[LN] Saijou no Osewa Jilid 10 Bab 2 Bahasa Indonesia

Chapter 2 — Tipe Pengusaha


 

Setelah pelajaran pertama di sore hari selesai, sewaktu istirahat, Taisho dan Asahi-san datang mendekati mejaku. 

Nah, Tomonari. Apa maksud dari selebaran yang dibagikan hari ini?

Aku juga penasaran. Isinya berbeda dari biasanya, ya~

Mereka berdua tampak mempertanyakan isi selebaran yang berbeda dari biasanya. Meskipun aku ingin jujur kepada mereka yang telah membantu, … 

… Maaf. Saat ini aku ingin menjaga kerahasiaan sebisa mungkin.

Eh~~!! Padahal aku sangat penasaran~~!!

Aku sampai tidak bisa konsentrasi di kelas saking penasarannya.

Taisho-kun, bukannya kamu biasanya juga begitu? 

Asahi-san dengan tenang menimpali Taisho. 

Seperti yang mereka katakan, isi selebaran yang dibagikan pagi ini benar-benar berbeda. Pada selebaran dari Tennouji-san, hanya ada satu kalimat pendek yang tertulis. 

Di selebaran Tennouji-san tertulis: 

[Sepulang sekolah, di lapangan] 

Dan di selebaran Narika tertulis: 

[Sepulang sekolah, di halaman tengah.] 

Keduanya tidak mencantumkan apa yang akan dilakukan. 

Dengan hanya menyebutkan waktu dan tempat secara singkat, selebaran tersebut menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan siswa, dan menjadi topik pembicaraan setiap kali istirahat. Bukan hanya Asahi-san dan Taisho yang langsung bertanya padaku tentang apa yang akan dilakukan. 

Istirahat berakhir, dan pelajaran terakhir hari ini dimulai. 

Setelah pelajaran itu selesai dan waktunya pulang sekolah —aku melompat keluar dari kelas. 

Dengan cara yang sama, Tennouji-san dan Narika melompat keluar dari kelas di lantai dua gedung sekolah. Kami bertukar tatapan sejenak, lalu masing-masing mengangguk dan segera menuju tempat kami. 

Inti dari rencana ini adalah sensasi langsung. 

Jika tidak dilakukan dengan cepat… dan tiba-tiba, maka semuanya jadi tidak ada artinya. 

Aku berlari ke ruang ganti yang biasa digunakan untuk pelajaran olahraga, mengambil kostum dari tas, dan segera mulai berganti pakaian. Setelah memeriksa penampilanku di cermin, aku segera menuju ke tempat pertama di lapangan. Aku harus siap sebelum siswa-siswa pulang. 

Sesampainya di lapangan, Suminoe-san sedang menyiapkan panggung. Aku mengucapkan terima kasih singkat kepada Suminoe-san yang dengan cekatan menyiapkan peralatan pengeras suara, lalu segera membantunya. 

Setelah beberapa saat kemudian, Tennouji-san datang ke lapangan.

Tennouji-san yang mengenakan gaun biru berjalan anggun di lapangan. Banyak siswa yang pasti terpikat oleh penampilannya. Siswa-siswa yang seharusnya keluar dari kelas untuk pulang pasti langsung memutuskan untuk mampir setelah melihat sosok cantik Tennouji-san melintas di depan mereka. Apa yang akan terjadi selanjutnya… dengan penuh harapan, mereka mengikuti langkah Tennouji-san.

Dengan demikian, Tennouji-san datang ke lapangan diiringi banyak siswa. Pada saat yang bersamaan, seorang pria dewasa yang mengenakan jas tuxedo muncul dari gerbang sekolah. … Ia datang tepat waktu. Aku merasa sangat bersyukur.

Persiapan sudah selesai. 

Perhatian para siswa pun sudah terfokus. 

Aku memberi isyarat kepada Tennouji-san dan mengangguk. 

Tennouji-san tersenyum dengan percaya diri. 

Baiklah—kita mulai. 

Saat pria berpakaian tuxedo mendekati Tennouji-san, musik mulai mengalun dari speaker. Di tengah kejutan siswa, Tennouji-san mulai menari dansa sosial dengan pria di depannya. 

Waltz lambat yang lembut menonjolkan gerakan elegan Tennouji-san, dan dalam sekejap memikat siswa-siswa yang terkejut. Suara riuh segera tenggelam dalam keheningan. Ruang yang suci dan tak terjamah terbentuk di tengah lapangan.

—Pemasaran Gerilya. 

Sebuah strategi iklan yang berani, tidak konvensional, dan bersifat mendadak. Itulah yang disebut pemasaran gerilya, dan itulah rencana yang kami jalankan. 

Ketika aku memutuskan untuk melawan tipe politikus Jouto dengan cara bertarung tipe pengusaha, aku memikirkan strategi untuk memasarkan Tennouji-san dan Narika sebagai produk. Dua produk ini harus lebih diminati daripada produk Jouto Ren. Itulah syarat kemenangan kami.

 

Nilai jual Tennouji-san adalah sikapnya yang mulia. Demi memperkenalkan hal itu kepada lebih banyak siswa, aku memutuskan untuk menyarankannya menari. 

Keanggunan Tennouji-san tidak bisa disampaikan hanya melalui pidato. Mungkin teman sekelas sudah mengenal keanggunan Tennouji-san dari pelajaran sehari-hari, tapi pasti banyak bagian yang tidak tersampaikan kepada siswa junior dan senior. Oleh karena itu, memperagakan hal ini di depan umum memiliki nilai yang besar.

Janji Tennouji-san adalah menjadikan akademi tempat di mana siapa pun bisa menjalani kehidupan dengan mulia. 

Lantas, apa artinya menjalani kehidupan dengan mulia? 

Jawabannya, sekarang ditunjukkan oleh Tennouji-san. 

(…………Luar biasa. Lapangan ini terasa seperti ruang dansa.) 

Aku hampir melupakan bahwa ini adalah tempat terbuka, karena saking begitu terpesonanya aku dengan tarian Tennouji-san. Gerakannya yang lembut sangat artistik, membuatku tidak bisa menahan decak kagum. 

Pasangan dansa Tennouji-san tampaknya adalah instruktur tari sosial yang dekat dengan keluarga Tennouji. Jika Tennouji-san menjadi ketua OSIS, pertunjukan ini juga sekaligus sebagai promosi untuk mengundang orang itu sebagai instruktur di akademi.

Dalam isi kampanye negatif, ada desas-desus bahwa pendapatan instruktur etiket akan masuk ke saku Tennouji-san, tetapi itu takkan terjadi. Meskipun mereka akrab, instruktur etiket adalah orang luar. Sejak awal tidak pernah ada hubungan keuangan yang tidak sehat.

Setelah tiga lagu selesai, Tennouji-san dan pasangan menarinya sama-sama membungkuk. 

Ketika Tennouji-san menerima tepuk tangan meriah, dia menatap ke arahku dengan mata yang berkilau. 

Tomonari-san!!

Butiran keringat kecil yang terkena sinar matahari senja membuat Tennouji-san terlihat bersinar memukau

Setelah dipanggil oleh Tennouji-san, aku merapikan kerah tuxedo-ku. 

Selanjutnya, aku akan menari dengan Tennouji-san. 

Bukan hanya seorang penari profesional, tetapi Tennouji-san sendiri yang memutuskan untuk menari denganku. Setelah aku menjelaskan rencanaku pada malam sebelumnya, Tennouji-san menekankan bahwa dia ingin siswa-siswa belajar etika, dan model kasusnya juga diperlukan. 

Dengan kata lain—aku yang hanya seorang siswa pindahan biasa, akan menunjukkan bahwa aku bisa menari dengan layak bersama Tennouji-san. 

Menampilkan pemandangan itu kepada semua orang merupakan cara untuk memberikan kredibilitas pada janji Tennouji-san. 

Huu, aku menghela napas kecil, mencoba menenangkan ketegangan di dalam tubuhku. 

(…………Ayo!!) 

Dengan semangat, aku menghadapi Tennouji-san. 

Aku meletakkan tangan kananku di bahu Tennouji-san dan membentuk posisi pegangan. Musik mulai mengalun, jadi aku perlahan memutar tubuhku ke kanan. 

Saat aku mulai berputar secara alami, tubuhku mulai bergerak sendiri. 

Aku teringat saat-saat sebelum liburan musim panas ketika Tennouji-san mengajarkanku menari. Teknik yang diajarkan pada hari itu sepertinya masih melekat dalam tubuhku. Menari dengan Tennouji-san membuat ingatan itu semakin jelas. 

Aku tidak merasa takut. Ketegangan yang kurasakan sebelumnya tiba-tiba menghilang. 

Waktu yang aku habiskan untuk belajar menari dari Tennouji-san tidak terlalu lama. Namun, aku merasa seolah-olah sudah menari bersamanya ribuan kali. Kenangan saat menari bersama Tennouji-san terukir kuat di dalam ingatanku. 

Itsuki-san.

Tennouji-san memanggilku dengan suara lembut

“Kamu benar-benar sudah banyak berkembang. 

……Semuanya berkat Tennouji-san.

Dia benar-benar orang yang pemberani. … Aku sedikit terkejut ketika dia memanggil nama depanku di hadapan banyak siswa, tapi dalam situasi ini, berbicara secara pribadi memang tidak akan didengar oleh siapa pun. 

Tempat ini adalah suaka kami. 

Sebuah panggung cahaya yang paling mencolok, di mana tidak ada orang lain yang bisa masuk. 

Seberapa banyak keberanian yang aku dapatkan dari usahamu……

Tennouji-san menatapku langsung sambil berbisik demikian

Dengan gerakan Reverse Turn, kami kembali ke tengah lapangan. 

“Demi dirimu juga, aku akan menjadi ketua OSIS. 

Tennouji-san tampak sangat berwibawa saat dia mencurahkan keyakinannya yang mendalam. 

Tatapan matanya berbeda dari tatapan biasanya yang penuh semangat untuk bertanding. Tatapan mata Tennouji-san bagaikan danau tenang yang tidak bergelombang. Bagi Tennouji-san, tujuan untuk menjadi ketua OSIS mungkin bukan hanya sesuatu yang dikejarnya, tetapi sebuah misi yang harus dia capai. 

Silakan bantu kami dengan kuesioner!! 

Aku mendengar suara Suminoe-san. Saat aku melirik ke arah sana sambil menari, Suminoe-san sedang membagikan kuesioner kepada siswa-siswa sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. 

Daya tarik pemasaran gerilya terletak pada kesenangan dari acara yang tidak konvensional. Kali ini, aku tidak ingin merusak konsep acara mendadak, jadi aku memutuskan untuk membatasi jumlah kolaborator seminimal mungkin untuk meningkatkan kerahasiaan. 

Aku sedikit ragu untuk melibatkan Taisho dan Asahi-san sebagai kolaborator, tetapi akhirnya tidak melakukannya. Alasannya adalah karena mereka merupakan model ideal siswa. Aku merasa lebih baik jika mereka menikmati acara ini dari sudut pandang yang sama dengan semua orang daripada dijadikan kolaborator. 

Dan dugaanku ternyata benar. Asahi-san terlihat menonton tarian kami bersama teman-teman sekelasnya. Sikap Asahi-san yang murni menikmati acara ini pasti memberikan pengaruh positif kepada siswa lainnya. 

Aku tidak melihat sosok Taisho, tetapi mungkin dirinya pergi ke tempat Narika. 

Setelah melihat Suminoe-san membagikan kuesioner kepada Asahi-san, aku kembali fokus pada tarian dengan Tennouji-san. Aku tidak akan lengah di akhir pertunjukan dan akan menari dengan sempurna. 

Analisis data dari kuesioner juga merupakan strategi yang dikuasai oleh tipe pengusaha. Meskipun hanya tersisa beberapa hari untuk masa pemilihan, mulai hari ini hingga hari terakhir, aku memutuskan untuk melakukan survei setiap kali. Aku akan secara rutin menanyakan kepada siswa tentang apa yang mereka harapkan dari Tennouji-san dan Narika. 

Setelah tarian selesai, kami mendapatkan tepuk tangan yang meriah. 

“Sepertinya ini sukses, ya?

Di tengah hujan tepuk tangan, Tennouji-san tersenyum puas. Kupikir aku juga memiliki ekspresi serupa. 

Ketika aku merancang pemasaran gerilya, aku merasa pandanganku semakin luas. 

Kegiatan pemilihan tidak hanya tentang pidato. Ada lebih banyak hal yang bisa dicoba. Tipe politisi seperti Jouto mungkin mahir dalam pidato dan akan terus melakukannya, tetapi kami, tipe pengusaha, memiliki cara bertarung yang berbeda. Justru menciptakan medan perang itu sendiri adalah keahlian kami.

Aku berpikir bahwa pasar yang disebut pemilih mungkin sudah merasa bosan dengan kegiatan pemilihan yang hanya berisi pidato. Itulah sebabnya, acara seperti ini menyentuh hati mereka. 

Di pasar saat ini, pidato sudah terlalu banyak. 

Maka, sampai kami memberikan pasokan baru. 

“Tennouji-san. Aku akan segera pergi…” 

Kamu mau pergi ke tempatnya Miyakojima-san, ‘kan? Aku juga mendoakan kesuksesan di sana.” 

Aku juga melaksanakan strategi yang serupa di pihak Narika. Meskipun, isinya sangat berbeda. 

Aku berusaha menuju Narika yang berada di halaman tengah. 

Tepat sebelum itu—Tennouji-san berkata, 

“Jangan ragu untuk membusungkan dada.” 

Tennouji-san menatapku dengan wajah yang sedikit berkeringat. 

“Kamu sudah setara denganku.” 

Kata-kata itu menggema dalam hatiku. 

Tidak ada waktu. Aku sedikit melonggarkan kerah tuxedo dan berlari menuju halaman tengah. 

Di tengah perjalanan, pandanganku mulai kabur. 

(…………Gawat.) 

Aku hampir menangis. 

Tennouji-san mengucapkan kata-kata yang paling aku inginkan. 

Rasanya sungguh tidak adil dia mengatakan itu di tempat dan waktu seperti ini. Kata-kata itu sangat menyentuhku, mengingat kembali diriku yang masih awam saat belajar menari dari Tennouji-san. 

Sambil berlari, ada banyak kenangan yang muncul kembali. Saat pertama kali aku ditegur untuk menjaga postur, saat belajar pelajaran dan etika, saat belajar bersama di kelas musim panas, dan saat dia menemaniku dalam permainan manajemen. 

Aku memberi tahu Tennouji-san bahwa aku ingin setara dengannya saat dia membantuku beristirahat sejenak selama permainan manajemen. Saat itu, kami juga menari bersama seperti sekarang. 

Sejak saat itu, aku tampaknya sudah berkembang dengan baik. 

Aku tahu. … Ini bukan tujuanku. 

Aku belum benar-benar setara dengan Tennouji-san. Pandangan bahwa kami setara hanya berlaku pada momen ini, dalam situasi tertentu saja. 

Meski begitu, aku merasa sangat senang karena upayaku diakui sampai-sampai membuatku hampir menangis. 

…Masih ada banyak pekerjaan yang harus kulakukan. 

Aku tidak bisa menangis di sini. 

Setibanya di halaman tengah, ada banyak siswa yang sudah berkumpul. Seperti di pihak Tennouji-san, orang-orang juga berkumpul di pihak Narika, yang membuatku merasa tenang. Selain itu, ini adalah kejutan yang menyenangkan, ada beberapa siswa yang mengikuti dari lapangan seolah-olah mengejarku. Karena tidak sempat berganti pakaian, aku berlari dengan tuxedo ini, tetapi tampaknya ini menjadi promosi yang baik. 

Setelah melewati kerumunan, aku sampai di tengah halaman, dan Kita sedang mempersiapkan sesuatu. 

“Kita-kun, maaf. Aku jadi menyerahkan persiapan ini padamu.” 

“Tidak masalah, kok.” 

Jawaban Kita disertai dengan keringat yang mengalir di dahinya. Namun, Kita melanjutkan dengan senyum yang penuh semangat. 

“Aku juga mendukung Miyakojima-san, dan aku ingin membantu.”

Perasaan murni itu pasti sudah tersampaikan pada Narika. 

Berkat persiapan yang dilakukan Kita, aku hampir tidak perlu membantu. Terakhir, aku menyesuaikan posisi tatami yang terhampar di lantai, lalu mengambil mikrofon. 

Baiklah sekarang, kami—” 

Aku melirik Narika yang menunggu di tengah tatami. 

Narika mengangguk singkat. 

“—Kami akan mempersembahkan teknik iai-jutsu oleh calon ketua OSIS, Miyakojima Narika.” 

Narika yang mengenakan kimono hitam menatap tajam ke arah tiang bambu di depannya. 

Jika dilihat secara sekilas, siswa-siswa yang berkumpul di sekeliling juga ikut menahan napas. 

Dulu, tatapan itu dianggap menakutkan. Namun, setelah kompetisi, Narika secara perlahan menghapus kesalahpahaman, dan kini sikapnya yang anggun telah menjadi senjata yang tak tertandingi. 

Dalam pemasaran gerilya kali ini, aku ingin menyampaikan pesona Narika dan Tennouji-san sebagai manusia kepada semua orang. Namun, meskipun tujuan keduanya sama, aku berpikir untuk memisahkan arah strategi. 

Tennouji-san telah merancang strategi untuk menyampaikan pesonanya yang sudah dikenal dengan lebih konkret. Hasilnya adalah pertunjukkan tarian itu. 

Bagi siswa Akademi Kekaisaran, pesta dansa adalah acara yang sangat akrab. Ketika Tennouji-san menjadi ketua, berbagai kelas akan diadakan, dan suatu hari mereka mungkin bisa menari dengan anggun seperti itu. Memberikan visi konkret seperti itu kepada siswa merupakan tujuan dari strateginya. 

Di sisi lain, aku merasa pesona Narika belum sepenuhnya tersampaikan. 

Lebih tepatnya, aku merasa apa yang disampaikan saat ini kurang cukup. 

Seperti yang telah disampaikan Kita dalam pidatonya, pesona terbesar Narika adalah kemampuannya untuk terus berkembang. Namun, pesona itu hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang selalu melihatnya, tapi hal itu sulit dipahami bagi yang lain. Jika pun mereka memahami, daya tarik untuk terus berkembang bisa saja ditafsirkan sebagai tidak ada apa-apa sekarang. Karena Narika telah menunjukkan hasil dalam permainan manajemen, sebagian besar siswa tidak akan terlalu pesimis, tetapi menyerahkan diri kepada orang asing terasa seperti harapan yang tidak pasti. 

Oleh karena itu, aku ingin menunjukkan salah satu pesona Narika yang bisa diperlihatkan sekarang. 

Aku sudah memberi tahu siswa-siswa lain seperti Nishi-san dan Abeno-san serta yang lainnya, bahwa Narika adalah ahli dalam seni bela diri dan seni bunga. Di bidang ini, bisa dibilang dia tidak memiliki saingan. 

“Su—” 

Narika menarik napas dengan tenang. Pada saat itu, aku merasakan konsentrasinya semakin tajam seperti pedang yang diasah. 

Naruka terus berkonsentrasi, dalam-dalam, dengan tenang, seolah-olah membenamkan dirinya tanpa henti.

Meskipun ada begitu banyak orang berkumpul, tiba-tiba muncul keheningan yang sempurna. Suara daun yang bergoyang oleh angin pun terdengar. 

“Ha――――!!” 

Dalam sekejap. Narika mengayunkan pedangnya. 

Ayunan pedangnya terlihat begitu sangat indah sehingga semua orang terpesona. Namun, aku tidak bisa melihat pedang Narika. Meskipun aku merasa sudah memperhatikan dengan seksama, mungkin aku sempat berkedip tepat sebelum itu. 

Tetapi, aku merasakan ada yang aneh. 

Bambu yang seharusnya sudah dipotong tetap tidak berubah bentuknya. 

Jangan-jangan... dia memotongnya dari udara? Tidak, biasanya Narika memang terlihat tidak percaya diri, tapi dalam hal seni bela diri, dia memiliki bakat yang luar biasa. Mana mungkin dia melakukan kesalahan seperti itu di depan orang banyak... 

Sementara rasa cemasku semakin menguat, Narika menyimpan pedangnya dan membungkuk dengan anggun. 

Kemudian, Narika menyentuh bambu dengan sarung pedangnya. 

Bambu itu bergetar, dan setengah bagian atasnya jatuh ke tanah. 

“.......................... Hah?” 

Apa maksudnya? 

Artinya, Narika benar-benar telah memotong bambu itu. Namun, karena gerakan pedangnya terlalu tajam, bambu itu tidak jatuh, dan tetap berada di tempatnya meskipun sudah dipotong? 

.......................... Hah

Memangnya manusia bisa melakukan hal seperti itu...? 

Setelah sedikit tertunda, tepuk tangan mulai terdengar. Beberapa detik kemudian, tepuk tangan yang meriah diberikan kepada Narika. Sepertinya semua orang membutuhkan waktu untuk memahami situasi ini. 

Narika tampak bangga seolah semuanya berjalan sesuai rencana, tetapi aku melihat dengan jelas. Sebelum dia mendapatkan tepuk tangan, wajahnya terlihat panik seakan menyiratkan, “Apa aku melakukan kesalahan?” 

Ngomong-ngomong, Narika memang selalu seperti ini. Di permainan manajemen pun, dia tanpa sadar mengalahkan pesaing lain... Dia adalah orang yang hanya bisa melakukan nol atau seratus. 

(... Yah, bisa dibilang ini berhasil.) 

Dengan tepuk tangan sebanyak ini, mana mungkin pertunjukkan ini disebut gagal. 

Bagian yang terpotong dari bambu yang jatuh di tatami terlihat sangat indah. Tidak mungkin itu adalah hasil karya manusia. Saking hebatnya, aku hampir terkejut. 

Bagaimanapun, dengan ini aku bisa menunjukkan bahwa Narika memiliki sesuatu yang unik. 

Fakta bahwa dia memiliki keahlian yang tidak kalah dengan siapa pun di akademi yang dihuni oleh siswa-siswa unggul pasti akan menarik perhatian mereka. 

Saat aku merasa lega atas keberhasilan pemasaran gerilya ini, tepuk tangan yang sangat meriah menggema. 

Aku berbalik dan melihat Jouto berdiri di sana. 

Sungguh gerakan yang luar biasa,” katanya sambil mendekati Narika. 

Mumpung ada kesempatan seperti ini, boleh aku mencobanya juga?” 

“Eh...?”

Setelah mengambil pedang dari Narika, Jouto berdiri di depan bambu cadangan.

Jouto memejamkan matanya, menarik napas dalam-dalam dan dengan cepat mengeluarkan pedangnya dari sarung. 

“Fu――!” 

Pedang tersebut diayunkan dengan penuh tekad, memotong bambu secara miring. 

Bambu yang terpotong jatuh ke tatami. 

Hmm... Seperti yang kuduga, aku tidak bisa mengalahkan Miyakoima-san.” 

Setelah menyimpan pedangnya, Jouto mengelus bagian yang terpotong dari bambu dan berkata. 

Tepuk tangan kembali menggema. Namun, kali ini yang menjadi sasaran tepuk tangan adalah Jouto, bukan Narika. 

(........... Kita kecolongan.) 

Seharusnya aku sudah menyelidikinya terlebih dulu

Tak kusangka kalau Jouto juga memiliki pengetahuan tentang iaijutsu. 

Tentu saja, kemampuannya tidak sebanding dengan Narika. Namun, Jouto memiliki keterampilan yang lebih dari cukup untuk seseorang yang tiba-tiba muncul. 

Pemasaran gerilya adalah strategi iklan yang bersifat dadakan. Aku berniat menggunakan sifat ini untuk menciptakan pertunjukan yang membuat Jouto dan timnya tidak dapat merespons tepat waktu, tetapi... dalam arti tertentu, Jouto justru melakukan intervensi yang paling mendadak. 

Kedatangan Jouto yang tiba-tiba membuat penonton bersorak. 

Setelah mengembalikan pedang kepada Narika, Jouto menerima mikrofon dari Rintarou yang berdiri di sampingnya. 

“Miyakojima-san, aku punya saran.” 

Suara Jouto menggema di halaman tengah melalui mikrofon dan speaker. 

“Bagaimana kalau kita bersaing dengan otak selanjutnya?” 

“O-Otak...?” 

Wajah Narika menjadi pucat. 

... Bodoh. Jangan menunjukkan ketidakpercayaan dirimu secara jelas di depan semua orang. 

Bukan berarti nilai Narika sangat buruk, tetapi jika dibandingkan dengan Tennouji-san dan Jouto, dia pasti akan terlihat kurang. 

Namun, melihat wajah Narika yang tegang, Jouto menambahkan, “Ini bukan tentang nilai.” 

“Bagaimana kalau kita mengadakan debat antara tiga calon ketua OSIS setelah pelajaran besok? Temanya adalah tentang tradisi Akademi Kekaisaran.” 

Reaksi pertama terhadap saran Jouto datang bukan dari aku atau Narika, tetapi dari para pendengar. 

“Woahh...!” Melihat siswa-siswa yang bersemangat, aku merasakan kekecewaan di dalam hati. 

(... Mana mungkin kami bisa menolaknya.) 

Jika aku menolak di sini, itu akan mengecewakan harapan siswa dan mengurangi daya tarik Narika. 

Sejak awal, Jouto tidak berniat membiarkan kami menolak. Ia memanfaatkan penampilan Narika untuk menarik perhatian siswa dan dengan cerdik mengusulkan bentuk kompetisi yang membuat siswa bersemangat. Seorang entertainer yang sangat cerdik. 

Aku mengangguk tanpa suara kepada Narika yang mengarahkan pandangannya kepadaku. 

Walaupun Narika terlihat sedikit cemas, tapi dia menghadapi Jouto dan berkata, 

“... Baiklah, aku terima tantangan ini.” 

“Kalau begitu, sampai besok. Sampaikan salamku kepada Tennouji-san.” 

Setelah berkata demikian, Jouto akhirnya pergi. 

... Tennouji-san sepertinya juga tidak berniat untuk mundur dari tantangan ini. 

Mungkin Jouto sudah memperhitungkan hal itu dan mengajak Narika terlebih dahulu. Narika yang mungkin akan ditolak harus disusun sedemikian rupa agar tidak bisa menolak dengan memanfaatkan suasana di sekitarnya.

Di belakang Jouto, aku merasa seolah melihat sosok Minato-senpai yang seharusnya tidak ada di sini sekarang.

 

◆◆◆◆

 

Aku segera memberitahu undangan debat dari Jouto kepada Tennouji-san. Seperti yang diharapkan, Tennouji-san memutuskan untuk ikut dalam tantangan tersebut. Debat akan diadakan setelah pelajaran besok, jadi kami memutuskan untuk mengadakan rapat strategi di akademi. 

Setelah menghubungi Shizune-san, aku meminta Hinako untuk pulang lebih awal, lalu mengikuti petunjuk Tennouji-san berjalan di koridor gedung sekolah. 

“Ini adalah ruang belajar mandiri.” 

Tennouji-san membukakan pintu, dan aku masuk bersama Narika. 

Dia mengatakan bahwa dia tahu tempat yang bisa digunakan untuk rapat strategi, dan ruangan ini memang sangat nyaman. Di ruang belajar mandiri terdapat banyak komputer, dan di depan ada papan tulis besar. 

Rupanya ada juga tempat yang seperti ini, ya?” 

“Ya. Namun, seperti yang terlihat, tempat ini tidak terlalu sering digunakan. Banyak siswa di akademi ini pulang segera setelah pelajaran selesai.” 

Ruang belajar mandiri itu sepi. Karena kami akan membahas hal-hal penting, jadi aku merasa beruntung tidak ada orang di sekitar, tetapi rasanya agak sepi juga menggunakan ruangan sebesar ini untuk kami sendiri. 

Ruang ini sepertinya tidak digunakan untuk pelajaran. Ini tampaknya adalah ruangan yang disediakan hanya untuk belajar mandiri, tetapi semua siswa di Akademi Kekaisaran sangat sibuk, jadi mereka biasanya langsung pulang setelah pelajaran. 

“... Jika aku menjadi ketua, aku ingin memanfaatkan tempat seperti ini dengan baik.” 

Tennouji-san bergumam demikian. Melihat pemandangan di ruang belajar mandiri, sepertinya dia mendapatkan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan. 

Karena ruangan ini cukup sepi, mari kita gunakan tempat duduk di tengah dengan percaya diri. Aku menghidupkan PC yang ada di tengah ruang belajar dan duduk di depannya. 

“Baiklah, mari kita adakan rapat strategi untuk memenangkan debat.” 

Tennouji-san dan Narika duduk di sebelahku. 

“Tema debat adalah tentang tradisi Akademi Kekaisaran, bukan?” 

“Ya. ... Bagaimanapun juga, tema ini jelas-jelas menguntungkan pihak lawan, tetapi sebaliknya, jika kita bisa mengeluarkan pendapat yang berguna, kita bisa meningkatkan tingkat dukungan dengan cepat.” 

Debat tersebut kemungkinan akan dilakukan dalam format yang mirip dengan debat formal. Setiap calon ketua OSIS akan mempresentasikan pandangan mereka tentang tradisi Akademi Kekaisaran, kemudian diskusi akan berkembang dari sana. Kita harus memperingatkan diri kita sebelumnya tentang kemungkinan bahwa pandangan itu mungkin tidak benar atau ada siswa yang tidak terbantu dengan pandangan tersebut. 

Setidaknya, tidak mungkin bagi tiga calon ketua hanya menyampaikan pendapat mereka dan selesai begitu saja; itu tidak akan menjadi perkembangan yang tenang. Jika begitu, semuanya itu tidak ada bedanya dengan pidato. 

“Pertama-tama, apa sebenarnya yang dimaksud dengan tradisi Akademi Kekaisaran?” 

Narika bertanya, matanya memantulkan cahaya monitor yang menyala.

Itu adalah pertanyaan yang mendalam karena kepolosannya. Seperti yang dikatakan Narika, kita harus memikirkan hal itu terlebih dahulu. 

“Baiklah, mari kita buat daftar semua yang terpikirkan.”

Aku membuka aplikasi notepad yang sudah terinstal di PC sejak awal dan mulai merangkum tentang tradisi Akademi Kekaisaran dalam beberapa poin. Di balik itu, aku juga memikirkan kegiatan lain selain debat. Mungkin sulit untuk berpidato setelah pelajaran besok jika ada debat. Namun... 

(... Strategi melawan kampanye negatif dengan menyampaikan detail janji kampanye ternyata berhasil. Sekarang, prioritas pidato sudah rendah.) 

Untuk mengatasi kampanye negatif yang diluncurkan oleh Rintarou, kami merangkum isi janji kampanye dan menyediakan lingkungan di mana semua orang bisa memeriksanya secara bebas di web. Berkat itu, janji kampanye Tennouji-san dan Narika dipahami lebih dalam oleh para siswa. 

Aku sempat merasa cemas saat kampanye negatif menyebar, tetapi sekarang, setelah segalanya teratasi, hal itu malah menjadi angin segar bagi kami. Akhirnya, kampanye negatif itu justru membantu menyebarkan janji kampanye kami. 

“... Secara umum, kurang lebihnya seperti ini.” 

Tennouji-san menatap monitor dan berkata. 

Pertama-tama, aku menuliskan empat hal yang aku anggap sebagai tradisi Akademi Kekaisaran.

 

- Banyak orang tua siswa adalah pengusaha atau politisi.

- Materi pelajaran di sini jauh lebih unggul dibandingkan dengan sekolah SMA umum.

- Ada pelajaran khas bernama permainan manajemen.

- Terdapat kesenjangan yang tidak sedikit berdasarkan latar belakang keluarga.

 

Baik tradisi yang baik maupun yang buruk, aku mencantumkan apa yang kurasakan belakangan ini. 

Melihat tulisan di monitor, aku tiba-tiba merasa ragu. 

“Apa sebaiknya data ini dihapus sebelum selesai?” 

“Tidak masalah jika dibiarkan. Komputer di sini akan direset saat dinyalakan kembali.” 

Kalau memang begitu, kurasa aku harus membiarkannya seperti ini. 

“Aku juga memikirkan empat hal ini, tetapi sepertinya pihak mereka juga sudah mengetahuinya.” 

“Benar sekali. Semua yang tertulis di sini sudah disebutkan oleh Jouto dalam pidatonya.” 

Jika keempat hal ini menjadi pokok bahasan yang diperdebatkan, yang penting adalah bagaimana menggali lebih dalam. 

“Poin keempat... harus ditangani dengan hati-hati.” 

Narika berkata dengan suara pelan

Kesenjangan berdasarkan latar belakang keluarga. Melihat tulisan tersebut, Narika mungkin menyadari kembali bahwa latar belakang keluarganya lebih tinggi dibandingkan siswa lain. 

Namun, aku tidak setuju dengan sikapnya yang merasa sebagai pihak yang bersalah. 

Kurasa kalian berdua tidak perlu merasa terbebani.” 

Melihat Narika yang tampak kebingungan, aku melanjutkan penjelasan. 

“Kesenjangan berdasarkan latar belakang keluarga bukan hanya dirasakan oleh yang di bawah, tetapi juga oleh yang di atas. ... Narika, kamu juga pasti sudah lama merasa salah paham dan menderita, kan? Salah satu alasan mengapa orang menjauh darimu adalah karena latar belakang keluargamu yang tinggi.” 

“... Jika dipikir-pikir lagi, itu memang benar.” 

Karena mereka berasal dari keluarga terpandang, mereka tidak bisa sembarangan bicara. ...Siapa yang menjadi korban dengan cara berpikir seperti ini? Selalu saja siswa dari keluarga terpandang yang memutuskan untuk menjauhkan diri. Siswa dari keluarga terpandang sering kali dijauhkan secara sepihak.

Jika mereka dijauhkan, mereka juga kehilangan pengertian dari orang-orang di sekitar mereka. 

(... Dalam arti tertentu, Hinako juga menderita karena hal itu.) 

Meskipun mungkin sedikit berbeda dari diskriminasi, tapi tidak diragukan lagi bahwa orang yang paling menderita akibat tingginya latar belakang keluarga adalah Hinako. Beban mental yang harus ditanggung Hinako sebagai seorang Ojou-sama yang sempurna sangatlah berat. Itulah sebabnya ada posisi pengurus yang mengurusnya. 

“Dalam menghadapi masalah kesenjangan akibat latar belakang keluarga ini, aku memiliki pendekatan yang bertolak belakang dengan Jouto-san.” 

“Begitu ya.” 

Entah kenapa, aku merasa bahwa pemikiran di sekitar sini akan menjadi pokok bahasan dalam debat. Demi merapikan masing-masing ideologi, aku mengonfirmasi pemahamanku dengan mengucapkannya. 

“Sekarang, ada kesenjangan akibat latar belakang keluarga di Akademi Kekaisaran. Jadi, pemikiran Jouto-kun ialah supaya semua orang menyesuaikan diri dengan yang di bawah.” 

Mengundang orang biasa ke akademi ini dan belajar berperilaku agar siswa dengan latar belakang tinggi dapat menyesuaikan diri dengan yang di bawah. Itulah tujuan mereka. 

“Di sisi lain, Tennouji-san berpikir bahwa seharusnya semua orang bisa menyesuaikan diri dengan yang di atas.” 

Tennouji-san berpikir bahwa seharusnya siswa dengan latar belakang rendah dilatih agar dapat beradaptasi dengan lingkungan kelas atas. 

“Dan Narika berpikir bahwa seharusnya akademi ini tidak perlu mempermasalahkan latar belakang keluarga sama sekali.” 

Narika berusaha menciptakan akademi yang memudahkan orang untuk berubah melalui interaksi dengan orang lain. Jika orang yang menderita karena kesenjangan latar belakang keluarga bisa mengubah diri mereka, itu akan mengarah pada pembebasan dari kesenjangan tersebut. 

Sebenarnya, Narika telah dibebaskan dari kesepian akibat latar belakang keluarganya dengan mengubah dirinya. 

“Ketiga pendekatan ini sangat berbeda, ya.” 

Tennouji-san berkata demikian

Tiga pendekatan yang berbeda ini sepertinya akan menjadi pemicu perdebatan. 

“Tomonari-san, aku ingin menyerang dengan pembicaraan yang sekarang.” 

“Baiklah. ... Narika, apa kamu setuju dengan ini?” 

“Ya. Aku juga merasa lebih mudah berbicara tentang pengalaman di bidang ini.” 

Narika yang bangkit dari keterpurukan kini berada dalam posisi di mana dia bisa memanfaatkan ketenaran akibat keterpurukannya. Mereka yang dulu takut pada Narika kini akan menerima kata-katanya dengan serius. 

Jika ada masalah... 

“... Narika, sepertinya kamu akan berbicara di depan umum lagi kali ini, apa kamu akan baik-baik saja?” 

Ak-Aku baik-baik saja. Jika dibandingkan sebelumnya, aku sudah lebih baik. ... Setidaknya, kupikir begitu.” 

Sikapnya tampak kurang meyakinkan. 

“Kalau begitu, coba berdiri di sana dan berpidato secara acak.” 

“Hmm... Baiklah. Aku akan membuktikan bahwa aku juga bisa melakukannya jika mau mencoba.”

Narika berdiri di depan papan tulis. 

Aku tahu dia bisa melakukannya jika dia mencobanya

Tapi aku juga mengetahui betul seberapa besar perbedaan saat dia tidak bisa melakukannya. 

“Yang ingin kusampaikan tentang tradisi Akademi Kekaisaran adalah—” 

Narika mulai berpidato. 

Namun di tengah jalan, Narika berhenti berbicara dan melihat ke arahku. 

“... I-Itsuki? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” 

“Ini adalah cara untuk mengatasi kegugupanmu. Silakan lanjutkan.” 

Aku ingin memastikan apa dia sudah terbiasa dengan tatapan orang. 

Me-Menurutku, tentang tradisi Akademi Kekaisaran adalah…” 

“...” 

Umm... jika kita membahas kesenjangan latar belakang keluarga…” 

“...” 

Seperti yang kuduga, dia masih belum terbiasa dengan tatapan, karena Narika tampak gelisah. 

“Tu-Tunggu!!” 

Narika berteriak dengan wajahnya yang memerah. 

“Jika kamu menatapku seperti itu, aku tidak bisa berbicara dengan baik!” 

“Bukankah kamu bilang kalau kamu takkan merasa gugup?” 

Ak-Aku tidak merasa gugup Hanya saja, ada hal lain yang menggangguku…!!” 

Hal lain? 

“Jangan membuat alasan.” 

“U-uhh... uhh...!!” 

Narika mulai gemetaran

Hmm, aneh. Kupikir dia sudah sedikit lebih baik, tetapi sepertinya dia malah terlihat lebih mencemaskan daripada sebelumnya. 

Saat melihat Narika yang mengalihkan pandangannya, pintu ruang belajar mandiri terbuka. 

“Permisi. ... Tomonari-san, pengelompokan kuesioner sudah selesai.” 

Suminoe-san masuk ke ruang belajar mandiri dengan membawa kertas kuesioner. 

Di belakangnya ada Kita. Aku meminta keduanya untuk mengumpulkan dan mengelompokkan kuesioner. Meskipun jumlah yang dibagikan cukup banyak, mereka bisa menyelesaikannya dengan cepat, jadi aku merasa sangat terbantu. 

“Terima kasih, Suminoe-san, Kita-kun.” 

Aku menerima tumpukan kertas kuesioner dari keduanya. 

Aku melihat Narika sekilas, dia tampak menghela napas lega sambil berkata, “Aku terselamatkan…” … Jika ada waktu, aku akan memeriksanya lagi nanti. 

Miyakojima-san, semangat ya.” 

“Ya. Kita-kun, terima kasih seperti biasa.” 

Kita mendukung Narika sebelum meninggalkan ruang belajar mandiri. Meskipun kami bisa mengobrol sedikit lebih lama, sepertinya ia memperhatikan bahwa kami tidak punya banyak waktu sebelum debat. 

“Tennouji-sama, aku mendukungmu sepenuh hati.” 

Suminoe-san juga memberikan semangat kepada Tennouji-san. 

“Terima kasih. ... Ngomong-ngomong, kenapa kamu memanggil namaku dengan imbuhan 'sama'?” 

“Itu kebiasaan. Aku tidak bisa mengubahnya.” 

Suminoe-san tersenyum manis. Namun, senyuman Tennouji-san tampak tegang. 

... Dia sudah di tahap kritis

Siapa saja, tolong bawa Suminoe-san ke rumah sakit. 

Orang ini, sebelumnya dikenal dengan kesan yang bersih dan anggun... 

“Tomonari-san.”

Sebelum meninggalkan ruang belajar, Suminoe-san memberi isyarat kepadaku. 

Apa ini akan menjadi pembicaraan rahasia? Dengan rasa penasaran, aku keluar dari ruang belajar bersama Suminoe-san. 

“Jika Tennouji-sama tidak menang, aku tidak akan memaafkanmu, oke?” 

“... Aku akan berusaha sebaik mungkin.” 

“Jika keadaannya sudah sangat darurat, kita bisa menyisipkan obat ke dalam makanan pria bernama Jouto Ren itu. Jika kamu tidak memiliki keberanian untuk melakukannya, aku bisa melakukannya untukmu.” 

“Tolong jangan.” 

Sebelum bertemu Rintarou, kupikir tidak ada orang di akademi ini yang bergantung pada strategi licik... 

Nyatanya ada. Apalagi orangnya berada di dekatku

Seriusan, tolong jangan, oke?” 

“... Cih.” 

Hei, apa kamu baru saja mendecakkan lidah

Untung saja aku langsung memastikannya

Setelah Suminoe-san pergi, aku menghela napas dalam-dalam dan kembali ke ruang belajar. ... Dia seperti badai. Dalam arti mental. 

“Apa yang kalian berdua bicarakan?” 

“... Dia mengusulkan sebuah strategi, tetapi caranya terlalu ekstrem, jadi aku menolaknya.” 

Setelah menjelaskan dengan berbagai cara, aku memeriksa kuesioner yang telah disortir oleh keduanya. 

Isi kuesionernya sederhana, menanyakan jenis ketua seperti apa yang mereka inginkan dari Tennouji-san dan Narika. Sejujurnya, aku belum pernah melakukan kuesioner sederhana seperti ini sebelumnya. Aku pernah mengumpulkan kuesioner untuk mengetahui pendapat sebenarnya dari kelompok yang mendukung Hinako. 

Sekarang, aku harus mulai memikirkan tentang pidato terakhir. 

Hari terakhir kampanye pemilihan adalah hari Senin minggu depan. Hari ini adalah hari Rabu, jadi jika kita mengabaikan hari ini dan akhir pekan, hanya ada tiga hari tersisa untuk menentukan hasilnya. 

Jika aku segera menerapkan isi kuesioner dan mengeluarkan pernyataan yang berbeda dari sebelumnya, ada berisiko menyebabkan kebingungan. Hal ini juga berlaku sebelumnya, tetapi karena hanya ada tiga hari tersisa, sekarang tidak ada waktu untuk menenangkan kebingungan itu. Sampai sejauh ini, perubahan harus dilakukan dengan hati-hati. 

Aku berencana untuk memahami semua hasil kuesioner hari ini, tapi aku akan mempertimbangkan bagaimana cara menerapkannya hingga hari terakhir. Jika terburu-buru, itu bisa menjadi bencana. 

(………… Hmm?)

Saat memeriksa jawaban kuesioner, aku merasakan ketidaknyamanan. 

Ini mungkin... 

“Itsuki, ada apa?” 

“Hmm... tidak, bukan apa-apa.” 

Saat aku mengernyitkan dahi, Narika menengok ke arahku, tetapi aku memutuskan untuk tetap diam. 

(… Sepertinya aku tidak perlu mengungkapkannya sekarang.) 

Hal ini tidak ada hubungannya dengan debat. 

Dalam beberapa keadaan, mungkin ini adalah sesuatu yang sebaiknya kusimpan sendiri. 

 

◆◆◆◆

 

Hari kesebelas masa pemilihan, sepulang sekolah

Debat yang direncanakan oleh Jouto akan segera dimulai. 

“... Tempatnya lumayan megah ya.” 

Sesampainya di aula, mau tak mau aku bergumam demikian setelah melihat pemandangan di depanku. 

Aula digunakan sebagai tempat untuk debat. Persiapannya dilakukan oleh Jouto dan kawan-kawannya, seperti yang diberitahukan Rintarou saat istirahat siang, jadi aku menyerahkannya kepada mereka, tetapi persiapannya jauh lebih serius dari yang aku bayangkan. 

Ada tiga meja yang ditempatkan dengan jarak yang sama di tengah aula, masing-masing saling berhadapan. Ada meja dan kursi yang disusun di setiap sudut segitiga. Ketiga calon Ketua OSIS akan duduk di sana

Kursi penonton disiapkan mengelilingi area tersebut. 

Kupikir para calon ketua akan berdiskusi di atas panggung, tetapi sepertinya pertandingan yang disebut debat akan berlangsung di tengah aula, mirip seperti di arena tinju atau gulat. 

(Mereka semua ditatap dari segala arah.... Apa ini semacam taktik yang tidak biasa?) 

Panggung yang tidak menyenangkan telah disiapkan. Mana mungkin lingkungan yang tidak nyaman seperti ini terjadi secara kebetulan. 

Dari pidato-pidato sebelumnya, aku tahu Jouto sudah terbiasa dengan tatapan orang. Oleh karena itu, dirinya sengaja membuat panggung yang memudahkan audiens untuk memperhatikan. Meskipun tidak menjadi masalah bagi Jouto, bagi Tennouji-san dan... terutama Narika, ini adalah lingkungan yang sulit. 

Tomonari-san, aku pergi sekarang.” 

“Aku juga... akan pergi.” 

Mereka berdua sudah memsiapkan diri secara mental. Tennouji-san tersenyum percaya diri, sementara Narika menunjukkan ekspresi tegang. 

“Aku akan mengawasi dari sini. Mari kita bertarung sesuai rencana.” 

Tennouji-san dan Narika mengangguk, lalu menuju ke tengah aula tempat Jouto menunggu. 

Sayangnya, dalam waktu yang terbatas, aku tidak bisa menyiapkan langkah pasti untuk menang. Namun, aku bisa menyiapkan strategi untuk meningkatkan peluang menang.

Tema tentang tradisi Akademi Kekaisaran telah dibagi ke dalam beberapa kategori, dan aku telah menyiapkan argumen yang difokuskan pada salah satu kategori yang paling mudah untuk dibicarakan. Setelah debat dimulai, aku ingin mengarahkan pembicaraan ke kategori ini. Dengan begitu, kita seharusnya mendapatkan angin segar. 

Mulai sekarang, kami akan memulai debat antara tiga calon ketua OSIS. Saya, Asahi Rintarou, selaku calon wakil Ketua akan menjadi moderator dalam debat kali ini.” 

Di tengah aula, Rintarou memegang mikrofon dan memberikan sambutan. 

“Tema kita adalah tentang tradisi Akademi Kekaisaran. Tiga calon ketua akan mendiskusikan tema ini selama satu jam ke depan.” 

Aku dan penonton lainnya melihat ketiga calon ketua yang duduk di kursi. Jouto, Tennouji-san, dan Narika... ketiganya berdiri dengan wajah serius. 

Baiklah, kalau begitu————silakan mulai.” 

Rintarou mengumumkan dimulainya debat. 

Aula seketika menjadi sunyi. Tidak ada tepuk tangan atau sorakan. Tatapan para siswa yang akan menjadi pemimpin negara di masa depan tertuju lurus ke tengah aula. 

“Sebagai pengusul debat, aku akan mengawali debat ini.” 

Orang pertama yang berbicara adalah Jouto. 

Menurutku, ada banyak tradisi Akademi Kekaisaran yang justru memperburuk kompleks para siswa. Misalnya, sistem yang hanya memperbolehkan siswa dari keluarga terpandang untuk masuk. Karena dari awal masuk saja sudah ada penilaian berdasarkan latar belakang, semua orang menerima adanya kesenjangan yang disebabkan oleh latar belakang keluarga setelah masuk. Atmosfer yang membuat masalah ini sulit muncul ke permukaan adalah tradisi buruk, bukan? Karena itulah aku ingin mendorong proses demokratisasi Akademi Kekaisaran dan akhirnya menghapus syarat latar belakang keluarga dari persyaratan masuk. Aku ingin mengatasi secara fundamental kompleks yang disembunyikan semua orang di dalam hati mereka, yang bernama latar belakang keluarga.” 

Seperti yang diharapkan... pendapat Jouto menusuk hatiku sebagai orang biasa. 

Meskipun aku menyembunyikannya di permukaan, identitas asliku adalah orang yang biasa-biasa saja. —Itulah sebabnya aku harus berusaha, pikirku, tetapi tidak semua orang bisa seperti itu. Mungkin ada siswa yang patah semangat karena perbedaan latar belakang. Aku pun mungkin bisa saja berada dalam situasi yang sama jika salah langkah. 

Namun, solusi untuk masalah ini tidak hanya dengan mendemokratisasi Akademi Kekaisaran

“Mengenai kesenjangan itu,” 

Tennouji-san mulai membalas

Aku ingin menyelesaikannya dengan cara yang bertolak belakang dengan Jouto-san.” 

“... Ngomong-ngomong, Tennouji-san juga menyebutkan tentang latar belakang di pidato pertamanya, kan?” 

“Ya,” jawab Tennouji-san sambil mengangguk.

Seperti yang dikatakan Jouto, Tennouji-san juga sudah memperhatikan masalah kesenjangan yang disebabkan oleh latar belakang keluarga sejak tahap yang cukup awal. Namun, meskipun mereka memperhatikan masalah yang sama, solusi yang mereka ajukan berbeda. 

Aku juga telah mendengar pidatomu beberapa kali, jadi kurasa aku mulai memahami tentang demokratisasi Akademi Kekaisaran yang kamu usulkan. ... Aku tidak berniat menentang gagasan untuk mengetahui masyarakat luar. Namun, aku merasa bahwa ide untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat luar itu terlalu memaksa. Jika kita harus menyesuaikan diri, kita harus menyesuaikan diri dengan karakteristik Akademi Kekaisaran, jika tidak, tidak ada artinya berada di akademi ini.” 

“Karakteristik Akademi Kekaisaran, ya?” 

Jouto tersenyum dingin. 

Tidak semua orang berada di akademi ini karena keinginan mereka sendiri.” 

Usai mengatakan itu, Jouto melihat sekeliling penonton yang mengelilingi mereka. 

Aku ingin bertanya kepada semua yang ada di sini. ... Apa kalian memiliki pilihan lain selain masuk ke Akademi Kekaisaran?” 

Tidak ada siswa yang mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Jouto. 

Meskipun Akademi Kekaisaran adalah lingkungan yang luar biasa, tidak berarti semua siswa menginginkannya. Fakta itu kini menjadi jelas. 

Mungkin di sini ada siswa yang.... terpaksa masuk ke akademi ini. 

Kamu mengatakannya seolah-olah semua orang di sini merasa bangga menjadi siswa Akademi Kekaisaran, tapi kenyataannya seperti ini. ... Tennouji-san, kamu berbicara dengan asumsi bahwa budaya sekolah di Akademi Kekaisaran adalah yang benar, tetapi apa dasar dari asumsi itu? Kamu dengan tegas menolah untuk mengubah sistem yang ada sekarang. Itulah sebabnya kamu disebut sebagai pihak konservatif, bukan?” 

“... Ugh.” 

Dengan satu penggunaan kata, dirinya bisa menempatkan dirinya dalam posisi yang lebih unggul. 

Jouto memanfaatkan sepenuhnya kesan energik yang dimiliki kata reformis. Pihak konservatif seharusnya tidak buruk, tetapi suasana seolah-olah kami adalah orang-orang yang malas. 

Namun, suasana itu diubah oleh Narika. 

“Kami juga bukannya menganggap bahwa akademi ini tidak memerlukan perubahan. Faktanya, jika aku menjadi ketua, aku ingin menciptakan akademi di mana setiap siswa bisa mengubah diri mereka sendiri.” 

Narika tidak membela Tennouji-san secara khusus. 

Pertarungan pemilihan ini adalah tentang tiga pihak yang saling bersaing. Seolah menunjukkan hal itu, ketiga kursi terpisah dengan jarak yang sama. Namun, yang pertama kali mengelompokkan Tennouji-san dan Narika sebagai pihak konservatif adalah Jouto.

Situasi yang bisa dianggap dua lawan satu ini diciptakan oleh Jouto itu sendiri. Jadi, seharusnya pihak mereka tidak bisa mengeluh juga. Dengan pemikiran itu, aku dengan percaya diri menyaksikan perdebatan ketiga orang tersebut—.  

“Miyakojima-san, argumenmu bergantung pada kemandirian siswa.” 

Sanggahan Jouto jauh lebih tajam daripada yang kami bayangkan. 

“Para siswa Akademi Kekaisaran yang sudah lama tidak memiliki kesempatan untuk mengubah diri mereka, jika tiba-tiba diberitahu bahwa mereka boleh mengubah diri, mereka justru akan merasa kebingungan. Bahkan jika kamu menjadi ketua dan mewujudkan janjimu, aku hanya bisa melihat masa depan yang tidak berarti.” 

“Ti-Tidak mungkin begitu...” 

“Aku tahu Miyakojima-san pernah ditakuti karena kesalahpahaman. Tapi pemikiranmu, yang membantumu keluar dari itu, dipengaruhi oleh bias penyintas.” 

Jouto berbicara dengan semangat seolah-olah merasa tergerak oleh keadilan. 

“Kamu sudah memiliki kemampuan untuk mengubah dirimu sendiri sejak awal. Dengan kata lain, kamu memiliki latar belakang keluargamu!” 

“—!” 

Narika terkejut. 

Intinya, Jouto ingin mengatakan bahwa sebenarnya, di akademi ini ada banyak siswa lain yang ingin mengubah diri mereka selain Narika. Namun, sebagian besar dari mereka gagal. Hanya Narika yang berhasil, tetapi itu bukan karena usaha pribadinya, melainkan karena latar belakang keluarganya yang baik? Itulah maksudnya. 

Sebenarnya, pendapat ini bisa membuat kami marah, tetapi baik aku maupun Narika terdiam. 

Ini adalah hal yang memalukan, tetapi—pemikiran itu tidak terlintas di benak kami. 

Narika bisa mengubah dirinya karena dia terus berusaha meskipun mengalami banyak kegagalan. 

Aku yang berada di samping Narika sangat mengetahui itu. Namun, banyak orang di akademi ini yang tidak mengetahuinya. Kata-kata Jouto pasti sangat menggema di telinga mereka. 

“Jika kamu ingin menciptakan akademi di mana siswa bisa mengubah diri mereka sendiri, maka kamu harus mengubah akademi itu sendiri. Itulah pemikiranku tentang mendemokratisasi Akademi Kekaisaran.” 

Narika tidak bisa mengatakan apa-apa kepada Jouto yang mengungkapkan pendapatnya dengan percaya diri. 

Ini adalah alur yang buruk. ... Namun, aku merasakan ketidaknyamanan lebih dari sekadar kegugupan. 

(... Apa ini?) 

Rasanya ada yang janggal

Mengapa kami bisa terdesak sampai sejauh ini? 

Kami tidak merasa sombong bisa menang dengan mudah. Kekuatan Jouto memang nyata, dan debat ini merupakan ide yang diusulkannya sendiri. Mengingat kami bertarung di arena yang disiapkan oleh mereka, baik aku, Tennouji-san, maupun Narika tahu bahwa kemungkinan kalah tidak sedikit. 

Namun, meskipun begitu... 

(... Mau dilihat bagaimanapun juga, kenapa sanggahan selalu tepat?) 

Debat kali ini, temanya adalah tentang tradisi Akademi Kekaisaran. Kesenjangan yang disebabkan oleh latar belakang keluarga hanyalah salah satu topik yang muncul dari tema tersebut, dan masih banyak ruang untuk berdiskusi.

Pembicaraan tentang orang tua siswa, pembicaraan tentang pelajaran, pembicaraan tentang permainan manajemen... Dari banyak topik, kami memilih untuk membahas kesenjangan yang disebabkan oleh latar belakang keluarga dan berencana untuk menyerang dari sudut ini. Oleh karena itu, kami telah menyiapkan argumen untuk topik ini sebelumnya. 

Jadi, ketika debat dimulai dan topik beralih ke kesenjangan latar belakang keluarga, aku diam-diam merasa senang dan berpikir, “Bagus!”. Karena kami bisa berdiskusi tentang topik yang paling kami persiapkan. 

Namun, Jouto mampu mengikuti argumen yang telah kami siapkan secara improvisasi. Dirinya bahkan memberikan informasi yang lebih banyak daripada kami. 

Dilihat dari sudut pandang manapun, argumennya terlalu bagus. 

Meskipun Jouto adalah tipe pria politikus yang memiliki bakat langka, ini sudah terlalu berlebihan. 

Aku keberatan!!” 

Tennouji-san melontarkan suaranya yang tinggi. 

“Jouto-san, apa yang kamu tuju bukanlah reformasi. Melainkan scrap & build yang membawa kehancuran besar. Janji-janjimu pasti akan menciptakan lebih banyak kekacauan dibandingkan janji Miyakojima-san!” 

Jika menciptakan kekacauan adalah masalah, maka Jouto justru memiliki masalah yang lebih besar. Tennouji-san mengajukan argumen seperti itu. 

“Lagipula, kamu baru saja mengatakannya beberapa saat yang lalu, bukan? Apa dasar bahwa tradisi Akademi Kekaisaran itu benar?” 

“Ah, aku memang mengatakannya.” 

“Dasarnya adalah—prestasi para lulusan.” 

Jouto sedikit mengerutkan alisnya. 

Kepemimpinan dalam pembicaraan berpindah ke tangan Tennouji-san. 

(... Bagus. Tennouji-san berhasil membawa pembicaraan ke arah yang telah dia siapkan.) 

Jika memungkinkan, aku ingin menghancurkan momentum Jouto di sini. 

Tennouji-san mengungkapkan kritik yang telah dia pikirkan sebelumnya untuk Jouto. 

“Para lulusan Akademi Kekaisaran adalah orang-orang yang sangat berprestasi di masyarakat saat ini. Kejayaan yang mereka capai membuktikan kebenaran akademi ini. Rencanamu untuk mendemokratisasi Akademi Kekaisaran justru akan meruntuhkan kejayaan tersebut. Meskipun terdengar baik sebagai reformis, apa reformasimu dapat menjamin masa depan siswa-siswa yang ada di sini?” 

Apakah hati siswa-siswa di sini dapat mengikuti reformasi Jouto? 

Seperti yang dikatakan Tennouji-san, reformasi Jouto berskala cukup besar dan bisa dibilang merupakan scrap & build. Reformasi sebesar ini pasti disertai dengan risiko yang sepadan.

Jika reformasi gagal, tidak ada cara untuk kembali ke sistem lama... Jouto mengusulkan mendemokratisasi Akademi Kekaisaran adalah sebuah kapal yang hanya memiliki dua pilihan: mencapai tanah baru atau tenggelam di tengah jalan. Begitu kapal ini berlayar dari daratan, tidak akan ada jalan untuk kembali seperti dulu

Apa siswa-siswa di sini benar-benar memiliki keberanian untuk naik kapal itu? 

Jika mereka memiliki keberanian itu, apa Jouto memiliki kemampuan untuk memenuhi harapan mereka? 

Ribuan tatapan menusuk Jouto. 

Namun, Jouto tetap tegak. 

Coba lihatlah ini.” 

Ketika Jouto mengatakannya, materi ditampilkan di layar panggung. Sepertinya ia telah menyiapkan materi sebelumnya. 

Pandangan mata kami terbelalak saat melihat isi materi itu. 

“Ini...!!” 

“Ini adalah hasil survei mengenai jalur karir lulusan yang telah digrafikkan.” 

Ada diagram lingkaran besar yang ditampilkan di layar. Kami bisa melihat dengan jelas persentase lulusan yang memilih jalur karir mana. 

Sebagian besar siswa di tingkat SMA memilih untuk melanjutkan pendidikan, tetapi masalahnya ada di tahap selanjutnya, setelah lulus universitas.  

“Lulusan Akademi Kekaisaran, pada akhirnya, sebagian besar akan mewarisi bisnis orang tua mereka, atau menjadi politisi atau pegawai negeri yang serupa dengan orang tua mereka. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kecenderungan ini mulai runtuh. Seperti yang ditunjukkan oleh grafik ini, jumlah lulusan yang memulai usaha dari nol semakin meningkat.” 

Apa iya begitu...? 

Pasti ada banyak siswa yang baru mengetahui fakta ini, sama seperti diriku. Semua orang terlihat tertarik dan memperhatikan materi Jouto dengan seksama. 

Seiring perkembangan teknologi, cara kerja semakin bervariasi. Hambatan untuk menjalankan bisnis pribadi juga menurun, dan jumlah pasar itu sendiri meningkat dibandingkan dengan dulu. Meskipun Akademi Kekaisaran tidak berubah, zaman terus berubah. Maka, bukankah seharusnya akademi ini juga berubah sesuai dengan zaman?” 

Aku hampir mengangguk setuju. Namun, sebelum itu terjadi, aku tersadar oleh kekurangan yang tersembunyi dalam materi tersebut. 

(Materi itu memang menyesatkan, tapi jika dilihat dengan seksama, isinya lumayan dangkal...?) 

Untuk materi yang ditunjukkan kepada begitu banyak siswa, kualitasnya tidak terlalu tinggi. Mungkin, ini adalah sesuatu yang dibuat tergesa-gesa kemarin atau hari ini. 

Namun, jika demikian... mengapa? 

Mengapa materi ini dibuat dengan terburu-buru? 

Seolah-olah tiba-tiba materi ini menjadi sangat diperlukan... 

(... Ini bukan kebetulan.) 

Ketidaknyamanan yang aku rasakan sebelumnya dan ketidaknyamanan baru yang aku rasakan sekarang saling terhubung. 

Argumen sanggahan yang terlalu tepat. Dan materi yang seolah-olah disiapkan sebagai tanggapan terhadap argumen Tennouji-san. 

(Strategi kami... telah bocor.) 

Cuma kemungkinan itu yang bisa kupikirkan

“Jumlah siswa yang keluar dari jalur yang disiapkan oleh orang tua mereka semakin meningkat. Oleh karena itu, bukankah seharusnya kita mengenal dunia luar? Apa yang kuinginkan bukanlah scrap & build yang hanya menciptakan kekacauan! Inilah strategi kelangsungan hidup baru bagi akademi ini!” 

Jouto melontarkan kata-kata yang terdengar manis. 

Namun, dengan keyakinan akan apa yang menyebabkan ketidaknyamanan itu, aku menatap Jouto dengan tajam.

Di tengah aula, Tennouji-san dan Narika tampak pucat. Mereka berada dalam keadaan yang tidak bisa berkata-kata akibat kekalahan telak

Aku ingin segera berlari menghampiri mereka dan mengatakan bahwa mereka tidak kalah. 

Namun, bagaimana pandangan siswa-siswa di sekitar? 

“――Cukup sampai di situ!!” 

Suara Rintarou menggema di aula. 

Karena kita sudah menghabiskan banyak waktu, jadi kita akan mengakhiri debat ini. Jika ada sesuatu yang ingin disampaikan, silakan disampaikan sekarang.” 

Meskipun begitu, mana mungkin bagi Tennouji-san dan Narika untuk mengatakan apa pun. 

Jouto berdiri dan mengambil mikrofon. 

“Diskusi ini bukan untuk menentukan kemenangan atau kekalahan dalam pemikiran.” 

Sambil memandang siswa-siswa, Jouto melanjutkan, 

“Namun... kurasa aku telah menunjukkan siapa yang paling dapat diandalkan.” 

Setelah mengatakannya, Jouto duduk kembali. 

Tepuk tangan pelan mulai terdengar. Tepuk tangan tersebut kemudian menjadi gelombang besar yang mengguncang aula. Tepuk tangan yang tak kunjung reda itu seolah-olah ingin menghancurkan Tennouji-san dan Narika. 

“Dengan ini, diskusi berakhir. Terima kasih atas perhatian kalian.” 

Rintarou menutup diskusi. Aku ingin segera mendekati dan menghibur Tennouji-san dan yang lainnya. Namun, aku memiliki hal yang harus dilakukan. 

Ketika siswa-siswa mulai beranjak pergi, aku menuju ke arah Rintarou. 

“Rintarou.” 

“Tomonari-senpai?” 

“Datanglah sebentar ke sini.” 

Rintarou tampak bingung, tetapi menuruti perkataanku dengan patuh.

Kami keluar dari aula bersama dan langsung bergerak ke belakang gedung sekolah. Sebenarnya, aku ingin mengungkap kebenaran di depan banyak orang, tetapi jika itu yang terjadi, kemungkinan Rintaro akan menutup mulutnya. Saat ini, yang terpenting adalah memastikan fakta.

Bagaimana caranya kamu bisa mencurinya?

Ketika aku bertanya, Rintaro memiringkan kepalanya.

Mencuri itu, maksudnya apa?

“Kamu memiliki kumpulan jawaban yang kami siapkan untuk debat, kan?

Rintaro terkejut dengan matanya yang membelalak. Reaksinya membuatku juga terkejut. Dia tidak terlihat berpura-pura.

... kamu tidak mengetahuinya, Rintarou?

Ya. ... Setidaknya, aku tidak tahu.

Rintarou menjawab dengan ekspresi serius. Pada saat itu, suara langkah kaki mendekat ke arah kami.

――Demi alasan keamanan, PC Akademi selalu direset setiap kali dinyalakan ulang.

Seorang gadis muncul dari sudut gedung.

Tapi, bagaimana jadinya jika pengaturan itu sudah dinonaktifkan sebelumnya?

Gadis itu tersenyum dengan berani. Jika pengaturan reset dinonaktifkan, data yang dibuat di PC itu akan tetap ada meskipun direset. Artinya, data yang diinginkan bisa diambil kemudian. Dengan cara itulah, dia mungkin telah mencuri rencana yang kami siapkan.

“Kamu tidak boleh begitu, Tomonari-kun. Masa kamu membiarkan informasi penting bisa dicuri dengan gampang?”

... Minato-senpai.

Mantan ketua OSIS, Minato-senpai, muncul di depan kami dengan tenang. Mengenai hal ini, mungkin Rintarou berusaha untuk tidak terlibat. Dari nada bicaranya sekarang, tampaknya dialah otak di balik semua ini.

Bagaimana kamu bisa tahu... bahwa kami menggunakan ruang belajar mandiri?

Haha, kamu masih menganggapku lebih hebat dari yang sebenarnya, ya?

Minato-senpai tertawa.

“Sudah kubilang, aku berbeda dari orang itu. ... Aku tidak tahu bahwa kalian akan menggunakan ruang belajar mandiri. Namun, aku bisa memprediksi bahwa kalian yang dipaksa untuk berpartisipasi dalam debat akan melakukan rapat strategi di akademi untuk menghemat waktu. Oleh karena itu, aku mengoperasikan keamanan semua PC di akademi ini, dan setelah kalian pergi, aku merestart satu per satu untuk memeriksa jejaknya. ... Berkat itu, aku tidak bisa tidur.

Kami tidak mempunyai banyak waktu setelah kami memutuskan untuk berpartisipasi dalam debat. Minato-senpai mungkin telah mengoperasikan PC di seluruh akademi sebelum Jouto mengajukan ide debat... saat kami melaksanakan pemasaran gerilya.

Namun, aku tidak pernah menyangka dia akan melakukannya dengan cara yang begitu memaksa......

Terlihat kotor, bukan? Tidak keren, kan? Tapi, itulah aku. Kamu berhubungan dengan orang-orang yang berbakat secara alami, jadi kamu takkan bisa memahami tekadku yang dalam. Sangat disayangkan, tapi kamu sendiri juga adalah orang dari pihak itu.

Hal seperti itu...

“Jangan bilang tidak benar. Lagipula, kamu diakui oleh orang itu.

Minato-senpai tidak lagi berusaha menyembunyikan perasaannya yang terpendam. Emosi yang gelap berputar-putar di balik pandangan matanya. Saat kami bertukar kata, aku merasa seolah akan tersedot ke dalam kegelapan yang dalam itu.

Aku telah salah paham. Ketakutan Minato-senpai bukanlah karena kemampuan membaca situasi yang dia sebutkan. Pasti orang ini hanya bisa melakukan pembacaan situasi seperti orang biasa. Namun, dengan tekad yang luar biasa, dia bisa menutupi kekurangan itu.

Meskipun ada perbedaan bakat, dia akan menutupi dengan semangat yang gigih. Itulah cara Minato Maki-senpai berjuang. Dia telah berperang seperti itu di Akademi Kiekaisaran yang dipenuhi dengan jenius.

Tomonari-kun. Kamu mungkin tidak mengetahuinya, tetapi di akademi ini, ada siswa yang mencalonkan diri sebagai anggota OSIS dengan menggunakan suap.

Aku tidak tahu tentang itu. Namun, sekarang aku merasakan bahwa ada orang yang menggunakan taktik seperti itu di akademi ini, jadi hal semacam itu sudah tidak terasa aneh bagiku. Mungkin ada siswa seperti itu di akademi ini, hanya saja aku tidak mengetahuinya.

... Lalu, apa yang terjadi pada siswa itu?”

Aku membuatnya mengundurkan diri. Syukurlah aku menyadarinya sebelum pemilihan dimulai.

Minato-senpai menghela napas lega, seolah membayangkan masa depan yang mungkin terjadi.

“Ada orang-orang yang melakukan hal-hal curang dan licik di akademi ini. Dan OSIS harus memiliki kemampuan untuk menghentikan rencana jahat seperti itu.

Setelah mendengar kata-kata itu, aku akhirnya mengerti apa yang ingin disampaikan Minato-senpai. Jika tidak bisa melihat rencana jahat, maka tidak layak untuk menjadi ketua OSIS. Itulah yang ingin dia katakan.

... Jadi, apa kamu juga mengatakan bahwa kami boleh menggunakan cara-cara curang?

Ya. Aku setuju dengan pendapat Ren-kun. ... Kalian terlalu bersih.

Kalian terlalu bersih dan tidak cocok untuk OSIS. — Hanya untuk menyampaikan itu, Minato-senpai dengan sopan menjelaskan semuanya.

Ketahuilah tempatmu. Dia datang untuk merobohkan semangat kami.

Sekalipun kami adalah orang-orang bersih dan polis yang tidak tahu kotoran, itu bukan alasan bagi Minato-senpai untuk menggunakan cara-cara kotor. Dia pasti sangat memahaminya.

Orang ini melakukan semua itu dengan pemahaman penuh. Dia menggunakan cara-cara curang dengan kesadaran akan keburukannya.

Apa Jouto-kun tahu tentang hal ini?

Tentu saja. Ia sudah menitipkan pesan untuk saat pertanyaan itu diajukan."

Pesan...?

'Kali ini adalah kehendakku sendiri'... begitu katanya.

Setelah mengucapkan itu, Minato-senpai pergi dari hadapanku.

Rintarou juga dengan singkat meminta maaf, Maaf, dan mengikuti Minato-senpai. …Aku pikir itu memang benar. Kampanye negatif dijalankan atas keputusan Rintarou sendiri. Namun, di balik niatnya, ada rasa semangat yang mendalam terhadap Joto yang tampaknya tidak menunjukkan keinginan untuk menang.

Jouto pasti sangat menyesal karena Rintarou terpaksa mengotori tangannya karena kelemahan dirinya. Maka, dirinya pasti berpikir bahwa kali ini harus berbeda. Kali ini, ia akan menjatuhkan kami dengan kehendaknya sendiri—begitu pikirnya.

………………huh.

Ketika aku sendirian, aku menghela napas pelan. Setelah beberapa saat, aku berpikir bahwa seharusnya aku melaporkan kejadian ini. Kenapa aku tidak langsung memikirkan hal yang sangat jelas ini?

Aku bisa saja memberitahu guru tentang semua ini. ………………………Bagaimana caranya aku harus mengatakannya? Tidak ada bukti yang tersisa. Mereka yakin bisa menutupi semuanya, itulah sebabnya mereka berani mengungkapkan rencananya seperti itu.

(Apa seharusnya aku merekamnya…?)

Jika aku merekam pembicaraan ini dengan smartphone, pengakuan mereka bisa menjadi bukti. Karena Jouto juga terbukti sebagai komplotan, jika aku bisa melaporkannya, keduanya bisa dijatuhkan sekaligus.

Setelah itu, sisanya tinggal aku, Tennouji-san, dan Narika saja untuk bertarung dengan cara yang bersih…

…………haha.

Entah kenapa, tiba-tiba segala sesuatu terasa sangat konyol. Bukti, laporan, rekaman, dan kehilangan kekuasaan. Apa yang sedang kupikirkan…? Apa ini sesuatu yang harus dipikirkan dalam pemilihan?

Hahaha…

Tawa keringku tak bisa berhenti. Sepertinya aku tidak bisa tetap waras tanpa melakukan itu.

……………………sialan.

Memangnya hal semacam ini bisa diterima?


◆◆◆◆

 

Setelah kembali dari belakang gedung sekolah ke aula, aku disambut oleh Tennouji-san dan Narika yang khawatir“Apa ada sesuatu yang terjadi?”Di situ aku baru menyadari bahwa wajahku terlihat sangat buruk. Aku merasa bersalah telah membuat mereka khawatir karena suasana hatiku yang suram.

Namun, saat ini aku butuh waktu untuk menenangkan pikiranku. Jika aku mulai bercerita kepada mereka tentang apa yang terjadi, aku merasa kepalaku bisa mendidih.

…Maaf. Aku butuh waktu untuk menenangkan diri, jadi mari kita bubar untuk hari ini.

Membubarkan pertemuan karena keinginanku sendiri terasa menyakitkan, tetapi saat ini aku tidak berada dalam kondisi mental yang bisa berbicara dengan tenang. Tennouji-san dan Narika pun menuruti tanpa mengeluh.

Aku keluar dari gerbang sekolah dan berjalan sebentar sebelum dijemput oleh mobil keluarga Konohana. Setelah duduk di kursi belakang, Hinako yang duduk di sampingku menatapku dengan tajam. 

Itsuki... apa ada sesuatu yang terjadi?

Aku merasa bisa menjelaskan situasinya dengan tenang kepada Hinako. Karena dia bukan pihak yang terlibat dalam pemilihan, aku menceritakan apa yang terjadi dengan terbuka. 

Sebenarnya...

Aku yakin jauh di dalam lubuk hatiku, aku juga ingin mengungkapkan semuanya. Aku menjelaskan semuanya kepada Hinako, bahwa kami dijebak oleh Minato-senpai. Dan Jouto juga menyetujui rencana itu. 

...Keji sekali.

Setelah mendengar semuanya, Hinako bergumam pelan

Iya, memang keji. ...Bagian dalam diriku mengangguk keras. 

Namun, meskipun aku mengatakannya, hasil debat tetap tidak akan berubah. 

...Kalau begitu, aku akan kembali ke kamar.

Setelah sampai di rumah, aku segera berusaha kembali ke kamarku. 

Keadaan hatiku masih sulit untuk dibilang tenang, tetapi waktu terus berjalan tanpa memperhatikan perasaanku. Aku harus segera memikirkan bagaimana cara memperbaiki semuanya mulai besok. 

Aku juga ikut.

Hinako menarik bajuku dan berkata demikian

...Yah, baiklah.

Sebenarnya, dia selalu ikut bersamaku. Ketika dia tertekan karena tugas yang diberikan oleh Kagen-san, dia sering dibawa oleh Shizune-san, tapi belakangan ini kejadian begitu mulai semakin jarang

Hari ini aku lumayan sibuk, jadi aku tidak bisa banyak bicara, loh?”

Mm. Aku senang bisa berada di samping Itsuki." 

Jika ini adalah diriku yang biasa, mungkin aku akan merasa malu. 

Namun, dalam keadaan cemas yang tak berujung, aku menjawab dengan suara tenang, “Begitu ya” sampai-sampai mengejutkan diriku sendiri. 

Setelah kembali ke dalam kamarku, aku segera menyalakan laptop. 

(Aku harus segera melaporkan situasi ini kepada Tennouji-san dan Narika.) 

Sudah satu jam sejak aku berpisah dengan mereka. Meskipun aku tidak yakin apakah aku masih bisa tetap tenang, tapi aku memilih untuk mengirim pesan daripada melakukan panggilan. 

Minato-senpai telah menjebak kami. Aku menyampaikan fakta itu sebisa mungkin tanpa melibatkan perasaan pribadi kepada mereka berdua. 

Setelah mengirim pesan kepada mereka, aku menghela napas pelan. 

Itsuki, kamu baik-baik saja...? 

...Ah, aku sudah mulai tenang.

Itu bohong. Aku masih belum bisa mengatakan kalau diriku sudah tenang. 

Aku harus berpura-pura tenang hanya dengan kata-kata, jika tidak, kepalaku tidak akan bisa mendingin. 

(...Aku harus menyusun hasil kuesioner.) 

Kuesioner yang dibagikan saat pemasaran gerilya belum sepenuhnya terkonfirmasi karena ada rapat strategi debat yang menyela.

Aku melanjutkan membaca kuesioner yang telah dipisahkan oleh Kita dan Suminoe-san. Di tengah jalan, aku merasakan ketidaknyamanan yang kuat dari salah satu lembar kuesioner yang kupegang. Ketidaknyamanan ini sama persis dengan yang kurasakan saat rapat strategi debat. 

(Ini, benar-benar――――

Kemarahan yang mendidih di dalam dadaku terhubung dengan ketidaknyamanan yang berasal dari kuesioner tersebut. Kemarahan yang hampir tenggelam itu kini muncul kembali karena ketidaknyamanan ini. 

Sialan!! 

Karena terlalu frustrasi, aku berteriak dan merobek kuesioner itu. 

Hinako yang duduk di tepi tempat tidur terkejut dan tubuhnya gemetaran. Aku menangkap sosoknya di sudut pandangku, dan rasanya seperti disiram air dingin di kepala. 

Maaf, Hinako. Aku benar-benar minta maaf... 

Tidak apa-apa... aku hanya sedikit terkejut.

Aku sendiri juga terkejut melihat betapa marahnya diriku. 

Melihat kuesioner yang robek, aku meletakkan tangan di dahiku. Mungkin baru pertama kalinya aku semarah ini. Bahkan saat orang tuaku melarikan diri di malam hari, aku tidak pernah semarah sekarang

...Apa yang terjadi?

Hinako bertanya. Setelah mengejutkannya dan menakutinya, aku merasa memiliki kewajiban untuk menjelaskan. Aku menjawab sambil tetap memegang dahi. 

...Sebenarnya, aku sudah menyadarinya sejak pulang sekolah kemarin, tapi ada beberapa jawaban dalam kuesioner yang hanya bertujuan untuk membingungkan kita. 

Sekilas, isinya terlihat mendukung kami. Namun jika dibaca dengan seksama, isinya secara halus mengarahkan kami menuju kehancuran. 

Sebuah jebakan yang sangat cerdik telah dipasang dalam kuesioner itu. 

“Pengaruh kubu Jouto sudah sampai sejauh ini... 

Ini adalah kelompok yang bisa merusak komputer di akademi untuk mencuri data. Mungkin aku seharusnya sudah mengantisipasi bahwa mereka akan memanipulasi hasil penghitungan kuesioner. 

Hinako terdiam. Aku juga tercengang ketika menyadarinya. 

Mereka benar-benar sampai sejauh itu――. 

Meskipun aku menyadarinya, tidak ada gunanya jika aku tidak bisa menghentikannya. Meskipun aku menganggapnya sepele, jika diperhatikan baik-baik, strategi Jouto telah memberi celah pada mentalitasku. Mungkin semua ini adalah taktik luar biasa untuk membebani mental kami. 

(...Karena aku tidak ingin merepotkan semua orang, jadi aku tidak ingin menggunakan cara seperti itu.) 

Jika aku menggunakan taktik licik, itu akan mencemari wajah Tennouji-san dan Narika. Lagipula, mengingat sifat mereka, aku yakin mereka akan menolaknya jika aku meminta bantuan. 

Tapi... 

(...Apa aku terlalu naif?)

Ap aini pilihan yang benar-benar bijak untuk tetap diam saja setelah diperlakukan begini?

Jika aku mencoba menggunakan taktik licik, Tennouji-san dan Narika pasti akan menghentikanku. Jika begitu, sebaiknya aku melakukannya dengan cara yang tidak diketahui oleh kedua orang itu, sama seperti yang dilakukan Rintarou. 

Pilihan yang sebelumnya kuhapus karena ada risikonya. Namun sekarang, aku merasa bodoh jika takut pada risiko. 

Aku telah kalah dari Minato-senpai yang mengambil risiko. Aku merasakan kekalahan yang menyakitkan. 

―――― Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi. 

Saat Minato-senpai berbalik menjadi musuh, aku menjaga keseimbangan dukungan dengan bantuan Hinako. 

Jika mereka menggunakan taktik yang tercela, mengapa aku tidak bisa menggunakan cara yang sama? 

Aku tidak ingin mencoreng nama baik Tennouji-san dan Narika. Dengan tekad dan pemikiran seperti itu, aku menjauhkan diri dari taktik licik sampai sekarang

Tetapi jika aku memikirkannya secara objektif, bukankah sudah terlalalu terlambat sekarang?

Karena aku telah mencoreng nama baik mereka berdua. Hal yang paling membuatku marah adalah diriku sendiri yang telah mempermalukan Tennouji-san dan Narika. 

……Aku tidak bisa merepotkan mereka lebih jauh lagi. 

Kata-kata itu keluar dari bibirku. 

Aku tidak perlu melindungi diriku sendiri lagi. Pada titik ini, aku akan mengesampingkan apa yang orang lain pikirkan tentangku untuk saat ini. 

Aku akan fokus pada jalur tercepat untuk membuat mereka menang. 

Jika dipikir-piki lagi, Takuma-san sudah menyarankan taktik serupa padaku sejak awal. Meskipun Hinako dan Shizune-san tidak menyukai Takuma-san, kemampuannya memang nyata. Faktanya, aku mendapatkan hasil baik dalam permainan manajemen berkat saran dari orang itu. 

Seandainya aku mengikuti semua yang dikatakannya sejak awal... 

(Aku akan coba memikirkannya.... cuma sekali saja.) 

Aku mencoba merencanakan strategi. 

Tidak hanya menggunakan metode serangan yang benar seperti sebelumnya, tapi juga termasuk cara yang mengabaikan moral. 

Kemudian――――. 

(Ha, ha...) 

Setelah menemukan strategi dengan syarat apa pun boleh, aku tidak bisa menahan senyum. 

Mengapa ya? ――Aku bisa memikirkan banyak hal. 

Bagaimana jika menyiapkan janji palsu? Menyiapkan janji yang hanya menguntungkan siswa. Bahkan jika janji itu tidak bisa diwujudkan, aku bisa membuat alasan yang sesuai nanti untuk menutupi semuanya.

Bagaimana jika kita memalsukan bukti bahwa kelompok Jouto melakukan kecurangan? Insiden di debat tidak bisa dilaporkan karena tidak ada bukti, tetapi jika tidak ada bukti, kita bisa membuatnya. Membuat bukti yang sulit dibantah oleh kubu Jouto dan mengacaukan suasana sampai hari pidato terakhir sepertinya adalah strategi yang efektif. 

Menemukan siswa dari kubu Jouto yang mengisi kuesioner dengan jawaban palsu dan menjadikannya mata-mata ganda juga bisa menjadi pilihan bagus. Jika kita mengancam mereka dengan alasan mengganggu kampanye pemilihan, mereka mungkin akan menurut. Meskipun tidak melanggar sesuatu, siswa itu pasti tidak ingin reputasinya jatuh di akademi. Meskipun perlu mencari pelakunya, aku merasa ini adalah bidang yang menjadi keahlianku. 

Ide-ide ini muncul. ――Banyak ide yang muncul. Cara-cara yang mengabaikan moral. Rencana licik yang tidak akan muncul dari orang yang bersih dan jujur. 

Kemampuan untuk melihat di balik data. Takuma-san pernah mengatakan bahwa aku memiliki kemampuan itu. 

Jika aku memiliki kemampuan untuk melihat di balik data――aku juga pasti memiliki kemampuan untuk memalsukan data. 

Karena aku mengerti. Ketika orang melihat data, bagaimana mereka berusaha membaca di baliknya. Latar belakang pembuatnya, filosofi yang terkandung, poin-poin penting, angka-angka yang mudah disesatkan... Aku mengerti bagaimana orang berusaha membaca data. 

Jika begitu, aku bisa memanfaatkan itu untuk membuat data yang tidak akan terungkap oleh siapa pun. 

Aku pasti bisa menemukan cara untuk berbohong yang tidak akan pernah ketahuan

Jika aku memiliki kemampuan untuk mengintip, adalah wajar jika aku juga memiliki kemampuan untuk menghindari dari diintip.  

(Itulah yang disarankan Takuma-san.) 

Aku teringat saat mendengar Takuma-san berbicara tentang tipe politisi dan tipe pengusaha. Orang itu juga mengatakan bahwa merencanakan taktik licik adalah bidang di mana bakatku paling bersinar. 

Meskipun begitu, aku merasa tidak terlalu senang mendengarnya. Aku bahkan berpikir seandainya aku memiliki bakat yang berbeda

Tapi, bukannya ini berbeda? 

Bakatku ada――untuk momen ini, bukan? 

Itsuki.

Saat namaku dipanggil, aku merasa seolah-olah jantungku dicengkeram. 

Maaf――aku hampir mengatakan itu secara refleks dan menutup mulutku. Padahal, seharusnya aku belum melakukan kesalahan apapun, tetapi aku merasa sangat tidak nyaman.

Pikiranku sedang kacau balau, dan keringat dingin mengalir dari dahiku. 

Hinako menatapku dengan tajam saat aku berusaha menyamarkan kegelisahanku. 

Apa yang kamu pikirkan? 

…Aku sedang memikirkan rencana berikutnya. Aku baru saja mendapatkan ide yang bagus.

Aku tidak berbohong. 

Namun, Hinako tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun, 

“Apa benar cuma itu? 

Mata Hinako yang polos menangkapku dan tidak mau melepaskanku. 

Ekspresi wajah Itsuki tadi… sama seperti kakak saat ia memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Sama dengan Takuma-san… 

Aku tahu siapa Takuma-san bagi Hinako. Artinya, Hinako telah melihat melalui diriku. Bahwa aku berniat untuk menggunakan taktik licik. 

…………… Apa itu terlihat di wajahku?

Ya. Itsuki memang tetaplah Itsuki, kamu tidak berusaha menutupinya dariku.

Hinako tersenyum lembut, seolah merasa lega. 

Itsuki, diamlah di situ.

Eh…?

Hinako berdiri dan berjalan mendekatiku. 

Apa yang ingin dia lakukan? Apa dia ingin melihat layar komputer yang ada di meja? 

Saat aku berpikir begitu――Hinako tiba-tiba memelukku dengan erat. 

Dia memegang bagian belakang kepalaku dan dengan lembut menarikku mendekat. Aku membenamkan wajahku di kedalaman dadanya yang lembut dan anggun. 

Hi-Hinako!? 

――Tidak apa-apa.

Suara yang sangat… sangat lembut itu terdengar dari atas kepalaku. 

Itsuki. …Semuanya akan baik-baik saja.

Tangan Hinako dengan lembut mengelus kepalaku. 

Jangan sampai kamu merasa putus asa hanya karena satu kegagalan.

Hati yang sedang kacau ini, anehnya mulai mendadak tenang. 

Keberadaan hangat dari tubuh manusia mengalir ke dalam diriku, perlahan-lahan melelehkan kebencian yang bersarang di dalam diriku

Gadis yang seharusnya telah berjuang ratusan kali lebih keras dariku, memelukku seperti ini, membuat rasa bersalah dan malu berputar-putar di dalam diriku. 

Tapi...

Kata-kata itu keluar begitu saja dari tenggorokanku. 

Tapi… aku tidak boleh gagal, walaupun itu hanya satu kali…

Itu adalah kegagalan besar. 

Tennouji-san dan Narika telah menciptakan pemandangan di mana mereka menyerah kepada Jouto. Mengubah citra kekalahan yang dihasilkan di sini dalam waktu beberapa hari tersisa adalah tugas yang sangat sulit. 

Aku tidak masalah jika itu hanya kekalahanku. Tapi aku telah membebani dua orang yang aku hormati dari lubuk hatiku dengan kekalahan. 

Itu adalah satu kali kegagalan yang tidak boleh terjadi――. 

“Tidak ada hal yang semacam itu. 

Hinako menatapku dengan serius dan berkata. 

Ingatlah saat aku gagal dengan aturan tiga detik. 

Aku tidak mengerti apa yang ingin dia sampaikan, tetapi seperti yang dia katakan, aku mulai mengingatnya.

Itu adalah kejadian ketika Hinako secara tidak sengaja mengambil sepotong kue yang telah dia jatuhkan karena aturan tiga detik saat makan malam dengan seorang klien dan dimarahi karenanya. Sekarang kedengarannya sangat konyol, tetapi saat itu Hinako baru saja bertemu denganku dan sangat tertarik dengan budaya orang biasa. Mungkin saat dia lengah, kebiasaannya muncul begitu saja. 

Siapa yang membantuku saat itu…?

Setelah sedikit berpikir, aku menjawab. 

…………Shizune-san.

Fufu… Tidak menyebutkan dirimu sendiri, memang khas dari Itsuki. 

Hinako tertawa. 

Tidak, aku mengerti. Aku juga merasa kalau akulah salah satu yang membantu Hinako. Tapi berkaitan dengan hal itu, aku merasa aku adalah penyebabnya, jadi aku tidak bisa dengan mudah menyebut namaku. 

Orang yang membantuku adalah Itsuki, Shizune. Lalu, Tennouji-san, Miyakojima-san, Asahi-san dan Taisho-kun. 

Satu per satu, Hinako dengan hati-hati menyebutkan nama orang-orang yang membantunya. Seolah-olah dia sedang mengucapkan doa. 

Tapi, kurasa orang yang benar-benar membantuku hanya Itsuki dan Shizune.

Apa maksudnya? 

“Kurasa Tennouji-san dan yang lainnya hanya ingin membantu Itsuki. 

Aku…?

Ya. Itsuki telah membantu aku. …Dan Itsuki yang seperti itu, dibantu oleh Tennouji-san dan yang lainnya. 

Hinako mengatakannya dengan senyuman bahagia. 

Itsuki… jangan terburu-buru. Di sekelilingmu, selalu ada banyak orang yang siap membantumu.

Sorot matanya yang dipenuhi kebaikan itu memantulkan wajahku yang terpuruk. 

Tidak ada yang menganggap Itsuki merepotkan. 

Begitu Hinako mengatakan itu, tiba-tiba suara elektronik kecil dari komputer terdengar, memberi tahu bahwa ada panggilan video masuk. 

Penelponnya adalah Tennouji-san. 

Lihat?”

Hinako tersenyum seolah-olah dia sudah mengetahui perkembangan ini akan terjadi

Aku memulai panggilan tersebut dalam diam

“Tomonari-san!!

Suara keras Tennouji-san terdengar dari speaker komputer. 

Di kesempatan berikutnya, kita pasti akan menang――!!

Tennouji-san berkata dengan semangat yang tinggi. 

Aku tidak bisa mengikuti semangatnya dan terdiam sejenak. 

…………Eh?

Eh, bukan begitu!! Rasa malu dan penghinaan yang kualami di debat itu… hanya mengingatnya saja sudah membuat tanganku bergetar!! Aku akan segera membalas dendam!!

Setelah mendengar itu, akhirnya aku memahami pemikiran Tennouji-san. 

Orang ini sudah memikirkan langkah berikutnya. 

“U-Umm

Apa!? 

Jadi… memangnya kamu tidak merasakan apa-apa tentang itu? Kita dijebak dalam perangkap yang dipasang oleh Minato-senpai… 

Hal seperti itu—tentu saja membuat perutku mendidih!!

Suara marah terdengar. 

“Lantas, memangnya kenapa!!”

Suara marah itu setengah ditujukan kepada Tennouji-san sendiri. 

Sayangnya, aku sudah terbiasa dengan kekalahan. Sejak datang ke akademi ini, aku terus-menerus mengalami kekalahan.

Hanya ada satu orang yang telah mengalahkan Tennouji-san berkali-kali. 

Seorang Ojou sempurna――Konohana Hinako. Dia adalah gadis yang duduk di sampingku. 

Aku telah mengalami penghinaan yang tak terhitung jumlahnya yang membuat tubuhku gemetar. Oleh karena itu, menghadapi rintangan seperti ini tidak perlu dibicarakan!! 

Pasti ada rasa menyesal di dalam hatinya. Namun, itu bukan sesuatu yang perlu dibicarakan. Bagi Tennouji Mireipenyesalan merupakan sesuatu yang selalu ada dalam kehidupannya. 

Saat aku tertekan oleh semangat Tennouji-san, komputer kembali memberi tahu bahwa ada panggilan masuk. 

…Narika?

Oh? Waktunya pas sekali.

Narika meminta untuk bergabung dalam panggilan video kami. Karena aplikasi panggilan ini juga digunakan dalam permainan manajemen, aku, Tennouji-san, dan Narika sudah terbiasa menggunakannya. 

Setelah memberi izin untuk bergabung, wajah Narika muncul di monitor, dan suaranya terdengar. 

Maaf, aku mengganggu panggilan kalian.

Tidak apa-apa. …Umm, ada keperluan apa? 

Ah, ya. Sebenarnya, aku ingin mengumumkan sesuatu.

Pengumuman? 

Ketika aku memandangnya dengan keheranan, Narika menatapku dengan ekspresi serius

Itsuki.――Kita harus menang.

Dengan sikap bermartabat, Narika menunjukkan tekad yang kuat. 

Sepertinya Minato-senpai juga memiliki maksud tertentu, tetapi terlepas dari situasi apa pun, menjatuhkan orang dengan cara yang licik merupakan tindakan yang tidak bisa diterima. Orang yang membiarkan cara seperti itu, seperti Jouto-kun, juga bertanggung jawab.

Narika melanjutkan. 

Ketika aku menerima pesan dari Itsuki, aku teringat saat sedang memperlihatkan teknik iai. …Gerakan pedang Jouto-kun sangat mengesankan. Oleh karena itu, kita perlu mengoreksinya. Mungkin ini hanya pikiranku saja, tetapi bukannya ia sebenarnya memiliki sifat yang jujur? Jika pria seperti itu menggunakan cara yang menyimpang, maka seharusnya kita segera memberikan pelajaran padanya. Seseorang yang bercita-cita menjadi ketua seharusnya tidak melarikan diri dari jalan yang benar. 

…Kamu berbicara seperti seorang samurai.

Apa kamu lupa? Keluarga Miyakojima adalah keturunan samurai.

Kalau diingat-ingat lagi, itu memang benar

Meskipun terdengar agak berlebihan, itu terasa pas karena aura yang selalu dibawa Narika mengingatkan pada seorang samurai. 

Aku teringat ketika dalam permainan manajemen, aku menerima gulungan yang berisi lima prinsip keluarga Miyakojima. Pasti ada kalimat seperti ini di dalamnya. 

[Kita harus memiliki budaya perusahaan yang menegakkan keadilan]

Menegakkan keadilan… Di hadapan Narika yang memiliki keyakinan itu, aku tidak berani mencoba rencana yang licik. Jika aku menggunakan cara yang sama seperti Jouto, aku bisa saja ditebas oleh Narika. 

…Begitu ya.

Iya, benar.

Mengapa aku merasa terpojok sendirian? 

Padahal, aku memiliki orang-orang yang sangat bisa diandalkan di sekitarku... 

Ketika aku melihat Hinako, dia tersenyum dan mengangguk perlahan. 

Apa yang dikatakan Hinako memang benar. Di sekitarku, ada banyak orang yang siap membantuku. 

Setelah menghela napas perlahan, aku—menghantamkan kedua pipiku dengan keras.  

To-Tomonari-san!? 

I-Itsuki!?

Mungkin karena aku memukulnya dengan sedikit serius, Tennouji-san dan Narika terlihat khawatir. 

Maaf, aku membutuhkan semangat.

“Se-Semangat? Tapi wajahmu sampai kelihatan bengkak begitu loh...? 

Masih kurang. Aku bahkan berpikir untuk memukul dengan kepalan tangan.

Namun, dengan ini, aku merasa seperti diriku yang sebelumnya sudah mati. 

Jika suatu saat aku merasa terpuruk lagi... saat itu, aku akan meminta bantuan lagi. 

Ayo kita menangkan pemilihan ini. Aku ingin memikirkan strategi untuk itu sekarang.

“Iya...!

Tidak perlu dikatakan lagi aku sudah berniat begitu!

Melihat semangat kedua orang itu, aku menemukan harapan. Belum. Kita belum kalah. Kita masih bisa bangkit dari sini. 

“Karena diskusi kita akan memakan waktu lama, jadi aku akan mengambil minuman dulu!

Setelah mengatakannya, Aku berdiri dan meninggalkan ruangan untuk pergi ke dapur. Saat aku meninggalkan ruangan, aku berpapasan dengan Shizune-san, yang sedang membawa troli teh. 

Shizune-san?

Karena sepertinya akan berlangsung lama, jadi aku membawakan minuman.

...Kamu benar-benar mengerti diriku. 

Tentu saja. Karena aku sudah lama mengawasimu. 

Begitu dia mengatakannya, aku merasa jadi sedikit malu.  

Di troli tersebut ada minuman untuk Hinako juga. Kira-kira di teko itu ada teh hitamRasanya sungguh menyenangkan bisa menikmati minuman mewah di waktu seperti ini. Hal itu bisa meningkatkan suasana hati. 

Itsuki-san.

Shizune-san memanggilku dengan nada serius. 

Jangan terlalu besar kepala. Tennouji-sama dan Miyakojima-sama tidak bergantung padamu. Jika kamu merasa terpuruk, bukannya berarti kedua orang itu akan terhenti.

...Benar juga. Mungkin aku sedikit terlalu sombong.

Setelah kesalahan kali ini, aku merasa seolah-olah kami telah hancur. 

Namun, itu hanyalah kesombongan semata. Meskipun itu kehancuranku, tapi itu mungkin tidak sama bagi Tennouji-san dan Narika. Tidak peduli seberapa dalam aku terpuruk dalam keputusasaan, mungkin bagi kedua orang itu, kesulitan ini masih bisa diatasi. 

Aku telah mengabaikan kemungkinan yang begitu jelas. 

Yang perlu kamu lakukan ialah tidak perlu terlalu tegang.”

Shizune-san tersenyum lembut. 

“Melalui upayamu yang tak kenal lelah, kamu sudah tumbuh menjadi seseorang yang mampu memikul nasib seseorang. Namun, memikul bukanlah selalu hal yang benar. Meskipun kamu memiliki kekuatan itu, terkadang lebih baik untuk tidak memikulnya.

Itu adalah nasihat yang sangat berharga. 

Setelah melalui permainan manajemen dan melewati beberapa rintangan dalam pemilihan kali ini, aku merasakan pertumbuhanku, meskipun sedikit. 

Karena itulah, mungkin aku sedikit terlalu percaya diri. 

Apa aku dijebak oleh Minato-senpaiApa aku dikecohkan oleh rencana kubu Jouto? —Sejak kapan aku menjadi orang yang mudah terpengaruh oleh hal-hal sepele seperti itu? Minato-senpai, mantan ketua OSIS, adalah sosok yang jauh lebih unggul dariku. Jouto pun adalah pria yang sangat luar biasa. Sejak awal ada kemungkinan besar aku akan kalah

Memang ada perasaan ingin mengkritik cara yang salah. Namun, tidak ada gunanya merasa terpuruk dengan perasaan aku sudah kalah

Aku sangat menyesali telah mencemarkan reputasi baik Tennouji-san dan Narika. Namun, wajah kedua orang ini tidak akan mudah suram. 

Aku kembali ke ruangan bersama Shizune-san. Shizune-san membungkuk kepada Hinako yang menoleh, lalu meletakkan troli minuman di tengah ruangan. 

Aku mengambil cangkir dan tatakannya, meletakkannya di atas meja, dan duduk. 

Maaf sudah membuat kalian menunggu.

Oh, kamu sudah membawanya?

Ya. Shizune-san yang membawakannya.

Tennouji-san tahu tentang keberadaan Shizune-san. Ketika aku mengungkapkan identitasku yang sebenarnya, dia pernah meminta saran kepada Shizune-san, bukan kepada Kagen-san. 

Aku meneguk teh yang disediakan. Rasanya sedikit pedas dari jahe. Tubuhku terasa hangat dan energiku meningkat. 

Ngomong-ngomong, selama aku pergi mengambil teh, sosok Narika menghilang dari monitor. Dia pergi ke mana? Saat aku berpikir begitu, terdengar suara langkah kaki yang bergegas, dan Narika kembali muncul di layar monitor

“Aku sudah mendapatkan izin dari Ibu!! Hari ini katanya aku boleh begadang!!

Tidak, begadang sepertinya akan berdampak pada hari berikutnya, jadi aku tidak ingin melakukannya...

Eh!? Padahal aku sudah sangat menantikannya...

Melihat Narika yang terlihat kecewa seperti anak kecil, aku hanya bisa tersenyum kecut. Aku tidak ingin begadang, tetapi semangat untuk begadang bisa meningkatkan moral kami. 

Saat suasana mulai ramai, tiba-tiba... 

Kalau begitu, aku juga akan memberikan sedikit bantuanku." 

“Hi――Ko-Konohana-san!?" 

Karena hampir memanggilnya dengan Hinako seperti biasa, aku buru-buru mengganti sebutannya. Aku terkejut sampai hampir melompat mendengar suara tiba-tiba dari Hinako, tetapi... 

(...Ya, mungkin tidak apa-apa jika kedua orang ini tahu.) 

Berbeda dengan orang-orang di akademi, Tennouji-san dan Narika tahu bahwa identitasku hanyalah seorang rakyat biasa, dan mereka juga tahu bahwa aku tinggal di rumah Hinako. 

Aku menyadari bahwa tidak perlu panik, dan menenangkan diri, tetapi.... 

Kuh...!

Mmm...!

Entrah mengapa, Tennouji-san dan Narika tiba-tiba tampak murung

“Umm... aku tahu bahwa kalian berdua menghabiskan waktu di tempat yang sama, tetapi... 

Ketika melihat pemandangan seperti ini... ada sesuatu yang menggetarkan di hati... 

Tennouji-san membuat wajah seperti sedang mengunyah sesuatu yang pahit, sementara Narika meletakkan tangan di dada. 

Memang, jika dipikir-pikir, pemandanganku yang mengenakan pakaian santai dan Hinako yang juga mengenakan pakaian santai berada di satu ruangan pasti terasa berbeda dari yang biasanya terlihat di akademi. 

Melihat tingkah kedua orang itu, Hinako sejenak tersenyum bangga, 

Tomonari-san. Mau aku pijat bahumu? 

Eh? Ah, ya. Tolong...

Mengapa dia tiba-tiba melakukan hal seperti itu? 

Aku merasa senang, jadi tidak masalah... 

Lengan Hinako yang ramping lembut menyentuh bahuku. 

Ah――――ahhhhhhhh!? Ko-Konohana Hinako!? Apa yang kamu lakukan!?

Itsuki!! Kenapa kamu malah mengizinkannya!? Itu tidak adil――eh, maksudku, itu kotor banget!!

Tidak, ini bukannya kotor atau semacamnya. 

Bahuku bersih. 

Hehe... bahu Tomonari-san terasa kaku sekali ya. 

“Tu-Tu-Tu-Tu-Tunggu sebentar!? Bukannya kamu terlalu banyak menyentuhnya!? 

Betul banget, betul banget!! Kamu bukan hanya sekadar memijatnya, tapi kamu malah mengelus-elusnya!!" 

Itu juga yang kupikirkan. 

Bukannya memijatnya, aku merasa seperti dibelai di sekujur tubuhku, dan itu membuatku geli. 

Setelah beberapa saat, Hinako melepaskan tangannya dari bahuku. 

Fyuh... maaf, aku jadi sedikit mengantuk. Tomonari-san, boleh aku meminjam tempat tidurmu? 

“Iy-Iya, tidak masalah...

Oi...? 

Bukannya dia tadi bilang akan ikut membantu...? 

T-T-T-T-Te-Tempat tidurnya Tomonari-sannnnnnnnn!?!

“It-It-It-It-It-Itu sangat kotor! Itu tidak boleh sama sekali!! 

Tennouji-san terkejut dan Narika menunjuk dengan kuat. 

Mungkin karena mereka berdua bersuara keras, pintu kamar mereka terbuka dengan suara berderit, dan pelayan masing-masing muncul. “Ojou-sama!? Apa yang terjadi!? terdengar, tetapi Tennouji-san dan Narika terpaku menatap monitor. 

Sementara itu, Hinako berguling di tempat tidurku dan bergumam dengan bahagia. 

Hehe... aku bisa mencium bau Tomonari-san. 

“Aku merasa akan gila~~~~~~!! 

Hah... hah, hah...!! Entah kenapa, aku tiba-tiba ingin memegang pedang...!! 

Tennouji-san menggaruk kepalanya, sementara Narika tampak gemetaran. Pelayan di belakang mereka tampak khawatir dengan wajah pucat. Aku mendengar kata-kata seperti Apa beliau mulai gila?, tetapi apakah semuanya baik-baik saja? 

Hari ini, aku belum tidur maupun berbaring di atas kasur sejak pulang, dan mungkin bau tempat tidur itu adalah bau deterjen atau pelembut. Karena musim dingin mendekat, perlengkapan tidur pelayan telah diganti dengan selimut bulu, jadi mungkin itu bau deterjen. Selimut bulu tidak bisa menggunakan pelembut. 

Aku yakin bau yang sama berasal dari tempat tidur Hinako... 

Hinako tersenyum geli saat dia melihat Tennouji-san dan yang lainnya menggeliat kesakitan. 

Hehehehehehe...

Hinako...? 

Kok rasanya seperti dia sedang bermain-main...? 

Permisiiiiiii...

Tiba-tiba, pintu kamarku terbuka. 

Yuri masuk ke dalam ruangan dengan suara riang

“Aku membawakan beberapa kue hangat untuk menemani minum teh kalian.

Terima kasih, Hirano-san.

Hinako, sebagai seorang Ojou-sama yang sempurna, menundukkan kepala dengan anggun. 

Sementara itu, aku baru tahu bahwa Yuki ada di rumah ini hari ini, jadi reaksiku sedikit terlambat. 

Hina... Konohana-sana, apa kamu sudah tahu sejak awal kalau Yuri ada di sini?

Ya. Dia bilang akan berlatih memasak hingga larut malam.

...Kenapa kamu tidak memberitahuku?

Aku merasa kamu sedang memikirkan sesuatu.

Itulah sebabnya dia memilih untuk diam. Yuri tersenyum padaku yang tidak bisa berkata apa-apa. 

Kalau kamu masih terus seperti ini, berarti kamu masih mempunyai jalan yang panjang.

...Iya, aku masih jauh.

Ya. Ambil gula, dan cepatlah pulih. 

Yuri meletakkan nampan di atas troli teh. Di atas nampan itu terdapat berbagai bentuk kue kering. Aku mengambil satu dan memasukkannya ke dalam mulutku.  

...Rasanya menyentuh hati. 

Kebaikan semua orang begitu menyentuh hatiku

Setelah menikmati manisnya kue kering, aku kembali fokus pada komputer. 

---Ayo kita mulai.

Meskipun seharusnya menjadi ucapan untuk diriku sendiri, Tennouji-san dan Narika yang muncul di monitor juga mengangguk serius. Istirahat sudah berakhir. Malam ini sepertinya akan panjang. 

Boleh aku menonton di sini?

Yuri bertanya dengan ragu. 

Tentu saja. Meskipun kurasa ini tidak akan menarik...

“Rasanya menarik kok. 

Yuri mengatakannya seolah-olah itu sudah pasti. 

Melihat Itsuki itu menarik. Iya ‘kanKonohana-san? 

“IyaAku tidak pernah merasa bosan.

“Aku juga setuju.

“Aku bisa terus menontonnya. 

Kenapa mereka semua setuju seperti ini...? 

Sambil merasakan tatapan Yuri, aku memeriksa kertas kuesioner

Periode pemilihan tinggal dua hari lagi. Kegiatan di hari terakhir hanya berupa pidato pagi, jadi satu-satunya kesempatan kita untuk melakukan sesuatu adalah besok.

Di hari terakhir, setelah para calon ketua memberikan pidato di aula pada pagi hari, pemungutan suara dan pengumuman hasil akan segera dilakukan.

Besok adalah satu-satunya hari untuk menjalankan strategi yang berani, tetapi situasi baru saja kalah dalam debat tidak memungkinkan untuk melakukan rencana yang ceroboh. Pada titik kemarin, dukungan tampaknya sedikit lebih menguntungkan untuk kubu Jouto. Meskipun tidak ada perbedaan besar karena sebelumnya ada keunggulan, mempertimbangkan bahwa dukungan kemungkinan akan turun besok, sangat mungkin bahwa rencana yang biasa-biasa saja tidak akan mengubah keadaan.

“Aku ingin melakukan sesuatu yang berani sama seperti saat pemasaran gerilya, kata Tennouji-san. 

Itu mungkin menjadi risiko tinggi dengan imbalan tinggi... tapi, kamu yakin ingin melakukannya?

Ya. Jika kita melakukan sesuatu yang cukup mencolok, orang-orang akan melupakan hasil hari ini. Meskipun aku tidak suka menyembunyikan kekalahan, berdasarkan apa yang kudengar, kali ini bukanlah cara kalah yang bisa diterima. 

Kupikir itu adalah pendapat yang rasional karena pemikiran positifnya. Jika ada sesuatu yang cukup untuk membuat orang melupakan kekalahan dalam debat, kita bisa menemukan peluang untuk menang.

Apa kamu setuju dengan strategi itu, Narika? 

Ya, aku juga setuju.

Oke. ... Kalau begitu mari kita buat strategi berdasarkan itu. 

Setelah kami mulai saling berbagi ide, kami kembali fokus pada kuesioner. Sambil memikirkan apakah ada ide bagus, aku membayangkan wajah Takuma-san. 

(...Maaf, Takuma-san) 

Aku meminta maaf dalam hati kepada mentorku. 

Dari kejadian ini, aku menyadari satu hal. 

(Aku tidak mampu melakukan strategi tipu muslihat.) 

Ketika aku berpikir tentang hal yang membuatku merasa bersalah, Hinako memanggil namaku, dan aku hampir meminta maaf secara refleks. Hatiku begitu takut sehingga membuatku hampir menangis. 

Mungkin, meskipun aku bisa memikirkan strategi licik, aku tidak memiliki keberanian untuk melaksanakannya. 

Aku bukanlah orang yang memiliki keberanian untuk menjebak orang lain. 

Aku sangat takut jika kejahatan terlihat oleh orang lain. Aku merasa tidak bisa berbicara dengan orang-orang dekatku. Tanganku dan suaraku akan terus bergetar, dan aku pasti takkan bisa tidur nyenyak di malam hari

(Jadi, jika aku memiliki bakat... aku akan menggunakannya hanya untuk hal yang benar) 

Aku mungkin akan mengecewakan harapan Takuma-san. Hubungan guru-murid yang terjalin secara tidak resmi ini mungkin akan berakhir. Namun, aku memutuskan untuk menjauh dari satregi licik

Bakat untuk melihat di balik data. 

Aku akan menggunakannya demi hal yang benar. 

Aku berkonsentrasi dan membaca kuesioner. ...melihat suara jujur para siswa yang mengisi survei ini. Di balik selembar kertas ini, pasti tersembunyi suara hati para siswa. 

Konsentrasi, konsentrasi, konsentrasi――――tiba-tiba aku menyadari sesuatu.

Awalnya, aku menganggap itu sebagai sesuatu yang sepele. Namun, setelah melihat hal-hal serupa satu demi satu, aku mulai menyadari bahwa itu bisa menjadi senjata yang sangat berharga. 

Setelah mengumpulkan kertas kuesioner menjadi satu tumpukan, aku melihat ke arah Hinako. 

Konohana-san, bisakah kamu membantuku untuk menyortir kertas kuesioner ini seperti yang kukatakan?

Baiklah.

Hinako yang tampak bersantai dengan bergembira bersama Yuri, berkata, Ufufufu, enak sekali, ya?” “....Memang enak... Aku meminta bantuannya. Kedua orang ini tampaknya sudah cukup akrab. 

Setelah menerima tumpukan kertas, aku menjelaskan cara pengelompokan. 

Tolong pisahkan antara yang berkaitan dengan pemilihan dan yang berkaitan dengan masa depan pemilihan. 

Hinako sedikit melebarkan matanya. 

Instruksi yang aneh. Namun, ada kepastian yang jelas. Jadi... 

...Apa kamu melihat sesuatu?

“Iya. Aku harus memikirkan solusinya nanti...

Hinako mungkin menyadari bahwa aku memiliki tujuan tertentu. Dia tidak bertanya lebih lanjut dan mulai menyortir kertas kuesioner

“Aku punya pertanyaan sederhana, tapi kira-kira pekerjaan apa saja yang dilakukan OSIS sekolah kalian? 

Aku menjawab pertanyaan Yuri setelah berpikir sejenak

Ada banyak hal. Misalnya saja seperti membeli barang, pembagian anggaran, pemilihan tamu untuk berbagai acara... 

“Ngomong-ngomong mengenai acara, apa itu sesuatu yang mirip seperti festival budaya?

“Iya. Tugas pertama OSIS adalah mengelola festival budaya. 

“Heh~~”

Yuri menunjukkan minat yang mendalam. 

Festival budaya di Akademi Kekaisaran itu bersifat undangan, kan? Pastikan kamu mengundangku, ya!

Aku tahu.

Kalau begitu, baiklah... Aku menantikannya. 

Yuri tersenyum dengan ekspresi sedikit malas. 

Melihat sikapnya, aku yakin bahwa pikiranku tidak salah. 

Benar.

Tiba-tiba aku mengiyakan, dan Yuri memiringkan kepalanya dengan bingung. 

Memang, aku sangat menantikannya. Festival budaya.

Yuri semakin memiringkan kepalanya dengan lebih dalam.

Dalam interaksi yang baru saja terjadi, terdapat petunjuk tentang solusi yang aku cari. Setelah Hinako menyelesaikan pengelompokan kuesioner, aku ingin memeriksa kembali isi survei tersebut, tetapi bisa dibilang bahwa kebijakan selanjutnya sudah hampir diputuskan. 

Aku melihat ke arah Tennouji-san dan Narika yang muncul di monitor. 

Aku sudah memikirkan sebuah strategi. 

Aku menjelaskan isi strategi tersebut kepada keduanya. Mereka awalnya terkejut, tetapi seiring mendengarkan penjelasanku, ekspresi mereka berubah menjadi paham. Keduanya menunjukkan pemahaman terhadap respons yang kurasakan. 

Setelah memikirkannya, cuma itu adalah satu-satunya rencana yang bisa kutemukan. 

Karena tidak ada ide lain yang muncul, aku memutuskan untuk merinci detailnya. Setelah memeriksa kembali survei yang telah dikelompokkan oleh Hinako, aku menyadari bahwa rencana ini memang efektif, dan aku berniat untuk tetap terjaga hingga batas waktu yang membuatku kurang tidur sambil terus merencanakan. 

Perasaan semangat yang muncul karena merasakan kemajuan mendorongku untuk terus bergerak maju. 

Namun, justru karena itulah, aku tidak menyadari hal yang paling penting. 

Setelah mengetahui apa yang dilakukan Minato-senpai kepada kami, Narika berkata, Kita harus menang. Dia juga mengatakan“Ia adalah orang yang harus kita hadapi.

Dia tidak pernah menyebutkan kata aku

Aku tidak menyadari hal itu hingga akhir.

 

◇◇◇◇

 

Setelah video call berakhir, Narika menghela napas pelan. 

Sekarang sudah larut malam. Dia harus cepat tidur. Ketika mulai berbicara, dia sangat bersemangat untuk begadang, tetapi saat rasa kantuk melanda, pikirannya menjadi tidak fokus, dan dia menyadari bahwa itu tidak efisien. 

Masih ada dua hari lagi, ya...

Itsuki menggumamkan sisa hari pemilihan yang tersisa. Hari ini adalah Kamis, besok Jumat, dan Senin minggu depan. Dalam dua hari ini, pemilihan akan berakhir. 

Sebelum hari Senin, dia harus mengambil kesimpulan. 

Aku juga harus menyelesaikan masalah ini...

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama