Chapter 4 — Karena Aku Ingin Bertanding dengan Jujur dan Adil
Bagian 2
(Sudut
Pandang Itsuki)
Sepulang sekolah pada hari ketujuh masa
pemilihan. Setelah
menyelesaikan pidato masing-masing, kami berkumpul di kafe.
Kami
duduk mengelilingi satu meja dengan tujuh orang, sehingga terlihat sedikit
mencolok, jadi kami diminta untuk duduk di tempat yang lebih dalam. Anggotanya
adalah orang-orang yang sudah dikenal sebagai anggota
pertemuan teh yang mulia yaitu aku,
Hinako, Tennouji-san,
Narika, Asahi-san, Taisho dan sebagai satu-satunya junior, Rintarou.
“Begitu
ya.”
Ketika
semua minuman tiba, Rintarou adalah yang pertama kali mengambil satu tegukan
kopi.
“Jadi,
kalian berkumpul hanya untuk seorang junior…?”
“Bukannya begitu.”
Asahi-san
menjawab sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku
mengundang semua orang karena ingin mereka
juga mendengar pembicaraan yang akan dimulai. …Sekarang, yang akan berbicara
dengan Rintarou hanyalah aku dan Tomonari-kun.”
Memang.
Dari pihak kami, tidak ada niat untuk membuat Rintarou merasa tertekan. Meskipun
bisa terlihat seperti itu, jika ia bisa bercanda seperti sekarang, seharusnya
tidak masalah.
Lagipula,
situasi ini juga merupakan akibat dari tindakan Rintarou sendiri.
“Semua
orang yang ada di sini adalah pihak yang terlibat dalam apa yang akan dibicarakan.
Misalnya, tentang kampanye negatif.”
Tentunya,
Tennouji-san dan Narika adalah pihak
yang terdampak dalam kampanye negatif tersebut. Alasan Taisho ada di sini akan
dibicarakan nanti. Dan
alasan Hinako ada di sini―― mungkin karena Hinako juga merupakan pihak yang
terlibat dalam masalah ini.
“Pertama-tama,
ada hal yang perlu aku bagikan kepada kalian.”
Aku
memutuskan untuk membagikan informasi yang telah kami miliki kepada Tennouji-san dan Narika.
“Semua
kampanye negatif yang terjadi sejauh ini adalah keputusan sepihak Rintarou.
Sepertinya ini dilakukan secara diam-diam dari Jouto.”
Tennouji-san dan yang lainnya tampak
cukup terkejut.
Sepertinya
ada banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran mereka,
tetapi mereka menahan pertanyaan-pertanyaan itu untuk sementara. Diskusi ini
pada dasarnya akan dilakukan oleh diriku,
Asahi-san, dan Rintarou. Mereka mungkin menyadari bahwa jika semua orang
berbicara sekaligus, situasinya akan menjadi kacau.
“Menurutku
ada beberapa alasan mengapa Rintarou melakukan hal itu, dan salah satunya karena perselisihannya dengan
Asahi-san.”
Aku
mengatakannya sambil melihat Rintarou.
Pada awalnya,
Rintarou menolak kemungkinan ini. Ia
mengatakan bahwa dirinya tidak begitu sekanak-kanakan dan tidak
memikirkan balas dendam terhadap kakaknya.
Namun, Rintarou
membuka mulutnya dengan ekspresi yang aneh.
“Aku
juga telah merenungkan ini sejak saat itu. …Aku mengakuinya. Tindakanku memang mengandung
rasa dendam terhadap kakak perempuanku.”
“Ugh.”
Wajah
Asahi-san berubah sedih saat Rintaro memelototinya. Namun, dia bertahan. Asahi-san
menggigit bibirnya dan tidak mengalihkan pandangannya dari Rintarou.
“Rintarou.
Aku akan mengakhiri perseteruan di
antara kalian berdua.”
“…Hah?”
Rintarou
terkejut.
Dirinya mungkin berpikir bahwa
pertemuan ini adalah tempat untuk meyakinkannya agar menghentikan kampanye
negatif.
Nyatanya
tidak demikian. Alasan aku
mengundangny ke sini adalah untuk mengakhiri perselisihan antara kakak beradik.
“Apa
Rintarou tahu alasan mengapa Asahi-san memutuskan untuk mewarisi bisnis keluargamu?”
“…Tentu
saja karena mencintai dirinya
sendiri. Kami belajar apa yang harus dilakukan satu sama lain setelah melihat
aib ayah kami. Mana mungkin
kami mengabaikannya…”
Rintarou
menatap tajam Asahi-san.
Namun,
aku tahu. Asahi-san tidak melakukan hal yang bisa membuatnya dibenci seperti
itu.
“Meskipun
itu demi melindungimu, Rintarou?”
Rintarou
membuka matanya lebar-lebar.
“Melindungiku…?”
Ia kemudian
melihat Asahi-san.
Mulai
sekarang, aku akan membiarkan
Asahi-san untuk menjelaskannnya.
“Kurasa Rintarou
juga sudah mengetahuinya, tapi… saat ini, papa sedang terasing di perusahaan
kita, ‘kan?”
Dengan Rintarou
yang tidak mengucapkan sepatah kata pun, Asahi-san melanjutkan.
“Jika
aku dan Rintarou tidak mewarisinya,
perusahaan kita mungkin akan diambil alih oleh orang-orang yang membenci
keluarga kita.”
Asahi-san
pernah mengatakan hal ini sebelumnya.
Di dalam perusahaan Jaze
Holdings, ada faksi anti-Asahi yang sedang naik daun yang menentang ayah
Asahi-san. Rintarou kemudian akan mendukung kekuatan itu, tetapi faksi
anti-Asahi sudah muncul
sebelum Asahi-san mengkhianati Rintarou.
“Perusahaan
yang ingin Rintarou dirikan adalah toko elektronik yang pernah kita rencanakan
bersama, ‘kan?”
“…Benar.
Yang menjadi masalah adalah struktur internal perusahaan, jadi aku berencana membuat produk itu
sendiri menjadi peralatan rumah tangga yang akan memanfaatkan pengetahuan dari
bisnis keluarga.”
“Dengan kata
lain, perusahaan yang akan didirikan Rintarou dan
perusahaan yang saat ini dikelola Papa berada di bidang industri yang sama.”
Rintarou
menatap Asahi-san dengan tatapan seolah bertanya-tanya
mengenai apa maksudnya.
Namun…
inilah yang penting.
“Jika
aku dan Rintarou tidak mewarisi Jaze Holdings… perusahaan itu akan menjadi
musuh besarmu, tau?”
Musuh. Kata tersebut membuat Rintarou sedikit
bereaksi.
“Sebagai
salah satu dari lima pengecer elektronik teratas di dalam negeri. Sejarah dan
modalnya sangat berbeda. …Memangnya
kamu pikir perusahaan baru bisa bersaing? Terlalu besar untuk dijadikan musuh.”
“…Meskipun
berada di industri yang sama, bukan
berarti kita harus bersaing. Selain itu, aku berencana untuk merekrut karyawan
yang membenci ayahku untuk berpihak padaku.”
“Mana
mungkin untuk merekrut semua orang. Di perusahaan kita, banyak karyawan yang
membenci keluarga kita secara keseluruhan. …Orang-orang seperti itu yang akan
mewarisi perusahaan kita, ‘kan?
Jika Rintarou mendirikan perusahaan, mereka pasti akan menghalangi.”
Rintarou
sangat berbakat. Prestasinya di Akademi
Kekaisaran membuktikan hal tersebut.
Karena ia
terlalu berbakat, setiap gerak-geriknya
pasti akan diwaspadai. Pasti ada orang-orang yang ingin menghancurkan bibit
pesaing yang pasti akan berkembang di masa depan.
Aku mendengar
bahwa Rindarou sedang mencoba untuk membujuk
karyawan Jaze Holdings, tetapi tampaknya tidak sempurna. Karyawan Jaze
Holdings, termasuk perusahaan grup, berjumlah lebih dari lima ribu orang.
Setiap perusahaan mungkin memiliki perwakilan masing-masing, jadi ada banyak
kandidat untuk presiden berikutnya.
Ayah
Asahi-san tampaknya tidak memiliki masalah dalam manajemen, jadi ia tidak
dibenci oleh karyawan biasa. Jika ada yang membencinya, mereka adalah orang-orang yang menduduki jabatan tinggi yang memiliki kesempatan untuk mengenalnya. Dengan kata lain,
faksi anti-Asahi terkonsentrasi di puncak direksi
Jaze Holdings.
Orang-orang
yang berada di puncak memiliki pertimbangan yang mendalam dan bersikap
hati-hati. Meskipun Rintarou berusaha menggunakan ayahnya sebagai batu loncatan
untuk mendekati mereka, rasanya sangat
sulit untuk mendapatkan dukungan dari semua orang tersebut.
Jika
Asahi-san dan Rintarou menarik diri dari mewarisi
Jaze Holdings, siapa di antara faksi anti-Asahi yang berada di puncak yang akan
mewarisi perusahaan? Ada kemungkinan besar bahwa masa depan yang diprediksi
Asahi-san akan terwujud.
“Selain
itu, Rintarou pasti tahu bahwa memulai usaha tidak semudah itu. Kemungkinan
untuk gagal jauh lebih besar.”
Aku juga
berpikir demikian saat bermain permainan manajemen. Karena aku melakukannya dalam
permainan, aku bisa melihat pertumbuhan
perusahaan secara otomatis meski aku baru
merintisnya, tapi di dunia nyata, aku pasti akan menghadapi banyak
rintangan di sepanjang jalan. Mengumpulkan modal
saja bukanlah hal yang mudah.
Bagi
siswa yang bersekolah di Akademi Kekaisaran,
tidak ada jaminan bahwa memulai usaha akan sukses.
“Jika
bisnis Rintarou tidak berjalan dengan baik… kupikir
rasanya akan sangat menyakitkan jika
tidak ada tempat untuk kembali. Itulah sebabnya aku ingin meninggalkan tempat di mana kamu bisa kembali.”
Mengingat
kembali tekadnya saat itu, Asahi-san berkata.
“Aku…
memutuskan untuk mewarisi bisnis keluarga kita
karena aku ingin melindungi keluargaku.”
Rintarou
terkejut.
Inilah
alasan mengapa Asahi-san mengkhianati Rintarou.
Jika
salah satu dari saudara kandung tidak mewarisi perusahaan
tersebut, Jaze Holdings akan jatuh ke tangan pihak ketiga.
Jika memulai usaha dan berhasil, mungkin tidak ada masalah. Namun, jika gagal?
Tidak akan ada tempat untuk kembali. Karena Jaze Holdings akan jatuh ke tangan
faksi anti-Asahi, mana mungkin mereka bisa
merebutnya kembali, dan kehidupan seperti sebelumnya tidak
akan dapat dilanjutkan.
Asahi-san
memikirkan kemungkinan ketika Rintarou gagal. Dia bergerak untuk menghindari
situasi terburuk di mana seluruh keluarganya mungkin
berakhir di pinggir jalan.
“Intinya,
Asahi-san ingin meninggalkan tempat bagi Rintarou untuk kembali jika kamu gagal.”
Dan
itulah bukti dari tekadnya untuk menghadapi medan perang yang penuh dengan
angin kencang faksi anti-Asahi sendirian.
Tekad
Asahi-san untuk melindungi keluarganya
tidak kalah dari tekad Rintarou untuk memulai usaha.
Rintarou
mengepalkan tinjunya dan menatap kakak perempuannya.
“Kenapa…
kamu tidak memberitahuku tentang hal ini sebelumnya…?”
Ada dua
alasan untuk itu.
Alasan pertamanya ialah kebaikan Asahi-san.
Mengatakan bahwa dia memutuskan untuk melindungi rumah agar adiknya tidak gagal
adalah pernyataan yang terkesan menggurui, yang sulit diucapkannya sebagai kakak. Dirinya juga tidak ingin meredam semangat Rintarou yang
bersemangat untuk memulai usaha.
Namun,
Asahi-san memiliki alasan kedua yang lebih besar.
“Itu
karena aku merasa kemampuanku masih belum
cukup.”
Asahi-san
berkata dengan nada menyesal.
“Saat
membicarakan hal ini, aku merasa perlu membuktikan bahwa aku tidak akan menjadi
seperti Papa. Jadi aku memutuskan untuk
menunggu sampai menemukan titik terobosan sebelum berbicara… maaf. Aku sudah
memikirkan ini sejak lama,
tapi aku tidak bisa menemukan titik terobosan. Aku merasa sudah berusaha sebaik
mungkin, tetapi berbeda dengan Rintarou, nilai akademikku tidak meningkat
sejauh itu.”
Asahi-san
tertawa dengan nada mengejek
dirinya sendiri.
Rintarou
memang mencapai prestasi yang jauh lebih baik. Tetapi Asahi-san juga memiliki
nilai yang jauh lebih baik di atas
rata-rata di lingkungan Akademi Kekaisaran.
Bahkan saat aku baru saja pindah ke akademi ini, Asahi-san sudah berada di
posisi mengajar dalam kelompok belajar.
Dalam
keadaan hanya memiliki kemampuan rata-rata, dia tidak seharusnya meyakinkan
adiknya.
Asahi-san
terjebak dalam aturan yang dia tetapkan untuk dirinya sendiri.
“Tetapi,
akhirnya aku merasa bisa maju, jadi aku memutuskan untuk berbicara dengan Rintarou
hari ini.”
Aku
menerima isyarat dari Asahi-san.
“Rintarou.
Bacalah ini.”
Aku
mengeluarkan dokumen dari dalam tas
dan memberikannya kepada Rintarou.
“Ini
adalah…”
“Di
dalam permainan manajemen, kamu tahu
bahwa Asahi-san melakukan bisnis penjualan langsung produk elektronik, ‘kan?”
Rintarou
mengangguk kecil.
“Ini
adalah—rencana bisnis tersebut.”
Aku menjawab pertanyaan Rintarou sambil memberikan dokumen yang
sama kepada Hinako dan yang lainnya.
Asahi-san
ingin melindungi keluarganya. Namun, dia sama sekali tidak bisa memikirkan cara
untuk melakukannya.
Itulah
sebabnya aku menyiapkan rencana bisnis ini.
“Bisnis
ini akan dipimpin dan direalisasikan oleh Asahi-san.”
Inilah
langkah pertama Asahi-san untuk melindungi keluarganya.
“Setelah
pemilihan OSIS selesai,
aku berencana untuk mengajukan ini dalam rapat internal. Dari analisis pasar
hingga model pendapatan, aku telah memikirkan semuanya bersama Tomonari-kun.
…Kualitas rencana bisnis ini sudah diperiksa oleh Papa. Jika semuanya berjalan lancar,
prestasi dari permainan manajemen akan dipertimbangkan, dan ini akan dibahas
secara positif.”
“…Apa
kamu benar-benar percaya itu akan berhasil? Meskipun rencana bisnis ini tidak
ada masalah, di perusahaan itu ada banyak orang yang membenci ayah…”
“—Itulah
sebabnya aku akan menggunakan namaku!”
Asahi-san
berdiri dan menjawab dengan suara keras.
“Akulah yang akan melakukannya, dan aku
akan membuktikan bahwa aku layak menjadi presiden berikutnya!”
Asahi-san
membuat keputusan itu demi Rintarou.
Jika
memikirkan aspek hukum, sulit bagi Asahi-san untuk secara langsung menggerakkan
karyawan. Oleh karena itu, mungkin dia tidak bisa menggunakan namanya secara
terbuka, tetapi yang penting adalah substansi dari hal tersebut. Jika ayah
Asahi-san yang merupakan presiden perusahaan memberikan izin, Asahi-san bisa
masuk dan keluar dari perusahaan kapan saja, dan kehadirannya dalam rapat juga
diperbolehkan.
Mungkin
dia akan dikritik karena melanggar batas wewenangNYA.
Namun, dia sudah siap menghadapi tantangan tersebut.
Intinya,
dia hanya perlu menunjukkan kepada orang-orang dari faksi anti-Asahi bahwa
mereka salah.
Asahi-san
akan memanfaatkan bisnis ini untuk menunjukkan tekad dan kerja
kerasnya kepada direksi perusahaan.
Asahi Karen adalah sosok yang layak
menjadi presiden—begitulah yang ingin dia tunjukkan.
“Aku
telah memutuskan untuk memotong
jalur mundurku dan
menetapkan tekad. …Tidak ada hubungannya dengan aku yang masih pelajar. Aku
akan terlibat sepenuh hati dalam perusahaan untuk melindungi keluargaku. Ketika
aku mewarisi perusahaan di masa depan, aku ingin menciptakan prestasi sekarang
agar tidak kehilangan kepercayaan orang seperti Papa.”
Dengan
tekad yang bulat, Asahi-san menatap Rintarou dengan percaya diri.
“…Bisnis
itu seharusnya bukan hanya milik perusahaan kita.”
Sambil
membolak-balik halaman rencana bisnis, Rintarou berkata dengan suara yang
terdengar tertekan.
“Jika
memang kamu bisa membawa rencana bisnis ini menuju kesuksesan, Nee-san pasti akan mendapatkan
kepercayaan di dalam perusahaan. Namun, apa yang terjadi dengan perusahaan yang
seharusnya terlibat dalam bisnis ini… Taisho Moving?
Setelah melihat rencana bisnis ini,
sepertinya mereka telah
menyerahkan hak kepada Jaze Holdings…”
Rintarou
melihat Taisho dengan tatapan ragu bahwa hal itu tidak
mungkin terjadi.
Namun,
Taisho mengangguk dengan wajah serius.
“Ya,
kami menyerahkannya.”
Aku telah
memanggil Taisho untuk membicarakan hal ini.
Taisho
menjelaskan seolah-olah itu adalah hal yang wajar.
“Aku
membungkukkan kepala pada ayahku untuk menyerahkan nama proyek
ini kepada Jaze Holdings.”
“Ke-Kenapa melakukan hal seperti itu?”
“Ketika
aku bilang itu untuk teman, ia langsung menyetujuinya.
Perusahaan kami menghargai hubungan antar manusia. Perusahaan BtoC yang sudah
lama berdiri biasanya memiliki nilai seperti itu. Bukannya kamu juga ingin membangun
perusahaan yang seperti
itu?”
“…”
Ayah
Taisho adalah seorang presiden perusahaan yang
menghargai hubungan dengan orang lain.
Rintarou
pasti telah belajar dari ayahnya tentang pentingnya melihat dari sudut pandang
karyawan, bukan hanya keuntungan dan kerugian—yaitu, pentingnya memikirkan perasaan
orang lain.
Taisho
hanya menjalankan prinsip itu. Ironisnya, Taisho yang sekarang berdiri di depan
Rintarou merupakan
perwujudan dari ideal Rintarou.
MVP tanpa pamrih dalam situasi ini pasti
adalah Taisho. Aku bisa membuat rencana bisnis ini dalam waktu singkat berkat
Taisho yang tanpa ragu meminta izin kepada ayahnya.
Taisho
juga pasti akan menjadi presiden yang hebat di masa depan…
“Ayahku bilang sambil tertawa. Jaze
Holdings akan menjadi klien utama kami, jadi tidak masalah jika kami berutang
budi....Rintarou, sepertinya kakakmu
diharapkan oleh banyak orang dewasa.”
Rintarou
menatap Asahi-san dengan tatapan tajam.
Asahi-san
berdiri tegak, dengan ekspresi serius yang menunjukkan bahwa dia tidak merasa
malu sedikit pun.
“Jouto-kun sekarang sedang
berkampanye sebagai reformis yang menentang
tradisi di Akademi Kekaisaran,
‘kan?”
Setelah
Asahi-san bertanya, Rintarou mengangguk tanpa berkata-kata.
“Apa
Rintarou berpikiran yang
sama? Apakah tradisi itu hal yang buruk?”
“…Aku
merasa begitu. Lebih baik terbang
menuju hal baru daripada terjebak dalam kebiasaan yang sudah ketinggalan zaman.
…Perusahaan kami juga begitu. Kenapa harus mewarisi kastil yang hampir runtuh?
Aku tidak bisa memahaminya…”
Rintarou
menjawab dengan suara yang lemah, seolah-olah
dirinya merasa bersalah.
“Tapi,
kami dilindungi oleh tradisi itu.”
Asahi-san
berkata dengan tenang.
“Keluarga
kami telah dilindungi oleh perusahaan selama ini. Kehidupan kami sepenuhnya
bergantung pada tradisi itu. …Itulah sebabnya aku ingin berjuang untuk
melindunginya.”
Asahi-san
mengungkapkan medan pertempurannya dan makna dari perjuangannya.
“Papa
merasa telah gagal. Papa sendiri sangat
menyesali hal itu. Oleh karena itu, aku yang akan meneruskannya. Aku tidak akan mengabaikan kegagalan Papa, tetapi menggunakannya untuk melangkah maju.”
Menggunakan
kegagalan sebagai pelajaran. Mungkin itulah yang disebut tradisi.
Saat
mendengarkan cerita Asahi-san, aku merasa begitu.
“Aku
akan melindungi tempat bagi keluargaku.
Jadi, Rintarou, kamu boleh hidup sesukamu. —Tapi, mulai sekarang, jangan
gunakan cara-cara yang rendahan
seperti ini. Jangan lagi merendahkan Papa.”
Asahi-san menhhatakan itu sambil
menundukkan kepalanya.
"Rintarou…
Kumohon.”
Rintarou
dengan wajah yang tampak ingin menangis, berusaha memikirkan sesuatu dengan
penuh ketekunan.
Ada orang
yang dilindungi oleh tradisi. Meskipun terdengar buruk jika disebut sebagai hak
istimewa yang sudah didapat, keluarga Asahi-san nyatanya
sudah dilindungi oleh hal itu.
Keduanya
telah menyaksikan fondasi yang runtuh ketika mereka masih kecil. Rintarou yang
berpikir bahwa mereka harus terbang, dan Asahi-san yang berpikir bahwa mereka
harus membangun kembali, keduanya adalah pandangan yang bisa dihargai. Jika itu Rintarou yang sekarang, aku pasti ia bisa memahaminya.
Bukan hal
yang buruk jika Rintarou memulai usaha atau mendukung Jouto sebagai reformis. Namun
sekarang, setelah kehilangan rasa benci terhadap kakaknya, apa yang ia pikirkan
tentang tindakan-tindakan sebelumnya…
Dengan
mata yang tidak lagi keruh, ketika ia melihat
ke dalam dirinya sendiri,
apa yang dirinya
rasakan—
“…………Aku
mengerti.”
Rintarou
mengatakannya dengan suara yang
terdengar gentar.
Asahi-san
mengangkat wajahnya.
“Lagipula, aku
sudah lama berpikir bahwa jika aku terus bergantung pada cara-cara
yang licik, pada akhirnya aku akan
menemui jalan buntu. Jika kali ini aku
dilaporkan kepada Jouto-senpai, aku tidak akan bisa melawan…”
Rintarou
menghela napas dalam-dalam.
“Rasanya cukup.
…Aku sudah lelah.”
Setelah
mengucapkan kata-kata terakhir itu, Rintarou menundukkan kepala dan tidak
bergerak lagi.
Aku
bertukar pandang dengan Tennouji-san
dan Narika. Apa ini berarti,
kami berhasil meyakinkannya? Banyak tatapan mengonfirmasi
hal itu.
…Aku bisa
berpikir bahwa aku telah berhasil meyakinkannya.
Aku
merasakan bahwa kata-kata terakhir yang diucapkan Rintarou penuh dengan
kejujuran. —Aku sudah lelah. Tentu saja, itu wajar. Mencapai sesuatu
dengan cara yang licik dengan menyebarkan keburukan orang lain. Mengeluarkan
tuduhan untuk menjatuhkan orang lain dengan penuh usaha dan kecerdasan…
Rintarou adalah anak yang cerdas.
Dirinya bisa menyadari bahwa
tindakannya salah, meskipun hanya sedikit.
Bahu Rintarou
yang sedang terpuruk tampak menunduk, tetapi ada sesuatu yang ringan di
dalamnya. Mungkin Rintarou sudah lama ingin melepaskan beban yang dipikulnya. Beban berat yang tak
tertahankan berupa rasa bersalah yang membebani kedua bahunya…
Mungkin selama ini Rintarou telah menunggu hari ini…
apakah pemikiran itu terlalu optimis?
Tidak,
seharusnya tidak.
Karena Rintarou
sudah lama…
“…Hei,
Rintarou.”
Ketika
aku memanggilnya, Rintarou mengangkat wajahnya.
Sembari menatap
wajahnya, aku menyampaikan sesuatu yang sudah lama menggangguku.
“Alasan
Rintarou mengajakku bergabung
berkali-kali adalah—”
“—Ini.”
Suara
yang datang dari belakang membuatku terkejut hingga hampir melompat.
Aku dengan
cepat menoleh ke belakang. Orang yang berdiri di sana adalah—
“Ini,
apa yang sedang kamu lakukan…?”
“…Jouto-kun.”
Jouto menatap Rintarou dengan
tatapan serius.
Melihat Rintarou
yang tampak sangat terpuruk, Jouto
menunjukkan sedikit ekspresi marah.
“Rintarou,
ada apa?”
“Jouto, senpai…”
Rintarou
membungkukkan punggungnya di tempat itu.
“…Maaf.
Aku harus meminta maaf kepada senpai.”
Apa ia
berniat mengakui tindakan yang diambilnya tanpa berkonsultasi?
Tatapanku
dan Asahi-san saling bertemu.
Sebenarnya, aku dan Asahi-san telah sepakat sebelumnya bahwa jika kami bisa
mengakhiri perselisihan antara kakak beradik,
kami akan mengabaikan semua tindakan Rintarou.
Kami
berpikir bahwa Rintarou yang sudah berdamai dengan Asahi-san pasti bisa
bersaing dengan lebih bersih.
Jadi,
sudah cukup…
Rintarou
juga memikul banyak beban dan merasa tertekan. Aku berpikir bahwa sekarang ia
sudah bisa merasa lega—
“Apa
ini tentang rumor yang beredar di sekitaran akademi?”
“—!”
Rintarou
terkejut hingga kehilangan kata-kata.
Namun
kami juga sama terkejut dengannya.
“Apa
kamu menyadarinya…?”
“Samar-samar.”
Jouto memberikan tatapan lembut
kepada Rintarou.
“Kamu
tidak perlu meminta maaf, Rintarou.”
Jouto mendekati Rintarou dengan
wajah penuh penyesalan dan mengelus lembut kepalanya.
“Yang
membuat Rintarou tertekan sampai sejauh itu… mungkin adalah kelemahanku, ‘kan?”
Kedua
mata Rintarou tampak berkaca-kaca.
Jouto, calon ketua, dan Rintarou
yang menjabat sebagai asistennya. Aku sudah menduga bahwa mereka bukan sekadar
teman, tetapi dari hubungan kepercayaan yang dalam di depan mata ini, aku
merasakan sesuatu yang lebih.
Apa-apaan dengan ikatan ini…?
Ngomong-ngomong.... di mana mereka
bertemu?
◇◇◇◇
(Sudut
Pandang Orang Ketiga)
Jouto Ren dan Asahi Rintarou bertemu
di pertemuan acara sosial dua tahun yang
lalu.
Itu
adalah pesta dari organisasi politik tempat ayah Ren terdaftar. Ren, sebagai
anak dari panitia pelaksana,
dan Rintarou
berpartisipasi sebagai calon untuk menggantikan ayahnya yang diundang.
Saat itu,
Rintarou sudah kehilangan harapan terhadap ayahnya dan tidak berniat menjadi
penerus, tetapi ia memutuskan untuk ikut karena menganggap ini sebagai kesempatan berharga.
Setelah dikhianati oleh kakak perempuannya
dan terpojok, Rintarou mencari jaringan di
luar.
Di sisi
lain, Ren juga diharapkan memiliki karier seperti ayahnya, dan pada hari itu,
dirinya diminta untuk bertemu dengan
politisi dan orang kaya yang mungkin akan membantunya di masa depan.
Namun,
ketika pesta dimulai, kedua ayah mereka menjadi sibuk, dan Ren serta Rintarou
menjadi tidak ada kerjaan.
Dengan
sedikitnya anak-anak seusia mereka, mungkin
tak terhindarkan jika keduanya akhirnya bertemu.
Ren dan Rintarou
segera merasa cocok satu sama lain.
Karena
mereka adalah orang yang mirip.
Rintarou
menyaksikan ketidakberdayaan ayahnya yang menjabat sebagai direktur, dan mulai
meragukan kebijakan pendidikan di Akademi
Kekaisaran, tempat ia berencana untuk mendaftar di masa depan.
Sementara
itu, Ren juga merasakan ketidakpuasan terhadap pemikiran bias dari ayah dan
kakeknya yang merupakan politisi. Meskipun untuk bertahan hidup di dunia
politik yang dikuasai oleh rubah tua yang licik, pendidikan yang menanamkan
orientasi stabilitas pada Ren sejak kecil membuatnya sering merasa mual. Demi menghindari skandal keluarga,
Ren telah diajari sejak kecil untuk “jangan
menimbulkan masalah”.
Nasihat ayahnya yang bisa diartikan sebagai “jangan
berpikir macam-macam”
itu berarti memaksakan hidup yang terlalu menyiksa. Dirinya bahkan merasa dendam terhadap Akademi Kekaisaran yang
melahirkan ayah dan kakeknya.
Ren dan Rintarou
merasa muak dengan pemikiran kaku para orang dewasa.
Dan
mereka berpikir untuk mengubah fondasi mereka,
Akademi Kekaisaran.
“Bagaimana
kalau menjadi ketua OSIS?”
Saat mulai membahas hal-hal yang rumit, mereka berdua sudah
berpindah tempat. Mereka diam-diam keluar dari venue dan berbicara sambil
bersandar pada pagar balkon.
Ren
terkejut dengan usulan Rintarou, tetapi akhirnya menggelengkan kepalanya.
“Itu
tidak mungkin.”
“Kenapa
tidak?”
“Aku tidak
keberatan kalau hanya menjadi ketua OSIS. Tapi jika kita mencoba mengubah
tradisi Akademi Kekaisaran, ayahku pasti akan menghentikanku. …Orang itu takut aku menjadi perhatian.”
Memperbaiki
sistem Akademi Kekaisaran sulit
bagi posisi Ren.
“Tapi,
jika begitu, orang-orang seperti kita akan selalu
muncul.”
Rintarou
yang menyampaikan perasaan yang mendalam membuat Ren berpikir. Setidaknya, ia
ingin mengajukan alternatif. Setelah berpikir
sejenak, ia akhirnya menemukan sebuah ide.
“…Di
generasiku, ada seorang gadis berbakat yang bernama
Konohana Hinako.”
Ren
teringat pada seorang gadis yang pernah ia temui beberapa kali dalam acara pesta sosial.
“Dia
juga seharusnya masuk Akademi Kekaisaran
tahun depan. …Aku rasa dia bisa memahami pemikiran kita. Jadi, bagaimana kalau
kita mempercayakan hal ini padanya?”
“Mempercayakan?
Apa maksudnya?”
“Aku
tidak bisa menjadi ketua, tetapi aku akan ikut dalam pemilihan.”
Ren
menjelaskan rencananya.
“Secara
resmi, aku akan berusaha menjadi ketua. Tapi tujuan sebenarnya adalah untuk
menyampaikan permasalahan kita kepada seluruh siswa. …Jika kita bisa melakukan
itu, Konohana Hinako yang menjadi ketua
pasti akan serius menangani masalah yang kita angkat.”
Dengan
begitu, Ren tidak perlu menjadi ketua. Mungkin cukup dengan mengajukan masalah
secara pribadi kepada Konohana
Hinako yang telah menjadi ketua, tapi hal tersebut
memiliki ketidakpastian. Namun, jika semua siswa memiliki
kesadaran akan masalah tersebut, Konohana
Hinako yang menjadi ketua tidak akan punya pilihan selain bertindak untuk
menyelesaikannya. Maka, mereka harus menciptakan situasi itu.
Namun, Rintarou
menunjukkan wajah ragu.
“…Aku
tidak setuju. Aku ingin Jouto-senpai
menjadi ketua.”
“Jangan
meminta yang tidak mungkin.
Meskipun tidak ada keterikatan keluarga, mustahil aku
bisa mengalahkan Konohana-san.
Dia sesempurna itu.”
“Itu bukan mustahil!”
Rintarou
menyatakan dengan tegas.
“Tolong beranjilah padaku. Jika senpai terpilih
sebagai ketua, maka saat itu, bertarunglah bersamaku dengan penuh semangat. …berjanjilah padaku untuk mengubah dunia ini
bersamaku!”
Merasakan tekad kuat Rintarou, Ren menghela
napas dalam-dalam.
“…Baiklah,
aku berjanji. Tapi aku tidak berniat menjadi ketua. Aku akan ikut pemilihan,
tetapi hanya melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mengangkat masalah.”
“Jika
kamu berjanji, itu saja sudah
cukup.”
Jelas sekali bahwa Ren menganggap menjadi
ketua adalah mimpi yang tidak mungkin terwujud.
Namun,
janji itu sangat membakar semangat Rintarou.
“Aku
pasti akan membuat senpai menjadi ketua. …Dengan cara apa pun.”
Ren
melihat mata Rintarou yang bersinar dengan cara mencurigakan.
Dirinya melihatnya, tetapi… memilih untuk
berpura-pura tidak melihat.
Tradisi.
Kebiasaan. Status. Lingkungan. Menghancurkan semua itu bukanlah perkata mudah, dan Ren menyadari
bahwa diperlukan tekad yang tidak biasa seperti yang ditunjukkan Rintarou
sekarang.
Oleh
karena itu, setelah memasuk Akademi Kekaisaran, Ren berusaha keras untuk
meningkatkan prestasinya.
Itu
adalah usaha untuk menguji tekadnya
sendiri. Tujuannya ialah
untuk membangun keyakinan bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk berbicara di depan akademi ini. Ia tidak bisa menerima kenyataan
menjadi seseorang yang hanya mengeluh.
Selama
terikat oleh kutukan ayahnya, Ren
tidak bisa memimpin reformasi. Namun, bahkan tindakan untuk menyalakan api
reformasi saja akan
menimbulkan tanggung jawab. Dirinya
ingin menjadi orang yang bisa memikul tanggung jawab itu.
Suatu
hari setelah hasil ujian tengah semester diumumkan, Ren mengamati Hinako yang
berada di kelas lain.
Hinako
sedang dimintai bantuan oleh
teman-teman sekelasnya untuk mengajarkan
pelajaran.
“Konohana-san, bisakah kamu
mengajarkan ilmu politik?”
Hinako
yang diminta berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Aku tidak
keberatan, tapi
menurutku Jouto-kun dari
kelas sebelah pasti tahu lebih banyak mengenai ilmu politik.”
Keberadaannya
diakui—.
Konohana Hinako mengingat namanya—.
Pada saat
itu, Ren merasa telah mendapatkan keyakinan yang
selama ini dirinya cari, dan sekaligus merasa telah memperoleh
hak untuk berbicara kepada Konohana
Hinako jika diperlukan. Meskipun Ren
tidak bisa merasa santai, ia juga tidak
bisa menjadi ketua, dan memutuskan bahwa dirinya tidak
perlu berusaha lebih keras, sehingga kesadarannya terhadap belajar mulai
memudar.
Setelah
itu, Ren secara perlahan-lahan
mengurangi keberadaannya. …Agar tidak terdeteksi oleh ayahnya yang licik.
Setahun
kemudian.
Masa
pemilihan OSIS pun dimulai,
dan Rintarou bekerja sama dengan Ren.
Sesuai
janjinya, Rintarou memberikan dukungan
penuh kepada Ren. Namun, Ren sendiri, meskipun serius dalam mengangkat masalah
seperti yang dinyatakan, menolak untuk berusaha lebih jauh untuk menjadi
ketua.
Sepulang sekolah. Rintarou yang tersisa
sendirian di kelas memegang kepalanya.
(…Karena Jouto-senpai tidak memiliki
motivasi, mungkin sulit untuk mengalahkan kedua orang ini dengan cara yang
biasa.)
Setelah melihat
berita pemilihan di hari pertama, dirinya merasa putus asa melihat
perbedaan dukungan.
Rintarou
melihat catatan yang tersebar di mejanya. Ia
mencatat semua ide untuk menang dalam pemilihan, dari yang berguna hingga yang sepele. Sekarang setelah menemui jalan buntu, dirinya melihat ide-ide yang ia catat
dengan perasaan seolah berpegang pada sesuatu.
Di antara
ide-ide tersebut, ada satu ide yang bisa segera
dilaksanakan.
(Kampanye
negatif… Jika aku bisa menyebarkan
rumor terutama di kalangan siswa kelas satu,
itu mungkin bisa dilakukan…)
Diriny secara aktif membangun jaringan
dengan teman-teman sekelasnya untuk situasi seperti ini. Namun, itu pasti. Terlebih lagi, Rintarou
memiliki pengalaman berhasil mendekati eksekutif perusahaan dengan strategi
tersebut.
Ini
adalah cara yang tidak bersih. Ren mungkin tidak menyukainya.
Saat Rontarou merasa ragu, entah kenapa, wajah
kakaknya tiba-tiba terlintas di dalam
pikirannya. Kegelisahan di dalam hatinya mencapai otaknya, dan Rintarou
memutuskan untuk melaksanakan ide ini.
(Tapi,
jika cara ini
terbongkar, citra Jouto-senpai
akan menjadi buruk.)
Mempertimbangkan
risiko jika terbongkar, Rintarou
tidak bisa melibatkan Ren dalam rencana ini. Jika ia ingin melakukannya, itu
harus menjadi keputusan pribadinya. Dirinya
harus menghindari situasi
di mana Ren akan diminta bertanggung jawab.
(Meskipun
itu tidak terbongkar… apa kami masih bisa
menciptakan OSIS
yang sehat?)
Bagi Rintarou,
Jouto Ren adalah senior yang luar
biasa. Pada hari pertama mereka bertemu dalam acara
sosial, mereka berdebat dengan penuh semangat, tetapi wawasan Ren sudah
melampaui Rintarou. Berbeda dengan Rintarou yang hanya terbiasa dengan
lingkungan kelas atas di sekitar Akademi
Kekaisaran, Ren sudah memikirkan janji-janji yang diumumkan
dalam pemilihan kali ini sejak saat itu.
Oleh karena
itu, ketika Ren menjadi ketua OSIS,
Rintarou merasa ragu apakah orang seperti dirinya layak berada di sampingnya.
Jika hanya dirinya sendiri, tidak masalah, tetapi ia tidak ingin mencemari
kehidupan Ren.
Rintarou
terus-menerus berpikir sampai keringat mengucur dari
dahinya.
Suatu hari
nanti, dirinya
mungkin akan menjadi kelemahan Ren.
Jika
begitu…
(…Aku sebaiknya menyiapkan wakil ketua
pengganti.)
Setelah
mengotori tangannya, dirinya bisa
menyerahkan kursi wakil ketua kepada orang lain. Jika
dirinya melakukan, lingkungan Ren akan bersih, dan OSIS yang kokoh akan terbentuk.
Dirinya tidak merasa sedih. Alasan sebenarnya Rintarou mengikuti pemilihan OSIS adalah untuk memperbaiki sistem
di Akademi Kekaisaran. Jika tujuan itu bisa tercapai, dirinya tidak perlu ikut menjadi anggota OSIS.
Ia
tidak terikat pada posisi wakil ketua.
Itulah
sebabnya, niatnya sangat murni.
Rintarou meninggalkan ruang kelas
dan menuju koridor di lantai satu gedung sekolah.
(Kandidat wakil ketua selain diriku adalah… Tomonari
Itsuki-senpai, ya.)
Rintarou
berhenti di depan mading “Sudut Intip
Kehidupan Sehari-hari Calon Kandidat
OSIS” yang dipublikasikan
oleh mantan anggota OSIS dan
merenung.
Dirinya
sudah meneliti Tomonari Itsuki dengan cermat karena merupakan rival yang akan
merebut kursi wakil ketua. Meskipun ia adalah murid
pindahan, Tomonari Itsuki
perlahan-lahan meningkatkan prestasinya, dan dalam permainan manajemen, ia
berhasil menghindari akuisisi
perusahaan besar,
mengusulkan proyek baru yang inovatif, dan akhirnya
meraih penghargaan konsultan.
Dari
laporan yang dipajang, keseriusannya sangat terlihat.
Jadwalnya
dimulai dengan bersih-bersih
di pagi hari, diikuti dengan belajar dan berolahraga dengan giat.
Tomonari
Itsuki bukan tipe orang yang menyerahkan urusan
sehari-harinya kepada
pelayan. —Ia bukan
tipe yang bersikap santai seperti ayah Rintarou.
Ada
komentar dari pihak ketiga di akhir beritanya.
[Sikapnya
yang jujur memberikan dampak positif di sekitarnya. Melihat usahanya, orang
lain mendapatkan kesempatan untuk merenungkan diri.]
Rintarou
merasa kalau itu komentar yang bagus.
Jika
orang ini, ia bisa mendukung
Ren dengan benar sebagai penggantinya yang
sedikit kotor.
(Aku bisa menitipkannya kepada orang
ini.)
Pada akhirnya,
Rintarou akan menyerahkan kursi wakil ketua kepada Tomonari Itsuki. Prestasi,
kemampuan, dan kepribadian orang
ini sudah cukup.
Oleh karena
itu—ia merasa tidak keberatan untuk
mengotori tangannya sekarang.
Rintarou
bingung tentang bagaimana cara menyerahkannya, tetapi ia berpikir bahwa dirinya bisa jujur menyampaikan
semuanya kepada Tomonari Itsuki.
Jika Itsuki menyadari bahwa dirinya lah
dalang dari kampanye negatif ini, Itsuki pasti akan menerima posisi wakil
ketua karena rasa keadilan. Ia
pasti akan berpikir bahwa Rintarou
tidak layak untuk menjadi wakil ketua.
Setelah
memutuskan apa yang harus dilakukan, Rintarou segera mulai menyebarkan
rumor.
Hari
ketiga masa pemilihan.
Setelah
pidato sore selesai, Ren yang berpisah dengan Rintarou, mengingat kembali apa
yang terjadi siang itu saat dirinya
pulang ke rumah dengan mobil.
(…Ada
rumor aneh yang beredar.)
Ketika ia
sedang dalam perjalanan menuju gedung sekolah kelas satu untuk bergabung dengan Rintarou,
dirinya mendengar para siswa kelas satu berdebat tentang reputasi buruk
Tennouji Mirei dan Miyakojima Narika.
Sebagai
teman sekelas mereka, Ren segera menyadari bahwa rumor itu hanyalah kebohongan besar, tetapi
mungkin ada beberapa siswa kelas satu
yang akan mempercayainya.
Namun,
waktu rumor seperti itu muncul… membuatnya merasakan adanya campur tangan
orang.
(…Apa ini ulah Rintarou?)
Ren
teringat sorot mata Rintarou
yang dilihatnya dua
tahun lalu.
Ia
tidak berniat untuk mencurigai dengan mudah. Namun, ada keyakinan aneh. —kalau Rintarou pasti akan
melakukannya.
Meskipun
begitu, ia tidak merasa perlu untuk bergerak.
Perasaan
Ren sangat kompleks, oleh karena
itu ia merasa
harus menjaga ketenangannya agar tidak kehilangan kendali. Meskipun ia terjun
ke dalam pemilihan OSIS, ia
tidak bisa menjadi ketua, dan hanya berfungsi sebagai pengangkat isu. Itulah
perjuangan yang berat secara mental. Jujur saja, ia merasa perlu untuk sedikit
bersantai.
Statusnya
sebagai anak seorang politikus bukanlah isapan jempol belaka.
Sebenarnya, ia bisa memberikan pidato yang lebih baik. Sebenarnya, ia bisa
menunjukkan lebih banyak karisma. …Saat merasakan respons dari pendengar selama
pidato, Ren tiba-tiba merasa ingin
memberikan yang terbaik. Namun, ia
berjuang untuk menahan diri.
Dalam
perjalanan pulang, Ren melihat
smartphone-nya dan menemukan beberapa email dari kenalannya.
Sekarang,
tampaknya ada survei yang sedang disebarkan
di kalangan siswa Akademi Kekaisaran.
Survei
itu bertanya kepada para pendukung Konohana Hinako tentang apa yang mereka
harapkan darinya.
(…Survei
yang menarik. Memang, suara mengambang terbesar berada di sana.)
Pandangan
yang bagus.
Siapa
yang membuat survei ini? Jika bukan dari pihak mereka, mungkin Tennouji Mirei atau Miyakojima Narika… atau mungkin
asistennya, Tomonari Itsuki.
Ini
adalah strategi yang dapat diterima. Alih-alih berperilaku seolah-olah tidak
terjadi apa-apa karena Konohana Hinako tidak mencalonkan diri sebagai ketua,
mereka berusaha untuk menghadapi dan mengatasi situasi tersebut.
Dengan
rasa hormat, Ren memutuskan untuk berpartisipasi dalam survei tersebut.
Apa yang
dirinya harapkan dari Konohana Hinako?
Jawabannya sudah jelas dalam benaknya.
Pemikiran
yang kaku berasal dari lingkungan yang kaku.
Demi
mengubah lingkungan yang kaku, kita harus memperbaiki aliran informasi dalam
organisasi. Kita
perlu memperluas jangkauan siswa yang diterima. Lebih bebas, lebih
beragam...
Ren
mengisi survei mengenai
hal-hal yang diperlukan untuk mewujudkan itu.
—Penghapusan
prinsip berdasarkan latar belakang keluarga.
Pada
akhirnya, Ren percaya bahwa jika ini terwujud, proses demokratisasi Akademi Kekaisaran dapat
tercapai.
(Konohana
Hinako... mengapa kamu...)
Ren
menaruh tangannya di dahinya.
Ada
kesalahan perhitungan yang sangat besar
dalam pemilihan OSIS kali ini. Yaitu, Konohana Hinako tidak
mencalonkan diri sebagai ketua.
Ren
berpikir dirinya bisa
mempercayakan segalanya kepada Hinako—tapi sekarang situasinya berubah.
Sebagai
gantinya, kandidat yang
mencalonkan diri adalah Tennouji
Mirei dan Miyakojima Narika. Meskipun mereka
berdua memang orang-orang yang hebat,
Ren merasa sedikit khawatir saat membandingkannya dengan Konohana Hinako.
Rencana Rintarou
mungkin bisa menjadi batu ujian.
Ren yang
meragukan kemampuan Tennouji Mirei
dan Miyakojima Narika berpikir
demikian.
Jika mereka berdua kalah oleh strategi licik yang sepele seperti
itu... Ren tidak bisa mempercayakan akademi
ini kepada mereka.
◆◆◆◆
“Pertama-tama,
izinkan aku meminta maaf.”
Jouto
menundukkan kepalanya di hadapan
kami yang duduk mengelilingi meja.
“Kubu kami telah menyebarkan rumor yang
tidak pantas karena kesalahanku.
...Jika memungkinkan, jangan salahkan Rintarou. Semua ini adalah karena
kelemahanku. Aku akan bertanggung jawab dan segera menenangkan rumor ini.”
Sejujurnya,
kami tidak bisa mengikuti pembicaraannya karena perubahan
suasana yang begitu
drastis.
Jouto melindungi Rintarou. Namun,
itu bukan hanya bentuk kebaikan umum, tetapi lebih kepada hubungan kepercayaan
yang kuat antara mereka berdua.
“Tapi yang terpenting—aku masih menganggap bahwa akademi ini terlalu
bersih.”
Jouto menatap Tennouji-san
dan Narika dengan tajam.
“Orang-orang
yang terjebak dalam konspirasi sepele seperti ini duduk di puncak Akademi Kekaisaran. Aku
merasa khawatir dengan kenyataan itu."
Apa yang
terjadi...?
Suasana
yang dipancarkan Jouto perlahan-lahan berubah.
Apa ia
benar-benar orang yang sekuat ini?
Apakah dirinya benar-benar pria yang berambisi
seperti ini?
“Rintarou...
aku minta maaf karena membuatmu sampai memaksakan
diri. Kamu berjuang
untukku karena hatiku lemah.”
Jouto memberikan tatapan lembut
kepada Rintarou yang menggigit bibirnya dengan penuh penyesalan.
“Berkat dirimu, aku terbangun.”
Jouto dengan sembarangan menyisir
rambutnya dan mengikatnya ke belakang. Matanya yang tajam dan alisnya yang
terawat terlihat jelas, memberikan kesan yang maskulin. Itu adalah penampilan
yang sangat cocok. Jelas sekali
bahwa itu adalah wujud aslinya.
Suasana
lemah yang pernah kurasakan dari Jouto
kini telah lenyap seketika.
Dengan
tatapan tajam, Jouto menatap kami.
"Mulai
sekarang—aku yang akan maju.”
Seluruh
tubuhku bergetar.
Aku mulai memahaminya.
Dari sinilah pertarungan yang sebenarnya dimulai.
Sekarang
ada siswa tipe politikus yang belum pernah ada di sekitarku—Jouto Ren.
Dirinya telah memutuskan untuk serius.

