Roshidere Jilid 10 Epilog Bahasa Indonesia

Epilog — Pengkhianatan

 

Hari sudah gelap gulita, dan cahaya yang masuk dari halaman sekolah menjadi satu-satunya sumber penerangan di sebuah kelas, di mana ada Nonoa dan Ayano. 

…Jadi, pada akhirnya, apa rencananya dalam kejadian kali ini, Nonoa-san?” 

Meskipun sudah dipanggil, Nonoa yang diam-diam menatap halaman sekolah tidak menjawab, membuat Ayano bertanya dengan suara yang agak tegang. 

Setelah beberapa saat hening, Nonoa akhirnya berbalik dan tersenyum cerah. 

Ah, maaf, maaf, aku baru saja memikirkan sesuatu sebentar~

Sambil menempelkan jari telunjuknya di sudut mulut dan menutup sebelah matanya untuk meminta maaf, Nonoa melanjutkan dengan senyum ceria. 

“Kejadian tadi sore benar-benar dipenuhi perkembangan yang mengejutkan, ya~. Tidak kusangka, Alissa akan mengusulkan penghitungan ulang di sana~? 

Nonoa berbicara dengan ceria seolah-olah sedang membahas hasil pertandingan olahraga… tiba-tiba wajahnya menjadi serius, dan memiringkan kepalanya

Tapi, jika dipikir-pikir, rasanya aneh, ya~. Tampaknya itu adalah ungkapan dari ketulusan Alissa yang tidak bisa menerima tuduhan kecurangan~? Namun jika kita berpikir dengan tenang, menekan wakil ketua klub piano dalam situasi itu hanya akan merugikan Alissa. 

Tanpa menjawab pertanyaannya sendiri, Nonoa terus berbicara tentang hal yang tampaknya tidak ada hubungannya, tapi Ayano tetap diam. 

“Habisnya, benar, ‘kan? Suasana di lokasi saat itu sangat bersimpatik terhadap wakil ketua klub. Jika dalam suasana seperti itu tiba-tiba mengusulkan penghitungan ulang dan berkata, 'Tidak ada kecurangan, aku minta maaf~', jelas-jelas Alissa akan dianggap orang jahat. Nyatanya, saat Alisa mendekati wakil ketua klub, suasana di lokasi sudah terasa 'Sudah, ampuni saja dia...'. 

Tanpa memotong pembicaraan atau memberikan anggukan, Ayano mendengarkan Nonoa dengan ekspresi datar seperti biasa. Nonoa juga tidak memperhatikan sikap Ayano yang diam, dan dengan nada santai menyentuh inti masalah. 

Jadi, kurasa Alissa sudah mengetahui bahwa kecurangan akan muncul. Dan dia juga mungkin menyadari bahwa kecurangan itu bukan untuk mengalahkan wakil ketua klub piano, melainkan ditujukan padanya.

Analisis yang disampaikan dengan santai membuat Ayano sedikit menggerakkan alisnya. Namun, Nonoa tidak memperhatikannya dan terus melanjutkan monolognya

“Lagian, jika kecurangan ditujukan kepada wakil ketua klub piano, pasti ada dua pilihan: mengeluarkan bola dari kotak suara klub piano atau memberikan beberapa suara untuk klub musik ringan sendirian, kan? Pilihan pertama tidak realistis karena Alissa selalu mengawasi, jadi sisanya tinggal pilihan kedua. Tapi.... jika itu dilakukan, kecurangan akan terungkap saat penghitungan ulang, tetapi pelakunya takkan ditemukan, ‘kan? Karena tidak ada bukti fisik yang tersisa di tangan pelaku. Kalau itu terjadi, percuma saja repot-repot mengungkap kecurangannya, kan? Justru yang terungkap hanya bahwa membiarkan kecurangan terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak negatif.

Kemudian Nonoa memegang dagunya dengan ekspresi berpikir mendalam, sambil mengarahkan pandangannya ke atas dan melanjutkan. 

Tapi, kurasa dia tidak sepenuhnya tahu dari awal~. Reaksi Alissa saat wakil ketua klub berteriak 'kecurangan!' tidak terasa seperti akting. Jadi, sepertinya dia tahu bahwa dirinya menjadi target, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. 

Setelah menyimpulkan pemikirannya, Nonoa menurunkan pandangannya kepada Ayano dan kembali tersenyum seolah sadar. 

Ah, maaf, maaf, aku terlalu asyik berbicara panjang lebar sendiri. Maksudku, apa yang ingin kukatakan adalah...

Nonoa mendekati Ayano dengan senyum yang akrab dan ceria yang tak wajar. Dari jarak dekat yang hampir bisa merasakan napasnya, Nonoa menatap wajah Ayano dan berkata, 

Hei, Ayanono.

“Jadi begitulah. 

Pada saat itu, suara seorang wanita terdengar ketika pintu geser terbuka dibarengi lampu kelas menyala dengan suara klik. 

Ruangan yang tiba-tiba menjadi terang itu diisi oleh Yuki, diikuti oleh Masachika, Alisa, dan Yushou

“Oya, oya, ini sih... sekelompok orang hebat sedang berkumpul. 

Ayano diam-diam berdiri di samping Yuki, dan mereka berlima menghadap Nonoa. 

Melihat tatapan mereka, Nonoa menyadari bahwa semua rencananya telah terbongkar... meskipun begitu, dia menyambut situasi ini dengan senyum yang tulus, seolah-olah merasa senang dengan situasi tersebut.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama