Jinsei Gyakuten Volume 2 Chapter 5 Bahasa Indonesia

Chapter 5 — Ai vs Miyuki

 

“Ojou-sama, ini adalah laporan yang diminta.” 

Di ruang tamu, aku menerima dokumen dari Kuroi. Sepertinya laporan yang kuminta dari agen investigasi telah selesai. Aku membaca beberapa halaman, dan merasa mual dengan isi yang mengerikan.

Aku sengaja tidak bertanya langsung kepada Senpai tentang apa yang terjadi. Mungkin karena aku merasa itu adalah topik yang sulit untuk dibicarakan, dan sepertinya ia juga tidak ingin membicarakannya dengan ibunya. Jika aku memaksanya untuk menceritakan, mungkin aku hanya akan memperburuk luka di hatinya. Aku bisa memperkirakan isi laporan tersebut sampai batas tertentu, tetapi ketika aku membacanya, niat jahat yang ditujukan kepadanya mengingatkanku pada traumaku sendiri, dan itu sangat menyakitkan. 

Bagaimana mungkin orang yang sebaik dirinya harus menerima perlakuan seperti ini? Mengapa Tuhan begitu tidak adil? 

Aku senang telah meminta Kuroi untuk menyelidiki apa yang terjadi pada Senpai melalui agen investigasi. Dengan ini, musuhnya menjadi jelas. Aku juga bisa bergerak. 

Pada awalnya, aku menganggap ini hanya masalah percintaan yang melibatkan masalah sepele. Namun, rupanya isinya jauh lebih jahat dari yang kubayangkan

 

※※※※

Laporan 

Tuan Aono Eiji tampaknya telah diselingkuhi oleh kekasihnya, Amada Miyuki. Dia bertemu secara diam-diam dengan senior dari klub sepak bola di sekolah yang sama, Kondo ( orang tuanya adalah anggota dewan kota dan pemilik sebenarnya dari kontraktor lokal), dan juga dicurigai serta menjadi bahan gosip oleh tetangga sekitar. 

Tidak jelas apa yang terjadi dalam cinta segitiga itu. Namun, mengingat bahwa setelah hari ulang tahun Aono Eiji, ada laporan di media sosial bahwa dia secara aktif melakukan kekerasan terhadap kekasihnya, Amada Miyuki, kemungkinan besar ada sesuatu yang terjadi pada hari ulang tahunnya. Sebab, sebelum itu tidak ada postingan yang merendahkan dirinya. 

Sebagian besar akun media sosial yang menyebarkan informasi tersebut adalah akun palsu, tetapi ada juga beberapa yang digunakan secara rutin, dan dari foto-foto lain, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar pemiliki akun itu adalah anggota klub sepak bola.

Selain itu, informasi tersebut dibagikan dan reaksi dari siswa-siswa lain muncul setelah dua hari pasca ulang tahunnya, sehingga wajar untuk menganggap bahwa sekelompok orang berkonspirasi untuk menyebarkan rumor buruk tentang Tuan Aono Eiji secara sengaja. Dalam hal ini, data disimpan dan dapat digunakan sebagai bukti dalam proses hukum.

 

※※※※

 

Laporan tersebut hanya mencatat fakta-fakta. Namun, ada satu hal yang bisa disimpulkan dari sini. 

Pertama-tama, jika mempertimbangkan kepribadian Senpai, kemungkinan dia melakukan kekerasan terhadap Amada-san hampir mendekati nol. Dan gerakan aneh dari klub sepak bola ini. 

Kemungkinan besar, otak di balik keributan ini adalah Kondo dari klub sepak bola. Aku ingat dia adalah senior kurang ajar yang pernah mencoba mendekatiku di semester pertama. 

Kondo dan Amada-san berselingkuh, dan pada hari ulang tahunnya, hubungan mereka terbongkar. 

Demi melindungi diri, mereka berdua menyebarkan rumor bahwa Senpai melakukan kekerasan untuk menguclkannya. 

Jika anggapan ini benar, betapa hinanya tindakan tersebut. 

Aku ingat Senpai mengatakan bahwa mereka mulai berpacaran musim dingin lalu. Pada ulang tahun pertama mereka sebagai pasangan, dirinya harus memikul fakta yang begitu kejam dan juga dituduh melakukan kejahatan, seolah-olah ingin dihapus dari masyarakat. 

Ini terlalu kejam.

Jadi, itulah sebabnya ia datang ke atap pada hari pertama kami bertemu? Kemarahanku semakin membara karena orang yang baik hati itu sampai begitu putus asa. 

“Apapun yang terjadi. seharusnya tidak ada yang boleh menginjak-injak niat baik orang lain.

Memang, jika mereka tidak menikah, mungkin tidak ada kewajiban sebesar itu. Ada juga alasan atas kebebasan dalam percintaan. Namun, tidak seharusnya orang yang begitu baik menerima perlakuan seperti ini. 

Aku tidak bisa memaafkannya

Apalagi, demi melindungi diri mereka sendiri... mereka sampai tega menuduh seseorang hingga membuatnya berpikir untuk bunuh diri... 

Isi laporan itu sangat mengejutkan sehingga aku merasa mual berkali-kali. 

Di tengah semua neraka itu, aku semakin menyukainya yang telah membantuku. 

“Kamu benar-benar orang yang sangat baik ya, Aono Eiji-san...

Setelah kecelakaan itu, aku yang pernah mengalami niat jahat semacam itu, sangat memahami betapa luar biasanya niat baik yang ditunjukkan Senpai kepadaku di atap itu. Bagaimana mungkin, dalam situasi yang sebegitu putus asa, kamu bisa bersikap baik kepadaku yang hampir ingin mati? 

Aku ingin menghirup udara segar sedikit. 

Aku menghentikan Kuroi yang terlihat khawatir dan pergi sendirian ke taman terdekat. Meskipun aku menolak, pasti ada seseorang yang akan mengawasiku. 

Aku berjalan sedikit di antara alam hijau untuk mengubah suasana hati. 

Senpai sudah kehilangan banyak hal, tapi... aku berharap bisa sedikit membantunya.

Jika memungkinkan, aku ingin mengisi semua yang hilang darinya. Namun, itu adalah pemikiran yang terlalu sombong.

Namun, terkait dengan Amada-san dan Kondo dari klub sepak bola, aku tidak bisa memaafkan mereka. Saat aku berpikir demikian sambil berjalan-jalan, sebuah kebetulan yang tak terduga terjadi.

Ada seorang wanita cantik dengan wajah pucat berjalan terhuyung-huyung di hadapanku. Aku mengenalnya. Meskipun kami tidak pernah berkenalan langsung, dia terkenal sebagai senior yang cantik, dan dia juga disebutkan dalam laporan yang kubaca sebelumnya. 

Ichijou Ai?

Sepertinya dia juga menyadari keberadaanku. Wajahnya pucat seperti zombie. 

Amada Miyuki-san...

Kami akhirnya berhadapan langsung untuk pertama kalinya. Ini adalah waktu yang paling buruk baginya.

 

※※※※

 

Aku terdiam dengan pertemuan yang tak terduga ini. Aku berusaha untuk tidak berpikir tentang bagaimana dia bisa mengetahui namaku. Karena aku sudah membuat pendekatan begitu berani kepada Senpai, mudah untuk membayangkan bahwa rumor tersebut sudah sampai di telinga mantan pacarnya, Amada Miyuki-san. 

Senang bertemu denganmu. Namaku Ichijou Ai.

Aku mengatakannya dengan dingin. Sejujurnya, aku tidak ingin berbicara dengannya. 

Ja-Jadi, hari ini, kamu tidak bersama Eiji? 

Tanpa membalas salam, dia bertanya dengan suara bergetar. 

“Kamu berbicara seolah-olah kamu selalu melihat kami bersama. Meskipun kamu adalah senior di sekolah, tapi ini pertama kalinya aku berbicara denganmu, Amada-san, dan pertanyaan itu cukup pribadi, jadi aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya.

Cara bicaraku menjadi sangat tajam. Aku tidak peduli jika dia membenciku. 

Karena aku pacarnya Eiji...

Usai mendengar kata-kata itu, mataku terbelalak karena terkejut. Setelah memperlakukan Senpai dengan sangat keji, apa dia masih berpikir mereka masih berpacaran? 

Tapi tidak hanya itu. Dia sedang melarikan diri. Dari rasa bersalah karena menjadi pelaku, dari kenyataan bahwa dia telah mengkhianati Senpai. Sikap itu terlalu tidak bertanggung jawab untuk dimaafkan. Dia bahkan mencoba mendesak pacar yang begitu baik untuk bunuh diri. Jika waktunya tidak tepat, mungkin Senpai dan aku tidak akan selamat... AAku menatapnya dengan penuh kemarahan

Begitukah? Tapi Amada-san, kamu lebih memilih Kondo-san dari klub sepak bola, bukan? Kamu meninggalkan teman masa kecilmu, Aono Eiji-senpai, yang selama ini mendukungmu. Dan itu juga pada hari ulang tahunnya... 

Aku sengaja berbicara seolah-olah aku sudah mendengar semuanya. Hal ini juga demi memastikan bahwa informasi yang kudapatkan tidak salah. 

Itu... adalah...

Sudah kuduga, dia tampaknya kesulitan untuk menjawab. Jadi tuduhanku memang benar

Pada saat itu, hubungan kalian berdua sebagai sepasang kekasih sudah berakhir, bukan? Dan berakhir dengan cara yang paling buruk karena pengkhianatanmu.

Karena...

Ternyata, dia tidak mau menjawab. Bukan hanya itu, dia bahkan berusaha melarikan diri lebih jauh. 

Jika kamu tidak bisa menjawab, berarti semuanya itu benar, kan?

Dia menundukkan kepala dan tampak ingin menangis. Aku perlahan-lahan menghadapkan kenyataan kepadanya. Jika tidak, dia akan terus berusaha melarikan diri. 

Aku sudah tahu tentang perselingkuhanmu, dan kamu bahkan mengkhianati kekasihmu tercinta dan menjebaknya dengan tuduhan palsu untuk melindungi dirimu sendiri. Aku secara implisit menyampaikannya.

Aku bisa saja menghakiminya di sini, tetapi tidak ada gunanya bagi orang luar sepertiku untuk memojokkannya. Jadi, aku memutuskan untuk dengan tenang menyampaikan posisiku saat ini kepadanya, sambil memberikan tatapan dingin padanya yang terus berusaha membela diri. 

“Tapi kami sudah bersama selama lebih dari sepuluh tahun. 

Apa dia masih terus membela diri!? 

“Dan kamulah yang mengkhianatinya. Kamu telah menghancurkan kepercayaan yang dibangun selama sepuluh tahun. Dan itu dilakukan dengan cara yang sangat kejam. Perasaan cinta memang bebas. Jika kamu sudah menyukai orang lain, kamu seharusnya memutuskan hubunganmu baik-baik dengan Eiji-senpai dulu. Itulah tindakan minimum yang seharusnya dilakukan. Namun, kamu tidak melakukannya. Akhirnya, kamu melakukan tindakan tercela dengan mencampakkannya pada hari ulang tahunnya. Kenapa, kenapa kamu harus mengkhianati orang yang begitu baik dan menyiksanya? 

Suaraku menjadi semakin keras. Aku berbicara dengan cepat, lebih cepat dari biasanya. Tapi aku tidak bisa berhenti. 

Aku juga tidak ingin putus dengan Eiji. Kita sudah lama bersama, dan ia adalah cinta pertamaku. Tapi, aku melakukan kesalahan dengan Kondo-san, dan kemudian terjebak dalam hubungan yang tidak jelas. Sebenarnya, aku hanya berniat untuk sementara. Seharusnya aku memilih Eiji di akhir. Namun, pada hari itu, secara kebetulan, aku bertemu dengannya di tempat yang seharusnya tidak kami temui. Entah kenapa, ia ada di sana. 

Dia berbicara seperti mesin yang rusak, mengeluarkan keluhan yang menyakitkan tentang diri sendiri. Seolah-olah dia adalah karakter wanita dalam tragedi. Itu tidak benar. Kamu bukan heroine dalam cerita. Kamu tidak seharusnya berada dalam posisi itu. Kenapa kamu tidak menyadarinya? 

Tapi, kamulah pelaku. Kamu mengatakan bahwa kamu menderita, tapi orang yang paling menderita adalah Eiji-senpai. Dari sudut pandangku, kamu Cuma bersikap egois.

Uuuu...

Dia jatuh ke atas aspal yang keras. Apa dia sudah tidak bisa melarikan diri lagi? Atau dia sedang memikirkan alasan lain? 

Kenapa kamu menyebarkan rumor bohong seperti itu? Karena itu...

Aku hampir saja mengungkapkan kebenaran, tetapi cepat-cepat aku menutup mulutku. Aku menyadari bahwa itu bukan fakta yang seharusnya aku sampaikan. 

Aku takut. Aku takut jika aku dibiarkan sendirian. Aku tidak bisa kembali ke hubungan yang dulu dengan Eiji. Jadi, aku bergantung pada Senpai. Maafkan aku, maafkan aku. 

Dengan penuh harap, dia mengucapkan kata-kata permohonan maaf. 

Mendengar penjelasannya, darahku semakin mendidih. 

“Cuma demi alasan seperti itu?

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kembali. 

Eh?

Sikap itu bukanlah yang kuharapkan. 

Apa kamu berusaha merusak kehidupan orang baik seperti Aono Eiji hanya demi alasan itu!!

Hiii...” 

Dia terkejut dan mengeluarkan jeritan pendek karena tekanan dari nada suaraku. Aku merasa ingin menampar pipinya, tapi aku berusaha keras untuk menahan impuls itu dengan akal sehat. Jika aku melakukan ini, aku akan berdiri di lapangan yang sama dengan mereka. Bukan manusia, tetapi makhluk malang yang hanya digerakkan oleh nafsu. 

Senpai... ia berusaha bunuh diri di atap sekolah setelah liburan musim panas. Pria baik seperti dirinya begitu kehilangan harapan sampai berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Apa yang sudah ia lakukan? Ia cuma ingin merayakan ulang tahunnya dengan bahagia bersama kekasihnya. Namun... Amada-san. Kamu menginjak-injak niat baik seseorang dan menjadikannya penjahat demi melindungi dirimu sendiri. Dan kamu mendorong korban sampai hampir bunuh diri. Apa yang kamu lakukan tidak bisa dimaafkan. Aku tidak akan pernah memaafkanmu. Aku tidak bisa memaafkanmu!!

Eiji... bunuh diri? Tidak mungkin... 

Wajah Amada-san semakin pucat, dan emosinya tampak mati, tapi tidak ada yang bisa kubicarakan lagi dengannya. Namun, dia tidak tahu bahwa niat jahatnya bisa dengan mudah merenggut nyawa seseorang. Dia bahkan tidak bisa menatap kenyataan itu. Kebencian yang ditujukan kepadaku pasca kecelakaan itu pasti berasal dari orang-orang seperti ini. 

Aku telah berbicara terlalu jauh. Maaf, aku permisi.

Aku meninggalkan tempat itu, mengabaikan Amada-san yang tampak terguncang. Aku pergi dengan cepat seolah-olah melarikan diri darinya, sambil merasa benci pada diriku diri karena telah berbicara terlalu jauh. 

Sebenarnya, aku seharusnya tidak membicarakan tentang percobaan bunuh diri yang seharusnya kusembunyikan dari Amada-san. Senpai pasti ingin merahasiakannya. 

Emosiku meluap dan aku tidak bisa menghentikannya. Aku jadi merasa bersalah padanya. 

(Tapi, penyelamat hidupku berada dalam keadaan tertekan seperti itu. Senpai yang begitu baik hampir memilih kematian karena niat jahat seseorang, sementara pelakunya bersikap seolah-olah mereka adalah korban. Aku tidak bisa memaafkannya. Aku tidak bisa membiarkan orang baik seperti itu diputarbalikkan oleh niat jahat orang lain.)

Rasa benci diri dan kemarahan. Perasaan negatif seperti itu muncul. 

Entah kenapa, aku tidak merasa menyesalinya

Karena Eiji-senpai orang yang sangat baik, aku yakin dirinya mundur selangkah. 

Karena aku sangat mengetahuinya, jadi aku menyampaikan pesan dengan baik kepada Amada-san sebagai wakilnya, tapi apakah aku sedikit membantu? Meskipun aku mungkin dibenci, aku bisa berdiri di garis depan, jadi mungkin aku bisa membalas budi sedikit. 

Seandainya kita tidak bertemu di atap waktu itu, Eiji-senpai mungkin akan berusaha bunuh diri di sana. Seseorang yang baik seperti dirinya tidak seharusnya mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak diketahui oleh siapa pun di tempat seperti itu. Ia seharusnya hidup sepenuh hati dan pergi dikelilingi oleh keluarga yang bahagia. 

Ia adalah orang yang berbeda dari mereka yang hidup dengan mengorbankan nyawa orang lain, seperti diriku. 

Ia harus bahagia. Orang bernama Aono Eiji memiliki hak untuk itu. 

'Ai. Ibu berharap kamu bisa bahagia.'

'Maafkan aku. Seharusnya aku lebih banyak bicara. Maafkan ibu yang tidak bisa mengatakan hal ini kecuali pada saat-saat seperti ini. Aku mencintaimu selamanya.' 

'Tidak apa-apa, kamu pasti akan bertemu dengan seseorang yang akan mencintaimu.' 

'Ibu akan selalu bersamamu. Jika ada satu penyesalan, aku ingin melihatmu dalam balutan gaun pengantin.' 

Aku teringat kata-kata terakhir ibuku yang selalu aku coba lupakan. Kata-kata yang sudah lama kuhindari terulang kembali. Bahkan kehangatan ibu yang tidak bisa aku ingat sampai sekarang pun menyentuhku. 

Terima kasih, Bu. Aku hampir menyerah, tapi akhirnya aku mengerti arti kata-kata yang diajarkanmu

Maafkan aku karena mencoba melarikan diri. Maafkan aku karena ingin mengambil jalan yang lebih mudah. 

Tapi akhirnya... 

Aku telah menemukan orang yang kusukai. Aku bertemu dengan seseorang yang menghargaiku lebih dari diriku sendiri. 

Aku jadi ingin bertemu Eiji-senpai.” 

Aku menyadari perasaan cintaku padanya dengan tegas. Cinta di masa SMA hanyalah momen sesaat. Aku mengutuk diriku yang pernah bersikap dingin seperti itu. 

Aku ingin percaya bahwa perasaanku padanya akan bertahan selamanya

Aku berjalan cepat untuk kembali ke apartemenku. Namun, dewa takdir tersenyum kepadaku di sini juga. 

Ada seorang pria di kejauhan yang melambaikan tangan. Ia adalah Aono Eiji. Setelah menyadari perasaan cintaku sendiri, aku menganggap kebetulan biasa ini sebagai takdir. 

Senpai!!

Aku hampir saja memeluknya. Itu hanya kebetulan. Namun, karena aku sudah lama ingin bertemu dengannya, aku tidak bisa berbohong pada diri sendiri bahwa ini adalah takdir. 

Ichijou-san, kebetulan sekali! Aku akan pergi makan ramen untuk makan malam, bagaimana kalau kita pergi bersama?

Ia tersenyum dengan lembut. Aku menyadari bahwa dirinya ingat kalau aku pernah bercerita tentang belum pernah pergi ke restoran ramen saat kencan kemarin. Tempat yang selalu menarik perhatianku, tetapi belum pernah aku kunjungi. 

Tanpa berpikir lebih jauh, mulut u sudah bergerak. “Apa itu baik-baik saja? Aku mau ikutan!”

Yang paling membuatku senang adalah kebaikan Senpai. Rasa tidak nyaman yang kurasakan setelah membaca laporan itu seolah menghilang entah ke mana.

 

※※※※

──Sudut pandang Aono Eiji──

 

Aku sedang dalam perjalanan menuju minimarket untuk menyalin catatan materi pelajaran Satoshi yang dipinjamkan padaku. Di tengah perjalanan, aku secara kebetulan bertemu Ichijou-san dan mengajaknya pergi makan ramen. Dia bilang, karena dia seorang gadis kaya, dia jarang pergi ke kedai ramen.

Kami menuju kedai ramen terdekat. Tentu saja, aku tidak bisa membawa pemula ramen ke tempat yang untuk tingkat mahir. Kami masuk ke dalam restoran yang terkenal dengan ramen miso tradisionalnya yang enak.

Apa yang harus kulakukan ini?

Sepertinya dia tidak tahu cara membeli tiket makanan. Ichijou-san yang tampak panik di depan mesin penjual tiket itu terlihat sangat imut. Di dalam restoran, dia juga menarik perhatian. Aku harus mengawalnya dengan baik.

Masukkan uangnya, lalu tekan tombol ramen yang ingin dipesan. Di sini porsinya besar, jadi Ichijou-san sebaiknya memilih porsi biasa atau mini. Rekomendasiku adalah miso tanmen sayur. Ini mengandung banyak sayuran, jadi lebih aman jika mie-nya sedikit.

“Apa!? Sehebat itu!? Syukurlah aku bertanya dulu. Baiklah, aku akan memilih ini.

Dia dengan patuh menekan tombol untuk porsi mini. Dia juga memesan teh oolong.

Aku sudah cukup lapar, jadi aku akan memesan ramen dengan tambahan chashu sayuran.

Kami diantar ke meja untuk dua orang. Restoran ini memiliki dapur yang terlihat jelas. Tidak ada pesanan yang sulit, dan pelayannya juga baik, jadi Ichijou-san yang pemula pun merasa tenang.

"Hebat sekali. Dia bisa mengangkat panci besar itu dengan mudah. Itu pasti sayur tumis, kan?

Benar. Restoran ini menumis sayuran teratas dengan saksama, dan rasanya sangat lezat sehingga kamu bisa memakannya begitu saja. Jika memesan nasi, itu bisa menjadi lauk.

Karbohidrat dengan karbohidrat, aku sedikit dengan kalori di hari berikutnya, tapi kelihatannya enak.

“Kalau mengenai itu sih, kamu harus menyesuaikannya dengan baik.

Tapi, menu yang dipesan Ichijo-san lebih banyak sayurannya, dan selain garam, sebenarnya cukup sehat.

Ini pesanan Anda, terima kasih sudah menunggu.

Pelayan wanita tua itu dengan mudah membawa dua mangkuk ramen.

Terima kasih, jawab Ichijo-san dengan senyuman. Hanya ucapan itu saja sudah membuat pelayan tersebut tersenyum lebar.

““Selamat makan.””

Kami mulai menikmati ramen yang masih panas. Dia agak terkejut dengan jumlah sayuran yang disajikan, tetapi setelah mencicipi supnya, matanya terbuka lebar karena terkejut.

Rasa manis sayurannya terasa sangat lembut. Apa ini ditumis dengan minyak wijen? Aroma sayur tumisnya sangat harum.

Kamu bisa menambahkan yuzu atau lada untuk mengubah rasanya.

Pastinya cocok. Ini adalah pertama kalinya aku memakan ramen yang enak, aku jadi sedikit menyesal mengapa aku tidak mencobanya sebelumnya.

Dia menyantap menu yang direkomendasikan dengan lahap. Aku senang dia menanggapi dengan baik. Hanya itu saja sudah membuatku bahagia. Merasakan kebahagiaan berbagi hal-hal yang disukai satu sama lain adalah hal yang berharga. Aku menyadari hal-hal yang seharusnya dianggap biasa. Semua ini berkat Ichijou-san.

Sejak bertemu dengannya, aku merasa selalu bahagia. Atap sekolah itu bukan satu-satunya tempat yang indah; lebih dari itu, keberadaannya menjadi sangat berarti bagiku dan mengisi kekosongan yang lebih dari apa yang hilang dariku.

Aku merasa sedih karena kami harus meninggalkan restoran tepat setelah menghabiskan ramen kami. Aku berharap kami bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Tapi, ya, kami masih bisa bertemu lagi besok.

Aku akan mengantarmu pulang.

Dia juga terlihat sedikit sedih. Wajahnya seketika langsung bersinar saat mendengar tawaranku. Syukurlah, kami bisa bersama sedikit lebih lama.

Terima kasih.

Kami berjalan sepelan mungkin. Dari sini ke apartemennya hanya sekitar lima menit berjalan kaki. Kami bisa segera sampai dalam waktu singkat.

Tangannya sedikit menyentuh tanganku. Mungkin itu kebetulan, tapi kami berdua mengucapkan ah kecil. Kami saling menatap dan tersenyum. Kami sangat menyadari satu sama lain. Jadi, karena Ichijou-san memberiku keberanian di kencan sebelumnya, sekarang giliranku...

Aku mengambil keputusan dan perlahan-lahan membungkus tangannya. Tangannya sangat kecil. Rasanya seperti bisa patah jika tidak hati-hati. Dan sedikit dingin.

Dia menundukkan kepala dengan malu-malu, tapi dia tetap menggenggam tanganku dengan erat. Hanya beberapa menit yang penuh ketegangan. Tapi, bagi kami, itu mungkin terasa seperti selamanya.

Serangan mendadak itu curang.

Dia mengatakannya dengan sedikit marah, tetapi tersenyum bahagia.

“Aku ingin mengatakan hal yang sama kepada Ichijou-san pada hari Minggu.

Aku berhasil membalas dengan baik, sesuatu yang jarang terjadi.

“Duhh, bagian itu juga curang."

Aku merasa sangat menyayanginya.

Setelah pulang, aku berpikir untuk mencoba memposting novel di web.

Dia lah yang menyarankannya padaku pagi ini. Saat itu, aku mendapatkan keberanian. Jadi, aku memutuskan untuk melangkah maju.

Bagus. Rasanya sangat disayangkan jika hanya aku yang membacanya. Aku yakin karya Senpai pasti akan populer.

Melihatnya tersenyum bahagia membuatku merasa tenang. Genggaman tanganku semakin kuat.

Tapi, Senpai?

Apa?

“Aku menyadari kalau perkataanku ini mungkin terdengar seperti gadis merepotkan yang salah paham. Tapi, tolong jangan pergi terlalu jauh. Tolong pegang tanganku terus, ya.

Wajahnya yang sedikit bermasalah itu sangat cantik.

“Iya, aku akan terus menggenggamnya.

Kemudian, momen indah ini mulai berakhir. Kami dengan enggan melepaskan tangan yang telah kami janjikan untuk dipegang selamanya.

Terima kasih untuk hari ini. Sampai jumpa besok.”

Ya, sampai jumpa besok.

Kami melambaikan tangan untuk mengucapkan selamat tinggal tanpa mengatakan hal yang tidak perlu. Setelah mencapai tujuanku, aku pulang.

“Aku senang bisa membuatmu bahagia.

Saat aku bergumam dengan perasaan santai, aku melihat wajah yang familiar berjalan di depanku. Mana mungkin aku salah mengenalinya.

Detak jantungku berpacu dengan cepat. Dia adalah wanita yang tidak ingin kutemui.

Eiji?

Teman masa kecil sekaligus mantan pacarku, Amada Miyuki, memanggilku dengan wajah pucat seperti zombie.

Mantan pacar yang tidak ingin kutemui lagi ada di sana.

 

※※※※

──Sudut Pandang Miyuki──

 

Eiji ingin bunuh diri? Kenapa? Kenapa ia mencoba melakukan hal seperti itu? Kenapa aku tidak menyadari hal ini?

Bagaimana aku bisa tidak menyadari bahwa tindakanku telah membuat Eiji terpuruk sampai sejauh itu?

Setelah mendengar fakta mengejutkan ini, aku merenungkan semua yang telah kulakukan sampai sekarang.

Aku berselingkuh dengan Kondo-san tanpa sepengetahuan Eiji.

Aku membatalkan rencana untuk merayakan ulang tahun Eiji dan memilih untuk berkencan dengan Kondo-san.

Setelah semua itu terungkap, aku menjebak Eiji karena ingin melindungi diriku sendiri karena ketakutanku.

Akibatnya, Eiji dibully dan tertekan sampai berpikir untuk bunuh diri.

Aku benar-benar wanita terburuk.

Akhirnya aku menyadari. Tidak, sebenarnya aku sudah tahu, tetapi aku tidak mau mengakuinya. Karena aku takut. Ketika perselingkuhanku terungkap, aku akan kehilangan semua yang telah kutumpuk sebagai siswa teladan dan teman-temanku...

Tetapi, diriku saat itu sangat idiot.

Karena, demi melindungi diri yang sepele itu, aku telah kehilangan sesuatu yang paling berharga yang seharusnya tidak kubuang.

Tanpa sadar, aku datang ke taman biasa.

Taman tempat di mana aku bermain bersama Eiji.

Kami sering bermain di sini. Kami selalu mengobrol lama sambil bermain ayunan. Mengingat kenangan lama, aku duduk di ayunan.

“Kalau begitu, ketika kita besar nanti, aku akan menjadi istri Eiji.

Sebuah kalimat yang kuingat saat kami masih di kelas satu SD.

“Semuanya akan baik-baik saja, kita akan selalu bersama.

Ketika ayah Eiji meninggal mendadak, aku menghiburnya di tempat yang sama. Tapi, aku telah mengkhianatinya. Aku telah mengkhianati janji yang seharusnya tidak aku ingkari. Aku merasa telah melakukan hal terburuk yang bisa dilakukan seorang manusia. Tapi, aku terus melarikan diri karena sangat takut untuk mengakuinya. Eiji selalu menjaga janjinya denganku. Ia menghiburku ketika aku merasa terpuruk setelah ayahku meninggal. Sejak hari itu, dirinya terus melindungiku. Bahkan ketika kami tidak berpacaran, ia memikirkan berbagai cara supaya aku tidak merasa kesepian.

Air susu dibalas air tuba, aku telah membalas kebaikan orang yang telah menolongku dengan cara yang sangat jahat. Mengapa hal begini terjadi? Kurasa aku mencari kehangatan sesosok Ayah dari Senpai. Jika hanya sekedar kehangatan, Eiji juga hangat. Namun, aku sudah terbiasa dengan kehangatan itu. Karena Eiji selalu berada di sampingku.

Akhirnya kamu menyatakan perasaanmu padaku. Ya, aku juga selalu menyukaimu.

Aku teringat hari saat dia menyatakan perasaannya padaku. Kenanganku yang paling berharga muncul satu demi satu lalu memudar. Masa sepuluh tahun yang kulalui bersama Eiji adalah waktu yang paling berharga bagiku. Kenapa, kenapa aku selama ini bertindak egois?

Dengan pandangan yang kabur, aku menatap ke depan. Sebuah tanda peringatan menarik perhatianku. [Pemberitahuan tentang pemindahan peralatan taman bermain. Pekerjaan akan dilakukan pada waktu-waktu berikutnya untuk memasang peralatan taman bermain yang baru]. Ah, ayunan dan perosotan yang kami mainkan bersama dan kenangan berharga kami akan menghilang. Begitu menyadari hal itu, air mataku langsung mengalir tanpa bisa kutahan.

“Padahal aku sangat menyukainya, aku sangat menyukainya, aku sangat menyukainya. Karena diriku, semuanya jadi hilang.

Fakta yang kejam membuat hatiku hancur. Aku merasa tidak pantas untuk menangis. Namun air mataku terus mengalir.

Aku telah mengkhianati Eiji yang baik hati. Aku seharusnya jatuh ke dalam neraka. Aku tidak berhak untuk bahagia. Jadi, aku juga berusaha untuk dibuang oleh Kondo-senpai yang kupilih setelah meninggalkan Eiji. Bahkan ibuku pun mengabaikanku.

Aku benar-benar bodoh.

Aku takkan bisa kembali ke tempat yang hangat dan bahagia itu.

Di Aku menangis tersedu-sedu di taman yang menyimpan begitu banyak kenangan, dan terhuyung-huyung pulang. Aku tidak punya pilihan selain kembali ke tempat yang sepi.

Di tengah kerumunan, aku menemukan sosok yang seharusnya tidak kutemukan.

Orang yang sangat ingin kutemui, orang yang paling kucintai.

Eiji?

Aku memanggilnya tanpa sadar. Padahal aku tidak berhak melakukan itu.

Bahu Eiji tampak tegang sejenak dan menoleh ke arahku.

Miyuki?

Ekspresinya dipenuhi dengan kebingungan dan ketakutan. Senyuman lembutnya yang biasa sudah tidak ada lagi. Ternyata, semuanya sudah...

Eiji memang teman masa kecilku… tapi ia sangat ngotot dan mengganggu, pacar tukang pukul yang mirip seperti penguntit.

Pada hari itu, ketika perselingkuhanku terbongkar, aku tanpa sadar setuju dengan ucapan Senpai dan melemparkan kata-kata paling jahat padanya.

Kata-kata yang kuucapkan terus terngiang-ngiang di kepalaku. Tidak peduli bagaimana aku memikirkannya, kata-kata itu tidak akan pernah bisa dimaafkan. Sekarang nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah terlalu terlambat. Dan itu belum semuanya. Aku telah menuduh Eiji dengan tuduhan palsu, dan meskipun aku memiliki banyak kesempatan untuk membantahnya, aku tidak pernah melakukannya.

Aku ingin mempertahankan posisiku sebagai siswa teladan. Dengan alasan yang dangkal seperti itu, aku telah memberikan luka seumur hidup padanya. Setelah keheningan yang panjang, akhirnya Eiji membuka mulutnya. 

Apa? Apa kamu mau datang untuk menertawakanku? Bukannya kamu sendiri yang menyuruhku untuk tidak berbicara denganmu lagi?”

Suara itu sangat dingin, tidak seperti Eiji yang biasanya. Aku memahami bahwa aku telah melakukan hal yang sangat menyakitkan padanya. Dan ditolak sepenuhnya oleh Eiji membuat hatiku terasa lebih berat dari yang kubayangkan. Meski seharusnya aku sudah siap, tapi keteguhan hatiku hancur oleh kejutan yang begitu besar. 

Ti-Tidak, bukan itu. Aku cuma ingin kita kembali seperti sebelumnya, meskipun hanya sebentar.

Hubungan kami sebagai teman masa kecil benar-benar hancur. Suara Eiji yang dingin dan penuh waspada menusuk hatiku.

Aku sendiri tahu bahwa aku sedang berbicara omong kosong. Namun, setelah kehilangan semuanya, aku baru menyadari betapa berharganya dirinya. Walaupun Senpai terus-menerus mengatakan hal yang baik dan manis padaku, tapi sebenarnya ia cuma menganggapku hanya sebagai perempuan yang menguntungkan. Tertipu oleh pria seperti itu, aku hampir kehilangan pacar, teman, dan keluarga. Itulah diriku sekarang. Di luar, orang-orang menyebutku sebagai siswa teladan, tetapi sebenarnya aku hanya menyukai diriku sendiri. Meskipun aku pandai dalam pelajaran, tapi aku hanyalah orang bodoh yang tidak memahami hal terpenting dalam hidup sebagai manusia. Aku terus-menerus mengalami kebencian terhadap diriku sendiri. 

Namun, entah mengapa, ada bagian dari diriku yang bergantung pada Eiji. Mungkin dia akan memaafkanku. Eiji mungkin masih menganggapku sebagai teman masa kecil yang berharga. Pikiran manis itu hancur berkeping-keping oleh ucapannya. 

Apa yang sedang kamu katakan?

Hatiku hancur oleh kata-katanya yang dingin, dan aku menundukkan kepalaku dengan badan gemetaran

Meskipun singkat, rasa sakitnya lebih menghancurkan hatiku daripada hukuman penjara yang panjang. Meski begitu, aku hanya bisa bergantung padanya. Sambil menangis, aku tetap berusaha untuk bergantung padanya. Hati yang tidak terkendali ini tidak bisa lagi dihentikan oleh akal sehat. 

Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kalau aku sudah melakukan hal paling jahat padamu. Namun, aku ingin menyampaikan ini...

Begitu mendengar permohonan maafku, Eiji menghela napas tanpa melonggarkan ekspresinya. 

 

※※※※

──Sudut Pandang Aono Eiji──

 

Aku menyadari bahwa ada bagian dari diriku yang menjadi dingin karena permohonan maaf yang tak terduga ini.

Aku menyadari bahwa tempat teman masa kecil yang seharusnya memiliki arti besar dalam hatiku, kini tidak ada di mana pun. Jika Miyuki meminta maaf, apa yang harus kulakukan? Aku pernah memikirkan hal itu. Namun, aku merasa kemungkinan itu kecil dan perasaan tidak bisa memaafkannya sangat kuat. Tetapi sejak bertemu dengan Ichijou-san, keberadaan Miyuki di dalam hatiku semakin mengecil. Dan sekarang, dia perlahan-lahan hanya menjadi orang dari masa lalu. Bahkan kemarahanku telah berlalu, dan aku hanya bisa mendengarkan kata-katanya dengan tanpa emosi. 

“Padahal kupikir aku akan lebih marah, tapi nyatanya tidak demikian, ya. Kebalikan dari cinta adalah ketidakpedulian, bukan? 

Apa yang kamu katakan, Eiji? Jika kamu memaafkanku, aku akan melakukan apa saja...

Kurasa mungkin inilah cara Miyuki untuk meminta maaf. Namun, itu tidak menyentuh hatiku sama sekali. Aku merasa bahwa itu bukanlah yang kucari. Meskipun kami telah bersama selama lebih dari sepuluh tahun, kami tidak bisa memahami hal-hal penting seperti itu satu sama lain. 

Ini bukan soal memaafkan atau tidak. 

Aku merasa tidak nyaman dengan permintaan maafnya. Aku bahkan merasa tidak ingin mengingat Miyuki lagi. 

“Bukan begitu masalahnya. Aku tidak ingin kenanganku semakin ternodai. Kurasa, sebaiknya kita tidak berhubungan lagi ke depannya. Itu demi kebaikan kita berdua. Aku tidak ingin semakin membenci Miyuki. 

Aku dengan tegas menyampaikan kata-kata penolakan. Karena kupikir itulah cara yang paling tulus untuk menanggapinya. Walaupun kupikir aku tidak perlu bersikap tulus kepada mantan pacarku yang mengkhianatiku, tapi jika tidak, aku akan jatuh menjadi orang yang sama buruknya dengan mereka. Namun, aku tidak merasa perlu memberi belas kasihan. Bagiku sekarang, Miyuki hanya terasa sebagai keberadaan yang tidak menyenangkan. 

Mendengar kata-kata penolakanku, Miyuki benar-benar terdiam. 

Eh...

Sambil merasa sedikit rasa bersalah, aku melanjutkan. Mungkin dia takkan pernah menyangka kalau aku akan mengatakan hal ini. Namun, perasaanku yang seperti inilah akibat dari pengkhianatan Miyuki yang kejam. Aku merasa perlu untuk menyampaikannya dengan jelas. Itu adalah itikad baik yang dapat dilakukan seorang pria ketika mantan kekasihnya mengatakan ingin memperbaiki hubungan. Aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan wanita terburuk yang telah kukenal selama lebih dari sepuluh tahun ini. 

“Karena aku sudah menyukai orang lain. 

Aku mengucapkan kata-kata penolakan yang singkat itu dan mulai berjalan pergi. Jika dipikir-pikir, peristiwa ini mirip dengan kejadian di hari pengkhianatan itu. Tapi aku tidak memukulnya, dan aku tidak berselingkuh. Yang merusak hubungan ini terlebih dahulu adalah Miyuki. Jadi, kurasa ini sudah cukup. Aku tidak perlu lagi melanjutkannya lagi

Tidak, tidak! Aku tidak mau! Eiji, Eiji...!”

Miyuki berteriak histeris, tapi aku tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi kata-katanya. Aku terus melangkah maju tanpa menoleh ke belakang.

 

※※※※

──Sudut Pandang Ichijou Ai──

 

Ini adalah pertama kalinya aku menikmati hidangan ramen di restoran. 

Tentu saja, bukan berarti aku belum pernah makan ramen sebelumnya. Setelah aku meninggalkan ayahku dan mulai hidup sendiri, aku mencoba sedikit makanan instan yang menarik perhatianku. 

Mie instan dan mie dalam cangkir rasanya enak. Namun, aku cepat merasa bosan dan kembali ke pola makan seimbang yang selalu diajarkan. Sebenarnya, aku cukup suka memasak, dan membuat makan malam sambil belajar dari pembantu rumah tangga juga menyenangkan. 

Tapi, aku selalu ingin mencoba makan ramen di restoran suatu saat nanti. Memang, pergi sendirian sebagai seorang gadis terasa sulit. 

Karena itulah, aku merasa sangat senang ketika Senpai mengingat sesuatu yang kukatakan secara tidak sengaja. Terutama pada akhir pekan, pembantu rumah tangga juga libur, jadi aku tidak perlu menjalani makan malam yang sepi. 

Ia mengingat dengan baik percakapan yang tampaknya biasa dan mengajakku. Mana ada gadis yang tidak merasa bahagia ketika diperlakukan dengan lembut oleh orang yang disukainya. 

Meskipun kami hanya makan malam dan langsung berpisah, itu adalah waktu yang menyenangkan. Itu sudah cukup untuk mengusir perasaan murung yang kudapatkan dari laporan yang aku baca sebelumnya. 

Ah, benar. Aku kehabisan teh.

Aku menyadari bahwa aku telah kehabisan teh hitam yang biasanya kuminum saat belajar. 

Aku meninggalkan pintu masuk gedung apartemen untuk pergi ke supermarket terdekat karena efisiensi belajarku akan berkurang tanpa adanya minuman tersebut

Senpai mungkin masih berada di dekat sini. Meskipun kami baru saja berpisah, aku masih mencari keberadaannya. 

Ini sudah parah. Namun, meskipun parah, hatiku yang mencarinya terus berdebar-debar. 

Setelah berjalan sedikit, aku melihat sosok punggung Eiji-senpai. Mungkin ia akan menemaniku berbelanja di supermarket. Meskipun itu mungkin merepotkan, aku akan memberanikan diri untuk mencoba mengajaknya. 

Eiji-se...

Ketika aku hendak memanggilnya, aku menyadari sosok lain. 

Itu adalah Amada Miyuki. 

Kenapa...

Jangan-jangan, dia menunggunya? Atau, dia mengikutinya

Perasaan aku yang semula bersemangat tiba-tiba menjadi dingin. 

Sekarang belum saatnya. Rasanya masih terlalu cepat untuk mempertemukan Amada-san kepada Eiji-senpai yang baru saja bisa tersenyum setelah terluka. 

Lagipula, ia baru saja dikhianati oleh teman masa kecil yang sudah bersamanya selama sepuluh tahun. Meskipun ia berpura-pura tidak peduli, dalam waktu singkat ini... 

Selain itu, dari percakapan kami sebelumnya, masih terlihat jelas bahwa Amada-san masih memiliki perasaan terhadap Senpai. Ada kemungkinan dia memanfaatkan kebaikan senior untuk meminta kembali hubungan mereka... 

Dan aku juga menyadari apa yang membuatku merasa cemas.

Karena aku menyadari kemungkinan Senpai diambil oleh orang lain. Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi jika seorang pria bernama Aono Eiji tidak memilihku berkecamuk di dalam hati. Sebenarnya, hubungan kami tidak cukup baik untuk menunjukkan rasa memiliki satu sama lain. 

Rasa takut itu membuatku bersembunyi di balik bayangan, meskipun aku tahu itu salah, supaya aku bisa mendengar percakapan mereka dan memperhatikan situasinya

Ti-Tidak, bukan itu. Aku cuma ingin kita kembali seperti sebelumnya, meskipun hanya sebentar.

Apa yang sedang kamu katakan?

Aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kalau aku sudah melakukan hal paling jahat padamu. Namun, aku ingin menyampaikan ini... 

Kata-kata pertama yang bisa kudengar adalah pembelaan Amada-san. Aku hampir marah mendengar seberapa egoisnya dia berbicara. Dia seharusnya tidak berada dalam posisi atau memiliki hak untuk mengatakan hal seperti itu. 

Sebagai balasan, Senpai terlihat terkejut sejenak dan menjawab dengan wajah datar. 

“Padahal kupikir aku akan lebih marah, tapi nyatanya tidak demikian, ya. Kebalikan dari cinta adalah ketidakpedulian, bukan? 

Apa yang kamu katakan, Eiji? Jika kamu memaafkanku, aku akan melakukan apa saja... 

Kebalikan dari cinta adalah ketidakpedulian. Tidak ada orang yang tidak terkejut ketika mendengar hal ini dari orang yang mereka cintai. Kata-kata penolakan yang kejam. Sebagai tanggapan, Amada-san jelas-jelas telah salah dalam berbicara. 

Mendengar perkataan tersebut, Senpai yang biasanya baik hati, menunjukkan emosi kekecewaan yang begitu jelas. Wajar saja. Dia tidak mencari kata-kata seperti itu. 

Aku bahkan bisa merasakan penolakan yang bersifat fisiologis, saat ucapan Senpai menjadi semakin dingin. 

“Bukan begitu masalahnya. Aku tidak ingin kenanganku semakin ternodai. Kurasa, sebaiknya kita tidak berhubungan lagi ke depannya. Itu demi kebaikan kita berdua. Aku tidak ingin semakin membenci Miyuki. 

Senpai benar-benar orang yang baik. Meskipun ia mengalami hal seperti itu, dirinya tidak menyangkal kenangan berharga yang dimilikinya bersama mantannya. 

Seandainya aku berada di posisi yang sama, aku mungkin akan meluapkan kebencian yang mendalam kepada mantan pasanganku. Namun, dirinya berjuang keras untuk menahan diri agar tidak melakukan hal itu. Aku bisa merasakan seberapa pedulinya Senpai kepada mantannya

Dan akhirnya, Senpai menunjukkan penolakan yang jelas. Dirinya yang seharusnya baik hati, tidak ragu untuk menyakiti orang. Betapa dalamnya kekecewaannya terhadapnya. 

“Karena aku sudah menyukai orang lain.

Begitu aku mendengar kata-kata itu, jantungku berdebar sangat kencang. Mungkin ini adalah perasaan berlebihan. Namun, betapa bahagianya aku jika orang yang dimaksud adalah aku. 

Apa yang kamu maksud itu Ichijou-san?

Setelah berulang kali menggumam tidak, Amada-san tiba-tiba menyebut namaku. Aku mungkin akan mendengar sesuatu yang seharusnya tidak didengar. 

Senpai yang hendak pergi tidak menoleh dan menjawab, 

Kurasa aku tidak boleh memberitahu Miyuki sebelum orangnya tahu sendiri. Itu sebabnya aku tidak bisa menjawabmu. 

Dirinya meninggalkan Amada-san yang menangis di tempat itu. 

 

※※※※

──Sudut Pandang Aono Eiji──

 

Setelah berpisah dengan Miyuki, aku melangkah maju. Ternyata, luka di hatiku tidak sesakit yang kubayangkan. Tentu saja, bukannya berarti aku tidak merasa nyeri sama sekali, tapi lukanya jauh lebih dangkal daripada yang kuperkirakan. 

Yah, karena kami telah bersama lebih dari sepuluh tahun. Ada banyak kenangan yang kumiliki bersama dengannya. Namun, itu semua kini menjadi kenangan dan peristiwa masa lalu. 

Dari kejadian ini, aku menyadari bahwa aku menemukan sesuatu yang lebih berharga daripada apa yang hilang. 

Misalnya, kouhai yang bagaikan malaikat yang membantuku tanpa memikirkan kerugian untuk diri sendiri. 

Sahabat yang menunjukkan ketulusan demi diriku. 

Ibu dan kakak yang menyayangiku apa adanya. 

Paman Minami yang meneruskan kehendak ayah. 

Dan para guru yang meluangkan waktu mereka demi diriku, berusaha semaksimal mungkin agar tidak merugikanku. 

Mungkin itulah sebabnya, meskipun aku kehilangan sosok penting seperti Miyuki, aku masih memiliki banyak hal berharga yang tersisa. Jadi, anehnya, aku tidak merasakan kehilangan apapun

Aku harus bahagia demi orang-orang yang telah mendukungku.

Usai menetapkan tekad itu, aku melanjutkan perjalanan pulang, dan tiba-tiba aku merasa seperti ada orang yang memanggil namaku dari belakang. 

Senpai! 

Ketika aku menoleh, Ichijou yang baru saja berpisah denganku berdiri di sana sambil tersenyum. 

Ada apa? 

Rasanya seperti sedang bermimpi. Sekarang, orang yang paling ingin kutemui sedang berada di hadapanku

Sebenarnya, aku lupa membeli teh. Aku datang ke supermarket untuk membelinya. Lalu, aku melihat Senpai dan memanggilmu. 

Dia tampak sedikit canggung. Wajahnya sedikit memerah. 

Begitu ya. Tapi waktunya sudah hampir malam begini, jadi berjalan sendirian itu berbahaya. Aku akan ikut menemanimu.

Terima kasih. Aku menyadari kalau ini merepotkan, Senpai yakin tidak apa-apa?

“Iya, aku ingin menghabiskan lebih banyak waktu denganmu hari ini. 

Aku tiba-tiba menyadari bahwa aku telah mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya. Dengan begitu, aku terlalu jujur tentang perasaanku. 

Dia tersenyum malu-malu. 

Terima kasih. Kamu benar-benar baik sekali, Senpai.”

Ya, karena kamu seorang gadis. Dan... tidak, bukan apa-apa.

Ichijou-san adalah seorang gadis cantik yang bisa memikat orang-orang di sekitarnya, jadi aku merasa khawatir. Tentu saja, aku tidak bisa mengatakan hal yang terlalu jelas. 

Hehe, apa kamu khawatir padaku? Terima kasih. Kalau begitu, mungkin hari ini aku bisa sedikit bersikap egois.

Ichijou-san yang tersenyum polos tampak lebih bersinar dari biasanya. 

“Entah mengapa, itu membuatku senang.

Eh? Apa maksudmu?

Yah, maksudku, aku senang kamu begitu santai dan bergantung padaku seperti itu. Ichijo-san, kalau di sekolah, kamu lebih cenderung diandalkan oleh orang lain daripada bergantung pada orang lain. 

Aku senang melihat sisi Ichijou-san yang berbeda dari biasanya. Rasanya, kami telah menjadi memiliki hubungan yang istimewa. 

Hal seperti ini hanya untukmu. Karena kamu istimewa...

Mendengar ucapannya yang sedikit menggoda, aku menjawabnya dengan senyuman lebih lebar dari biasanya. 

Kalau begitu, aku senang. Artinya aku sudah menjadi orang istimewa, dan kamu mengandalkanku sampai-sampai bisa bersikap manja begitu. 

Ketika aku menjawab dengan nada bercanda dari biasanya, wajahnya tiba-tiba memerah, dan dia mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam. Ternyata, Ichijou-san juga bisa menunjukkan ekspresi seperti ini. 

“Dan begitulah caramu yang selalu menjawab dengan tulus. Senpai no baka. 

Melihatnya memanggilku bodoh dengan cara yang imut, aku menyadari bahwa aku merasa bahagia. 

Kalau begitu, mari kita pergi.

Ya. Terima kasih.

Kami mulai berjalan seolah-olah berpisah dari masa lalu. Kali ini, dialah yang terlebih dahulu menggenggam tanganku. 

 

※※※※

──Sudut Pandang Ichijou Ai──

 

Kami mulai berjalan. 

Kami saling memahami bahwa ini adalah langkah yang berarti perpisahan. 

Aku sudah beberapa kali menerima kata-kata yang terasa seperti pengakuan tanpa sadar. Ia menatap mataku dengan seksama dan memberikan kata-kata yang tulus. 

Para pria yang pernah mengungkapkan perasaan sebelumnya tidak pernah berbicara tentang diriku dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka hanya menggambarkanku berdasarkan penampilan atau popularitas dari sudut pandang orang lain. 

Karena itulah, aku berpikir untuk hidup sendirian selamanya. 

Aku tidak pernah membayangkan ada orang yang mau berjalan bersamaku dengan memahami sudut pandangku. 

Begitu juga sebelumnya. Ia menyadari ketergantunganku dan membalasnya dengan cara yang hangat. 

Seharusnya aku tidak bisa berada di samping orang yang sebaik ini. Semua ini merupakan hasil dari serangkaian kebetulan yang terakumulasi... 

Seperti dirinya yang membuatku bahagia, aku juga ingin membuatnya bahagia. 

“Sampai membuatnya merasa senang karena sudah memilihku... 

 

※※※※

──Sudut Pandang Aono Eiji──

 

Aku pulang ke rumah dan secara acak membuka situs web novel yang telah kudaftarkan. Itu adalah situs besar yang selama ini kuminati, tetapi aku hanya mendaftar tanpa melanjutkan lebih jauh.

Kemarin, aku teringat dengan apa yang diucapkan Ichijou-san padaku. Aku tidak tahu apa aku memiliki bakat, tetapi bagiku yang kehilangan tempat di klub sastra, hanya ini menjadi satu-satunya tempatku untuk berkarya. 

Aku sempat mengalami guncangan mental sehingga tidak bisa menulis, tetapi berkat dirinya, aku mulai mendapatkan kembali sedikit semangat. Aku menyalin data naskah yang kutulis untuk majalah klub sastra dan menempelkannya ke formulir pengiriman. 

Aku mengisi informasi yang diperlukan, dan akhirnya mengklik tombol kirim yang selama ini tidak berani aku tekan. Biasanya, aku akan merasa tertekan oleh kecemasan di tahap ini. Menunjukkan novel kepada banyak orang memang membuatku tegang. 

Bohong rasanya jika dibilang aku tidak tertarik dengan novel online. Namun, mengunggah di situs yang dilihat banyak orang membutuhkan banyak keberanian, dan aku tidak berani mengambil resiko.  

Dengan perasaan cemas akan kritik yang mungkin datang, akhirnya tombol yang kutekan terasa jauh lebih ringan. 

Yah, mana mungkin aku akan mendapatkan makian seburuk di sekolah." 

Aku merasa diriku menjadi semakin kuat. Pengalaman itu memberiku keberanian dalam arah yang aneh. 

Aku menekan tombol pembaruan tanpa alasan. Beberapa menit kemudian, jumlah pembaca meningkat sedikit. 

Ah, ada sepuluh orang yang melihatnya.

Meskipun belum ada komentar, hanya dengan berpikir bahwa ada seseorang melihatnya sudah membuatku merasa bahagia. Tiba-tiba, pintu kamarku diketuk. 

Eiji, boleh aku masuk?

Aku mendengar suara ibu. 

Ya, pintunya tidak terkunci. 

Saat aku menjawab demikian, ibu masuk dengan senyuman yang lebih lembut dari biasanya. 

Sebenarnya, kemarin aku pergi ke polisi bersama Takayanagi-sensei.

Eh, polisi?

Aku sedikit terkejut. Namun, karena disebutkan bersama guru wali kelasku, aku segera mengerti. 

Ya, karena ini tentang insiden kamu dipukul. Ternyata ada orang yang merekam video di lokasi kejadian, dan Sensei sudah menyelidikinya. Jadi, aku pergi untuk memeriksanya. Maaf kalau aku tidak menyadarinya. Pasti sakit, kan? 

Ternyata benar. Ibu memelukku dengan lembut. Benar juga, aku tidak hanya memiliki Ichijou-san, tetapi juga keluarga yang memahamiku. Aku memiliki banyak orang yang memahamiku. Jadi, aku tidak sendirian lagi. Seharusnya aku bisa berkonsultasi dengan seseorang sebelum pergi ke atap itu. Jika aku tidak melakukannya dan tidak bertemu dengannya, aku pasti akan membuat semua orang sedih. Sungguh bodohnya diriku. 

Semuanya akan baik-baik saja sekarang. Karena semua orang ada di sini. 

Ya, kita benar-benar diberkahi dengan orang-orang di sekitar kita. Ayah yang telah meninggal juga melindungi kita. Tadi, aku telah mengajukan laporan polisi tentang seorang siswa kelas tiga bernama Kondo. 

Mendengar kata-kata itu, perasaan lega dan cemas berbaur di dalam hatiku. 

Begitu.

Jika pihak kepolisian menyimpan rekaman video waktu itu, Kondo pasti tidak akan bisa menghindar. Dia pasti akan hancur. Meskipun ada rasa takut bahwa mungkin ia akan membalas dendam, aku menenangkan diri dengan berpikir bahwa semua orang ada di sini, jadi tidak apa-apa. 

Dan kamu juga hebat sekali, Eiji. Katanya kamu membantu kakek tua yang jatuh pingsan bersama Ai-chan kemarin? Pihak kepolisian yang memberitahuku. Ibu sangat terkejut. Kamu benar-benar hebat. Kamu sungguh anak yang membanggakan.

Mendengar kata-kata itu, emosiku seketika langsung meledak. Aku ingin menangis seperti bayi. 

“Bagaimana...?

Bagaimana ibu bisa tahu kalau aku melakukan itu? Tanpa harus mengatakannya, ibu sudah mengerti. 

Petugas polisi menyadari bahwa kamu yang dipukul dan kamu yang menolong kemarin adalah orang yang sama. Pemadam kebakaran akan memberikan penghargaan kepadamu dan Ai-chan. Perwakilannya akan datang ke sekolahmu besok. 

“Bagaimana keadaan kakek tua yang jatuh pingsan itu?

Tanpa sadar, cara bicaraku menjadi seperti anak kecil. 

“Kakek itu baik-baik saja. Mereka bilang ia tidak dalam bahaya karena kamu melakukan penanganan dengan sangat cepat. Ia sepertinya ingin mengucapkan terima kasih...

Begitu ya, syukurlah. 

Itu adalah satu-satunya hal yang selalu mengganggu pikiranku. Aku sudah beberapa kali mencari informasi di internet dan media sosial, tetapi tidak ada yang muncul. 

Kalian benar-benar luar biasa. Aku yakin ayahmu juga pasti akan merasa senang. Aku akan melindungimu mewakili ayah. 

Ya...

Aku merasa sedikit lebih dekat dengan ayah yang selama ini terasa begitu hebat dan kukagumi, dan hati aku terasa hangat. Dikelilingi oleh perasaan aman yang tak terlukiskan, aku bersandar padanya seperti anak kecil. 

Keesokan harinya. 

Ketika berita ini menyebar, suasana di sekolah berubah drastis. 

Bersamaan dengan itu, selama seminggu berikutnya, seolah-olah posisi kami terbalik, orang itu mulai terdesak. 

Kondo menyadari bahwa dirinya telah berjalan di jalur kehancuran sejak hari itu.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama