Epilog
Setelah
semua anggota OSIS
berkumpul, kegiatan serah terima oleh Minato-senpai
dimulai.
Meskipun
disebut serah terima, sebagian besar dokumen yang diperlukan sudah disiapkan,
jadi Minato-senpai cuma mengajari kami cara penggunaan peralatan
yang bisa diselesaikan dengan penjelasan lisan. Dia mengatakan bahwa akuntansi
harus menggunakan perangkat lunak ini, dan urusan umum harus dikelola dengan
buku panduan ini...
Setelah
semua penjelasan selesai, Minato-senpai dengan sigap meninggalkan ruangan.
Sekarang
hanya tersisa anggota OSIS untuk
periode ini, seolah-olah dia ingin kami menikmati waktu tanpa gangguan.
“Akulah Ketua OSIS sekarang, Tennouji
Mirei desuwa!!”
Tennouji-san
menyapa dengan suara keras.
“Aku
tidak berniat menjadi wanita yang cuma bisa berbicara. Seperti yang sudah kukatakan dalam pidato terakhir, aku
ingin menjadi panutan bagi para siswa.”
Tennouji-san
berkata dengan tekad yang kuat di
matanya.
Pasti ada
banyak orang yang hanya mengeluarkan janji manis cuma demi mengumpulkan
dukungan. Namun, harga diri Tennouji-san takkan mengizinkan hal itu.
“Oleh
karena itu... Aku mohon
kerjasamanya demi mewujudkan hal itu.”
Dengan
mengatakan itu, Tennouji-san menundukkan kepala.
Semua
orang terkejut. Tentu saja, aku juga terkejut.
Tennouji-san
telah menunjukkan betapa dapat diandalkannya dirinya
dalam pidato terakhir. Namun, hal pertama yang dia lakukan saat bertemu anggota OSIS baru ialah
menundukkan kepala... pasti semua orang tidak menduga hal itu.
Namun,
ketulusan Tennouji-san dapat dirasakan dari postur
tubuhnya.
Menjadi
panutan. Akan memimpin. Tennouji-san mengatakannya, tapi dia tidak sedang
merasa sombong. Tennouji-san pertama kali menundukkan kepala untuk memberi tahu
semua orang bahwa dia tidak menginginkan permainan satu orang.
“Aku
juga hanyalah manusia. Meskipun aku ingin memimpin para siswa, pasti ada banyak
hal yang tidak berjalan dengan baik. Pada saat
itu, aku ingin kalian semua mendukungku. Aku yakin, mulai sekarang, aku akan
menunjukkan kelemahanku hanya kepada kalian.”
Jika
sosok Tennouji-san yang memimpin adalah sisi dirinya
yang terlihat, maka sosok Tennouji-san saat berinteraksi
dengan anggota OSIS adalah sisi tersembunyinya.
Demi
bergerak dengan anggun di atas panggung, dibutuhkan dukungan dari orang-orang
di balik panggung. Oleh karena
itu, dia meminta dukungan. Dengan pernyataan itu, aku mengangguk dengan
kuat.
“Aku
pasti akan mendukungmu.”
Aku menjawab
demikian sembari bertepuk tangan.
Aku akan
mendukungmu. Sambil
mengucapkan itu, aku tiba-tiba teringat pada Hinako.
Hinako, yang
harus menjaga citra Ojou-sama yang sempurna,
justru bersantai sepenuhnya dalam kehidupan pribadinya.
Mungkin Tennouji-san
juga akan berada dalam posisi serupa di masa depan.
Tennouji-san
yang terlihat saat memimpin siswa.
Sisi
tersembunyi Tennouji-san yang berusaha keras di ruang OSIS.
... Jika memang begitu, maka itulah bidang keahlianku.
Aku bukan
pengurus tanpa alasan. Mengurus seorang
Ojou-sama yang bekerja keras untuk menjaga citranya merupakan hal yang sudah biasa bagiku.
“Aku tidak
sabar untuk bekerja denganmu.”
"Terima
kasih!"
Abeno-san
dan Yodogawa-kun juga menyapa sambil bertepuk tangan.
Terakhir,
Narika tersenyum.
“Aku
bangga bisa bekerja di bawah Tennouji-san.”
Dorongan
semangat dari Narika, yang sebelumnya merupakan rival, pasti sangat menyentuh
hati. Tennouji-san mengerutkan wajahnya sejenak, lalu menguatkan matanya seolah
menahan air mata.
Suara
tepuk tangan terdengar.
Kupikir
pertemuan ini akan berakhir dengan suasana yang baik, tetapi...
“Yah,
sebenarnya aku lebih suka jika Miyakojima-san yang menjadi ketua.”
Abeno-san
dengan santai mengungkapkan hal itu.
“Ap—!?
Ke-Ke-Ke-Kenapa!?”
“Karena
dia yang pertama mengundang kami dalam jamuan
minum teh. Meskipun kemudian Tennouji-san juga melakukannya, itu adalah ide Miyakojima-san,
kan?”
Abeno-san
melihat Narika dengan ekspresi tenang.
“Y-Ya...”
Narika
yang tidak bisa berbohong, hanya bisa
mengangguk dengan ragu. Sepertinya
Abeno-san saat ini lebih mengagumi Narika daripada Tennouji-san.
Tennouji-san
menatap Narika dengan tatapan penuh penyesalan.
“Miyakojima
Narika...!! Sudah kuduga, kamu memang sainganku...!!”
“Kenapa
aku yang seharusnya menjadi teman malah ditatap seperti itu!?”
Aph
semuanya baik-baik saja...?
Apa angkatan OSIS ini bisa bersatu dengan
baik...?
Aku
berpikir seperti itu sambil menetapkan tujuan di dalam hatiku.
Sebagai
wakil ketua, tugasku tentu saja untuk mendukung
Tennouji-san. Namun, di
samping itu, aku memiliki sesuatu yang ingin kulakukan sebagai wakil
ketua.
Aku
teringat pada sesuatu yang
dikatakan Minato-senpai, mantan ketua OSIS.
— Di akademi ini, ada orang-orang yang melakukan hal-hal yang tidak
terpuji.
(... Aku
ingin memastikan orang-orang seperti itu tidak muncul.)
Dunia di
mana orang jujur dihargai mungkin terdengar terlalu idealis. Namun, jika
bersama Tennouji-san, aku berpikir mungkin kita bisa mencapainya.
Ada banyak
orang di akademi ini yang menderita karena
tanggung jawab keluarga mereka.
Hinako juga begitu, Tennouji-san juga sama,
dan Narika juga. Asahi-san dan Rintaro, serta Jouto,
semuanya tampaknya terguncang oleh beban tersebut.
Apa aku
bisa menjulurkan tanganku kepada
orang-orang seperti mereka?
Jika
mereka bisa memiliki sedikit kelegaan dalam hati mereka, pasti orang-orang yang
tidak terpuji tidak akan muncul.
(Masalah
yang hanya ada di Akademi Kekaisaran...
sebagai orang biasa, aku ingin menyelesaikannya.)
Aku
yang dulu pasti akan mengatakan sesuatu yang bodoh seperti itu. Namun, setelah
mendengar janji Jouto untuk menjadikan Akademi Kekaisaran
lebih terbuka untuk orang-orang biasa, aku tidak bisa lagi mengolok-ngoloknya.
Jika
pandanganku sebagai orang biasa ini bisa berguna, maka
aku akan memanfaatkannya sepenuhnya demi Tennouji-san.
Tujuanku
adalah―――― menciptakan akademi di mana semua orang dapat menjalani
kehidupan yang mulia.
