan semulus itu.) 

Namun, Alisa anehnya tetap tenang dan tidak menunjukkan kemarahan meskipun dia mendapat tuduhan yang tidak berdasar. Tanpa gentar menghadapi tatapan curiga dari penonton, Alisa melanjutkan penghitungan ulang dengan ekspresi tenang. Sikap tenangnya tampaknya membuat jengkel siswi yang pertama kali berdiri, dan dia mengangkat suaranya dengan nada frustrasi. 

Hei! Kenapa kamu tidak mengatakan sesuatu—

Bisakah kamu diam sebentar? Kami sedang menghitung. 

Suara itu dingin dan datar, seolah ingin meredakan semua semangat yang ada. 

Sikap dingin, tegas, namun bermartabat yang belum pernah ditunjukkan oleh Kujou Alisa di tempat seperti ini sebelumnya. Dirinya tidak goyah sama sekali meski menghadapi berbagai bentuk permusuhan yang diarahkan padanya, dia tampak seperti ratu es.

Para siswi dan siswa lainnya terdiam, menatap Alisa seolah-olah tertegun. Dalam suasana yang tertekan, Alisa, yang kini sepenuhnya menjadi pusat perhatian di atas panggung, perlahan-lahan membuka mulutnya. 

…Memang, ada kecurangan yang terjadi. Di sini terdapat 50 bola merah dan 48 bola putih. Jika dihitung dengan benar, jumlahnya seharusnya 42 bola merah dan 56 bola putih, termasuk suara kosong... Jadi, ada delapan suara yang telah ditukar antara bola merah dan bola putih. 

Alisa berbicara dengan tenang sambil menatap bola-bola di tangannya. Dia kemudian mengangkat wajahnya dan memandang penonton dengan tatapan tajam. 

Namun, tidak perlu dikatakan lagi... bukan aku yang menukar bolanya. Jika aku yang melakukannya, mana mungkin aku mengajukan penghitungan ulang dan mengungkapkan kecuranganku sendiri.

Alisa menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah dengan sangat tenang. Setelah itu, dia menoleh ke arah Ayano di sebelahnya. 

“Demikian pula, aku mempercayai bahwa Kimishima-san, yang tidak menghentikanku untuk mengajukan penghitungan ulang, bukanlah pelakunya. Jadi, kalau begitu... 

Alisa kemudian kembali mengarahkan pandangannya kepada penonton dan... dengan suara yang mantap, dia menyatakan dengan jelas. 

Ada seseorang di sini yang membawa bola merah tambahan, memanipulasi jumlah bola, dan membuat kecurangan ini. 

Penonton terkejut mendengar pernyataan ini, yang benar-benar melampaui batas kehati-hatian dan secara langsung menuduh penonton sebagai pelaku. 

Eh, apa maksudnya? Eh, seriusan, apa-apaan sih? 

Tunggu sebentar, pelakunya ingin membuat klub piano kalah...? Tapi, eh?

Takeshi dan Hikaru juga angkat bicara, masih belum bisa memproses pikiran mereka. 

Jangan bercanda! Atas dasar apa kamu mengatakan itu!

Kalau kamu bilang begitu, kamu pasti punya buktinya, kan!

Sementara itu, mereka yang terpojok mulai berteriak dengan putus asa. Tanpa terpengaruh oleh semua itu, Alisa kembali menatap Touya. 

Ketua, mari kita lakukan pemeriksaan barang bawaan semua orang di sini.

Pemeriksaan barang bawaan...!?

Kalau tebakanku benar, kita seharusnya bisa menemukan beberapa orang yang menyembunyikan setidaknya satu bola putih." 

Tapi, itu...

“Ketua tadi bilang akan menyerahkan urusan ini padaku.

Umm...

Saat Touya ragu-ragu dengan usulan radikal Alisa, siswi yang pertama kali berdiri itu meraih barang bawaannya. 

“Aku tidak mau terlibat lagi...! 

Sambil mengucapkan itu, siswi tersebut melangkah menuju pintu keluar. 

 

Banggg!! 

 

Suara yang mirip dengan ledakan menggema di seluruh aula. Pada saat yang sama, Alisa dan yang lainnya di panggung tergetar karena guncangan mendadak. 

Sumber suara dan getaran itu berasal dari papan yang dipasang di bagian depan panggung, di mana tinju Chisaki menghantamnya. 

Perhatian penonton tak terelakkan tertuju pada Chisaki, yang sedang menundukkan wajahnya dan meninju papan di belakangnya secara menyamping. Saat dia perlahan-lahan mengangkat wajahnya... dari suatu tempat terdengar jeritan ketakutan yang tertahan.

Wajah bos wanita, yang semakin jarang terlihat sejak dia mendapatkan pacar bernama Touya, kembali muncul. Dengan ekspresi yang membuat sebagian pria ketakutan dan sebagian wanita bergetar dalam kegembiraan, Chisaki memberikan perintah dengan suara menakutkan yang mengingatkan pada asap hitam dari gunung berapi yang sedang meletus. 

Semua orang, letakkan tangan kalian di belakang kepala dan jangan bergerak dari tempatmu. Siapa pun yang bergerak akan dianggap musuh.

Dengan perintah sepihak itu, tidak ada seorang pun di akademi ini yang menunjukkan sikap memberontak. Semua orang dengan diam dan cepat mengikuti instruksi, sementara Chisaki berbalik dan menunjukkan ekspresi lembut kepada Alisa di belakangnya. 

Alya-chan, untuk selanjutnya, boleh aku yang mengambil alih? 

…Ya, terima kasih. Aku menyerahkan sisanya padamu, Sarashina-senpai.

Setelah mendapatkan izin dari Alisa, Chisaki mengangguk ringan... lalu dengan ekspresi bos wanita, dia menatap penonton dan mengeluarkan ponselnya. 

Mulai sekarang, aku akan memanggil semua anggota komite kedisiplinan yang masih ada di sekolah dan melakukan pemeriksaan tubuh serta barang bawaan. Jangan berpikir kamu bisa melarikan diri setelah mempermainkan kami di rapat siswa!

Pada saat itulah nasib para pelaku yang menjebak Alisa berakhir. 

 

◇◇◇◇

 

Hah, hah, haah.

Setelah rapat besar siswa selesai, Alisa berlari menuju ruang musik di koridor yang kini sepi. 

Ini adalah tindakan yang tidak biasa bagi Alisa, yang biasanya sangat patuh pada peraturan sekolah. Namun untungnya, sebelum ditemukan oleh guru, sosok yang dicari muncul dari ujung koridor. 

Eh, ohh, kerja bagus, Alya!?

Masachika yang terkejut langsung menghentikan langkahnya, dan Alisa langsung memeluknya dengan kuat. Dia menggenggam bagian belakang seragam Masachika dan menempelkan wajahnya di bahunya. 

Uuuuu~~

Ad-Ada apa? Apa ada sesuatu yang buruk terjadi!? 

Uuu...

Tanpa menjawab pertanyaan Masachika yang penuh rasa khawatir, Alisa terus memeluk tubuh Masachika seolah-olah tidak ingin melepaskannya. 

Melihat keadaan rekannya yang seperti itu.... Masachika sepertinya merasakan sesuatu dan mulai mengelus punggung Alisa dengan lembut. 

Begitu, jadi kamu sudah berusaha keras, ya. Yup, kamu memang hebat. 

 

“Kamu sudah berjuang dengan baik sendirian. 

Tanpa mengucapkan lebih banyak kata-kata yang tidak perlu, Masachika terus menghibur Alisa dalam keheningan.

 


 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama