Chapter 6 — Terbongkarnya Tuduhan Palsu
──10
September・Sudut
Pandang Miyuki──
Aku
sedang bermimpi.
Mimpi di
mana Eiji dan aku berada di atap sekolah. Aku memanggil Eiji berkali-kali,
tetapi ia mengabaikanku seolah-olah dirinya tidak
bisa melihatli dan perlahan-lahan mencondongkan tubuhnya ke luar pagar atap.
“Jangan,
Eiji. Maafkan aku. Aku minta maaf, jadi tolong hentikan tindakan aneh itu. Bukan kamu yang seharusnya mati, melainkan aku. Tidak, tidak, aku tidak
ingin kehilanganmu. Akukah yang
salah, jadi kenapa kamu harus
menyalahkan dirimu
sendiri? Jangan biarkan aku sendirian. Jika kamu pergi, aku benar-benar akan
sendirian.”
Jeritanku
tidak tersampaikan kepadanya.
Kemudian
dengan wajah pucat, ia menatapku selama beberapa detik dan pada saat berikutnya melayang di udara.
Wajah putus asanya seolah menyiratkan,
“Karena
salahmu, aku harus mati.”
Suara
tumpul terdengar. Lapangan berwarna merah darah.
Aku
mendengar suara sesuatu yang patah di dalam diriku.
“Ini
pasti cuma mimpi, ‘kan?”
Aku
terbangun dengan keringat dingin. Aku
menuju sekolah dengan tubuh yang berat.
Aku tidak mempunyai nafsu
untuk memakan apapun.
Eiji
mungkin sudah mati. Beratnya rasa bersalah itu bisa membuatku hancur. Itu
sangat menakutkan.
Bahkan setelah
tiba di sekolah, aku menunggu pelajaran pertama dimulai dengan tatapan kosong,
tanpa berbicara dengan siapa pun. Seberapa
mudahnya jika aku pingsan karena anemia. Aku ingin mati.
“Semua
orang, dengarkan. Kami akan mengadakan rapat darurat seluruh sekolah. Silakan
berkumpul di gedung olagraga.”
Mendengar
kata-kata Takayanagi-sensei, aku
berjalan ke sana seperti zombie. Semua orang di
sekitarku berkata supaya aku jangan memaksakan diri. Aku merasa tidak
pantas mendapatkan kata-kata lembut seperti itu. Sebaliknya, aku ingin
seseorang memarahiku.
Kurasa
aku akan merasa sedikit lebih baik jika Eiji memarahiku, membentakku, dan
menamparku. Namun, dia menunjukkannya dengan tindakannya disertai kata-kata ‘Kebalikan dari cinta adalah
ketidakpedulian’.
Sekarang, kami sudah tidak
bisa bersama lagi. Walaupun di hadapannya ada
diriku yang paling buruk, Eiji tetap
menunjukkan perhatian minimal sebelum memutuskan hubungan dengan dingin.
Meskipun
aku tahu dalam benakku bahwa itu tidak dapat dihindari, aku tetap terkejut. Merasa hampir menangis
berkali-kali, aku menuju tempat rapat
seluruh sekolah.
Rapat
segera dimulai. Kepala sekolah yang naik ke podium langsung memulai.
“Alasanku mengumpulkan kalian semua adalah
untuk membicarakan dua hal.”
Kepala
sekolah mengawali dengan wajah yang lebih serius
dari biasanya.
Biasanya ceritanya akan panjang, tetapi kali ini,
poin-poinnya sudah dirangkum menjadi cerita yang singkat. Itu saja sudah
menunjukkan bahwa ini adalah pembicaraan yang mendesak.
“Ada
dua cerita, baik dan buruk. Pertama-tam,
mari kita mulai dari cerita yang
buruk. Sebenarnya, pihak kepolisian menghubungi kami dan menyatakan bahwa ada
kemungkinan siswa dari sekolah kita terlibat dalam kasus kekerasan yang terjadi
di kota sebelah selama liburan musim panas. Namun, pihak kepolisian belum dapat
memastikan siapa siswa yang dimaksud. Namun, jika siswa dari sekolah kita
benar-benar melakukan kesalahan, pihak sekolah
memiliki kewajiban untuk memperbaikinya. Aku tidak mengatakannya di sini. Jika ada siswa yang
merasa terlibat atau mengetahui sesuatu, silakan laporkan kepada guru wali
kelas sebelum siang hari. Jangan berbohong. Hal ini bisa diketahui jika
diselidiki. Aku ingin menegaskan, ini adalah peringatan terakhirku.”
Mendengar
cerita itu, jantungku berdebar kencang.
Mungkin perihal yang dimaksud tentang Kondo-senpai dan Eiji. Mungkin akhirnya ada
sesuatu yang terungkap. Pihak sekolah
sudah mulai bergerak. Polisi? Jadi, apa kita akan tertangkap lagi...? Suasana
di sekitar mulai terasa tegang dan riuh.
“Hei,
bukannya ini tentang
kasus Aono Eiji yang
beredar di media sosial?”
“Yang
katanya ia melakukan kekerasan terhadap Amada-san?”
“Ah,
jadi polisi akhirnya terlibat juga.”
Tidak. Bukan
itu. Kamilah yang
bersalah, semuanya adalah kebohongan besar. Namun, diriku yang menyedihkan
tidak bisa membantah rumor tersebut.
Meskipun aku merasa harus melakukannya, tapi kakiku
bergetar hebat.
Saat aku
hampir jatuh karena rasa bersalah, kepala sekolah melanjutkan berbicara dengan
nada yang lebih ceria.
“Selanjutnya,
berita baik. Pada hari Senin lalu, siswa kelas dua, Aono Eiji, dan siswa kelas satu, Ichijou Ai, melakukan upaya penyelamatan
terhadap seorang pria yang pingsan di jalan. Pria yang pingsan tersebut
berhasil dibawa ke rumah sakit berkat tindakan cepat mereka, dan nyawanya tidak dalam bahaya. Dalam waktu
dekat, pihak pemadam kebakaran akan memberikan penghargaan kepada keduanya.
Sebagai kepala sekolah, aku merasa bangga
bahwa siswa kami telah melakukan tindakan yang luar biasa seperti ini. Aku
harap kalian semua meneladani mereka dan bertindak sebagai contoh bagi siswa
lainnya di sekolah ini. Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk
mereka.”
Suasana
di ruangan menjadi gaduh mendengar pernyataan kepala sekolah.
“Eh,
Aono Eiji menolong seseorang?
Bukannya cowok itu suka melakukan kekerasan?”
“Pertama-tama,
mengapa Pak kepala sekolah
memuji Aono setelah apa yang baru saja dikatakannya? Mungkin rumor itu salah......”
“Benar banget. Lagian mana mungkin
pemadam kebakaran akan
memberikan penghargaan kepada orang yang terlibat kasus dengan kepolisian.”
“Jadi, itu berarti ada yang
berbohong?!?”
Rasa
takut yang mencekam menyelimutiku.
Perlahan-lahan, kebohongan kami mulai terungkap
satu per satu. Jika terus begini, kehancuran kami juga semakin
dekat.
Penglihatanku
mulai terasa kabur karena aku belum
makan dengan baik, dan aku
kembali jatuh ke lantai gimnasium.
※※※※
──Sudut
Pandang Kondo──
Ah, nyebelin banget. Pagi-pagi begini sudah ada rapat darurat
seluruh sekolah.
Memangnya
ada apaan sih, ada masalah?
Jangan-jangan,
kasus di hotel itu sudah terungkap?
Tidak mungkin. Ayahku bilang tidak akan ada yang mengetahuinya.
Semua
baik-baik saja. Aku hanya terlalu khawatir.
Saat
memikirkan itu, pembicaraan kepala sekolah dimulai.
“Ada
dua cerita, baik dan buruk. Pertama-tam,
mari kita mulai dari cerita yang
buruk. Sebenarnya, pihak kepolisian menghubungi kami dan menyatakan bahwa ada
kemungkinan siswa dari sekolah kita terlibat dalam kasus kekerasan yang terjadi
di kota sebelah selama liburan musim panas. Namun, pihak kepolisian belum dapat
memastikan siapa siswa yang dimaksud. Namun, jika siswa dari sekolah kita
benar-benar melakukan kesalahan, pihak sekolah
memiliki kewajiban untuk memperbaikinya. Aku tidak mengatakannya di sini. Jika ada siswa yang
merasa terlibat atau mengetahui sesuatu, silakan laporkan kepada guru wali
kelas sebelum siang hari. Jangan berbohong. Hal ini bisa diketahui jika
diselidiki. Aku ingin menegaskan, ini adalah peringatan terakhirku.”
Hah,
apa yang ia katakan? Tatapan
kepala sekolah seolah-olah tertuju
padaku, membuat aku merasa tidak nyaman.
Tidak,
ini bukan tentang aku. Ini bukan ceritaku. Ini pasti hanya sebuah ancaman.
Seseorang
berkata, “Ini
tentang Aono, kan?” Ya, ini
tentang Aono, karena cowok itu sudah melakukan kekerasan terhadap
Miyuki, jadi pasti itu yang dibicarakan.
Aku tidak
ingin mempercayainya. Akulah sang
raja. Jadi, aku bisa melakukan apa saja.
Lagipula,
seharusnya tidak ada kamera pengawas di tempat itu. Polisi juga tidak ada di
dekat sana, dan meskipun ada yang melapor, kami sudah pergi dengan cepat, jadi mana mungkin ada bukti yang
tersisa.
Lalu,
kepala sekolah melanjutkan.
Aono dan Ichijou
Ai melakukan penyelamatan dan akan mendapatkan penghargaan dari pemadam
kebakaran...
Pada saat
itu, aku menyadari bahwa aku telah dijebak.
Sikap
acuh tak acuh Takayanagi dan interogasi yang sembarangan hanyalah sebuah
akting. Itu semua untuk membuat kami lengah...
Dan
ketika semua bukti sudah dikumpulkan, mereka memberikan peringatan terakhir
kepadaku. Mereka tidak memberiku kesempatan untuk melarikan diri atau
menghilangkan bukti.
Bagaimana
aku bisa tahu? Itu karena setelah
mengungkap cerita buruk ini, mereka langsung membahas penghargaan Aono. Dengan
begitu, pemikiran siswa bisa diarahkan dengan baik.
Dengan
isu yang beredar, Aono
Eiji telah dikenal sebagai pria yang suka
memukul gadis. Oleh karena itu, hampir semua siswa akan
membayangkan wajah Aono ketika membicarakan kasus kekerasan. Namun, setelah
itu, jika kita membahas penghargaan dan prestasi penyelamatan nyawanya,
kredibilitas rumor tersebut akan sangat terguncang.
Semuanya
sudat diatur sedemikian rupa. Demi
menghancurkan rumor yang aku sebarkan. Mereka pasti memiliki kartu andalan. Dalam keadaan seperti ini, aku
tidak bisa melakukan hal yang aneh.
Aku
meminta bantuan dari wanita itu yang ada di dekatku. Namun, dia
hanya melihat ke arahku sambil
tersenyum manis, dan berkata pelan, “M-a-m-p-u-s,” tanpa pernah melihatku lagi. Aku
merasa benar-benar ditinggalkan.
“Sial.
Dia benar-benar meremehkanku.”
Jika dia
tidak bisa membantu, apa yang harus kulakukan?
Dalam keadaan seperti ini, aku harus menghubungi ayah dan memintanya untuk memberi tekanan pada pihak
sekolah... Ayahku dekat dengan banyak orang berpengaruh.
Kemudian aku
menyadari. Aku telah merusak ponselku sendiri kemarin. Kalau begini, aku tidak bisa meneleponnya...
“Sialan.”
Aku
mengumpat pelan, tapi tidak ada yang mendengarnya. Aku mendengar teriakan seorang
gadis. Kudengar seseorang memanggil guru.
Sepertinya seseorang pingsan karena anemia. Para siswa terlihat bingung dan heboh.
Sekarang
kesempatanku. Aku
memanfaatkan kekacauan ini untuk berlari menuju pintu keluar aula. Aku akan melarikan diri dari
sekolah dan menghubungi ayahku
untuk minta bantuan.
Jika aku
ditangkap, riwayatku akan
selesai. Baik mimpi sepak
bola dan para gadis
akan lenyap. Jika itu yang terjadi,
aku tidak akan menjadi diriku lagi.
Cepat,
cepat, cepat.
Aku
melarikan diri sendirian dari sekolah.
※※※※
──Ruang UKS: Sudut Pandang Takayanagi──
Aku
melihat Kondo yang
melarikan diri dengan panik dari
gedung olahraga.
“Dasar bodoh,
jika dia melarikan diri sekarang,
itu sama saja dengan mengakui perbuatannya.
Mereka pasti akan memanfaatkan ini sebagai
alasan. Aono yang ternyata tidak
melakukan kekerasan dan hubungan Kondo dengan Amada yang tiba-tiba menjadi dekat. Dan
sekarang, pelarian yang tidak wajar ini. Rumor bisa
menyebar dengan mudah. Yah, dirinya pasti sudah sangat paham tentang
ini ketimbang siapapun.”
Sambil
merasa muak dengan pria brengsek itu, aku
meninggalkan tempatku untuk membantu Amada Miyuki yang pingsan. Saat aku menuju
ruang UKS, sepertinya Amada yang terjatuh
itu sedang tertidur.
Karena
tidak ada jadwal pelajaran
di jam kedua, aku memutuskan untuk menunggu Amada
tersadar di ruang UKS
bersama Mitsui-sensei.
Wajahnya
terlihat sangat pucat. Sepertinya dia tidak mendapatkan makanan dan tidur yang
cukup. Itu pasti
berasal dari rasa bersalahnya.
Sampai
semester pertama, hubungan Amada dan Aono terlihat sangat akrab. Sebagai seseorang
yang pernah melihat mereka berdua, rasanya sangat
menyedihkan melihat hubungan mereka berubah
menjadi serenggang sekarang.
“Di
mana ini...?”
Setelah
sekitar sepuluh menit kemudian,
Amada akhirnya membuka matanya.
Dia masih
terlihat tidak enak badan.
“Kamu sedang
berada di UKS. Kamu
pingsan saat rapat darurat seluruh
sekolah. Apa kamu baik-baik saja?”
Dia kelihatannya tidak bisa memahami
kata-kataku dengan baik, dan wajahnya semakin pucat.
“Bagaimana
dengan Eiji? Aku harus menghentikannya. Dia akan mati.
Ini semua gara-gara salahku.”
Dengan
ekspresi yang jelas-jelas kelihatan linglung, dia berusaha
melompat dari tempat tidur, tetapi badannya
terhuyung-huyung. Aku segera membantunya kembali ke tempat tidur bersama Mitsui-sensei.
“Tenanglah.
Jika kamu mencari Aono, sekarang ia sedang bersama kepala sekolah.”
Setelah aku
mengatakan itu, dia tampak bingung dan mulai menangis. Emosinya sangat tidak
stabil dan berbahaya. Mungkin aku tidak bisa memaksanya untuk memberikan
informasi.
“Begitu ya. Jadi
begitu. Begitu rupanya.
Jadi itu hanya mimpi?”
Rasanya
sangat menyayat hatiku ketika melihat Amada
berbicara seolah-olah dia adalah mainan yang rusak.
“Kamu
baik-baik saja?”
“Ya...”
Dia
terguncang saat melihat wajahku. Dia
menunduk seolah sedang mempersiapkan diri untuk sesuatu, dan bergumam pada
dirinya sendiri dengan suara terbata-bata.
“Amada.
Mungkin sekarang bukanlah waktu yang pantas untuk bertanya,
tapi apa ada sesuatu yang
ingin kamu katakan padaku?”
Ada juga
soal ultimatum yang dia dengar sebelumnya.
Pingsan pada waktu seperti itu pasti berarti ada sesuatu.
“Iya, ada.”
Dia
hampir pingsan kembali saat berbicara dengan suara terbata-bata.
“Aku
selingkuh dengan Kondo-senpai...
Aku sudah, mengkhianati Eiji. Ketika Eiji
mengetahuinya, aku menjadi takut kehilangan semuanya, jadi aku menuruti perkataan Senpai... dan
membantu memalsukan bahwa Eiji
telah melakukan kekerasan padaku... padahal dia hanya menyentuh bahuku sedikit.
Dan aku mengucilkan Eiji
hingga hampir membuatnyabunuh
diri. Semua ini, semuanya karena
salahku.”
Aono
berpikir untuk bunuh diri. Aku terdiam mendengar pengakuan yang sangat
mengejutkan itu.
Dan, aku
juga menyadari kekecewaan terhadap kenyataan bahwa siswa berprestasi seperti
Amada berbohong kepada guru demi melindungi diri sendiri. Tidak, mungkin ini
adalah pemikiran yang egois. Tentu saja, aku sudah memahami bahwa dia
berbohong. Namun, mendengar pengakuan itu langsung dari mulutnya masih sangat mengejutkan.
“Begitu...
Sudah kuduga, saat itu juga kamu
berbohong, ya?”
“”I...ya.”
Amada
mengangguk perlahan.
“Amada.
Kenapa kamu sampai melakukan
hal seperti itu... Jika Aono mati karena perundungan, itu akan menjadi sesuatu
yang tidak bisa diperbaiki. Ada kemungkinan itu bisa terjadi. Tidak, bahkan dalam keadaan sekarang pun,
hal itu sama sekali tidak bisa
diperbaiki. Meskipun Amada mengakui kesalahan dan meminta maaf, mungkin akan
ada orang yang tidak mempercayainya. Reputasi Aono yang ternodai tidak akan hilang begitu saja. Jika kamu terus menerus
menyakiti orang lain, itu akan menjadi luka mendalam
yang kamu pikul seumur hidup. Mungkin kamu menganggap ini
sepele. Tapi itu adalah salah satu hal terburuk yang bisa dilakukan manusia.”
Aku tidak
bisa lagi membelanya.
“Setelah
menyelidiki kasus ini, aku menemukan bahwa membuat tuduhan palsu adalah
kejahatan yang diatur dalam undang-undang.
Jika pihak sekolah mempercayai pernyataan kalian, ada kemungkinan Aono akan
dikeluarkan. Kamu mengerti itu,
‘kan?”
Aku bukan
ahli hukum. Namun, aku telah meneliti beberapa kasus dan berita. Misalnya,
orang yang menyebarkan berita palsu tentang selebriti telah ditangkap oleh
polisi karena pencemaran nama baik. Amada juga memiliki kemungkinan yang tinggi
untuk mengalami hal yang sama.
“Aku
mengerti.”
“Jika
kamu melakukan hal seperti ini, ada kemungkinan terburuk kamu akan ditangkap
oleh polisi. Kenapa kamu memilih untuk merusak hidupmu sendiri...?”
Rasa
penyesalan karena tidak bisa menyelamatkan murid dan kemarahan karena
dikhianati. Aku mengarahkan perasaan itu padanya. Sudah tidak banyak yang bisa
dilakukan.
“Bagaimana
nasibku selanjutnya...?”
Dia
bertanya dengan suara lemah. Jika dia melakukan kejahatan yang sudah begitu jelas, kemungkinan akan
ada sanksi berat berupa skorsing atau pengeluaran dari sekolah. Dan kali ini,
dia juga telah merendahkan Aono yang tidak bersalah dan bahkan menyebabkan perundungan.
“Aku
pikir sanksinya akan sangat berat.”
Hanya itu
saja yang bisa kusampaikan padanya.
Meskipun dia tetap berada di sekolah, hal tersebut
pasti akan sulit baginya. Karena teman-temannya akan
menyalahkannya. Kenapa dia menipu mereka. Siswa-siswa yang mengucapkan
kata-kata kasar dan mendorong perundungan tidak akan mendapatkan hukuman
seberat pelaku utama, tetapi mereka akan tetap dihukum sesuai dengan tindakan
mereka. Semua riwayat di
internet telah disimpan oleh Aono sebisa mungkin. Siswa yang dihukum akan
kehilangan kesempatan untuk masuk universitas melalui rekomendasi. Mereka yang
terpengaruh oleh rumor dan menyebabkan kerugian bagi Aono bisa saja dikeluarkan
dari sekolah.
Dan mereka telah memberikan luka batin yang
tidak akan pernah hilang seumur hidup kepada Aono, yang merupakan korban
terbesar. Mereka tidak dapat dimaafkan karena melakukan hal seperti itu. Perbuatan Kondo dan Amada telah merusak
kehidupan banyak orang.
“Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkk!”
Suara
teriakan yang sangat keras terdengar seperti jeritan terakhir. Sekarang, aku hanya bisa
menyerahkannya kepada Mitsui-sensei. Aku menuju ke koridor untuk
meninggalkan ruang kesehatan.
※※※※
──Sudut pandang seorang siswi tertentu──
Setelah
mendengar apa yang dikatakan kepala sekolah dan melihat Kondo-kun yang dengan panik melarikan diri, aku
tersenyum dalam hati dan berpikir, “Ini
jadi menarik, ya.”
Begitu ya,
jadi Kondo-kun sudah
ketangkep basah, ya. Kasihan sekali.
Tapi,
jika aku bergerak untuk membantunya, aku juga bisa terseret dalam masalahnya.
“Sepertinya
urusanmu sudah selesai di sini. Selamat tinggal, Kondo-kun.”
Aku
menghapus akun media sosial
yang kubuat untuk berkomunikasi dengannya. Tentu saja, aku juga menghapus
seluruh riwayat pesan. Dengan begini,
hubungan kami sepenuhnya lenyap.
Jika ada
yang mempertanyakan tentang kasus Eiji, aku juga akan mengatakan bahwa aku
tertipu oleh rumor. Aku merasa sangat menyesal terhadapnya. Jika aku bilang
ingin meminta maaf, pihak sekolah seharusnya tidak menyelediki lebih jauh. Ada banyak siswa lain juga
berkontribusi dalam penyebaran rumor. Jadi mana
mungkin semua orang dihukum.
Mungkin
aku sudah terlalu berlebihan dengan
membuang barang-barang milik Eiji, tetapi kami bisa saling berkolaborasi untuk
menyamarkan cerita. Misalnya saja seperti ia
sudah memisahkan barang-barangnya karena akan keluar dari klub, tapi ada seseorang yang mencurinya. Atau mungkin ada yang
membuangnya karena mengira itu sampah. Tidak ada yang ingin dihukum. Jadi, semua
orang memiliki kepentingan yang sama. Tidak ada manfaatnya untuk mengkhianati.
Mainan yang bernama Kondo sudah rusak,
tetapi aku masih bisa melihat proses kerusakannya. Itu juga menjadi bahan yang menarik,
bukan? Tatapan putus asanya yang
tadi sangat luar biasa.
Dirinya bertingkah sok tangguh
dan mengatakan “Aku
adalah seorang psikopat”,
tapi ujung-ujungnya semua itu hanyalah palsu. Pihak sekolah juga mungkin sudah siap berperang
habis-habisan dengan orang tuanya. Dan jika orang dewasa sudah siap, itu
berarti mereka memiliki sesuatu, semacam peluang untuk menghadapi kekuasaan
kota.
“Baiklah,
mari kita nikmati cerita selanjutnya.”
Aku
tertawa kecil sendiri. Akulah pendongeng mulai sekarang.
Salah
satu junior dari klub sastra yang duduk di sebelahku mendekat dengan wajah
sedikit pucat dan bertanya,
“Ketua,
kita baik-baik saja, ‘kan?”
Begitu ya, jadi sekarang dia mulai
khawatir.
“Tenang
saja, serahkan saja semuanya padaku.”
Satu-satunya
yang mengkhawatirkanku adalah
Hayashi-san. Aku senang sudah memberikan
ancaman yang jelas padanya. Anak yang pemalu seperti itu tidak akan bisa menentangku jika diancam.
※※※※
──Sudut pandang Shimokawa──
Selama upacara pagi, aku melihat Kondo-senpai melarikan diri.
Watanabe-senpai yang berada di dekatnya menertawakan itu dengan sinis seolah-0lah sedang mengejeknya.
“Heh,
Shimokawa. Kamu lihat enggak, si Kondo itu melarikan diri terbirit-birit. Riwayatnya sudah selesai!!”
Setelah
pertemuan selesai, aku membagikan apa yang terjadi di grup media sosial klub sepak bola.
“Oi,
Kondo-senpai kabur loh!!”
Postinganku
langsung ditandai sebagai sudah dibaca, dan anggota klub lainnya menanggapi
satu per satu.
“Hah!?”
“Selama
pertemuan seluruh sekolah terjadi,
setelah pembicaraan tentang insiden kekerasan, Amada pingsan. Seseorang di kelasku ada yang
melihat Kondo berlari keluar dari gedung
di tengah kekacauan.”
“Tuh orang
pasti sudah mampus.”
“Benar,
ia pasti sudah berbohong kepada kita
semua selama ini.
Kita sudah ditipu."
“Aku
merasa kesal melihat dia bersikap sombong. Rasanya lega.”
Semua
orang memberikan reaksi yang sama. Sekejap, aku merasa khawatir jika Kondo
sebenarnya sudah berbohong sejak awal, lalu aku menulis, “Rumor tentang Aono itu sebenarnya
tidak benar, kan? Jika kita sampai diselidiki... sekarang saja masih ditanyai
oleh Takayanagi-sensei...”
“Hah!?”
“Apa-apaan itu maksudnya? Kita jadi terlibat dalam kasus ini karena ulang
Kondo... orang yang paling bertanggung jawab malah yang pertama melarikan diri.”
“Jadi,
ini berarti polisi juga terlibat dalam kasus Kondo. Kita juga dalam masalah.”
“Kita
hanya mengikuti perintah Kondo, jadi seharusnya aman.”
“Benar,
pada dasarnya kita ini
seperti korban yang ditipu!!”
“Dengar,
semuanya ini salah
Kondo. Kita sama sekali tidak
bersalah.”
Melihat
begitu banyak tanggapan seperti itu, dan aku mulai merasa
sedikit lebih tenang.
Benar sekali, semuanya ini karena salah Kondo-senpai!!
※※※※
──Sudut pandang Aono Eiji──
Setelah
pertemuan seluruh sekolah, aku dijadwalkan untuk mengikuti pelajaran bahasa
Inggris dari kepala sekolah di ruang kelas kosong. Sejujurnya, aku sebelumnya
tidak terlalu pandai dalam bahasa Inggris. Aku tidak bisa mengucapkan kata-katannya dengan baik, dan bacaan panjang
yang seharusnya mudah dibaca dalam bahasa Jepang terasa lambat dan membuat
stres saat dalam bahasa Inggris.
Namun,
pelajaran bahasa Inggris dari kepala sekolah sangat menarik. Beliau memiliki
hobi berwisata, dan selama liburan panjang, beliau suka bepergian ke
negara-negara berbahasa Inggris seperti Filipina, Australia, Selandia Baru,
Amerika, dan Kanada, sehingga beliau mengajarkan banyak bahasa Inggris yang
praktis.
Pada sesi
remedial sebelumnya, beliau bercerita hal yang menarik.
“Aku
menyukai wiski Amerika. Tahu enggak? Tempat asal wiski adalah
Skotlandia di Inggris, dan disebut Scotch whisky, tetapi ejaannya
berbeda antara Scotch whisky dan wiski Amerika. Yaitu, WHISKY dan
WHISKEY. Ini karena banyak produsen wiski Amerika berasal dari imigran
Irlandia, yang merasa bangga sebagai pembuat wiski pertama di dunia, sehingga
mereka menggunakan ejaan yang berbeda dari Scotch whisky. Di Jepang,
wiski dibuat dengan meniru wiski Skotlandia, jadi kami menggunakan ejaan ala
Skotlandia. Menarik, bukan? Oleh karena itu,
meskipun menggunakan bahasa yang sama, cara memahami kata-katanya berbeda
tergantung tempatnya. Di situ terdapat akar sejarah. Jika kamu memahami
tema-tema seperti itu, kemampuan bahasa Inggrismu akan meningkat dengan cepat.”
Beliau memahami
bahasa Inggris pada tingkat yang berbeda dengan yang diajarkan di sekolah. Aku
merasa terkejut sampai-sampai mengubah pandanganku yang sebelumnya menganggap
bahwa bahasa Inggris tidak akan digunakan selama di Jepang.
Sejak
saat itu, aku menyadari bahwa belajar bahasa Inggris menjadi menarik bagiku.
Aku mulai menonton drama berbahasa Inggris melalui langganan yang diambil oleh
ibuku, dan itu menjadi rutinitas untuk belajar mendengarkan.
Kemudian,
kepala sekolah masuk ke dalam kelas.
“Aono-kun.
Boleh aku sedikit mengobrol sebelum memulai pelajaran?”
Beliau
memulai pelajaran dengan senyum seperti biasa.
“Iya.”
“Pertama-tama,
mengenai kejadian hari Senin. Seperti yang sudah kukatakan
sebelumnya, aku benar-benar bangga. Aku merasa kami telah membuatmu mengalami
kesulitan karena kekurangan kami. Namun, meskipun begitu, kamu tidak menyerah.
Kamu memilih untuk melawan kenyataan yang sulit. Hanya
itu saja sudah merupakan hal yang luar biasa. Tetapi, kamu
adalah pribadi yang luar biasa melebihi imajinasi orang dewasa. Ketika melihat
orang menderita, kamu bisa tanpa ragu mengulurkan tangan untuk membantu.
Meskipun dalam situasi sulit, kamu mampu melakukan itu. Jarang sekali ada siswa sebaik dirimu.
Sebagai seorang pendidik, tidak ada yang lebih membahagiakan bagiku daripada hal ini. Aku
akan pensiun tahun depan, tetapi aku merasa beruntung bisa bertemu siswa
seperti dirimu di akhir karierku. Terima
kasih.”
Kepala
sekolah menundukkan kepala dengan dalam.
“Tidak,
ini bukan hanya usahaku saja. Aku
bisa bertahan karena
dukungan teman-teman dan guru-guru. Selain itu, penyelamatan jiwa ini terjadi
berkat seorang paman yang memanggil ambulans dan
perawat yang ikut membantu.
Serta Ichijou-san yang membawa AED.”
“Kalian benar-benar
hebat... Tadi, Ichijou-san juga mengatakan
hal yang sama. Saling menyebutkan kebaikan satu sama lain dan menerima diri
sendiri dengan rendah hati. Sangat harmonis.”
Aku merasa sedikit malu ketika beliau mengatakan itu, tetapi mana mungkin aku tidak merasa senang mendengar bahwa aku terlihat serasi dengan orang yang kusukai.
Wajahku
sedikit memerah, dan kepala sekolah
tersenyum.
“Perwakilan pemadam kebakaran sepertinya akan
datang ke sekolah hari ini. Sampai saat itu, mari kita belajar dengan baik.”
Waktu
belajar bahasa Inggris yang menyenangkan pun dimulai.
※※※※
──Sudut
Pandang Ichijou Ai──
Waktu pemberian penghargaan semakin dekat, dan
siswa mulai bergerak menuju pertemuan seluruh sekolah yang kedua hari ini.
“Eh,
sepertinya rumor tentang Aono itu semuanya
bohong, ya?”
“Iya.
Karena sampai melibatkan polisi,
mana mungkin ia mendapat penghargaan.”
“Jadi,
apa maksudnya? Apa itu berarti ada seseorang
yang berbohong dan menjadikan Aono sebagai penjahat?”
“Sepertinya
begitu.”
“Kalau
begitu, siapa yang berbohong?”
Saat dalam
perjalanan, aku mengeluarkan ponsel dan melihat situs rahasia sekolah. Seperti yang sudah kuduga, ada beberapa orang yang meragukan
rumor tersebut dan berdiskusi di forum.
“Aku
sudah merasa ada yang janggal
sejak Ichijou-san berada di pihak Aono.”
“Orang
itu tidak mungkin mendekati pria ringan
tangan.”
“Jadi, cuma dia satu-satunya yang
menyadari ketidakadilan Aono dan terus mendukungnya.”
“Hebat.”
“Dia
berusaha melindungi korban meskipun harus membuat musuh.”
“Tapi,
Ichijou-san bilang dia berutang budi kepada Aono-senpai.”
“Selain
itu, mereka berdua juga sedang bersama saat membantu menyelamatkan nyawa orang,
‘kan? Jelas sekali kalau mereka
pacaran.”
“Baru-baru
ini juga mereka pergi kencan setelah sekolah, jadi pasti mereka pacaran.”
Aku
merasa malu saat melihat gosip tentang diriku sendiri. Kami belum berpacaran,
tetapi aku tidak keberatan menjadi bahan gosip seperti itu. Aku tidak sengaja
menggunakan kata “belum”. Aku
tidak bisa berbohong kepada diriku sendiri lagi.
Namun, pertama-tama aku harus
membersihkan nama baik Senpai.
Aku memposting sesuatu di situs
yang tidak kusukai. Aku merasa sedikit jijik karena harus mengotori tanganku.
Tapi lebih dari segalanya, aku tidak bisa memaafkan situasi saat ini.
“Siapa
yang berbohong, mungkin semua orang sudah mengetahuinya, ‘kan?”
Satu
kalimatku mengubah alur diskusi di forum secara drastis. Tidak perlu ada pstingan tambahan lagi. Semua orang pasti merasa sulit
untuk mengatakannya, jadi tidak ada yang berani. Setelah itu, seperti bendungan
yang jebol, kebenaran mulai tersebar di dunia maya.
“Benar.”
“Ketika
cerita itu muncul, Amada Miyuki jelas-jelas
terlihat terguncang dan pingsan.”
“Kami
sekelas, tapi Kondo tidak terlihat setelah pertemuan seluruh sekolah.”
“Kurasa
semuanya sudah jelas. Mereka berdua sudah sering bersama bahkan sebelum kejadian ini.”
“Kondo-senpai melarikan diri. Dan ia meninggalkan gadis itu.”
“Jadi,
mereka berdua berselingkuh dan karena takut
ketahuan, mereka lalu
menyalahkan Aono-kun?”
“Jika
itu benar, terlalu kejam.”
“Tidak
mungkin...”
“Sangat
mengecewakan.”
“Aku jadi
kasihan dengan Aono-kun.”
Kepercayaan
Senpai yang terluka tidak akan mudah
diperbaiki, tetapi seharusnya ini bisa memperbaikinya secara dramatis. Aku
tidak ingin menggunakan metode seperti ini. Namun, yang pertama melakukannya
adalah mereka.
“Aku
akan meminta pertanggungjawaban atas tekanan yang diberikan kepada Aono Eiji,
orang yang penting bagiku. Aku tidak akan pernah memaafkan kalian.”
Mereka
berdua akan mendapatkan balasan setimpal atas perbuatan yang sudah mereka lakukan.
Apalagi,
mereka telah memaksa orang baik itu hingga berpikir untuk bunuh diri demi
melindungi diri mereka sendiri... hukuman ini
masih terasa ringan.
Aku menutup
situs tersebut, merasakan kemarahan yang
terpendam terhadap orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang dapat dengan
mudah mengubah posisi mereka seperti ini.
Demi
melindungi orang-orang yang aku sayangi, aku akan menggunakan semua yang aku
bisa.
Karena aku
sadar bahwa aku tidak bisa melindungi apa pun jika aku tidak melakukannya.
Aku mengirim
pesan kepada Kuroi.
“Jika
keadaan terburuk terjadi, aku akan meminta ayahku untuk membantu. Mohon siapkan
agar bisa segera menghubunginya.”
Meskipun
aku tidak ingin menundukkan kepalaku padanya, tapi jika itu demi Senpai...
Munkgin
sekarang sudah saatnya Kondo mulai bergerak. Jika ia berbuat nekat
dan melakukan tindakan memalukan di rumah Senpai,
aku tidak akan memaafkannya.
Aku juga
sudah memberi izin untuk tampil di televisi terkait pertanyaan dari stasiun
TV.
Sepertinya
petugas pemadam kebakaran akan datang pada jam sepulang sekolah dan memberikan
penghargaan kepada kami. Pada saat itu, orang-orang media juga akan datang,
sehingga momen tersebut akan diliput, dan reputasi Senpai yang terluka akibat kejadian ini
akan semakin membaik.
Jika ini
disiarkan dengan aman, tidak akan ada yang bisa menyakiti Senpai lagi.
Aku akan
mengakhiri semuanya hari ini.
Jika aku
memberi musuh lebih banyak waktu, situasinya mungkin akan memburuk. Aku tidak
akan membiarkan orang baik seperti itu
tertekan lebih lanjut.
Aku sudah
memantapkan tekad.
Untuk
melangkah maju bersamanya!!
Dan
sebelum istirahat siang, pertemuan diadakan kembali.
Sepertinya
pelajaran dipersingkat, dan penghargaan kami akan dilakukan di pertemuan
seluruh sekolah. Kurasa ini
adalah perhatian dari pihak sekolah. Dengan ini, seharusnya kami bisa
membersihkan nama baik Eiji-senpai.
Dan semua
orang memahami bahwa waktu ini adalah batas akhir dari ultimatum pihak
sekolah.
Jika pelaku
tidak segera melapor ke pihak sekolah sebelum
pertemuan ini berakhir, itu akan menjadi masalah besar. Para siswa yang terlibat mungkin tidak akan merasa tenang.
Sekolah ini adalah sekolah unggulan, jadi hal ini lebih menakutkan. Semua orang
pasti takut menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan. Mereka akan kehilangan
semua reputasi yang telah mereka peroleh. Mungkin, Amada Miyuki juga merasakan
hal yang sama ketika perselingkuhannya terungkap. Dia ingin melindungi situasi
dirinya saat ini. Dengan pemikiran yang dangkal itu, dia menciptakan kasus
pencemaran nama baik dan memojokkan Eiji-senpai hingga hampir bunuh diri. Itu
adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan.
Jika saja
dia mau melepaskan ketakutan kecil untuk
melindungi diri, dia tidak akan kehilangan segalanya. Karena keinginan untuk
melindungi dirinya sendiri,
dia harus menumpuk kebohongan hingga menuju kehancurannya sendiri. Aku benar-benar merasa itu
tidak bisa dimaafkan.
Kami
menunggu di samping panggung. Senpai
yang berada di dekatku terlihat sangat gugup. Kurasa
itu wajar. Ia
memiliki luka batin akibat perundungan. Meskipun dirinya tahu bahwa ia harus membersihkan nama baiknya, tapi dirinya harus berdiri
di depan kelompok yang telah melayangkan niat jahat padanya. Aku juga telah lama menderita
akibat niat jahat yang anonim.
“Tenang
saja, aku akan selalu ada di sampingmu dan menjadi pendukungmu.”
Aku
perlahan-lahan menggenggam tangannya. Aku ingin membalas sedikit ucapannya
yang telah memberiku keberanian untuk hidup pada hari itu.
Aku
adalah orang yang paling mengerti bahwa ia adalah orang yang luar biasa,
meskipun kami hanya bersama dalam waktu yang singkat. Rasanya benar-benar salah jika
orang baik seperti dirinya menjadi
korban dari kasus tuduhan palsu seperti itu.
Rasanya sungguh aneh jika orang sebaik
ini mengalami perundungan.
Oleh
karena itu, aku ingin dirinya terus melangkah maju. Jika ia
melakukannya, aku juga pasti bisa melangkah lebih jauh. Aku merasa sedikit
curang karena seolah-olah meletakkan harapanku padanya, tetapi tetap saja...
aku ingin hidup bersamanya.
Aku tidak
pernah membayangkan akan ada hari di mana aku
ingin berjalan bersama seseorang. Aku selalu menyalahkan diriku sendiri. Aku masih percaya bahwa
jika aku bisa melakukan sesuatu saat itu, aku masih bisa mempertahankan
keluarga yang bahagia hingga sekarang. Rasa frustrasi karena tidak bisa
memaafkan diriku sendiri
dan melanjutkan hidup, serta ketakutan tidak tahu di mana musuh berada. Dan,
kebodohanku yang selalu curiga terhadap
orang-orang di sekitar.
Aku
merasa seperti burung dalam sangkar. Hanya bisa terus hidup dalam kehidupan
yang seolah tidak berarti, selalu diawasi. Begitulah
yang kupikirkan...
Akan tetapi,
Ia mengubah dunia penuh keputusasaan yang kelabu itu.
Banyak
orang yang ingin mengulurkan tangan kepadaku, tapi hanya dirinya yang menunjukkan dengan
tindakan.
Dan ia
menerimaku.
Oleh
karena itu, aku akan melangkah maju. Terus maju ke depan bersamanya.
“Terima
kasih, Ichijou-san. Aku merasa jadi sedikit berani.”
Dirinya dengan lembut menggenggam
tanganku. Sama seperti
saat ia membawaku keluar dari keputusasaan pada hari itu dan mengingatkanku
akan kehangatan keluarga.
Ia kemudian
menarik tanganku dan memanduku.
Kami
perlahan melangkah menuju cahaya.
Nama kami
dipanggil dan kamu menuju
ke tengah panggung.
Seorang
petugas pemadam kebakaran berpangkat tinggi yang
berseragam, melihat panggung kami dengan senyuman.
“Terima
kasih kepada kalian berdua atas tanggapan yang sangat tepat. Berkat kalian,
kami bisa menyelamatkan nyawa seorang pria.”
Petugas
pemadam kebakaran itu bergumam pelan kepada kami
sebelum membacakan surat penghargaan. Berkat itu,
ketegangan kami sedikit mereda.
Kemudian,
dia membacakan surat penghargaan dengan penuh semangat. Kami membungkuk untuk
menerima surat penghargaan tersebut, dan ketika kami berbalik, terdengar tepuk
tangan yang meriah. Senpai terlihat
sedikit lega saat memandang seluruh siswa.
Ini pasti
akan mengubah jalannya berbagai hal. Aku menyaksikan pemandangan itu dengan
perasaan puas.
“Ichijou-san,
terima kasih sudah
mempercayaiku.”
Dia
mengatakannya dengan suara yang sangat pelan sehingga hanya aku yang bisa
mendengarnya. Oleh karena itu,
aku membalas dengan cara yang sama.
“Aku
juga berterima kasih karena telah menemukan diriku pada hari itu.”
Dan kami berdua saling tersenyum.

