[LN] Saijou no Osewa Jilid 10 Bab 4 Bahasa Indonesia

Chapter 4 — Cahaya

 

Hari terakhir masa pemilihan. Para siswa yang berkumpul di aula duduk di kursi dan menatap panggung. 

(…Dengan hari ini, semuannya akan berakhir, huh

Beberapa menit lagi, Tennouji-san akan muncul di panggung dan pidato akan dimulai. Setelah pidato Jouto selesai, masa pemilihan yang panjang ini akan berakhir. 

Ini adalah pertarungan yang membutuhkan kewaspadaan terus-menerus dari awal hingga akhir. Meskipun aku merasa ingin memikirkan apa ada yang terlewat, rasanya sudah terlambat jika menyadarinya sekarang. Tennouji-san dan yang lainnya sudah bersiap untuk pidato di belakang panggung. 

“Tomonari, kamu kelihatannya cukup tenang ya.” 

Taisho memberi komentar seraya duduk di sampingku

Iya, karena sudah sampai sejauh ini, aku hanya bisa mempercayai Tennouji-san.” 

Itu adalah perasaan jujurku bahwa aku telah melakukan segalanya. 

Tentu saja ada kegagalan dan kekalahan, tetapi aku merasa telah melakukan semua yang bisa kulakukan. Oleh karena itu, sekarang aku menatap panggung dengan perasaan cerah. 

“Dari kelihatannya, suasananya cukup baik.” 

“Aku juga berpikir begitu. Sepertinya acara pengalaman janji sangat sukses!” 

Asahi-san setuju dengan pernyataan Taisho. Ketika aku melihat sekeliling, tampak ada suasana mendukung Tennouji-san di antara para siswa. 

Pada hari terakhir, tidak ada laporan pemilihan yang dibagikan. Jadi, tidak ada yang tahu seberapa besar perubahan dukungan yang terjadi selama acara pengalaman janji, tetapi aku merasakan respons yang cukup bagus

Aku memperkirakan kami sedang membalikkan keadaan, atau setidaknya dalam kondisi imbang. 

“Ah… Tuhan, kumohon berkati Tennouji-sama…!!” 

Di kursi depan, Suminoe-san sedang berdoa kepada Tuhan. 

Para siswa yang berkumpul di aula diinstruksikan untuk duduk berdasarkan kelas. Namun, urutan tempat duduk bebas, jadi kami berkumpul dengan orang-orang yang terlibat dalam pemilihan. 

Di sini, selain Taisho dan Asahi-san, ada juga Suminoe-san, Kita, dan Hinako. 

“Menurutmu, siapa yang akan menang, Konohana-san?” 

Kita bertanya kepada Hinako. 

Saat itu juga—semua siswa di sekitarnya menoleh ke arah Hinako secara bersamaan. 

Sepertinya semua orang penasaran dengan prediksi Hinako. Namun, dengan perhatian sebanyak ini, jawaban Hinako bisa mempengaruhi hasil suara akhir. …Pemilihan kali ini sangat ketat. Oleh karena itu, mungkin masih ada siswa yang ragu untuk memberikan suara mereka. 

Aku menggelengkan kepala ke arah Hinako yang duduk di sebelah kiri. 

Hinako mengangguk pelan dan menjawab. 

“Aku punya jawabanku sendiri, tetapi untuk saat ini, aku akan menahan diri.” 

Terima kasih karena sudah membaca situasi... 

Jika Hinako menjawab “Tennouji-san” di sini, mungkin akan ada lebih banyak siswa yang memilih Tennouji-san. Namun, Tennouji-san tidak akan menginginkan itu. Bagi Tennouji-san, Hinako adalah rival terbesarnya. Jika dia tahu bahwa dia menjadi ketua OSIS berkat dukungan dari rivalnya, bisa jadi dia akan mempertimbangkan untuk mundur dari posisi ketua. Tennouji-san bisa saja melakukan hal seperti itu tanpa bercanda. 

Saat aku merasa lega, tiba-tiba aku merasakan ada tatapan yang mengarah padaku

Hmm...? 

“Sepertinya, Tomonari-kun juga diperhatikan, ya?” 

“...Aku juga berpikir begitu.” 

Aku mengangguk atas pernyataan Asahi-san

Ini bukan karena kesadaran diri yang berlebihan. Dari tatapan yang kupikir tertuju pada Hinako, beberapa di antaranya entah kenapa mengarah padaku.

Wajah siswa-siswa yang menatapku lebih banyak menunjukkan ekspresi negatif. Ada yang terlihat cemas, ada pula yang tampak curiga... 

Yang paling banyak adalah tatapan penuh keraguan. 

(…Mereka mungkin sudah menyadari sesuatu?) 

Aku bisa memikirkan satu alasan mengapa mereka menatapku. Namun, mengapa harus pada saat seperti ini? 

Aku berusaha mengingatnya, tapi tidak ada jawaban yang muncul, jadi aku berhenti berpikir. 

Aku merasa menyesal karena telah menimbulkan keraguan di antara mereka. Namun, keraguan itu seharusnya bisa teratasi dalam pidato terakhir yang akan dimulai. 

Meskipun pada akhirnya aku tidak terpilih sebagai wakil ketua... 

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Tennouji Mirei)

 

Tennouji Mirei yang mengunjungi aula, langsung diarahkan oleh petunjuk para mantan pengurus OSIS ke belakang panggung. Sepertinya, dia hanya perlu menunggu di sini sampai pidato terakhir dimulai. 

Di belakang panggung, Jouto Ren sudah ada, tetapi dirinya duduk di tempat yang terpisah. 

Di samping Mirei, ada satu gadis lain yang duduk. 

“Ap-Apa aku boleh berada di sini?” 

“Karena kamu sudah diarahkan kemari, jadi bersikaplah percaya diri saja.” 

Miyakojima Narika terlihat pucat dan bergetar. 

Astaga... Mirei tersenyum pelan. 

Dia memiliki kepribadian yang sangat kontras sama seperti sebelumnya. Meskipun biasanya dia menunjukkan sisi yang tidak dapat diandalkan, saat momen penting, sikapnya yang anggun bahkan bisa membuat Mirei terpukau. Dan yang lebih parahnya lagi, gadis tersebut tidak menyadari bahwa dia menunjukkan kemampuan yang tinggi. 

Ketika dia mendengar bahwa Narika mengundurkan diri sebagai ketua, dua perasaan muncul dalam diri Mirei. Kesepian, dan ketegangan. Jika Mirei menjadi ketua, dia harus menjalankan OSIS bersama Narika ke depannya. Melaksanakan tugas di bawah tatapan Narika yang anggun akan terasa berat, bahkan bagi Mirei sekalipun. 

Narika yang dibawa ke belakang panggung juga merupakan hasil dari pengaruhnya. Meskipun dia mengundurkan diri, Narika yang sebelumnya merupakan calon ketua masih menarik perhatian banyak siswa. Jika dia duduk di kursi yang sama dengan siswa biasa di sini, pasti suasana akan menjadi ramai. 

Saat duduk menunggu di kursi, Minato Maki datang berjalan dari depan. 

“Pidato akan segera dimulai. Mohon persiapkan dirimu.” 

Persiapannya sudah siap. Jadi Mirei, Ren, dan yang lainnya tidak melakukan apa-apa. 

Mirei dan Narika menatap Maki dengan tajam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. 

Kalian berdua menatapku seperti itu memang kurang baik buat jantungku.” 

Bukannya kamu sendiri yang jadi penyebabnya?” 

Memang, Maki membalas sambil tertawa. 

Jika dilihat dari keadaan, sepertinya suasana di sini menguntungkan Tennouji-san. Itu acara pengalaman janji, kan? Acara itu sangat meriah, jadi rasanya tidak mengherankan.”

Maki mengambil kursi yang ada di dekatnya, meletakkannya di depan Mirei, dan duduk di sana. 

Tapi, kamu memiliki bom.

Maki berkata demikian sambil bertatapan dengan Mirei

Bom...? 

“Keberadaan Tomonari Itsuki.

Maki melanjutkan. 

Sejauh yang kulihat, ia bertindak adil terhadap kalian berdua. Namun, memang, mendukung dua calon ketua sendirian merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kurasa tidak semua siswa memahami pendiriannya.

Sepertinya, itu adalah peluang kami untuk menang, kata Maki dalam nada tersirat. 

Apa yang ingin dia katakan? Dalam kebingungan Mirei, Maki kembali berkata, 

"Tomonari Itsuki sengaja mengambil peran sebagai asisten untuk mendapatkan suara ketua. ...Tadi, aku sudah menyebarkan rumor semacam itu. 

Maki berbicara demikian dengan mata yang menyala gelap. 

Dalam pemilihan OSIS di Akademi Kekaisaran, calon ketua juga dapat berpartisipasi dalam pemungutan suara. Khususnya, suara dari calon yang terpilih sebagai ketua disebut suara ketua, yang setara dengan sepertiga dari seluruh siswa. Artinya, siswa yang terpilih sebagai ketua akan lebih mudah memilih pengurus. 

Kini ada rumor yang beredar di antara siswa bahwa Tomonari Itsuki mungkin mengincar suara ketua tersebut... karena dia mendukung Tennouji Mirei dan Miyakojima Narika sendirian, seolah-olah dia ingin menjadi wakil ketua terlepas dari siapa yang menjadi ketua. 

Beberapa siswa mungkin meragukannya. Mereka mungkin berpikir ia bertindak seperti kelelawar yang licik hanya demi mendapatkan suara ketua. ...Keraguan itu seharusnya juga ditujukan kepada kalian. Kalian yang percaya pada pria seperti itu mungkin juga memiliki kesalahan.

Seperti laba-laba yang mengamati mangsanya yang terjebak dalam perangkap, Maki menatap Mirei dan yang lainnya. 

Namun, Mirei dan yang lainnya――. 

“Fufufu.

Mirei tertawa. Begitu juga dengan Narika

Maki terkejut. 

Mengapa mereka tertawa, Maki tidak memahaminya

Sepertinya kamu tidak memahami Tomonari-san.

“Betul sekali. Minato-senpai sama sekali tidak memahami Itsuki. 

Karena mereka waspada tentang rencana apa yang akan diungkapkan, mereka merasa lega. 

Oh, jadi itu saja...? 

Itu hanya masalah sepele...? 

Jangan khawatir. Bom itu akan gagal meledak.

Mirei berdiri. Sudah waktunya untuk memulai pidato terakhir. Sambil mengingat susunan pidato, dia memikirkan Itsuki yang telah mendukungnya sejauh ini. 

Maki sama sekali tidak memahami Itsuki. ...Pria yang seolah-olah berjalan mengenakan pakaian kejujuran semacam dirinya mana mungkin tidak menyadari hal sepele ini. 

 

◆◆◆◆

(Sudut Pandang Itsuki)

“Mulai sekarang, kami akan memulai pidato terakhir untuk pemilihan OSIS periode ke-72.

Mantan wakil ketua OSIS berdiri di atas panggung dan dengan singkat mengumumkan dimulainya pidato. Kebisingan yang sebelumnya berdengung kini mendadak lenyap. Tanpa sadar, aku meluruskan punggungku dan menelan ludah dengan tegang sambil menunggu kedatangan calon Ketua. Dalam keheningan yang menyakitkan, seorang gadis dengan rambut emas gulung muncul di atas panggung. Tennouji Mirei. Gadis yang selama ini aku anggap paling layak menjadi ketua OSIS, kini berdiri di depan podium. Sambil menerima tatapan para siswa dari Akademi Kekaisaran yang dijanjikan akan menjadi politisi dan pengusaha di masa depan, Tennouji-san membuka mulutnya.

Pertama-tama, aku akan menjelaskan tentang pengunduran diri Miyakojima-san.

Hal pertama yang dibicarakan Tennouji-san adalah tentang Narika, yang pernah bersaing dengannya.

Aku akan menyampaikan hal ini demi kehormatan dirinya, bahwa dia melamarkan diri untuk posisi ini karena dia merasa ada nilai dalam jalan ini. Miyakojima-san memiliki pemikirannya sendiri. Mohon hargai itu.

Tennouji-san membungkuk sedikit.

Aku juga tahu isi pidato terakhir Tennouji-san. Bahwa dia akan membahas hal ini di awal sudah disampaikan sebelumnya. Sekali lagi, aku merasa bahwa membahas kehormatan temannya di awal adalah cerminan kebanggaan Tennouji-san. Dia adalah orang yang peduli pada kemenangan, tetapi bukan orang yang mengabaikan proses. Yang dia cari adalah kemenangan yang bersih, bukan sekadar kemenangan biasa.

Jadi, mari kita mulai lagi.

Setelah menjaga kehormatan temannya, Tennouji-san melirik para siswa yang berkumpul di auditorium. Dia membuka mulutnya lebar-lebar—.

——————Aku!! Tennouji Mirei!!

Suara Tennouji-san bergema. Segera setelah itu, sorakan keras menggema.

(Seluruh aula jadi bergetar……)

Dipadukan dengan karakter dirinya yang kuat, pengenalan Tennouji-san berhasil menarik perhatian hati para siswa. Diterangi oleh lampu panggung, rambut pirang gulungngnya tampak berkilau.

Ketika aku menjadi ketua OSIS, aku akan menjadikan Akademi Kekaisaran ini sebagai tempat di mana semua orang dapat menjalani kehidupan dengan mulia!! Secara konkret, seperti yang telah kutunjukkan kepada kalian baru-baru ini, aku akan mengadakan kursus etiket agar kalian dapat belajar perilaku yang sesuai di dalam masyarakat!!

Tennouji-san sekali lagi memberi tahu semua orang apa yang telah dijelaskannya dalam pidatonya sebelumnya.

Namun, kursus etiket hanyalah salah satu bentuk yang kupikirkan! Sesuai kebutuhan, aku akan meningkatkan martabat kalian dengan berbagai cara! —Misalnya, seperti salon yang dirancang oleh Miyakojima-san.

Para siswa mulai berbisik. Itu berarti…… Tennouji-san mungkin akan mewarisi visi tentang pendirian salon yang dicetuskan Narika.

Tidak ada yang aneh dengan itu. Etiket yang dipelajari takkan berarti jika tidak diterapkan. …Entah itu baik atau buruk, di akademi ini ada kesenjangan status sosial. Oleh karena itu, berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki kesenjangan adalah latihan yang benar untuk masa depan.

Bagus. Kupikir argumen yang diajukan saat ini sangat luar biasa.

Masalah kesenjangan status sosial yang sering dibahas dalam diskusi. Tennouji-san menangkapnya dengan makna positif. Justru karena ada kesenjangan, akademi ini dapat mencerminkan masyarakat. Lagipula, setelah lulus dari akademi ini, kita tidak bisa menghindari kesenjangan status sosial.

Dari mana anggaran untuk itu!!

Seorang siswa berteriak dari suatu tempat. Banyak siswa yang juga penasaran mengenai anggaran untuk kursus etiket dan pendirian salon. Namun—.

Tidak perlu khawatir.

Segera setelah Tennouji-san mengatakannya, layar di belakangnya menyala. Di layer tersebut, ada materi yang disiapkan oleh Tennouji-san.

Di sini!! Ini adalah strategi manajemen OSIS yang aku usung!!

Berbagai grafik ditampilkan di layar. Mulai dari anggaran OSIS, daftar biaya yang diperlukan, hingga target jangka menengah, semua cara Tennouji-san membayangkan gerakan OSIS menjadi sangat jelas. Ini akan menjadi sesuatu yang dapat diperiksa oleh siapa saja setelah Tennouji-san menjadi ketua OSIS.

Jika aku menjadi ketua OSIS, penggunaan anggaran akan sepenuhnya transparan!! Dari biaya outsourcing untuk mengundang pengajar etiket, biaya peralatan, hingga biaya lainnya, semuanya akan dipublikasikan!!

Tennouji-san menjanjikan untuk bersikap sangat jujur. Setelah aku menyelidiki hal ini sebelumnya, tidak ada ketua OSIS sebelumnya yang mampu membuat pergerakan uang menjadi setransparan ini. Siapa pun bisa memahami bahwa ini merupakan jalan yang paling jujur. Namun, meskipun begitu, tidak ada yang mau melakukannya karena dianggap sebagai jalan yang penuh duri dan tidak berkelanjutan.

Jika pergerakan uang menjadi transparan, siswa akan memiliki kesempatan untuk mengeluh. Apa biaya ini benar-benar diperlukan? Apa investasi ini akan berhasil? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akan terus berdatangan. Sama seperti pemegang saham yang vokal. Jika terlalu banyak keluhan, ada risiko pengambilan keputusan akan tertunda.

Meski begitu, Tennouji-san memilih jalan penuh duri. Sebagai tipe pengusaha, Tennouji-san percaya diri untuk menghadapi pemegang saham yang vokal.

Aku bisa menegaskannya. —Jouto tidak memiliki kekuatan ini.

Sepertinya ada yang meragukan apa hal ini benar-benar dapat diwujudkan. Namun, apa kalian lupa? Aku adalah putri tunggal dari grup Tennouji. Tidak ada orang yang bisa mengalahkanku dalam manajemen—

Tennouji-san yang memegang mikrofon, sekilas menatap Hinako.

—Tidak banyak yang bisa!!

Sebenarnya, dia bisa saja mengatakannya lebih tegas… Namun, kemampuan Tennouji-san pasti diakui oleh semua orang. Dalam permainan manajemen, Tennouji-san telah menghasilkan hasil yang setara dengan Hinako.

Melihat aula yang sunyi, Tennouji-san menggerakkan bibirnya dengan serius. 

Janji Jouto Ren memang sesuatu yang revolusioner. 

Tennouji-san mengucapkan pernyataan yang seolah mengakui rivalnya. 

Demokratisasi Akademi Kekaisaran. Dengan itu, ada benarnya untuk menjadikan siswa-siswa akademi ini sebagai manusia yang dapat berfungsi di masyarakat luar. Namun—

Tennouji-san mengepalkan tinjunya. 

Aku juga akan memberikan kekuatan yang dapat diterima di masyarakat luar kepada kalian semua! 

Tatapan kuatnya menembus siswa-siswa yang berkumpul di aula. 

“Itulah gunanya etika dan sopan santun! tu adalah pola pikir untuk tidak bersikap kasar kepada orang lain!! Jika kalian memahami itu, tidak ada alasan untuk takut pada kesenjangan!

Di sinilah letak perbedaan mendasar dengan strategi Jouto. 

Jouto ingin menciptakan akademi di mana tidak ada kesenjangan. Sebaliknya, Tennouji-san berusaha menciptakan akademi di mana kesenjangan itu tidak menjadi masalah. 

Memang penting untuk mendekati masyarakat umum! Namun, izinkan aku berkata dengan tegas! Kami adalah siswa Akademi Kekaisaran!! Kami yang hidup di lembaga pendidikan yang terhormat ini, harus beradaptasi dengan cara kami sendiri di masyarakat!!"

Semangat yang berkobar dalam diri Tennouji-san disampaikan melalui kata-katanya. Tanpa sadar, siswa-siswa melihat Tennouji-san dengan wajah bersemangat. 

Dalam tatapan mereka terpantul—cahaya keemasan. 

Keanggunan, karakter, martabat. Siswa Akademi Kekaisaran sering kali diharapkan memiliki hal-hal ini. Tentu saja, ada yang mungkin merasa itu sebagai kompleks.

Dari sudut pandangku, semua siswa di akademi ini penuh dengan martabat. Namun, siswa-siswa Akademi Kekaisaran yang serius merasakan bahwa mereka masih kurang setiap kali mengalami dunia sosial atau makan bersama. 

Kalau begitu, kita harus membuatnya!! —Kelas di mana kita bisa belajar tentang martabat!!

Mata para siswa terbelalak saat mereka mendengarkan pidato itu. Aku bisa memahami perasaan mereka. 

Benar. Jika dipikir-pikir, semuanya terasa tidak wajar. 

Mengapa tidak ada kelas seperti itu? Mengapa tidak ada pelajaran tentang etika? Semua orang pasti tahu bahwa etika itu penting di akademi ini. 

Demi menjadi politisi dan pengusaha terkemuka, ada hal-hal yang harus dipelajari, tetapi akademi ini tidak mengajarkannya. Akhirnya, semua orang menyadari ketidaknormalan itu. 

Tennouji-san menunjukkan satu potongan teka-teki yang hilang. Dia mengisi kekosongan yang bahkan tidak disadari oleh siapa pun. Karena tidak ada kesempatan untuk belajar, perbedaan muncul dari kemampuan bawaan. 

Dengan melemparkan batu pada ketidakadilan itu, menciptakan lingkungan di mana kesenjangan status sosial tidak menjadi perhatian. 

Dan, berusahalah mencapainya!!

Tennouji-san mengumumkan. 

Dengan mata yang bersinar dan rambutnya yang berkilau—. 

 

Untuk menjadi seseorang yang lebih mulia daripada orang lain, sama seperti diriku——————!!

 

Dengan senyuman menantang, Tennouji-san menggemakan suaranya. 

Dalam sekejap, sorakan luar biasa menggelegar hebat. Suara yang begitu keras membuat aku ingin menutup telinga, tapi aku memutuskan untuk mendengarkan sorakan ini hingga akhir meskipun harus merusak telingaku

Inilah kekuatan Tennouji-san. 

Inilah manusia bernama Tennouji Mirei—!!

Berdiri di atas panggung, Tennouji-san adalah cahaya. Dia adalah sinar yang memandu siswa-siswa dengan cahayanya. Dialah penunjuk jalan mulia yang membawa harapan akademi ini di pundaknya. 

Sebuah keberadaan yang lebih mulia dari siapa pun. Meskipun dia mencoba menyebut dirinya demikian, tidak ada yang bisa membantah kekuatan argumennya. Tentu saja, itu bukan hanya kilauab saat ini. Hal itu mungkin karena akumulasi dari semua yang telah dilaluinya. 

Aku melihat sekeliling. Siswa-siswa Akademi Kekaisaran yang biasanya sopan dan tenang, kini bersuara keras. Pemandangan ini sangat mengesankan. 

Seakan-akan mereka merasakan kegembiraan seolah sedang menyaksikan momen bersejarah. Sebenarnya, di Akademi Kekaisaran, ungkapan ini mungkin tidak berlebihan. 

Ketika sorakan mulai mereda, Tennouji-san mendekatkan mikrofon ke bibirnya lagi. Melihat sosoknya, siswa-siswa menutup mulut mereka dan menunggu kata-kata berikutnya dari Tennouji-san. 

Terakhir, aku ingin berbicara tentang Tomonari Itsuki-san yang selama ini telah mendukungku. 

Tennouji-san melanjutkan. 

Kali ini, kandidat wakil ketua, Tomonari-san, melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mendukung dua kandidat ketua sekaligus. Namun, melihat cara dia melakukannya, pasti ada yang meragukan niatnya untuk mendapatkan suara ketua. Aku percaya banyak orang telah mengatasi kesalahpahaman tersebut setelah melihat perilakunya selama masa pemilihan, tetapi mungkin masih ada yang meragukannya.

Tennouji-san sejenak melihat ke arahku

Tomonari-san… ia sudah menyadari kemungkinan itu sejak awal.

Aku bisa merasakan keributan siswa-siswa di sekelilingku

Seperti yang dikatakan Tennouji-san. Aku sudah menyadari risiko itu sebelum masa pemilihan dimulai. Jika risiko itu diabaikan, kupikir itu akan menjadi bom waktu yang merugikan bagi kami. 

Aku ingat sebelum pidato dimulai, semua mata tertuju padaku. Aku sudah menduganya, perhatian itu mungkin disebabkan oleh apa yang baru saja dibicarakan Tennouji-san. 

Jika demikian—maka tidak masalah. 

Pada hari sebelum masa pemilihan dimulai, Tomonari-san berjanji untuk mendukungku dan Miyoshima-san, lalu dirinya mengajukan permintaan. 

Tennouji-san mengucapkan kata-kata yang kukatakan pada mereka hari itu. 

“Siapapun yang menjadi Ketuanya—————— Ia meminta kami untuk jangan memberikan suara ketua kepadanya.

Sepenjuru aula menjadi gaduh. 

Siswa-siswa di sekitar serentak melihat ke arahku. 

Taisho yang duduk di sebelah juga terkejut dengan mata terbelalak. 

Tomonari... kamu serius?

“Iya.

Taishou menatapku dengan tatapan seolah-olah tidak mempercayainya

Kami akhirnya memutuskan untuk menghormati keinginannya setelah berdebat panjang.

Tennouji-san mengatakannya dengan ekspresi yang rumit.

Pada awalnya, Tennouji-san dan Narika juga menentangnya. Meskipun begitu, aku bersikeras untuk tetap mempertahankan keinginanku. Pada akhirnya, kedua orang itu menyerah, dan aku merasa inilah keputusan yang tepat. 

Dengan begini, aku bisa menjaga cahaya di atas panggung tetap bersih. 

Aku, Tennouji Mirei, menyatakan pengunduran suara ketua. …Siapa yang seharusnya menjadi wakil ketua? Tomonari-san menyerahkannya kepada kalian semua.

Aku tidak bisa menahan diri untuk mengangguk. 

Suara ketua telah hilang. Namun, bukannya berarti aku dijamin pasti kalah. 

Jika memang aku layak menjadi wakil ketua—harusnya aku bisa menang meskipun tanpa adanya suara ketua. 

—Dengan ini, pidatoku selesai!!

Tennouji-san mengakhiri pidatonya dengan suara yang lantang. 

Sambutan tepuk tangan yang meriah diarahkan padanya. Tennouji-san meninggalkan panggung dengan dada membusung dan raut wajah percaya diri, seolah-olah menjadi cahaya yang menarik perhatian siswa hingga akhir. 

Secara perlahan, siswa-siswa mulai berdiskusi tentang pidato tersebut. 

Aula dengan cepat kembali dipenuhi suasana yang ramai. 

Kita menang, kan!? Ini sudah pasti menang, kan!?

Ini sudah pasti menang!! 

Asahi-san dan Taisho berkata dengan penuh semangat. 

Tennouji-samaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!

Suminoe-san berteriak sambil meneteskan air mata. 

Kali ini, aku tidak bisa menyalahkan Suminoe-san atas kegilaannya. Melihat sekeliling, meskipun tidak berteriak, banyak siswa yang sangat bersemangat. 

Pidato Tennouji-san memang bagus, tapi… aku masih tidak bisa melupakan tentang perkara Tomonari-kun.

Kita melihat ke arahku

Mendengar pernyataan itu, Asahi-san dan Taisho juga menoleh ke arahku

Bener banget!! Tomonari-kun, kamu terlalu nekat!!

“Bukannya penyerahan suara ketua itu terlalu berlebihan? 

Ketika mereka mendesak, aku jadi merasa canggung. 

“Tidak, yah, aku juga merasa ragu, tapi… 

Sebelum berkonsultasi dengan Tennouji-san dan Narika, aku sudah memikirkannya dengan matang. Namun pada akhirnya, alasan utama mengapa aku tidak ingin menerima suara ketua adalah—. 

Aku tidak ingin terjebak pada hasil, aku ingin menjadi seseorang yang bisa membanggakan hasil tersebut…

Ketika memikirkan aku ingin menjadi orang yang seperti apa, aku menyadari bahwa aku tidak seharusnya menerima suara ketua.

Menjadi wakil ketua bukan berarti kita harus mengorbankan hal-hal penting. Hal itu sama saja dengan tidak ingin menyerahkan kemenangan kepada Tennouji-san. Penumpukan hal-hal seperti ini akan mengarah pada kepercayaan diri di masa depan. 

Ke... Keren banget...!!

Mendengar kalimat yang kukatakan, tatapan Taisho tampak bersinar. 

Tomonari...!! Kamu benar-benar orang yang keren...!!

Kalau sampai dibilang sejelas itu, aku jadi merasa malu juga... 

Aku mungkin telah mengucapkan sesuatu yang sedikit memalukan. 

Saat aku melihat ke arah Asahi-san sambil menggaruk pipi, dia tampak mengerang dengan wajah yang merah padam

Ahhhhhh~~~~... tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh, tidak boleh. Jika aku sampai ikut campur segala, semuanya akan menjadi rumit... Aku netral, aku netral, aku netralllllll~~~~~~...

Sambil memegang pipinya dengan kedua tangan, Asahi-san mengoceh sesuatu dengan suara pelan. 

...Akhir-akhir ini, Asahi-san kadang-kadang bertingkah aneh. 

Saat aku berpikir seperti itu, aku menyadari bahwa Suminoe-san sedang menatapku. 

Suminoe-san menatap wajahku dengan begitu tajam... 

...Yah, jika kamu ingin berada di sisi Tennouji-sama, sudah sewajarnya kamu bisa mengatakan hal seperti itu.

Aku tidak begitu mengerti maksudnya, tetapi sepertinya aku mendapatkan nilai kelulusan darinya

Asahi-san mengibaskan tangannya untuk mendinginkan wajahnya yang merah. 

Sejujurnya, itu benar-benar tekad yang luar biasa. Konohana-san juga berpikir begitu, kan?

Benar sekali. 

Hinako mengangguk pelan ketika Asahi-san memanggilnya. Sambil mengenakan kedok Ojou-sama yang sempurna, Hinako berbicara dengan ekspresi tenang. 

Kita harus mendirikan monumen di sini. 

Konohana-san?

Aku tidak bisa menahan diri untuk berseru padanya

Tolong jangan lakukan, itu akan merepotkan semua orang. 

Sepertinya, pidato berikutnya akan segera dimulai.

Suminoe-san berkata sambil melihat ke arah panggung. Pengaturan mikrofon dan pencahayaan sudah selesai, sisanya tinggal menunggu Jouto muncul. 

Sebelum pidato Jouto dimulai, aku mengamati siswa-siswa di sekitar. … Pidato Tennouji-san memang sempurna bahkan tanpa pilih kasih. Aku tidak lengah, tetapi suasana di aula terasa mendukung Tennouji-san. 

Dari sisi panggung, Jouto muncul. 

Aku bisa menebak setelah melihat wajahnya. 

Pertarungan pemilihan ini—sudah mendapat kejelasan

 

◇◇◇◇

 

Ketika Jouto Ren muncul di panggung, dirinya melihat ekspresi para siswa yang berkumpul di aula dan segera menyadarinya

(Aku kalah) 

Ren menyadari kekalahannya.  Satu pidato saja tidak akan mampu membalikkan suasana ini. 

(Mungkin, tingkat dukungan sudah berbalik pada pagi ini. Ditambah lagi dengan pidato itu. Dalam situasi seperti ini tanpa senjata pamungkas, mana mungkin aku bisa membalikkan keadaan.) 

Sambil berdiri di depan mikrofon, dirinya menarik napas dalam-dalam.

Pidato dapat dimulai kapan saja sesuai keinginan, tetapi sekarang setelah kekalahan dipastikan, tidak ada ruginya membuat siswa-siswa menunggu. 

Ren merenungkan hasil akhir ini, memikirkan penyebab kekalahan dengan seksama. 

(Pengunduran suara ketua menjadi dukungan terakhir yang menonjolkan ketulusan Tennouji-san dan Tomonari-kun. ...Sungguh, apa ini alami atau memang direncanakan?) 

Ren tersenyum tipis. 

Pada momen yang sangat kebetulan sekali, pernyataan itu diumumkan pada waktu seperti ini... 

Jika pengunduran suara ketua diumumkan segera setelah periode pemilihan dimulai, mungkin tidak akan ada dampak pada tingkat dukunganNamun, situasi pidato terakhir menambah drama bagi mereka berdua. Kebenaran yang begitu indah dan menyegarkan terungkap di momen terakhir. Siapa pun pasti akan bersemangat. 

Rumor yang disebarkan Maki juga menjadi bumerang. Dalam situasi di mana ada keraguan terhadap Itsuki, pengumuman pengunduran suara ketua menghasilkan drama balikan yang terlalu sempurna. 

Cahaya... 

Ren teringat apa yang harus ditunjukkan oleh Tennouji Mirei kepada siswa-siswa. 

Mirei yang sedang memberikan pidato di atas panggung memang terlihat bersinar. Namun, Ren tidak merasa kalah dalam pidato. Jika hanya mempertimbangkan penampilan saat pidato, justru dirinya lah yang lebih unggul. 

Namun, Ren menyadari sesuatu

Hal itu bukan berada di atas panggung. 

Ada cahaya ada di mata para siswa yang menatap Tennouji Mirei. Melihat pandangan para siswa yang menatap Mirei, Ren akhirnya menyadari apa itu cahaya. Itu benar-benar seperti yang dikatakan Mirei, kesegaran dan kesan cerah. 

Namun, bukan hanya Mirei yang memancarkan perasaan ini, setiap siswa memancarkannya satu per satu. 

Siswa-siswa yang mendukung Tennouji Mirei tampak sangat senang. Segar, percaya diri, dan penuh keyakinan. Orang-orang di sekitarnya juga demikian. Tomonari Itsuki, Asahi Karen, Taisho Katsuya, Suminoe Chika, Miyakojima Narika, dan Konohana Hinako... semuanya mendukung Mirei dengan wajah cerah. 

Inilah yang kurang bagi Ren. 

Ren membayangkan wajah Rintaro. Dirinya membayangkan wajah Maki. Di mata mereka yang menatap Ren, tidak ada cahaya yang bersinar. Hanya ada tatapan yang gelap, tidak alami, dan bergetar yang melihat Ren. 

Pada saat dirinya tidak bisa memberikan cahaya kepada mereka—Ren sudah kalah. 

(...Bagaimana caranya) 

Bagaimana caranya supaya dirinya bisa menang?

Cahaya yang ditunjukkan oleh Mirei adalah bidang yang kurang dikuasai Ren, tapi bukan berarti itu sesuatu yang tidak bisa ditirunya. Meskipun cara Mirei memberikan kesegaran kepada siswa-siswa berbeda, Ren memiliki cara untuk menipu siswa-siswa dan menunjukkan cahaya. Bagi seorang politisi, itulah taktik yang umum. Tidak perlu benar-benar bersih. Cukup berpura-pura dan meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya bersih. 

Namun, saat ini, Ren tidak memiliki visi yang diharapkan oleh banyak siswa seperti Mirei. 

Ren melihat ke arah mata para siswa. 

H Kepercayaan mereka pada Mirei sangat kuat dan tak tergoyahkan. Di dalamnya, sepertinya ada pemahaman yang mendalam terhadap Mirei. 

Saat itu, Ren teringat. 

Pada sesi acara pengalaman janji yang diadakan beberapa hari lalu. Ren tidak hanya mengawasi salon Narika, tetapi juga secara diam-diam mengamati Mirei. 

Di tengah pengamatan, Ren secara kebetulan mendengar percakapan. 

“Ara, sudah lama tidak bertemu, ya.

Oh, kamu masih ingat ya. Tahun lalu aku sekelas denganmu...

“Tentu saja aku masih mengingatnya. Ayo, silakan duduk di sini. 

Alasan mengapa Ren bisa mengingat isi percakapan itu karena siswa yang menyapa Mirei adalah teman sekelasnya. 

Ren yang berencana untuk menguatkan basisnya, menganggap lantai tiga gedung sekolah sebagai wilayahnya, dan mencoba menarik siswa-siswa dari kelas 2-D sampai 2-F berpihak pada kubunya

Namun, banyak siswa yang beralih dukungan di panggung. 

Sebagian besar siswa yang berpaling adalah kenalan Mirei dan Narika. 

(...Begitu ya

Ren merenungkan percakapan mereka berdua dalam benaknya sekali lagi. 

Tahun lalu. Itu adalah masa-masa di mana Ren tidak aktif. 

Ren sempat mengendurkan usaha sejak semester kedua kelas satu. Namun selama itu, Mirei dan yang lainnya terus menjalani kehidupan mereka dengan serius. Setiap pelajaran, ujian berkala, permainan manajemen, semuanya mereka jalani dengan sepenuh hati. 

Itulah perbedaannya. 

Ren tidak memiliki akumulasi pengalaman di masa lalu. 

Jadi rasanya wajar saja jika para siswa menunjukkan pemahaman yang lebih kepada Mirei dibandingkan Ren. 

Ren tersenyum. 

Pada akhirnya, cara berperilaku sehari-harilah yang membuat perbedaan. 

Jika saja dirinya telah berusaha sepenuh hati sejak kelas satu————————mungkin hasilnya akan berbeda. 

Namun, ini bukanlah dunia dalam perumpamaan

Di dunia ini————Ren telah kalah. 

“Namaku Jouto Ren.

Setelah keheningan yang panjang, Ren berbicara ke mikrofon. 

Aku berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukungku sampai saat ini.

Melihat Ren yang menundukkan kepala dengan dalam, siswa-siswa merasa gelisah. Mereka mungkin merasakan suasana yang berbeda dari pidato Ren yang biasanya penuh semangat. 

Setelah mengangkat wajahnya, Ren teringat pada orang-orang yang mendukungnya. Rintaro, Maki... dalam hatinya, ia meminta maaf kepada mereka dan membuka mulutnya. 

Namun, aku menyadari kekurangan kemampuanku. 

Auditorium menjadi ramai. 

Aku jadi mendapati diriku ingin melihat visi yang digambarkan oleh Tennouji-san tentang akademi.

Suara Ren bergema di auditorium yang luas. 

Ia ingin melihatnya... cara gadis yang terlalu bersih dan murni itu dalam menjalani hidupnya

Wujud baru akademi yang mereka jalin. 

Oleh karena itu, aku akan memberikan suara kepada Tennouji-san.

Ia meninggalkan panggung dan kembali ke sisi panggung. Tidak ada tepuk tangan. Mungkin mereka merasa bingung. Namun, setelah sedikit terlambat, para siswa menyadari bahwa Ren telah mengangkat bendera putih. 

Melihat ke arah auditorium yang tiba-tiba ramai dan gaduh, Ren menundukkan kepala kepada Maki yang berada di sisi panggung. 

Maaf, aku tidak bisa memenuhi harapanmu.

Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf. 

Maki menatap Ren dan berkata, 

“Jauh di dalam lubuk hatimu, bukannya kamu mengharapkan akhir seperti ini?

Jantung Ren berdebar. 

Ia teringat beberapa hari yang lalu. Saat Rintaro menjalankan kampanye negatif, Ren memang sudah membayangkan masa depan ini. Demi bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat oleh juniornya, satu-satunya cara adalah mengundurkan dari mengincar posisi ketua. Bohong rasanya jika ia mengatakan tidak pernah memikirkan hal itu. 

Itulah sebabnya, pada hari sebelum debat, ia mengizinkan rencana mencuri informasi yang diajukan oleh Maki. Jika harus mundur, setidaknya ia ingin mengambil peran untuk memberikan peringatan. 

...Mungkin begitu.

Ren mengangguk pelan. 

Tapi, aku bertarung dengan serius. 

Ren mengatakannya dengan tegas. Di suatu tempat dalam hatinya, ada perasaan bahwa ada bagusnya dirinya kalah. 

Namun, di sisi lain, ia juga ingin menang. — Jika tidak, apa arti dari penyesalan ini? Ketika menyadari bahwa dirinya kalah, mengapa ia mencari penyebab kekalahan? 

Ia ingin menang. 

Ia ingin memimpin akademi ini. 

Jouto-senpai—!!" 

Diiringin suara langkah kaki yang besar, seorang siswa berlari masuk ke sisi panggung. Rintaro berlari mendekati Ren yang terkejut. 

Rintaro—

—Apa ini karena salahku!?

Rintaro berteriak. 

Air mata mengalir dari matanya. 

Apa ini karena aku sudah melakukan hal yang tidak perlu...!? 

“...Tidak, bukan itu.

Ia bertarung dengan serius dan kalah. 

Meskipun di suatu tempat dalam hatinya ia menginginkan kekalahan, Ren tidak berniat untuk bersantai. Ia telah mengeluarkan semua kekuatan yang bisa dikeluarkan. Itulah pertarungan yang bisa ia banggakan. 

Rintaro. ...Sejak awal aku sudah menyerahkan semuanya kepada orang lain.

Ren menjelaskan alasan kekalahannya yang ia pikirkan di atas panggung. 

Aku ingin Konohana-san menjadi ketua, dan setelah mengetahui bahwa dia tidak akan ikut dalam pemilihan, aku sempat berharap seseorang akan memahami niat kami. 

Namun, selama waktu itu, Rintaro yang merasa tidak sabar malah beralih ke rencana. Ren pun sedikit demi sedikit menjadi lebih positif dalam pemilihan, tetapi tetap saja sudah terlambat. 

Orang yang selalu menyerahkan segalanya kepada orang lain, ingin menang di akhir... kupikir aku terlalu egois.

Ini bukan hanya tentang periode pemilihan.

Perbedaan antara kemenangan dan kekalahan adalah seberapa tulus mereka menjalani hidup selama berbulan-bulan menjelang hari ini. 

Dari sisi panggung, Ren melihat keadaan siswa-siswa. 

Para siswa yang sebelumnya bingung kini tenang dan merayakan kemenangan Mirei. Setelah Ren mengumumkan kekalahannya, kemenangan Mirei sudah pasti. 

Di tengah kerumunan, Mirei yang disambut tepuk tangan berdiri dengan bangga. 

Ren juga memberikan tepuk tangan dari sisi panggung. 

Saat ini, mari kita rayakan. ...Jangan khawatir, hidup itu panjang. Pelajaran dari kali ini bisa kita gunakan di lain waktu. 

Hidup itu panjang. Oleh karena itu, kita bisa membangun sesuatu. 

Ren merasa bersyukur bisa menyadari hal itu sebelum menjadi dewasa. 

Aku tidak akan pernah melupakan hari ini.

Ren menatap Mirei dengan tatapan seolah melihat sesuatu yang cemerlang

Di dalam matanya, ada cahaya yang bersinar.


◆◆◆◆

(Sudut Pandang Itsuki)

 Setelah Jouto menyelesaikan pidatonya, kami menuliskan nama kandidat yang ingin kami pilih pada kertas suara yang sudah dibagikan di kelas sebelumnya, lalu memasukkannya ke dalam kotak suara yang diletakkan di dekat dinding auditorium. 

Setelah pemungutan suara selesai, kami kembali ke kelas dan menunggu hasil penghitungan. 

Sementara Fukushima-sensei mengawasi para siswa, siaran dimulai. 

Mulai sekarang, kami akan mengumumkan hasil pemilihan OSIS angkatan ke-72. 

Siswa-siswa menutup bibir mereka rapat-rapat. Dalam suasana yang tegang, suara itu bergema. 

“Ketua OSIS yang terpilih adalah Tennouji Mirei-san. 

Meskipun aku sudah menduganya―――― aku mulai mengendurkan bahuku yang tegang

Para siswa dari Kelas 2-A memberikan tepuk tangan untuk Tennouji-san yang tidak ada di sini. Tepuk tangan yang terdengar dari kelas sebelah pun bisa dibilang sebagai ungkapan kepercayaan mereka kepada Tennouji-san. Melihat wajah teman-teman sekelas, aku bisa merasakan bahwa semua orang mengharapkan masa depan yang cerah. 

Apa itu cuma imajinasiku saka kalau aku bisa mendengar suara tawa yang meriah, Ohhhhhhohohoho!!”, dari jauh? ...Meskipun bukan hanya perasaanku saja, mungkin hari ini bisa dimaafkan. 

Ketika tepuk tangan mereda, jantungku mulai berdebar kencang. 

Ketua OSIS telah diumumkan. Jika memang begitu, selanjutnya — giliranku.

Sekilas, hatiku mengeluarkan suara lemah. ...Karena Tennouji-san sudah berhasil menjadi ketua OSIS, bukannya itu sudah cukup? Tujuanku telah tercapai. Aku masih bisa mendukung Tennouji-san tanpa menjadi wakil ketua OSIS, dan aku bisa menyerahkan sisanya kepada Rintaro. 

Dengan cara berpikir seperti itu, aku mencoba untuk menguatkan diriku yang ingin merasa lega. 

Tidak, aku tidak mau. 

Aku ingin menang. 

Bukan orang lain — akulah yang ingin mendukung Tennouji-san

Selanjutnya, kami akan mengumumkan anggota OSIS lainnya.

Napasku terhenti. 

Setelah jeda keheningan yang terasa selamanya, suara itu bergema. 

Wakil ketua OSIS, Tomonari Itsuki-san. Bendahara, Abeno Haruka-san. Sekretaris, Yodogawa Ryuji-san. Urusan umum, Miyakojima Narika-san. 

Kali ini — akhirnya aku bisa menyantaikan seluruh tubuhku

Aku bersandar pada sandaran kursi dan menatap ke langit-langit. Jika Tennouji-san melihatku, mungkin dia akan marah dan berkata, Jaga posturmu! tetapi aku tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. 

Rasanya aku baru saja melakukan perjalanan yang pannjang... 

Rasanya benar-benar sulit untuk sampai ke titik ini... 

Saat aku mengingat semua kesulitan yang telah dilalui, tepuk tangan dari teman-teman sekelas memberkatiku. Semua orang melihat ke arahku. Dalam tatapan itu terdapat kepercayaan yang kuat... 

Para siswa yang terpilih sebagai anggota OSIS, silakan berkumpul ke ruang OSIS.

Ah... benar juga

Karena sudah terpilih, aku harus pergi ke ruang OSIS dulu untuk perkenalan. Tubuhku yang tiba-tiba terasa berat kembali aku gerakkan, dan aku berdiri menuju lorong. 

Di tengah perjalanan — 

Selamat, ya! 

Seseorang menyapaku. 

Kerja bagus!

Aku berharap banyak padamu!

Semangat ya!

Aku mendukungmu!

Semua orang menyemangatiku. 

Ketika aku mendengar tepuk tangan dan suara dukungan yang menggema, mataku terasa panas, dan aku terhenti sejenak. Suara tawa kecil membuatku merasa malu. Sambil berpikir betapa menyedihkannya diriku, aku mengusap sudut mataku dengan punggung tangan. 

Tanpa mengandalkan suara Ketua, aku bisa menjadi wakil ketua berkat dukungan semua orang. 

Semua orang telah mempercayaiku. 

—Terima kasih, semuanya!!

Sambil menahan air mata, aku membungkuk dalam-dalam. Di tengah tepuk tangan yang tak kunjung berhenti, aku mengangkat wajahku dan bertemu tatapan Hinako. Aku memahami kata-kata yang tersimpan dalam tatapannya dan membalasnya dengan tatapan yang sama. 

—Selamat jalan. 

—Aku pergi. 

aku akan menjadi orang yang tidak akan diomeli oleh siapa pun meskipun berada di samping Hinako. 

Hari ini, aku telah mendekati tujuan itu dengan signifikan. Mungkin aku belum sepenuhnya mencapainya. Namun, aku pasti sudah berada di jalur yang benar. Teruslah berjalan lurus. Instingku berkata demikian.

Dalam perjalanan menuju ruang OSIS, para siswa bertepuk tangan hanya dengan berjalan di sepanjang lorong. Rasanya seperti sedang dalam pawai kemenangan. Aku membungkukkan kepala beberapa kali sambil berjalan. 

Didorong oleh sorakan dan tepuk tangan, aku akhirnya sampai di depan ruang OSIS, mengambil napas dalam-dalam, lalu mengetuk pintu. 

Masuklah.

Suara yang familiar terdengar dari dalam ruangan, dan aku memiringkan kepalaku dengan bingung. Ketika membuka pintu, di depanku berdiri sosok yang memang seperti yang kubayangkan. 

Minato-senpai?

Aku sudah menunggumu, Tomonari-kun. ...Selamat, mulai hari ini kamu adalah wakil ketua OSIS.

......Terima kasih. 

Aku mengucapkan terima kasih dengan sedikit bingung. Aku mendengar bahwa pertemuan ini demi memperkenalkan anggota OSIS lainnya, tapi... apa anggota OSIS tahun lalu juga akan ikut hadir? 

Sambil aku berpikir demikian, Minato-senpai tersenyum padaku

Untuk penyerahan tugas, ketua OSIS sebelumnya menyambut para pengurus yang baru terpilih di ruangan ini setiap tahun.

“.........Begitu ya. 

Aku mengerti bahwa ini demi penyerahan tugas. 

Namun, Tennouji-san dan yang lainnya masih belum datang. 

...Mungkin aku datang terlalu cepat. Karena jumlah tepuk tangan dan sorakan yang luar biasa, aku merasa terkejut dan malu, sehingga terburu-buru datang kemari

Seharusnya aku bisa datang dengan lebih santai. 

Sepertinya anggota lainnya masih membutuhkan waktu. ...Ini cukup menguntungkanku.

Apa maksudnya dengan menguntungkan

Minato-senpai menatapku. 

Tomonari-kun. Mari kita bicara sebentar.

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Minato Maki)

 

Sambil menatap Itsuki, Minato Maki teringat pada kenangan saat dia masih kelas satu SMA dulu

Ketika dirinya baru saja masuk Akademi Kekaisaranbisnisi grup Rakuou yang dikelola keluarganya mengalami stagnasi dalam kinerja. Meskipun bisnis penjualan adalah spesialisasi grup Rakuou, dalam sepuluh tahun terakhir, pasar telah matang, dan keuntungan mengalami kesulitan untuk tumbuh. 

Demi memperbaiki kinerja yang stagnan, ayah Maki menanggapi permintaan para pemegang saham dengan merombak jajaran manajemen perusahaan terkait penjualan jarak jauh dan merumuskan langkah-langkah untuk meningkatkan keuntungan. 

Pada saat itu, seorang monster yang bernama Konohana Takuma diundang sebagai penasihat eksternal. 

Inilah yang menjadi awal pertemuan antara Maki dan Takuma.  

“Heejadi kamu juga memikirkan hal yang sama? 

“Iya!

Kejadiannya bermula saat Maki menghadiri jamuan makan malam bersama ayahnya dan Takuma.

Sejak kecil, Maki telah melihat grup Rakuou melalui punggung ayahnya dan memprediksi bahwa suatu saat divisi penjualan jarak jauh akan terpaksa menyusut, serta merumuskan langkah-langkahnya sendiri untuk mengatasinya. 

Saat dia menjelaskan pemikirannya di meja makan, ayahnya terkejut, sementara Takuma menunjukkan ketertarikan. 

Langkah-langkah yang dirumuskan Maki mirip dengan strategi yang diajukan Takuma sebagai penasihat kepada ayahnya. 

Begitu menyadari hal itu, Maki merasa sangat bersemangat. — Kemampuannya sudah diakui di dunia orang dewasa. Nyatanya, orang yang memiliki nilai-nilai yang mirip dengannya telah berhasil di dunia orang dewasa. 

Pada saat itu, Takuma menjadi penunjuk jalan bagi Maki. Meskipun Takuma mengajukan usulan yang mirip dengan Maki, isi dari proposal tersebut jauh lebih tajam dan detail dibandingkan milik Maki. Dengan kata lain, Takuma adalah sosok yang lebih unggul dari Maki dan merupakan perwujudan masa depan yang ingin dicapainya. 

Maki bertekad untuk mengamati dan belajar dari taktik Takuma. Semakin banyak yang dia ketahui tentang pengetahuan dan pengalaman Takuma sebagai konsultan, semakin dirinya terkesan. Dan yang terpenting, Takuma memiliki kemampuan luar biasa dalam memotivasi orang. Dia mulai berharap ingin menjadi orang yang seperti itu suatu hari nanti. 

Tak mampu menahan perasaannya yang berkembang, suatu hari Maki akhirnya meminta kepada Takuma. 

“Tolong jadikan aku muridmu!! 

Melihat Maki yang membungkukkan kepala dalam-dalam, Takuma menghela napas kecil. 

Ya sudah, mau bagaimana lagi.

Maki yang diakui sebagai murid merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. 

Namun, dia tidak menyadarinya. Pada saat itu, yang dipikirkan Takuma adalah seberapa kuat koneksi dengan grup Rakuou harus dibangun. Koneksi dengan grup Rakuou, yang telah menguasai industri dengan kecepatan yang luar biasa sejak pendiriannya, juga merupakan hal yang berharga bagi Takuma. 

Takuma tidak memperlakukan Maki dengan sembarangan karena ingin menjaga hubungannya dengan grup Rakuou. 

Ia mengizinkan Maki menjadi muridnya karena menilai bahwa hal itu akan memperkuat koneksinya dengan presiden perusahaan, ayah Maki. 

Maki tidak menyadari bahwa Takuma sejak awal tidak tertarik pada kemampuannya. Oleh karena itu, akhir yang mengejutkan pun tiba. 

Takuma-san! Aku sudah mengatur dokumennya!

Ah, ya. Letakkan di sana. 

Maki menjalani studi sambil menjadi asisten Takuma. 

Dia tidak hanya melakukan pekerjaan sepele. Terkadang ada pekerjaan yang lebih serius, dan mereka juga melakukan konsultasi bersama. Meskipun masih kurang pengalaman dibandingkan Takuma, terkadang dia merasa bisa memberikan pendapat yang tajam. Beberapa ide tersebut pernah diadopsi oleh Takuma, dan Maki merasa telah mencapai hasil dengan caranya sendiri. Dia tidak berniat meremehkan Akademi Kekaisaran, tetapi dia merasa apa yang dia lakukan sudah melampaui batasan seorang pelajar. 

Namun, mengapa? Pandangan Takuma terhadap Maki tidak pernah berubah. 

Sepertinya ia tidak tertarik pada apakah seseorang berguna atau tidak... 

Pada suatu hari, Takuma memberikan beberapa dokumen kepada Maki. 

Sepertinya perusahaan ini sedang mengalami masalah dengan mitra bisnis.

Karena perusahaan tersebut merupakan tempat yang pernah dia kunjungi bersama Takuma, Maki segera mengangguk. Mereka pasti sedang ragu untuk mengalihdayakan sebagian dari bisnis mereka, tapi mencari mitra baru menunjukkan bahwa mereka sudah mengambil keputusan. 

“Bisa tolong carikan mitra potensial dari daftar ini? 

Maki terbelalak. 

Ini adalah pekerjaan dengan tanggung jawab yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. 

Sebelumnya, dia hanya diizinkan untuk memberikan saran, tetapi kini dia akhirnya bisa memilih mitra bisnis sendiri. Maki merasa bahwa usahanya telah membuahkan hasil dan merasa senang di dalam hatinya. 

Sambil memegang daftar yang diberikan oleh Takuma di tangannya, Maki bersinar penuh semangat. 

“Baiklah!! Tolong beri aku waktu sekitar seminggu!! 

“Kamu ini bicara apa? 

Takuma menjawab dengan tenang. 

Kamu harus memilihnya sekarang.

Tatapan matanya yang dingin seperti es menatap tajam ke arah Maki. 

Beberapa saat kemudian, Maki akhirnya mengerti. Ini bukanlah pekerjaan dengan tanggung jawab besar. Usahanya selama ini bukan berarti bahwa dia telah mendapatkan kepercayaan. 

Sebaliknya... 

Takuma sedang menguji bakat Maki. 

Waktu dan informasi yang diberikan. Apa dia bisa menggunakan semua itu untuk menghasilkan jawaban yang ideal? 

Maki merasa itu mustahil. Daftar calon mitra bisnis yang tertulis ada lebih dari dua puluh. Seharusnya dia meneliti kekuatan dan kelemahan masing-masing perusahaan dengan teliti, dan jika perlu, mengunjungi perusahaan untuk mendengarkan penjelasan mereka, kemudian mempertimbangkan dengan matang sebelum akhirnya mendapatkan jawaban. Itulah yang dimaksud dengan konsultasi. 

Namun, Takuma mungkin bisa mendapatkan jawaban hanya dengan informasi yang ada di tangannya. 

Baru sekarang Maki akhirnya mengerti apa yang dicari oleh Takuma. 

Hal yang dicari Takuma adalah bakat luar biasa yang setara dengan dirinya. 

Dia mampu melakukan pekerjaan meskipun masih berstatus pelajar. — Kemampuan seperti itu tidak ada artinya bagi Takuma. Dirinya tidak tertarik pada keterampilan kecil atau trik-trik sederhana. Secara sederhana, Takuma tidak peduli pada hasil yang diperoleh melalui usaha. Hanya bakat alami yang menarik perhatian Takuma. 

Pada akhirnya — Maki tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan bagi Takuma. 

Melihat Maki yang tidak bisa menjawab dengan cepat, Takuma menguap ringan sebelum mulai bekerja di laptopnya. Maki yang masih memegang daftar itu berdiri diam selama beberapa saat, dan setelah sepuluh menit, dia merangkum jawabannya dan menyampaikannya kepada Takuma, tetapi yang dia dapatkan hanyalah sebuah desahan. 

“Bagaimana kalau kita mengakhiri hubungan guru-murid ini? 

Pastinya kamu tidak berencana untuk terus bergantung pada hal itu, ‘kan?

Tatapan Takuma membuat Maki hanya bisa mengangguk. Dia menyadari bahwa sejak awal dia tidak pernah diharapkan, dan Maki merasa tidak memiliki kepercayaan diri untuk terus menjadi murid Takuma. 

Takuma tampaknya telah berhasil membangun koneksi dengan grup Rakuou. Sejak saat itu, Takuma tidak lagi berhubungan dengan Maki, dan Maki pun mulai menghindari Takuma. 

Maki menjadi ketua OSIS hanya karena keadaan. Selama menjadi murid Takuma, dia berusaha keras dalam studinya agar diakui lebih oleh Takuma, dan tanpa disadari, dia telah masuk ke jalur untuk menjadi ketua OSIS. Dengan dukungan dari orang-orang di sekelilingnya, Maki secara otomatis terpilih menjadi ketua. 

Ketika terpilih menjadi ketua OSIS karena kebetulan, Maki merasa kecewa dengan Akademi Kekaisaran. Dia berpikir, jika hanya dengan kemampuan cetek dirinya bisa menjadi ketua, maka Akademi Kekaisaran hanyalah kumpulan siswa muda yang kekanak-kanakan. 

Namun, Takuma bahkan sudah kehilangan harapan pada Maki. 

Sepertinya tidak ada orang di akademi ini yang bisa memuaskan pria itu. Mungkin bahkan tidak ada di dunia orang dewasa. 

Seorang gadis kecil yang ingin menjadi muridnya adalah impian yang mustahil. 

Setidaknya, dia ingin bangga karena pernah menjadi muridnya, dan menjalani kehidupannya ke depan

Dengan pemikiran itu, Maki memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Takuma. 

——————Namun. 

Namun, pria itu muncul. 

Murid dari pria itu. 

Anak yang bisa memuaskan Takuma. 

Apalagiia terdaftar di Akademi Kekaisaran ini———. 

(…………Aku sudah dibuang) 

Sambil berusaha menahan perasaan yang bergejolak di dalam dirinya, Maki menatap laki-laki di depannya. 

Tomonari Itsuki. …Dia menyadari bahwa Itsuki adalah murid Takuma ketika mendengar reputasinya di permainan manajemen dan menyelidiki kemampuan manajerialnya. 

Saat itu, dia terkejut. 

Manajemen Itsuki seperti salinan hidup Takuma. 

Maki yang penasaran kemudian menyelidiki Itsuki lebih lanjut. Jika ia berteman baik dengan Konohana Hinako yang merupakan Ojou-sama sempurna, tidak heran jika ia ada hubungannya dengan Takuma. Semakin dia menyelidiki, semakin terlihat bahwa Takuma berada di belakang Izuki, dan sebelum pemilihan, dia menelepon Takuma untuk memastikan. 

Tomonari Itsuki.  

Murid orang itu. 

Maki memiliki hak untuk menilai bakatnya. 

Sejujurnya, aku berusaha mematahkan semangatmu di debat,” kata Maki. 

“Kupikir kamu tidak bisa bangkit kembali, atau mungkin kamu juga akan terjerumus ke jalan yang salah... tapi aku penasaran, alasan kamu tidak melakukannya mungkin karena kedua calon ketua itu?

……Benar. Jika tidak ada Tennouji-san dan Naruka, mungkin aku akan menggunakan cara yang sama sepertimu.

Mendengar jawaban itu, Maki mengangguk puas. 

Maki memiliki kecurigaan bahwa Tennouji Mirei dan Miyakojima Narika bergantung pada Itsuki. Jika Itsuki jatuh ke dalam keputusasaan, dia berpikir bahwa kedua orang itu juga akan jatuh bersamanya, tapi sepertinya itu hanya kekhawatiran yang tidak perlu. 

Pengalaman janji kampanye itu sangat mengesankan. …Murid-murid Akademi Kekaisaran sering memiliki pandangan yang realistis. Khususnya bagi siswa yang bercita-cita menjadi pengusaha, strategi untuk membangun kerangka bahkan hanya sebagai bentuk sangat efektif.

Sambil berkata demikian, Maki mengambil dokumen yang ada di atas meja. 

Apa kamu tahu pekerjaan pertama OSIS?

……Mengelola festival budaya, bukan?

Benar sekali. Meskipun itu acara tahunan, karena ini adalah waktu di mana sistem belum sepenuhnya terbentuk, ada banyak yang harus dilakukan. Aku juga mengalami kesulitan, jadi aku berpikir untuk membantumu sedikit. 

Maki memberikan dokumen itu kepada Itsuki. 

Aku sudah merangkum daftar calon pemasok untuk perlengkapan yang akan digunakan di festival budaya. …Tomonari-kun, bisakah kamu memilih mitra bisnis yang potensial dari sini?

Memilih... maksudnya sekarang?

“Iya.

Maki mengangguk. 

“Kamu harus memilihnya sekarang.

Maki mengulangi kembali ujian yang pernah membuatnya gagal di sini. 

Itsuki menerima dokumen dengan sedikit kebingungan dan membacanya. 

Jawaban seperti apa yang akan diberikan? 

Apa ia tidak bisa memberikan jawaban langsung seperti dirinya di masa lalu

Apa ia akan memberikan jawaban yang sembarangan dengan keringat dingin mengalir, menggunakan pengetahuan seadanya seperti dirinya

“Hmm benar juga...

Sambil membaca-baca isi dokumen, Itsuki tiba-tiba membuat ekspresi bingung. 

Ia memiringkan kepalanya dan kemudian melihat Maki dengan tatapan penuh rasa penasaran――

 

――Semuanya cukup bagus. 

 

Dia menjawab dengan seolah-olah itu hal yang biasa. 

Semua mitra bisnis yang tertera di sini cukup unggul, bukan? …Seperti yang diharapkan dari mantan ketua. Terima kasih banyak telah menemukan mitra yang dapat dipercaya.

Jawaban yang diberikan sempurna. 

Seperti yang dikatakan Itsuki. …Maki memang sudah mencantumkan hanya mitra yang unggul sejak awal. Ini adalah ujian yang dirancang sedemikian rupa sehingga memilih satu perusahaan saja bisa menjadi kesalahan. 

Namun, jawaban yang kembali terdengar sempurna, bahkan sampai terasa sarkastis. 

Ahahahahahaha――!!

Maki tertawa. 

Itsuki terkejut dengan kejadian mendadak ini. Namun, yang benar-benar terkejut adalah Maki. 

――Aku benar-benar kalah. 

Maki menyadari. Dia benar-benar sudah dikalahkan oleh anak ini. 

Tatapan Takuma tidak salah. Pria itu pasti memperhatikan anak ini. 

Dirinya tidak merasa kecewa. Sebaliknya, dia justru merasa lega. Emosi yang telah terpendam dalam hatinya selama ini akhirnya mulai menghilang. 

(Ahh, aku…………) 

Sambil tertawa, Maki teringat pada Takuma. 

Dia tidak ingin mengakuinya. Sebenarnya, dia ingin berdebat berkali-kali. Bahwa dia pantas menjadi murid Takuma. Jika dia dilepaskan, tidak akan ada murid yang seunggul dirinya lagi. 

Namun, orang semacam itu tetap muncul. 

Seseorang yang lebih pantas bagi pria itu daripada dirinya. 

(Aku………… tidak diakui oleh orang itu) 

Emosi yang dengan susah payah dipendam di dalam hatinya mulai mengalir keluar. 

Mulai sekarang, sepertinya dia bisa melangkah maju ke depan.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama