Epilog — Ojou Membuat Pernyataan
――――Beberapa
waktu telah berlalu sejak aku kembali menjadi pelayan Ojou.
Kehidupan
sehari-hariku yang telah hilang
bersama ingatanku kini mulai
kembali semula.
Kehidupan
sehari-hariku mungkin tidak sebiasa. Karena ini
adalah kehidupan sehari-hari yang paling istimewa dan paling bahagia di dunia.
“……Teh
ini enak, ya. Rasanya hangat dan
menenangkan.”
“Eito-sama memang hebat. Rasa daun teh
benar-benar terasa.”
“Aku
sangat menghargainya.”
Kepercayaan diriku jadi meningkat ketika aku menerima
pujian dari Otoha-san yang memiliki
indra tajam dan Miu-san,
putri dari keluarga Shigenin.
Tentu saja, ini adalah teh yang biasa aku sajikan untuk Ojou, jadi aku merasa kalau aku tidak
melakukan hal yang luar biasa.
“Ah…
Keahlianmu sungguh mengesankan. Eito-sama, bagaimana jika kamu
melayani keluarga Shigenin?”
“Hei,
dasar kucing garong! Kenapa kamu dengan percaya diri
mencoba merebut Eito
di depanku?”
“Ara, memangnya
ada masalah?”
“Jelas-jelas
ada!”
“……Jangan begitu, Miu.
Jika kamu mencoba merekrut Eito…”
“Benar banget. Ayo katakan
saja padanya, Otoha. Ajari Ojou-sama yang tidak tahu sopan santun ini
tentang apa itu sopan santun.”
“……Karena Eito sudah pasti akan menjadi
manajerku.”
“Dasar dua kucing garong yang tidak tahu sopan santun!”
“Aku
jadi penasaran, apa ada yang namanya
kucing garong yang tahu sopan santun.”
“……Sebenarnya,
aku tidak berniat menjadi kucing garong.”
“Benar sekali. Lagipula, tidak ada yang
menjadi milik Hoshine-san.”
“Ugh…!
Sejak tadi kamu bicara sembarangan…! Seharusnya aku tidak membiarkanmu masuk!”
“Ara~ara~. Kamu
yakin kamu mau mengatakan hal seperti itu?”
“……Hari
ini, kita adalah tamu yang diundang Hoshine.”
Ya. Hari
ini, Otoha-san dan Miu-san
diundang ke rumah keluarga Tendou untuk mengadakan pertemuan teh. Tuan rumahnya
adalah Ojou. Katanya dia ingin memberikan 'ucapan
terima kasih'. Entah itu ucapan
terima kasih untuk apa, aku sendiri tidak
tahu secara spesifik.
“Gunununununu…!”
“Eito-sama,
boleh aku minta tambah? Kumohon
lakukan dengan tulus.”
“……Eito, aku juga. Tolong masukkan banyak kasih
sayang.”
“Baiklah.”
“Ugh…!
Ughihihih…!”
Ojou
sepertinya ingin mengatakan sesuatu sejak tadi, tapi
dia terus berusaha
menahan diri. Sebaliknya,
Otoha-san dan Miu-san tampak
sangat senang.
Pasti ada
bentuk persahabatan yang takkan pernah kupahami, yang hanya bisa dimengerti oleh mereka
bertiga. Melihat
pemandangan seperti itu dari dekat merupakan
kebahagiaan yang tak tergantikan.
“Haah…
haah… Kamu sedang menyeruput tehmu dengan elegan ya, Otoha. Kamu yakin ada waktu luang?”
“Memang.
Kamu pasti sangat sibuk setelah
kembali beraktivitas, ‘kan?”
Otoha-san
baru-baru ini mengumumkan kembalinya aktivitasnya secara resmi.
Setelah
pengumuman tersebut, jagat dunia maya dipenuhi dengan topik mengenai dirinya, dan tawaran pekerjaan
pun berdatangan.
“……Manajerku yang mengatur jadwalnya.”
Tidak
diragukan lagi manajernya, Sudou Moriko-san,
menangani situasi ini dengan sangat baik.
Dalam
siaran langsung baru-baru ini, dia
menunjukkan bahwa suara nyanyian [Habataki
Otoha] masih seindah seperti sebelumnya. Tidak. Dia bahkan menunjukkan
bahwa dia telah berkembang lebih jauh sejak sebelum hiatus.
Percaya
pada bakat dan kemampuan Otoha-san sebagai seorang artis, dia dengan tenang
mengatur jadwal tanpa terbawa suasana setelah kembali. Setelah kembali beraktivitas, dan
mempertimbangkan latar belakang penghentian aktivitas, mungkin masih ada
beberapa hal yang tidak bisa dipaksakan.
“……Tapi,
kurasa mulai sekarang aku mungkin bakalan jarang ke
sekolah. Itu sangat disayangkan.”
“Aku sendiri
bahkan sekolahnya berbeda. Jadi, jika kamu semakin jarang ke sekolah, itu bahkan sangat
menguntungkanku.”
“……Ada
juga orang yang sangat curang, yang bahkan
tidak hanya di sekolah saja, tapi selalu bersamanya sepanjang waktu.”
“Kelihatannya
ada Ojou-sama yang ingin melepaskan hak
istimewa curang itu."
“Ah,
ya ya! Terima kasih banyak atas penjelasannya!”
Aku masih
tidak begitu mengerti situasinya, tetapi sepertinya Ojou masih
dalam proses 'mengucapkan terima kasih' dan berada dalam posisi di mana
dia tidak bisa menolak kedua orang itu.
……Hubungan mereka bertiga sangat
akrab dan mereka berteman
baik satu sama lain, jadi aku tidak berniat mengganggu waktu mereka. Namun, mereka sepertinya paling
bersemangat saat membicarakan topik yang sama sekali tidak kuketahui, jadi aku
merasa sedikit kesepian.
“Ufufu.
Mungkin lain kali, kita bisa meminta Hoshine-sama menyajikan teh untuk kita?”
“……Mau sekalian dia mengenakan pakaian
pelayan juga?”
“Ide
bagus! Aku akan menyajikan teh yang sangat enak sampai pipinya jatuh!”
“Itu
tidak akan jatuh secara fisik, kan?”
“……Mungkin
saja. Karena Hoshine mempunyai cara berpikir yang aneh.”
“Aku
tidak ingin mendengar itu darimu yang mempunyai sifat
buta arah yang aneh!”
Dengan
cara seperti itu, Ojou yang biasanya jarang diusik kini diperlakukan dengan
cara yang satu arah oleh kedua orang itu, dan pertemuan teh yang juga merupakan
'ucapan terima kasih' pun berakhir.
•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•
“Capek
sekali……”
Setelah
perjamuan teh selesai, Ojou terbaring di
tempat tidur dan
mengeluarkan napas seolah semua rasa lelahnya tersedot habis dari dalam
tubuhnya.
“Ini
hal paling melelahkan yang pernah kualami... Aku tidak akan pernah mengundang para kucing garong itu ke sini
lagi...”
“Begitu
ya. Maka, mari kita siapkan daun teh yang sesuai dengan selera Otoha-san dan Miu-san untuk persiapan berikutnya.”
“Apa
kamu mendengarkanku!?”
“Aku
mendengarkannya. Selain
itu, aku juga melihat pertemuan teh hari ini dari samping. Melihat Ojou
berbicara dengan ceria dengan kedua orang itu.”
“Itu
bukan tentang terlihat ceria……”
Ojou
mencoba mengelak, tetapi dia segera
mengangguk dengan enggan.
“Yah…… mungkin saja begitu. Kupikir aku bisa mengundang mereka
lagi di lain waktu…… ya. Itu adalah waktu yang menyenangkan.”
“Aku
tahu.”
“……Apa sih? Apa-apaan sih? Apa-apaan
dengan ekspresi wajahmu yang terlihat menghangatkan hati itu!”
“Karena
aku merasa itu menghangatkan hati. Selain itu, aku juga senang bisa kembali.”
Pemandangan
ini. Aku bisa melihat wajah Ojou dari dekat. Hanya dengan itu saja sudah ada nilainya aku kembali.
“Kalau
dipikir-piki, kurasa sebentar lagi, ‘kan? Keluargamu akan pergi ke
luar negeri."
“Benar.
Sepertinya mereka sudah hampir siap.”
Ngomong-ngomong,
aku masih berhubungan dengan Hikari dan ibu, jadi aku juga mengetahui kabar
terbaru mereka.
“Apa
kamu akan pergi mengantarnya pada hari itu?”
“Ya.
Jadi, aku berencana untuk mengambil cuti pada hari itu.”
“Oh,
ya. Ambil saja. Karena Eito
biasanya bekerja terus-menerus.”
“Aku tidak
merasa terbebani. Aku melakukannya
karena aku menyukainya.”
Aku tidak
pernah merasa melayani Ojou itu sesuatu yang
merepotkan. Malahan,
aku merasa lebih nyaman di hari liburku. Rasanya
seakan-akan wajar saja kalau hidupku ada demi Ojou.
“……Hei,
Eito. Kenapa kamu kembali?”
“Eh?”
“Kamu
bilang merasa kesepian… apa itu benar-benar satu-satunya alasan?”
Ojou
bangkit dari tempat tidur dan melangkah satu langkah lebih dekat.
“Apa
tidak ada alasan lain…?”
“Ojou?”
“Misalnya,
katakanlah…”
Satu
langkah. Satu langkah lagi.
Langkah Ojou
tidak berhenti.
“Karena
kamu menyukaiku… jadi kamu kembali?”
Aku
terpojok hingga ke dinding. Jari-jemari Ojou yang putih, ramping dan sebening bak karya
kaca dengan cepat mencengkeram tanganku.
“Hei.
Beritahu aku? Eito… bagaimana perasaanmu yang sebenarnya.”
Wajah Ojou
begitu dekat. Jarak kami sangat dekat sampai-sampai aku bampir
bisa merasakan napasnya. Persis seperti kejadian
di gerbong kereta dulu, tubuh kami saling
menempel.
Mata Ojou
yang berkilau menangkapku dan tidak akan melepaskanku.
“…………
Sejujurnya, aku bukan
hanya kesepian."
“Jika
bukan hanya kesepian, lalu apa?”
“Itu――――……”
Berbicara
dengan Yukimichi membantuku menyadari perasaanku sendiri. Aku
merasa kesepian. Aku sangat sedih berpisah dari Ojou. Setelah menyadarinya, pikiranku
terasa tenang, dan aku segera berbicara kepada Hikari dan Ibu.
“Maafkan aku. Hikari, Ibu. Aku akan kembali ke sisi Ojou.”
Aku
mengatakannya dengan jelas dan menetapkan niatku.
Aku ingin
kembali. Bukan hanya ingin, tapi aku akan kembali.
“Maafkan
aku yang egois. Tapi, aku sudah memutuskannya.”
“……Nii-san. Boleh aku bertanya
alasannya?”
“Itu
karena――――……”
Alasan
yang kukatakan kepada Hikari dan ibu pada waktu
itu.
Itu pasti
menjadi alasan utamaku kembali.
“Itu
karena―――― aku sudah bersumpah untuk mengabdikan seluruh hidupku padamu, Ojou.”
Pada akhirnya,
Cuma itu saja. Itulah
satu-satunya alasan terpenting bagiku. Perasaanku semakin kuat setelah
kejadian ini.
“Bu-Bukannya
itu sama saja dengan la… hya!?”
Aku
melepaskan tanganku dari genggaman tangan
Ojou yang mencengkeram tanganku. Kami berputar layaknya sedang menari dalam
acara dansa, mengubah posisi tubuhku dengan Ojou.
Kini, giliran Ojou yang terpojok di
dinding.
“E-Eito…?”
“Aku tidak
bisa membayangkan kehidupan tanpa kehadiranmu, Ojou. Keberadaanmu kini sudah menjadi sosok
yang lebih penting bagiku daripada keluarga atau apa pun. …Aku telah menyadari
itu dengan baik.”
Punggung
tangan Ojou, area yang tidan ingin dinodai oleh siapa pun. Dengan penuh rasa hormat, aku
menyentuh punggung tangannya dengan bibirku.
“Aku
bersumpah sekali lagi. Aku akan mengabdikan
seluruh kehidupanku untuk Ojou. Aku tidak akan
pernah pergi meninggalkanmu lagi.”
“――――!”
Wajah Ojou
seketika memerah. Dia merosot ke bawah sambil
menggesekkan punggungnya ke dinding.
“Ojou?
Ada apa?”
“Aku
kalah lagi…”
“Eh?”
“Kamu
curang… Eito selalu begitu. Ketika aku merasa menyerang, kamu selalu membalas
dengan serangan balik…!”
Aku tidak
mengerti apa yang terjadi, tetapi sepertinya Ojou merasa kalah. Aku
sama sekali tidak tahu apa yang membuatnya kalah.
“Kalau
begitu, aku juga akan bersumpah!”
Kemudian,
Ojou mengangkat wajahnya dan berdiri dengan semangat.
“Aku
akan mempertaruhkan nyawaku kalau aku pasti, pasti, dan pasti~~~! Aku akan mengalahkanmu, Eito!”
“Eh?
Mengalahkan? Apa kita sedang bertanding?”
“Ya!
Ini adalah pertandingan! Ini adalah pertarungan! Melawan para kucing garong dan juga
melawanmu!”
Pertandingan
apa yang sedang mereka lakukan?
Tanpa
memberi kesempatan padaku
untuk bertanya, Ojou dengan lantang mengumumkan.
“Perhatikan baik-baik! Tendo Hoshine-sama ini tidak akan kalah dari siapa pun! Aku pasti akan menang!”
