Roshidere Jilid 10 Chapter 9 Bahasa Indonesia

 

Chapter 9 — Awal Mula

 

Permohonan rapat besar siswa dari wakil ketua klub piano telah diajukan kepada OSIS.

Segera setelah rapat dimulai, Touya menyampaikan informasi tersebut, dan Masachika sedikit mengernyitkan alisnya seraya bergumam, “Ahh, yang itu”

(Apa ini yang dimaksud Yushou... bahwa Nonoa sedang merencanakan sesuatu?)

Mengingat tuduhan tak berdasar yang pernah diucapkan Yushou, Masachika mengerutkan bibirnya dengan rasa pahit. 

(Tak peduli seberapa besar ia membenci Nonoa, pria itu benar-benar mengucapkan hal yang konyol... Maksudku, kenapa pula ia repot-repot memberitahuku, yang merupakan teman Nonoa? Apa yang ada di dalam kepala orang itu sih?)

Saat Masachika semakin frustrasi dengan perilaku Yushou, Alisa bertanya kepada Touya. 

“Permohonan yang seperti apa?

Jadi begini... Sebenarnya, pada hari Jumat ini, klub piano akan diturunkan statusnya menjadi klub minat karena kekurangan anggota. Dan pada saat yang sama, klub musik ringan mengajukan permintaan untuk pertukaran ruang klub. Mereka ingin mempertanyakan apakah pertukaran ruang klub itu bisa diterima OSIS.

Klub musik ringan, ya?

Ya... Klub minat tidak memiliki hak untuk memiliki ruang klub, dan dari segi jumlah anggota, permintaan klub musik ringan memang wajar... Namun bagi klub piano, diusir dari ruang klub yang sudah bersejarah pasti sangat sulit diterima...

Meskipun secara rasional memahami permintaan klub musik ringan, secara emosional Touya juga bisa memahami penolakan klub piano, sehingga dirinya menyilangkan tangannya dengan ekspresi sulit. 

Pada saat itu, Chisaki yang duduk diagonal di depannya, menepuk lengan Touya dengan semangat. 

Tidak ada gunanya juga kalau terlalu dipikirkan. Karena permohonan sudah diajukan, kita hanya perlu menjalankan rapat siswa dengan adil. 

Chisaki... ya, kurasa ada benarnya juga.”

Hampir terjatuh dari kursi, Touya mengangguk dalam-dalam atas perhatian kekasihnya. 

Maaf. Seperti yang dikatakan Chisaki, apa pun isinya, kita hanya perlu melaksanakan rapat besar siswa dengan tenang.

“““““Baik.”””””

Para pengurus lainnya serempak menanggapi perkataan ketua dan wakil ketua OSIS. Seolah mendapatkan semangat oleh jawaban mereka, Touya menenangkan diri dan melihat formulir pendaftaran. 

Baiklah, acaranya akan diadakan sehari sebelum keputusan pembubaran klub piano... yaitu Kamis minggu ini. Sejujurnya, aku berharap mereka mengajukan permohonan dengan lebih awal...

Mungkin mereka sedang berusaha keras untuk menghindari pembubaran klub hingga detik-detik terakhir, sehingga mereka tidak bisa melakukan apa-apa dan akhirnya mengajukan permohonan.

Ah, begitu rupanya. Memang benar, jika mereka bisa memulihkan jumlah anggota, masalah tersebut bisa diselesaikan... Baiklah, lalu kita bagi tugas...

Maaf, ketua. Sebenarnya, pada hari itu, aku memiliki urusan yang tidak bisa ditinggalkan di rumah...

Eh, begitu?

Maaf... Sebagai gantinya, aku akan bertanggung jawab untuk membuat buletin dan mengumumkannya di siaran istirahat makan siang. 

Itu sangat membantu. Maaf karena kita tidak mempunyai banyak waktu, tapi aku minta tolong padamu.

Tidak, aku bisa membuat buletin dengan cepat menggunakan template yang sudah ada, jadi jangan khawatir.

Saat Yuki menerima tugas tersebut sambil tersenyum, Masachika mengangkat tangannya dengan lembut. 

“Umm, ketua. Aku merasa tidak enakan karena harus mengatakannya dalam situasi ini, tapi... pada hari itu, aku juga ada latihan dengan klub orkestra. 

Ah, tidak, aku sudah mengetahui kalau kamu tidak bisa ikutan, jadi kamu tidak perlu khawatir, Kuze. Lagipula, karena pemohonnya adalah klub piano, lebih baik jika kamu tidak ikutan.

Ah, kurasa itu ada benarnya juga~...

Masachika adalah orang yang mengalahkan Yushou dalam debat format khusus yang disebut duel piano dan menjadi penyebab keruntuhan klub piano. Jika Masachika ikut serta dalam rapat besar siswa yang berkaitan dengan masa depan klub piano, dirinya mungkin akan dicurigai atau dibenci oleh klub piano yang mengajukan permohonan. 

(Hmm~, jika ada kemungkinan Nonoa melakukan sesuatu, mungkin lebih baik aku ikut sebagai langkah berjaga-jaga... Tapi jika ingin menghindari masalah, kurasa memang lebih baik jika aku tidak ikut. Lagipula, Elena-senpai juga memintaku untuk ikut latihan klub orkestra karena kami akan membahas bagian piano pada latihan hari Kamis.) 

Meskipun ada sedikit rasa cemas, Masachika mengangguk setuju dengan kata-kata Touya. 

Maaf, aku akan membantu persiapan sepenuhnya.

Ah, terima kasih. Apa yang lain baik-baik saja? Rapat besar kali ini menggunakan pemungutan suara putih dan merah, jadi kita membutuhkan lebih banyak orang daripada biasanya...

Eh, pemungutan suara putih dan merah, ya?

Yuki menanggapi dengan nada keheranan, sementara Maria menengok bingung. 

Apa itu? Maksudnya mengangkat bendera sebagai pengganti tangan?

Tidak, bukan begitu... Itu adalah pemungutan dengan cara para penonton akan diberikan bola merah dan bola putih terlebih dulu, dan mereka akan memasukkan salah satu dari bola tersebut ke dalam kotak untuk memberikan suara. Pemohon akan menggunakan bola putih, sedangkan termohon akan menggunakan bola merah... Ini adalah metode pemungutan suara yang digunakan ketika ingin mengelola jumlah suara secara ketat. Karena membutuhkan waktu lebih lama daripada mengangkat tangan, metode ini jarang digunakan dalam rapat umum yang diperkirakan akan dihadiri banyak pemilih... 

Begitu ya. Jadi, apa itu berarti pemohon berpikir kalau persaingannya akan ketat?

...Mungkin saja.

Yuki mengangguk setelah jeda sejenak, tapi Masachika yang memahami alasannya menambahkan dalam hati. 

(Atau jika pihak OSIS yang menghitung suara tidak dipercaya.) 

Karena sulit untuk mengetahui secara sekilas berapa banyak suara yang ada hanya dengan mengangkat tangan, sehingga jika diinginkan, anggota OSIS yang menghitung suara bisa saja memanipulasi jumlah suara. Dalam hal ini, permohonan ini bisa dianggap sebagai ungkapan ketidakpercayaan pemohon, yaitu wakil ketua klub piano, terhadap OSIS

(Hmm~ rasanya bakal semakin memperburuk keadaan jika aku ikutan, jadi lebih baik aku tidak perlu berpartisipasi)

Sementara Masachika berpikir demikian, anggota OSIS lainnya mulai angkat bicara satu per satu. 

Aku bisa ikut berpartisipasi. Apa aku boleh aku mengawasi penonton saja seperti biasa? 

Ya, terima kasih. Jika Chisaki yang menjaga, kurasa tidak ada murid yang akan berani berbuat aneh-aneh. 

Aku juga sama, apa aku bisa tetap menjadi sekretaris seperti biasa?

Tentu saja. Jika begitu... maka aku meminta Adik Kujou dan Kimishima untuk bertanggung jawab sebagai petugas pemungutan suara. Kalian berdua akan mengelola pemungutan suara dan menghitung bola yang telah diberikan suara. 

Ketua, masih ada juga tugas untuk memberikan bola kepada pengunjung di pintu masuk.

Oh ya, terima kasih sudah mengingatkanku, Suou.

Tidak masalah.

Aku tidak masalah.

Baik, saya mengerti. 

Tunggu sebentar Touya. Bagaimana dengan pencahayaan dan suara?

Kita bisa meminta bantuan seseorang dari klub teater. Beban petugas pemungutan suara cukup besar, jadi lebih baik jika ada dua orang yang melakukannya. 

Rapat pembahasan berlangsung dengan lancar, dan peran untuk hari itu ditentukan dengan mudah. 

Baiklah, sekarang tentang persiapan hingga hari acara... 

Saat Touya beralih ke pembahasan berikutnya, Masachika tiba-tiba berpikir. 

(Apa seharusnya aku perlu memberi tahu Alya bahwa ada kemungkinan Nonoa akan melakukan sesuatu...?)

Namun, setelah berpikir sejenak, ia segera mengubah pikirannya. 

(Kurasa tidak perlu, toh itu hanya omong kosong Yushou. Lebih baik tidak mengatakan sesuatu yang bisa membuat Alya meragukan karakter Nonoa)

Masachika memilih untuk tetap diam, memikirkan tentang rekannya yang belum pernah merasakan sisi berbahaya Nonoa. ...Dirinya membuat pilihan ini.

 

◇◇◇◇

 

Syukurlah, semuanya berjalan lancar. Ya... tidak apa-apa, percayalah padaku, oke? Kan sudah kubilang? Aku adalah sekutu Ayanono... hehe, terima kasih. Ya, sampai jumpa.

Sambil berbaring di tempat tidurnya, Nonoa berbicara dengan nada yang sangat lembut dan penuh perhatian, lalu memutuskan sambungan telepon Ayano dengan ekspresi kosong

Tidak, seriusan... jika dilihat dari sudut pandang orang luar, rasanya cukup menyeramkan. Bagaimana bisa kamu mengeluarkan suara seperti itu dengan wajah datar?

Sebuah suara masam memanggil dari tengah ruangan, dan Nona menoleh ke arah itu. Ada seorang siswi yang mengenakan seragam Akademi Seirei duduk di atas bantal. Dia adalah orang yang menghasut Wakil Ketua Klub Piano, Aoi, untuk mengadakan rapat besar siswa, dan namanya adalah Shikumagawa Miyabi

“Lagipula ini cuma panggilan telepon, jadi aku tidak perlu membuat ekspresi, kan? 

“Mengesampingkan memerlukannya atau tidak... biasanya saat membuat suara lembut, ekspresi juga akan mengikuti loh, menurut pribadiku sih. 

Begitu? Karena aku tidak normal, jadi tidak tahu. 

Miyabi hanya bisa semakin menyeringai getir saat mendengar jawaban acuh tak acuh Nonoa

Jadi, semua persiapannya sudah selesai? 

“Benar~. Sekarang, yang harus kita lakukan hanya perlu terus menyebarkan rumor agar tidak ada orang yang bergabung dengan klub piano, sambil mengawasi pihak-pihak terkait agar tidak ada gerakan yang tidak terduga, dan menunggu hari acara. Wah, aku sudah bekerja keras banget. 

Nonoa berkata demikian tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan, dan Miyabi menatapnya dengan sedikit rasa cemburu. 

Kamu bilang sudah bekerja keras... padahal seharusnya itu kalimatku.

Eh~?

“Apanya yang 'Eh~?'. Membujuk wakil ketua klub piano dan mengamankan pelaku, kamu menyerahkan semua tugas itu padaku dan kamu hanya bilang 'eh~'? 

Nonoa memiliki beberapa pengikut yang biasanya dia manfaatkan untuk membantu dalam mengumpulkan informasi dan menyebarkan rumor di sekolah. Selain itu, dia memiliki empat teman fanatik yang diyakini sebagai pasukan pengawal yang tampaknya tidak memiliki hubungan langsung tetapi diam-diam membantu Nonoa... atau begitulah mereka menganggap mereka demikian. Namun, Shikumagawa Miyabi tidak termasuk dalam kedua kelompok tersebut. 

Secara resmi, dia adalah salah satu dari banyak kenalan Nonoa yang memiliki jaringan luas. Namun sebenarnya, dia adalah sosok yang sepenuhnya memahami sifat asli Nonoa dan membantu rencananya, bisa dibilang sebagai komplotan penjahat. Dalam hal pemahaman tentang gadis yang bernama Miyamae Nonoa, dia lebih unggul dibandingkan Sayaka, dan Masachika. Jika tidak menghitung Nonoa sendiri, mungkin dialah orang yang paling memahami Nonoa di dunia ini. 

Maaf, maaf, aku benar-benar berterima kasih kok. Karena aku cukup mencolok, jadi tidak bisa melakukan negosiasi langsung seperti itu.

Aku memahaminya sih, tapi... dengan wajah seperti itu, meskipun kau menyamar atau berdandan, pasti ada batasnya. Tapi, aku merasa tidak nyaman karena selalu dibebani dengan peran yang berisiko tinggi dan perlu perhatian...

Ketika Nonoa merencanakan kejahatan, dia pada dasarnya tidak pernah turun tangan secara langsung. Dia memanipulasi pengikut dan teman-temannya dengan kata-kata yang cerdik, sehingga jejak niat jahatnya hampir tidak tertinggal. Dan dia hanya memberikan informasi seminimal mungkin kepada mereka yang dimanipulasinya supaya mereka tidak merasakan niat jahatnya. 

Hal yang sama berlaku juga dengan Ayano. Instruksi yang diberikan Nonoa kepada Ayano kali ini hanyalah untuk memastikan Masachika dan Yuki tidak ikut serta dalam rapat siswa kali ini. Dan untuk menjadi petugas pemungutan suara bersama Alisa. Cuma itu saja. Dia sama sekali tidak membicarakan apa yang akan terjadi di rapat siswa tersebut dan bagaimana hasilnya. 

Namun, cuma Miyabi satu-satunya pengecualian di antara mereka, dan dia bergerak untuk menyiapkan tempat yang diinginkan Nonoa setelah mendengarkan semua rencananya.  

“Makanya aku berterima kasih padamu~... Aku akan membayarmu dengan tubuhku dengan baik~ 

Kamu sendiri yang bilang begitu, oke? Kali ini aku cukup kesulitan, jadi aku takkan memberikan toleransi, loh? 

“Iya deh, iya, setelah rapat siswa selesai, ya~ 

Nonoa dengan santai menunda ucapan terima kasih dan tersenyum. 

Baiklah... Aku sangat penasaran bagaimana reaksi Alissa dan Kuzecchi... aku jadi sangat menantikannya~ 

Nonoa tertawa polos mirip seperti seorang anak kecil yang menunggu hasil dari keusilan mereka. Namun, keusilan itu merupakan rencana jahat yang menginjak-nginjak impian Alisa dan menjatuhkannya ke dalam jurang keputusasaan. Meskipun dia sepenuhnya memahami hal itu, Nonoa hanya menunjukkan harapan murni di permukaan... Miyabi berkata dengan senyum pahit. 

“Aku senang melihatmu menikmatinya, Yang Mulia Ratu. 

Sorot matanya mengandung beragam emosi yang rumit, beberapa di antaranya kasihan... sekaligus menghormati.

 

◇◇◇◇

 

Pada hari acara dilaksanakannya rapat besar siswa. Aoi, yang ditunjuk sebagai pemohon, duduk di sisi panggung dengan perasaan tertekan dan kesepian. 

Baiklah, kali ini berdasarkan kesepakatan antara Pemohon dan Termohon, kami akan mendengarkan pernyataan dari pihak Termohon. Bagi pihak Termohon, silakan.

“Baik.

Mengikuti arahan Touya sebagai pembawa acara, ketua klub musik ringan menaiki panggung dari sisi seberang. 

Eh~ Terima kasih semuanya. Namaku Yanai, ketua klub musik ringan. Sebenarnya, aku tidak pernah menyangka bahwa masalahnya akan menjadi sebesar ini, jadi aku merasa sangat gugup dan bingung harus berbicara apa, tetapi akulah yang membawa masalah ini kepada klub piano, jadi mungkin lebih baik jika aku menjelaskan situasinya terlebih dahulu. Lagipula, aku tidak ingin terlibat dalam semacam adu argumen, jadi aku ingin berbicara terlebih dahulu. Baiklah.

Sambil tersenyum untuk menyembunyikan rasa gugupnya, Yanai melanjutkan. 

“Umm~ Pertama-tama, kami tidak bermaksud meminta hal yang mustahil. Sederhana saja, kami hanya meminta untuk menukarkan ruang klub karena klub piano kekurangan anggota dan akan diturunkan menjadi klub minat. Kami tidak meminta untuk digabungkan, kan? Kami hanya meminta untuk menukar ruang... Apa kalian tahu? Betapa sempitnya ruang klub kami. Bersama dengan klub fotografi, kami bahkan kesulitan untuk menempatkan alat musik. Saat ini, kami memiliki dua puluh tujuh anggota. Jika bertambah lagi, itu benar-benar masalah. Tapi, klub piano sekarang hanya memiliki empat anggota, kan? Jadi rasanya wajar jika klub dengan lebih banyak anggota menggunakan ruang yang lebih luas, bukan?

Yanai, yang tidak bisa dibilang terbiasa berbicara di tempat seperti ini, tetapi tetap dengan cara bercerita yang apa adanya, membuat penonton merasakan empati. Sepertinya Yanai juga mulai merasa tenang seiring dengan pembicaraannya, dan dia mulai menutup pembicaraan dengan suasana yang sangat santai. 

Pertama-tama, aku tidak ingin terlalu mengandalkan peraturan sekolah seperti ini, tapi klub minat tidak memiliki hak untuk memiliki ruang klub, bukan? Jadi, sungguh, aku merasa bingung harus berbicara tentang hal itu di sini... Aku tidak pernah menjadi vokalis, jadi menggunakan mikrofon di panggung seperti ini mungkin merupakan pengalaman berharga, ya? Haha... yah, pokoknya, aku hanya ingin klub piano sebaiknya merelakan ruang klub mereka sesuai peraturan. Baiklah, itu saja.

Ketika Yanai membungkuk ringan, tepuk tangan hangat nan meriah memenuhi ruang auditorium. Pada saat yang sama, terdengar sorakan bercampur ejekan dari anggota klub musik ringan. Yanai membungkuk berulang kali dengan senyum malu-malu sambil kembali ke tempat duduk di sisi bawah panggung. 

“Baiklah, kalau begitu, kita akan beralih ke sesi tanya jawab. Apa ada pertanyaan dari pihak Pemohon?

Aoi melompat kaget dari tempat duduknya saat Touya bertanya. 

Ah, ka—

Dia berusaha menjawab dengan cepat, tetapi hanya suara serak yang keluar dari tenggorokannya. Dia menelan ludah, tetapi mulutnya terasa sangat kering sehingga dia hanya merasakan sensasi menelan udara. Namun, karena tenggorokannya terbuka, dia berusaha menjawab dengan suara yang sedikit bergetar. 

Ti-Tidak ada.

Ya, mana mungkin ada pertanyaan. Apa yang dikatakan ketua klub musik ringan sangat masuk akal, dan sebenarnya tidak ada ruang untuk membantah. 

Baiklah, kita akan melanjutkannya ke dalam sesi pernyataan Pemohon... boleh?

──Iya

Aoi berusaha untuk menyegarkan tenggorokannya sebelum naik ke atas panggung, jadi dia mengambil botol air mineral di atas meja. Namun, tangannya yang bergetar karena gugup, membuatnya kesulitan untuk membuka tutupnya, dan dia merasa kalau itu cuma akan menumpahkan air saja, jadi dalam beberapa detik dia menyerah dan berdiri. 

Hah, hah...

Kakinya terasa lemah karena dirinya terlalu gugup. Napasnya juga sulit dikendalikan. Waktu yang diperlukan untuk berjalan ke podium terasa sangat panjang, tetapi juga seperti sekejap. 

...

Aoi berdiri di podium dan melirik ke arah penonton. Mungkin karena topik yang dibahas tidak terlalu menarik perhatian jadi jumlah penonton yang hadir cukup sedikit. Wajah-wajah penonton terlihat gelap dan sulit dikenali karena sorot lampu podium. Namun... apa itu benar-benar cuma imajinasi Aoi bahwa dia dikelilingi oleh tatapan yang tidak bisa dibilang ramah, dan lebih seperti dijadikan tontonan? 

(Tidak, mungkin... itu bukan ilusi) 

Dia merasakan atmosfer yang tidak bersahabat. Argumen absurd macam apa yang akan dilontarkan para anggota klub piano, yang reputasinya kini sudah tercemar? Mereka sudah menunggu hal itu. 

Hah, hah... 

Dia merasa mual. Mulut dan tenggorokannya kering, tapi entah mengapa keringat dingin terus mengalir. Karena sudah tidak sanggup menatap penonton lebih lama lagi, Aoi menundukkan wajahnya di podium... dan dalam posisi itu, dia mulai berbicara. 

“Namaku, Tsukamoto Aoi, wakil ketua klub piano... 

Walaupun kata-katanya tersendat, Aoi berusaha keras untuk terus berbicara. 

Aku pertama kali menemukan piano yang saat ini tersimpan di ruang klub piano saat aku kelas dua SMP... 

Dia bisa merasakan kebingungan di antara penonton, meskipun dia tidak melihatnya secara langsung. Namun, Aoi tidak memiliki pilihan lain. Dari segi logika, dia tidak akan pernah bisa melawan argumen klub musik ringan. Jadi, satu-satunya cara ialah... memancing emosi mereka. Dia tak punya pilihan selain berbicara jujur tentang perasaannya dan membuat mereka bersimpati. 

“Sebelumnya aku berniat untuk mendaftar di SMA yang berbeda. Tapi, setelah bertemu piano itu... aku benar-benar merasa kehidupanku berubah. Aku benar-benar berpikir inilah arti persepi dunia uang berubah...... 

Kenangan bersama Stain, teman pianonya, berputar di dalam pikirannya. 

“Aku belajar dengan sangat rajin. Guru-guru SMP-ku sering mengatakan itu mustahil. Namun, aku benar-benar ingin bermain piano itu sekali lagi... Aku benar-benar belajar sampai mengorbankan waktu tidurku. Aku berusaha sekuat tenaga daripada yang pernah kulakukan seumur hidupku. Berat badanku sampai turun enam kilogram. Aku belajar seperti sedang muntah darah... Dan kemudian, ketika entah bagaimana aku diterima dan bisa memainkan piano itu....

Aoi secara alami tersenyum ketika mengingat kembali momen emosional itu. Dengan senyum canggung yang penuh ketegangan, dia berbicara sambil berlingan air mata

“Aku merasa bahwa semua upayaku jadi sepadan. Kalian mungkin berpikir kalau aku terlalu melebih-lebihkannya, tapi sungguh. Piano itu... Stein-kun, merupakan sosok yang lebih dari sekadar kekasih, dia adalah sesuatu yang sangat berarti bagiku.

Penglihatannya mulai kabur. Meskipun dia berkali-kali mengedipkan matanya, air mata terus mengalir deras tanpa henti. 

Ak-Aku tidak ingin terpisah darinya. Dia dipinjamkan oleh alumni Raikoukai. Jika ruang klub piano diambil, dia pasti akan dikembalikan kepada pemiliknya. 

Hanya dengan membayangkan masa depan seperti itu, air matanya semakin tidak bisa dibendung. Aoi mulai merasa sesak napas dan hanya bisa berusaha keras untuk berbicara. 

Aku menyadari kalau ini permintaan yang tidak masuk akal. Tapi, tolong, aku benar-benar, mohon...

Aoi memohon sambil menundukkan wajahnya yang sudah tertunduk. 

“Kumohon jangan ambil dia dariku...!!

 

◇◇◇◇

 

(Waduduh, ini cukup mengejutkan~

Nonoa, sebagai anggota klub musik ringan, menyaksikan jalannya rapat dari kursi penonton bersama teman-teman klub lainnya. Dia merasa terkejut dengan permohonan Aoi yang tampak penuh harapan dan efek yang ditimbulkannya. 

Awalnya, pandangan umum terhadap klub piano di sekolah adalah [Pangeran Piano Yushou dan pengikutnya]. Walaupun anggota klub piano yang serius, termasuk Aoi, tidak pernah meninggalkan ruang klub, sementara Yushou yang sudah mencolok dan pengikutnya, sering beraktivitas di luar ruang klub, jadi hal ini wajar saja. Dan sejujurnya, pengikut Yushou tidak diterima dengan baik oleh sebagian siswa—terutama dari klub musik lainnya. 

Karena mereka pengagum Yushou, mereka bertingkah arogan dan sering melontarkan kalimat yang merendahkan siswa laki-laki lain. Akibatnya, klub piano sendiri dianggap sebagai sekelompok orang yang sombong dan menjengkelkan. Setelah Festival Budaya Akademi Seirei, siswa-siswa yang sebelumnya diam-diam tidak puas mulai mengeluh secara bersamaan, Sejak dulu mereka selalu begitu~~, dan hal itu menyebar di seluruh sekolah. Baru-baru ini, Nonoa juga diam-diam ikut membesar-besarkan rumor tersebut, sehingga kesan terhadap klub piano di sekolah sudah sangat buruk. 

Hingga pernyataan Aoi dimulai, sebagian besar penonton memandangnya dengan sinis seakan menyiratkan, Apa sih yang akan dikatakan klub piano yang sombong ini?”. Namun kini semua orang tampak kehilangan dendam mereka dan saling bertukar pandang dengan kebingungan. 

...Apa ada pertanyaan dari pihak Termohon?

Eh, tidak, sama sekali tidak ada, ya. 

Bahkan ketua klub musik ringan tampak terpengaruh oleh rasa simpati dan terlihat gelisah. Hal yang sama juga dirasakan oleh anggota klub lainnya, Takeshi yang duduk di samping Nonoa dan Hikaru yang duduk di seberangnya, juga menunjukkan ekspresi, Eh, bagaimana ini?”.

Baiklah, sekarang kita akan melanjutkan pada tahap pembelaan terakhir...

Mengikuti prosedur, Touya berhenti sejenak untuk melihat Aoi di atas panggung, lalu menundukkan pandangannya dan melanjutkan, Tidak

Kedua belah pihak tampaknya sudah menyampaikan apa yang ingin mereka katakan, jadi kita akan melanjutkan pada persiapan pemungutan suara. Mohon tunggu sebentar.

Setelah kata-kata Touya, podium diturunkan dan digantikan dengan meja panjang yang memuat kotak suara, sementara penonton masih terlihat bingung. 

(Seriusan~~nih~? Kalau begini sih, jangan-jangan klub piano malah menang?) 

Dengan rasa penasaran, Nonoa mengamati Aoi yang telah mengubah alur rapat dalam sekejap dengan argumen emosionalnya. 

Dia tidak tergerak oleh permohonan Aoi yang dipenuhi air mata, dan isinya sendiri tidak terlalu penting baginya, tetapi... Tindakan Aoi yang sepenuhnya tidak terduga itu benar-benar menarik. Namun, 

(Tapi yah, mana mungkin situasinya akan terus berlanjut seperti ini...) 

Segera setelah Nonoa berpikir demikian, dari berbagai penjuru kursi penonton, muncul beberapa komentar yang mengurangi simpati terhadap Aoi. 

Tapi, entah piano itu akan dikembalikan atau tidak, bukannya itu sedikit berbeda dari masalah ruang klub? 

Itu sih memang masalah pribadi banget. 

Ngomong-ngomong, siapa sih yang dimaksud Stein-kun itu?

Kalau dibilang kasihan sih, memang kasihan, tapi... bagaimana dengan anggota klub piano lainnya? Klub piano yang membiarkannya berjuang sendirian tidak layak mendapatkan simpati sama sekali.

Mungkin terinspirasi oleh komentar-komentar tersebut, salah satu anggota klub musik ringan akhirnya angkat bicara. 

Tapi... klub kita di sini ada 27 orang yang kesulitan...

Dimulai dengan suara itu sebagai pemicu, beberapa detik kemudian muncul suara-suara pembelaan dari anggota klub musik ringan untuk membenarkan posisi mereka. 

“Kurasa benar juga... sejak awal, justru pihak mereka yang meminta hal tidak masuk akal.

Maksudku, bukankah pianonya akan segera diambil setelah kegiatan mereka tidak lagi menjadi kegiatan klub? 

Kalau dipikir-pikir lagi... kurasa ini masalah yang lebih dari sekadar masalah ruang klub.

Kalaupun kita menyerah dengan ruang klub mereka, tapi pianonya masih tetap diambil kembali, bukannya kita sendiri yang terlihat jadi bodoh?”

Mungkin karena merasa tiba-tiba dianggap seperti penjahat, para anggota klub musik ringan mulai membela diri dengan argumen bahwa pengambilan piano adalah tanggung jawab klub piano dan bukan klub musik ringan yang menjadi penyebabnya.

Secara objektif, argument mereka terdengar agak dipaksakan, tapi dengan jumlah orang sebanyak ini, tampaknya psikologi kelompok mulai berperan, dan pemikiran mereka mengalir ke arah mengabaikan sedikit ketidaklogisan. 

(Pertama-tama, dengan begitu banyaknya anggota klub musik ringan, kita jelas-jelas sangat diuntungkan~. Yah, meskipun sepertinya ada beberapa orang dari klub piano, termasuk Yushou, yang hadir... tapi tetap saja mereka kalah jumlah.)

Nonoa yang tidak terpengaruh oleh psikologi kelompok berpikir demikian seolah-olah ini bukan urusannya, sementara Takeshi melihat ke kiri dan kanan seakan-akan ia masih bersimpati terhadap Aoi. 

Begitu, ya? Eh, bagaimana ya?

“Hmm~...

Mendengar pertanyaan Takeshi, Hikaru menyilangkan tangannya dengan ekspresi serius. 

(Ahh~ mereka merasa bimbang~. Hmmm, jika begini terus~, kedua orang ini mungkin tidak bisa berpihak pada siapa pun dan hanya memasukkan suara kosong.) 

Setelah merasa demikian, Nonoa memutuskan untuk memberi sedikit dorongan untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan. Dia membuat wajah yang sama seriusnya seperti Hikaru dan menunjukkan sikap galau

Umm, memang sih~, wakil ketua itu agak kasihan, ya... 

Ah, iya, ‘kan? Sebenarnya kita tidak harus mendapatkan ruang klub piano, kan... 

Mungkin jauh di lubuk hatinya ia memang sangat bersimpati terhadap Aoi, Takeshi menengok ke arah Nonoa dengan sedikit lega. Karena itulah, anggota klub ringan lainnya yang hampir terpengaruh oleh psikologi kelompok juga menatap Nonoa dengan ekspresi seolah-olah mereka disiram air dingin. Merasakan tatapan itu, Nonoa berpura-pura berbicara kepada Takeshi dan mengucapkan kalimat yang bisa didengar oleh semua orang di ruangan. 

Tapi, ya~. Jika dipikir-pikir dengan tenang, kita tidak perlu terlalu memikirkan tentang pemungutan suara kali ini, kan? Karena tidak ada yang mengatakan bahwa apa yang diputuskan dalam rapat siswa harus diikuti sepenuhnya.

Eh?

“Habisnya, memang begitu, kan? Ada juga penilaian dari pihak sekolah, dan jika kita menang di sini, hal itu tidak serta merta berarti 'Baiklah, klub piano harus segera menyerahkan ruang klubnya'. 

Ah, ya... kurasa ada benarnya juga. 

Ucapan tenang Nonoa menepis prasangka Takeshi bahwa memilih klub musik ringan di sini akan menjadi hukuman mati bagi Aoi, dan ekspresinya menjadi sedikit lebih rileks. Nonoa kemudian melanjutkan. 

Jadi, bukannya lebiih baik jika kita menganggap bahwa pemungutan suara kali ini merupakan cara untuk mendapatkan hak menggunakan ruang klub piano sebagai tempat latihan? Terlepas kita benar-benar akan bertukar ruangan dengan klub piano atau tidak, kita bisa membahasnya di kemudian hari... sebaliknya, jika kita kalah di sini, bukannya Yushou akan menggunakan alasan itu untuk menolak dengam tegas, bukan? 

Ah... memang benar. 

Perkataan Nonoa mengingatkan kembali Takeshi bahwa ketua klub piano adalah Yushou, dan ekspresinya mengerut. Anggota klub musik ringan lainnya juga menunjukkan ekspresi yang serupa dan menatap Yushou yang duduk di kursi paling depan di depan panggung. 

Nonoa mengangkat bahunya setelah memastikan bahwa anggota klub musik ringan yang sempat terbawa perasaan kini telah sepenuhnya kembali tenang. 

(Maaf banget ya~, wakil ketua. Rasanya bakalan jadi masalah jika aku membiarkan klub piano menang~)

Sementara Nonoa menyampaikan permintaan maaf simbolis dalam hatinya, Touya mengumumkan beberapa saat kemudian bahwa persiapan pemungutan suara telah selesai. 

“Kalau begitu, silakan melakukan pemungutan suara. Jika kalian ingin memberikan suara untuk klub piano yang merupakan Pemohon, masukkan bola putih. Jika ingin memberikan suara untuk klub musik ringan sebagai Termohon, masukkan bola merah. Jika tidak ingin memberikan suara untuk keduanya, jangan masukkan bola apa pun. Mari kita mulai dari barisan depan, silakan dari sisi sana.

Seraya mendapatkan arahan dari Touya, para siswa di kursi penonton menggenggam bola berwarna merah dan putih yang terbuat dari resin dengan diameter sekitar dua sentimeter, yang diberikan saat masuk. Mereka menuju ke panggung dengan salah satu bola di tangan atau dengan kepalan tangan kosong. 

(Aku sih tentu saja memilih yang merah.) 

Nonoa juga menggenggam bola merah di tangan kanannya, sementara bola putih dimasukkan ke dalam saku rok, lalu dia menuju ke atas panggung. 

Silakan ke sini. Masukkan bola putih untuk klub piano, sedangkan untuk klub musik ringan, masukkan bola merah. Jika tidak ingin memberikan suara untuk keduanya, jangan masukkan bola apa pun. Setelah memberi suara, mohon tunjukkan tangan kalian.

Sambil memantau proses pemungutan suara di depan kotak suara, Alisa terus memanggil untuk menghindari kesalahan suara, sementara Ayano menghitung jumlah pemilih di sampingnya. 

“Kerja bagus, Alissa~” 

“Iya, Nonoa-san juga.

Ketika giliran Nonoa tiba, dia menyapa Alisa sambil memasukkan bola merah ke dalam kotak suara. Sementara Alisa tetap fokus pada kotak suara, dia menjawab singkat dengan wajah serius, Tunjukkan tanganmu. Dari ekspresi seriusnya yang bertekad untuk menjalankan tugasnya, sepertinya dia tidak menyadari bahwa ada rencana jahat yang akan menutup masa depannya. 

“Oke, oke~.

Saat Nonoa menunjukkan tangan kanannya yang kosong, Alisa mengangguk kecil dan berkata, “Kalau begitu, silahkan ke sana,” sambil menunjuk dengan tatapan matanya ke arah tangga menuju kursi penonton, lalu beralih ke orang berikutnya. Nonoa melambai ringan dengan tangan kanannya yang terbuka ke arah Alisa. 

(Sampai jumpa lagi~ Alissa. Mungkin ini terakhir kalinya aku bertemu denganmu sebagai anggota OSIS.) 

Begitu bergumam di dalam hatinya, Nonoa melihat ke arah Ayano yang menatapnya tanpa ekspresi selama beberapa detik sebelum sedikit menundukkan pandangannya. Apa itu karena rasa bersalah karena terlibat dalam rencananya, atau ada alasan lain? Dengan ekspresi yang tetap tidak terbaca, Nonoa tidak terlalu memikirkannya. 

(Yah, sepertinya dia bergerak sesuai instruksiku dengan baik. Mungkin dia tidak menyadari bahwa dia juga akan terjebak.)

Sambil kembali ke tempat duduknya, Nonoa membuka aplikasi obrolan di ponselnya untuk memeriksa apa ada situasi tak terduga yang terjadi menjelang tahap akhir. 

(Yukki sudah lama pulang, dan Kuzecchi sedang berlatih di klub orkestra... Ada informasi bahwa Yushou melakukan kontak dengan Kuzecchi, jadi aku sedikit waspada, tetapi sepertinya tidak ada masalah.) 

Lagipula, meskipun Masachika dan Yuki ada di sini, mereka berdua masih tetap kesulitan untuk menangani situasi yang akan terjadi. 

Namun, Nonoa tersenyum kecil karena semuanya berjalan sesuai rencananya, dan dia menunggu saat penghitungan suara. 

Tak lama kemudian, pemungutan suara selesai, dan penghitungan suara dimulai. 

Layar di atas panggung menampilkan dua papan yang dilengkapi bingkai kayu yang diletakkan di atas meja panjang tempat kotak suara berada. Bingkai papan ini memiliki lebar yang pas untuk menyusun sepuluh bola, sehingga bisa mengukur sepuluh suara dalam satu baris. Alisa dan Ayano bekerja sama menyusun bola-bola tersebut. 

Anggota klub musik ringan menahan napas, sementara Aoi melihat dengan penuh harapan, masing-masing mengawasi... Tak lama kemudian, hasilnya diumumkan. 

Hasil pemungutan suara: 25 suara putih, 39 suara merah, dan 17 suara kosong... Dengan demikian, kemenangan untuk pihak Termohon. 

Dengan pengumuman Touya, anggota klub musik ringan tampak lega tetapi juga sedikit canggung, sehingga menunjukkan ekspresi yang rumit. Di antara mereka, Nonoa memperhatikan Aoi yang menunduk dalam-dalam di sisi panggung. 

(Sekarang, Wakil Ketua~. Semuanya sudah berakhir. Kamu tahu apa yang harus dilakukan untuk melindungi piano kesayanganmu, ‘kan~?) 

Karena posisi Nonoa yang jauh, dan karena Aoi menundukkan wajahnya, jadi ekspresinya tidak terlihat sama sekali. Namun, Nonoa bisa merasakan pergerakan emosinya dengan jelas. 

Keputusasaan, kesedihan, kegelisahan, kebimbangan, dan— 

Saat Aoi sedikit mengangkat wajahnya, bibirnya terkatup rapat, dan seketika itu juga...

In-Ini tidak sah! Pemungutan suara ini tidak sah!!

Jeritan Aoi menggema di dalam auditorium.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama