Chapter Ekstra — Ojou, Menuju Mengisi Parit
Apa yang
paling ingin diisi oleh Tendou
Hoshine sekarang?
Kucing garong yang mendekati Eito?
Dirinya
yang merasa tak berdaya setelah kepergian Eito?
――――Tidak,
semuanya
salah.
Satu-satunya
hal yang paling ingin diisi Tendou Hoshine hanyalah satu.
Parit
luar.
Parit
luar Eito.
Aku telah
memutuskan untuk mengalahkan Eito.
Aku akan menggunakan segala cara untuk merebut hatinya.
Aku sudah
memutuskan sebelumnya, tapi aku memperbarui
sumpahku. Namun, untuk menyerang Eito
yang seperti bos penyerbu
dengan dinding besi yang sulit ditembus ini, aku perlu menggunakan semua cara
yang ada.
Demi
menaklukkan hatinya, aku baru saja memfokuskan perhatian pada
parit luar.
Parit
luar Eito. Artinya, keluarganya. Rumah asalnya.
(Aku akan
menunjukkan keberadaanku kepada keluarganya Eito!)
Beginilah encananya.
Aku dan Eito akan pergi berkunjung ke rumah keluarganya untuk menyapa mereka.
Di sana,
aku akan menunjukkan kepada keluarganya Eito seberapa
akrab dan mesranya kami.
Keluarga Eito
pasti akan berkata, “Hoshine-chan
sangat imut!” “Dia pasti berpacaran dengan Eito!” “Mari
kita rayakan hubungan mereka!” “Mari kita atur pertunakan mereka!” “Ayo
kita pesan tempat pernikahan mereka!”
(Aku
menyebutnya rencana untuk mengisi kekosongan dan menciptakan suasana seperti
itu!)
Rencanaku
sempurna. Tanpa adanya celah
sedikit pun.
Oleh
karena itu, aku dan Eito menuju kediaman
Yagiri, yang sekarang dikenal sebagai kediaman Asami.
Karena
mereka akan segera pindah ke luar negeri, hal ini
juga untuk memberi kesempatan Eito menghabiskan waktu bersama keluarganya
sebelum berangkat.
“Ojou,
apa kamu benar-benar yakin?”
“Apa
maksudmu?”
“Di
hari liburmu yang berharga, kamu harus menemaniku dalam
urusanku.”
“Apa
yang kamu katakan? Sebagai majikanmu,
sudah sewajarnya untuk menyapa keluargamu.
Atau kamu ingin mempermalukanku?”
“Tidak. Bukan begitu masalahnya, tapi…”
Entah
mengapa ada yang aneh dengan
kondisi
Eito. Meskipun hanya sedikit, dia tampak gelisah dan tidak
tenang.
“Ada
apa? Jarang sekali kamu terlihat sedikit
resah.”
“…………Mungkin,
aku merasa malu.”
Eito berusaha menghindari tatapanku, seolah-olah sudah menyerah.
“Saat
bersama keluarga, aku menjadi diriku yang berbeda. Melihat tingkah lakuku yang begitu di depan Ojou… rasanya
sedikit memalukan.”
Hah? Apa-apaan dnegan keimutannya itu?
Berhentilah! Aku bisa-bisa hampir pingsan sebelum sampai di rumahmu!
“Hmph.
Itu mungkin baik-baik saja. Malahan jauh
lebih baik. Tunjukkan semua sisi malumu.”
Justru
kebalikkannya, tunjukkanlah. Aku akan membayar berapa pun
untuk itu.
(Hehehe… Hari ini tidak ada dua
kucing garong lainnya,
jadi Eito yang malu-malu adalah milikku sepenuhnya.)
Benar sekali. Hari ini, hanya aku dan Eito yang mengunjungi rumah orang
tuanya untuk menyapa.
Lagipula,
hari ini! Aku! Sebagai majikan Eito!
Kunjungan ke rumah ini hanya formalitas! Mana mungkin aku mengundang dua kucing garong! Itu sama saja seperti
melepaskan macan tutul atau harimau buas ke dalam rumah! Aku telah melindungi
ketentraman kota dan ketenangan hatiku!
(Dasar para kucing garong yang idiot!
Nikmatilah teh dengan tenang tanpa tahu apa-apa!)
Dengan
hati penuh kemenangan, aku menuju ke rumah Asami.
“Eito.
Berikanlah tanganmu.”
“? Baiklah.”
Aku
bersandar pada lengan Eito dan mengaitkan lengan kami. Dengan sedikit
memaksakan diri, aku memeluknya dan tidak mau
melepaskannya.
Dari sudut pandang orang luar, kami
hanya akan terlihat seperti sepasang kekasih
yang berjalan sambil bergandengan tangan.
(Bagaimana?
Dengan tekad yang baru, aku jadi
semakin kuat! Serangan yang lebih berapi-api! Selain itu, dadaku yang sedang
dalam masa pertumbuhan sebenarnya sudah sedikit lebih besar! Bahkan Eito pasti
akan terguncang sedikit!)
“Ojou,
apa kamu merasa tidak enak badan? Ini serius… mari kita kembali!”
Tapi itu
tetap tidak berpengaruh sama
sekali. Apa-apaan ini? Bukannya anak laki-laki itu seharusnya makhluk yang gampangan?
“Aku
merasa baik-baik saja, jadi teruskan saja. Ayo.”
“Ba-Baiklah…”
Sambil
tetap merangkul lengan Eito yang sulit ditembus,
kami berjalan beberapa saat.
“Selamat
datang, Nii-san. Tendou-san.”
Ketika
kami akhirnya tiba di kediaman keluarga Asahi,
adik perempuan Eito,
Hikari-san, menyambut kami.
“Oh.
Maaf mengganggu, Hikari.”
“Selamat
siang, Hikari-san. Terima kasih telah meluangkan waktu
hari ini.”
“Aku
dan ibuku, serta ayah tiri, sangat menantikan pertemuan dengan Tendou-san.”
Baiklah.
Sepertinya kesan dari keluarganya bagus. Bersiaplah, Eito. Aku akan
mengisi paritmu hingga tak ada celah yang tersisa!
“Eh?
Tendou-san, kamu sedang merangkul lengan Nii-san…?”
Betul…
betul sekali! Kali ini aku datang untuk
mengisi parit luar!
Sayang sekali bahwa rencana berpelukan
seperti pasangan tidak berhasil pada Eito, tetapi target utamaku adalah
adiknya! Kali ini aku datang untuk menarik perhatian keluarganya!
(Bersiaplah,
Eito! Meskipun kamu adalah bos raid yang sangat sulit ditaklukkan dan tidak peka! Dengan
mengisi parit luar, aku akan meraih kemenangan!)
Ayo,
sadarilah, Hikari-san!
Lihatlah
kami, Eito dan aku!
Lihatlah
betapa aku sepenuhnya bersandar pada tubuh dan dadaku di lengan Eito!
Pasti ada
sesuatu yang ingin kamu katakan atau pikirkan!
“…Apa jangan-jangan, Nii-san dan Tendou-san.....”
Eito dan
aku… apa kami kelihatan seperti sepasang kekasih? Atau kami tampak seperti pasutri baru?
“…Apa
kalian berdua sangat akrab?”
Iya sih… Memang
iya kami sangat akrab, tapi bukan begitu! Bukan begitu yang kuinginkan!
“Kedengarannya
terlalu berlebihan untuk
mengatakan kami sangat akrab, tapi
kurasa begitu.”
“Ya...
kurasa benar juga. Kita
dekat. Lagipula. kami saling mempercayai satu sama lain.”
“Sudah
kuduga! Aku sudah
berpikir begitu! Teman perempuan akrabku sering menempel
dan merangkulku sambil berkata, 'Rasanya seperti sedang kencan, ya?' dengan senang hati!”
…Mungkin.
Mungkin saja.
(Hikari-san
juga tampaknya cukup tiddak peka,
ya?)
Mungkin kedua kakak beradik ini memiliki
sifat yang tidak peka. Sambil memikirkan hal itu, kami masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu, ibu Eito
dan ayah tirinya menyambut kami.
“Namaku
Tendo Hoshine. Aku selalu berterima
kasih atas semua bantuan yang diberikan oleh Eito.”
“Aku
ibunya Eito. Terima kasih banyak ya, Tendou-san. Aku sangat menghargainya.”
Ibu Eito
menundukkan kepala dalam-dalam. Sekarang sepertinya kondisi mentalnya sudah
cukup stabil, tetapi dari tubuhnya yang ramping, terlihat jelas perjuangan yang
telah dilaluinya.
“Bu.
Tendou-san dan Nii-san sangat akrab, lho.”
“Akrab?”
“Tendou-san sampai berpelukan seperti
ini!"
Tidak
kusangka Hikari-san yang akan berpura-pura sebelum aku bergerak!
Betapa hebatnya
adik ini!
Apa ini
mungkin merupakan bantuannya demi mendukung
masa depan kakak iparnya!?
MVP hari ini sudah pasti Hikari-san!
“Oh,
berpelukan… bukannya itu
berarti…”
Itu
berarti… apa, Ibunda Mertua?
Kami
terlihat seperti pasangan yang pantas untuk berjalan bersama
seumur hidup, bukan?
“Memang,
mereka kelihatan akrab, ya.”
Tidak…
tidak salah sih, tapi tetap saja! Tidak, itu
berbeda, bukan begitu maksudnya!
Tolong
pikirkan dengan baik-baik, Ibunda Mertua!
Seorang
wanita yang sudah cukup umur untuk menikah merangkul
lengan seorang pria yang sudah cukup umur untuk menikah!!
Ini jelas-jelas sentuhan tubuh yang super
dinamis dan penuh ketertarikan!
Pokoknya!
Dari sudut mana pun, ini bukan tindakan seorang gadis yang tidak memiliki
perasaan, kan, Ibunda Mertua!?
(Bukan hanya Eito dan
Hikari-san saja yang
satu-satunya
tidak peka, tak kusangka kalau
Ibunda Mertua juga…
jangan-jangan… sifat tidak peka Eito diwarisi dari ibunya!?)
Kalau
dipikir-pikir, sepertinya ayah tirinya sudah lama menyukai Ibu Eito… seluruh keluarganya tidak peka!? Tidak
mungkin…!
“..................
(Aku mengalihkan pandanganku ke Ayah Mertua, yang tidak ada hubungan darah
dengan ketiga anggota keluarga Yagiri.)”
“..................
(Ayah Mertua membalas tatapanku, seolah-olah merasakan sesuatu.)”
“..................
(Aku menatap matanya, bertanya-tanya apakah memang begitu.)"
“..................
(Benar begitu, Ayah Mertua balas mengangguk, tatapan matanya jelas menunjukkan
kesedihan.)”
Benar-benar
di luar akal sehat.
Rupanya,
rumah keluarga Asami saat ini merupakan
sarang para bos raid.
Selain itu,
aku tak pernah menyangka kalau Ayah Mertua
dan aku bisa saling memahami dengan baik tanpa perlu bicara sepatah kata pun.
Tidak. Malahan orang ini sudah seperti Senpai
bagiku.
“…Aku
adalah ayah tiri Eito-kun dan
Hikari. Izinkan aku mengucapkan terima kasih. Terima kasih telah melindungi Eito-kun.”
“Sama-sama,
aku juga bersyukur karena Eito
selalu membantuku. …Oh, bolehkah aku memanggilmu Shishou?”
“Hmm…
yah, jika Tendou-san tidak keberatan.”
"Kalau
begitu, aku akan memanggilmu begitu,
Shishou.”
Orang ini
merupakan senior dan guru yang harus
dihormati. Karena dirinya berhasil
mengalahkan bos raid yang sulit ditaklukkan.
Dirinya
telah mencapai sesuatu yang belum kucapai. Ia
layak mendapatkan pujian dari Tendou
Hoshine. Jika aku yang membuat buku pelajaran, dia pasti akan menjadi orang
hebat yang mengisi banyak halaman.
“““…………???”””
Ketiga orang
anak dan ibu yang tidak peka itu terlihat kebingungan. Aku tidak menyangka akan
merasakan hubungan darah di tempat seperti ini.
(Tapi,
jangan terlalu kecewa, Tendou
Hoshine. Ya, hari ini aku sudah menyapa keluarga Eito. Ini saja sudah menjadi
keuntungan besar yang tidak dimiliki oleh kucing
garong kelas kakap lainnya. Tidak diragukan lagi,
aku telah sedikit mengisi parit luar…)
Meskipun
kemajuan yang kuharapkan jauh dari kata
ideal, tetap saja, aku telah melangkah maju!
――――Ding
dong.
Seolah-olah
kenyamananku untuk diriku sendiri sedang dicabik-cabik.
Suara
elektronik interkom bergema di ruang tamu.
Gawat.
Entah kenapa, aku punya firasat buruk tentang ini.
“Apa
ada kiriman paket?”
“Tidak,
mungkin itu…Otoha-san
dan Miu-san?”
…………Hah???
“Eh?
Apa? Kenapa? Otoha? Dan Miu? Datang ke
sini?”
“Ojou, tanda
tanyamu terlalu banyak.”
“Daripada
itu, cepat jawab saja pertanyaanku.”
“Ketika
aku memberitahu mereka berdua tentang
hari ini, mereka juga katanya sangat
ingin menyapa.”
“Kamu…
bilang apa tadi…………………………”
Maksudku,
mereka berdua dalam posisi
apa sih saat datang ke sini!?
“Otoha-san…
apa jangan-jangan yang Nii-san maksud itu Habataki Otoha
yang terkenal itu? Eh!? Nii-san,
apa benar kamu berteman dengan Otoha-san!?”
“Bukannya
aku sudah pernah bilang?”
“Habisnya,
habisnya,
Habataki Otoha-san yang terkenal itu lho!? Penyanyi legendaris dunia!? Mana mungkin aku bisa mempercayainya…
aku sangat, sangat, sangat, sangaaat, penggemar beratnya…!”
“Eito-kun, Miu-san yang kamu maksud itu… putri dari keluarga konglomerat Shigenin?”
“Apa Ayah mengenalnya?”
“Baru-baru
ini aku berkesempatan mengobrol dengannya di pesta kerja. Aku terkesan dengan
kecerdasannya. Oh, iya, kurasa dia juga sempat membicarakan tentangmu… walaupun aku merasa tidak enakan dengan
Tendo-san.”
Ah! Semua
keuntungan yang aku kumpulkan hari ini hancur berantakan!
“Aduh,
aduh. Kalau begitu, kita harus
segera mengundang mereka masuk.”
“Kurasa
Anda tidak perlu terburu-buru, Ibunda Mertua! Sebisa mungkin, pelan-pelan saja, kalau bisa biarkan mereka menunggu
sampai hari kiamat tiba, Ibunda Mertua!”
Permohonanku
yang penuh harapan sia-sia, karena Ibunda Mertua mulai mengundang kucing garong kelas kakap itu
masuk.
Kalau
dibiarkan terus, sepertinya tinggal menunggu waktu saja sampai
dua makhluk buas iti datang
menyerbu.
Tidak,
sepertinya mereka sudah tidak bisa dihentikan sekarang.
“Ugh...
Ugh...!”
“Ojou? Apa ada
yang salah??”
“Kalau
sudah begini, ayo datanglah
sebanyak mungkin tak peduli berapa
pun jumlahnya, dasar kucing garong!
Aku tidak akan kalah… aku pasti,
pasti, pastiiiiiiiiiiiiiiiiiii tidak
akan kalah sama sekaliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!”
