Ojou-sama no Yousu ga Vol 3 Chapter 5 Bahasa Indonesia

Chapter 5 — Bintang-Bintang di Langit dan Sayap Biru

 

Eito sudah kembali ke keluarganya. Persis sesuai perintahku. Ketika aku melihat ke dalam kamar pelayan yang pernah digunakan oleh Eito, tidak ada jejaknya yang tersisa di sana. Seperti kabut tipis, ia menghilang tanpa meninggalkan apapun. Mungkin wajar saja karena ia memang bukan orang yang memiliki banyak barang.

“…………” 

Kamar yang kosong tanpa ada apa-apa. Tempat di mana seharusnya ada orang, kini kosong. 

Bu-Bukan apa-apa kok? Ia hanya sedikit menjauh. Bukan berarti kita tidak akan bertemu lagi seumur hidup.” 

Meski aku berkata demikian, tapi aku sudah berkali-kali melihat ke dalam kamar yang digunakan Eito. Kuakui aku masih merindukannya. Aku bahkan tidak bisa berbicara baik dengannya di sekolah. Padahal ia akan pergi ke luar negeri. 

Aku tidak tahu harus berbicara apa saat bertemu dengannya

Aku tidak bisa menatap wajah Eito dengan langsung. 

Padahal, kami tidak bertengkar atau sedang bermusuhan. 

Ojou-sama. Sekarang sudah waktunya.” 

“……Ya. Aku akan pergi sekarang.” 

Biasanya, orang yang menemaniku adalah Eito, tapi kini Oikawa yang menggantikannya. Dia juga sangat baik. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tidak ada kesulitan. 

Dunia pasti seperti itu. Ketika seseorang pergi, pasti ada yang menggantikan. 

“Apa rencana setelah ini?” 

Anda dijadwalkan untuk menghadiri makan malam sebagai wakil dari Tuan Besar.” 

“Oh iya... ngomong-ngomong, begitu ya.” 

Ayah dan ibuku sibuk dengan pekerjaannya. Karena itulah, kadang-kadang aku diundang untuk menghadiri makan malam seperti ini. Dalam acara makan malam yang tiba-tiba seperti kali ini, terutama aku yang banyak berperan. 

Biasanya, aku merasa malas dan lebih suka berdiam diri di rumah membaca dokumen atau melanjutkan penelitian, tetapi sekarang aku tidak merasa seperti itu. 

Aku naik mobil bersama Oikawa, menuju restoran yang ditentukan oleh pihak lain. 

Kebetulan, itu adalah ruang pribadi di restoran yang baru saja kugunakan bersama Miu beberapa hari lalu. 

Aku masih ingat bagaimana mereka sampai repot-repot memesan seluruh tempat dan menyebabkan begitu banyak gangguan. Aku merasa sedikit lebih tenang karena ini tempat yang familiar dan baru kukunjungi baru-baru ini. 

Tentu saja, pihak lain tidak tahu tentang situasi tersebut... 

(…Ngomong-ngomong. Aku belum menerima dokumen dari pihak lain.) 

Biasanya, Eito yang menyerahkan dokumen tentang orang yang akan makan malam bersamaku

Ketika Eito tidak ada di rumah karena menjalankan misi, orang lain seharusnya membawa dokumen itu. Namun kali ini, aku tidak ingat menerima informasi tentang pihak lain

(Apa ini kesalahan Oikawa? Ya sudah... kadang-kadang, hal seperti itu memang terjadi.)

Sejujurnya, saat ini aku tidak dalam keadaan untuk bisa menunjuk kesalahan orang lain. Meskipun tidak jarang ada peserta yang tidak terduga muncul karena masalah kesehatan, aku cukup percaya diri bisa menangani siapa pun yang datang. 

“……?” 

Tiba-tiba, aku merasakan ketidaknyamanan melihat pemandangan di luar jendela mobil. Aku mengingat jalan dan pemandangan menuju restoran yang ditentukan oleh Miu. Namun sekarang, tempat yang dilalui mobil berbeda dari rute sebelumnya. 

Aku mencoba mencari informasi dengan ponselku, tetapi tidak ada informasi tentang penutupan jalan atau kemacetan. Ini bukan jalan pintas menuju restoran. 

Jelas sekali. Dengan sengaja. Mobil ini melaju di jalan yang berbeda dari tujuan yang seharusnya. 

“Oikawa, kita mau ke mana?” 

“Ke tempat yang telah dijanjikan sebelumnya.” 

“Jangan berpura-pura denganku. Aku tahu kita menuju tempat yang berbeda.” 

“Tidak, ini sesuai rencana.” 

Artinya, tujuan yang disampaikan padaku dari awal adalah palsu. Dalam situasi ini, sebagai satu-satunya putri keluarga Tendou, pengkhianatan mungkin menjadi pertimbangan, tetapi instingku mengatakan bahwa ini ‘tidak benar’. Aku tidak sombong, tetapi insting seperti ini tidak pernah salah. 

Suara Oikawa juga terdengar tenang, dan ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan... setidaknya, aku ingin berpikir begitu. 

“Apa aku membuatmu khawatir?” 

“……Ya, bisa dibilang begitu.” 

“Jawaban yang lemah untukmu, Ojou-sama. Biasanya, di situ kamu akan berkata, ‘Hah? Khawatir? Aku?’” 

“Ugh, suara itu menjengkelkan. Nol poin.” 

“Ahaha. Terlalu galak.” 

Bertingkah sedikit santai adalah ciri khas Oikawa. Sepertinya dia tidak sedang dicuci otak atau semacamnya

Aku minta maaf jika sudah membuat Ojou-sama khawatir. Memang benar ini berbeda dari tujuan yang disampaikan sebelumnya, tetapi kita tidak akan pergi ke tempat yang aneh. …Jika saja Eito ada di sini, aku yakin ia bisa membuatmu merasa tenang.” 

“…………” 

Dia menyentuh titik yang menyakitkan. Jika saja Eito ada di sampingku, pasti aku takkan merasa sepatah kata pun kecemasan. 

“Aku bukannya tidak mempercayaimu. Hanya saja... aku...” 

“Aku mengerti.” 

Dengan nada lembut, Oikawa berani memotong kata-kataku. 

“Aku mengerti. Jadi tolong jangan buat wajah seperti itu.” 

“Wajah seperti apa...?” 

“Belakangan ini, wajah Ojou-sama terlihat sangat buruk.” 

“Eh? Bagaimana bisa kamu bilang ‘wajah buruk’ kepada majikanmu?” 

“Karena memang wajah Ojou-sama terlihat buruk.”

Aku menyadari hal itu. Atau lebih tepatnya, orang lain juga sudah memberitahuku. 

“Semua pelayan sangat khawatir. Beberapa dari mereka bahkan tidak bisa bekerja dengan baik.” 

“Bukannya itu terlalu berlebihan?” 

“Itu sama sekali tidak berlebihan. Ojou-sama, semua orang sangat mengagumimu. Selain itu, jika majikanmu memiliki wajah yang suram, para anjing kecil itu akan merasa terganggu.” 

“Kalau mereka anjing kecil, mereka seharusnya tidak menyimpang dari jalur.” 

“Ya, itu karena aku cuma anjing yang nakal.” 

Memangnya kamu perlu mengatakan itu sendiri?” 

Jika dia benar-benar hanya anjing yang buruk, dia tidak seharusnya berada di sampingku. Jadi, jika Oikawa bergerak seperti ini, pasti ada niat atau tujuan tertentu. 

“Baiklah, nikmati jalan-jalan yang berbeda dari biasanya. Untuk anjing buruk yang merasa terganggu.” 

“……Karena apa boleh buat, aku akan menemaninya. Sebagai majikan.” 

Seolah pasrah, aku menatap kosong ke luar jendela. Di dalam pemandangan yang berlalu dan berubah. Wajahku terpantul di kaca jendela.

(Memang... wajahku mungkin kelihatan ‘mengerikan.) 

Dari pantulan kaca jendela, aku melihat seorang wanita yang tidak menyenangkan, dengan ekspresi seolah-olah aku sangat tidak bahagia. 

Wajahku yang tidak mirip dengan Tendo Hoshine yang penuh keraguan dan penyesalan. 

Ojou-sama, ada siaran yang ingin kutonton, boleh aku menontonnya sekarang?” 

Itu bukan pernyataan yang pantas saat sedang bekerja. Tapi, ya sudah.” 

“Terima kasih banyak!” 

Oikawa meraih tablet yang disediakan di mobil, membuka situs siaran. Sepertinya ini adalah program musik yang disiarkan secara langsung. 

Rasanya tumben sekali bagi Oikawa. Dia lebih suka menonton pertandingan seni bela diri atau dokumenter tentang petarung. 

“……Jika kamu mau menonton, setidaknya pakailah earphone.” 

“Tidak masalah, ‘kan? Ayo kita tonton bersama.” 

Dengan volume sedikit lebih keras, pembawa acara yang menghangatkan suasana memperkenalkan artis yang tampil di program tersebut. 

“Sekarang, mari kita sambut tamu spesial!” 

Dengan pengaturan waktunya yang tepat, membuat perhatian penonton tetap tertuju. Dengan gestur yang diselingi oleh keahlian pembawa acara yang mumpuni, tamu spesial itu memasuki ruangan. 

“――――Habataki Otoha-san!” 

“…………Eh?” 

Pandanganku teralihkan dari kaca jendela, tertarik pada layar tablet di tangan Oikawa.

Dalam siaran langsung yang berlangsung secara bersamaan, memang terlihat sosok teman yang sangat kukenal. 

Kemunculan penyanyi yang seharusnya sudah hiatus, membuat kolom komentar siaran menjadi heboh

“……Selamat siang, semuanya. Aku adalah Habataki Otoba. Aku mohon maaf atas kekhawatiran yang ditimbulkan akibat berita hiatus yang mendadak.” 

Otoha berbicara dengan tenang dan apa adanya. Dia terlihat berbeda dari yang aku kenal. Sosoknya sebagai seorang artis ada di sana. 

“Pada kesempatan ini, aku ingin memberikan pengumuman kepada semua orang.” 

Otoha menarik napas dalam-dalam. Dengan tekad yang tenang, ia menatap lurus ke depan. 

“……Aku, Habataki Otoha, mulai hari ini akan melanjutkan aktivitasku.” 

Pengumuman itu membuat kolom komentar melonjak dengan penuh kegembiraan.  Bukan hanya penonton di lokasi acara, tetapi juga para artis yang tampil bersamanya menunjukkan kegembiraan mereka. 

“Kenapa…?” 

Aku sudah mendengar tentang kapan Otoha akan kembali beraktivitas. Seharusnya, jadwal kembalinya lebih jauh di masa depan. 

Tapi mengapa dia tiba-tiba…? 

“Sehubungan dengan itu, aku ingin mempersembahkan lagu baru di sini.” 

Pernyataan Otoha membuat suasana di lokasi dan kolom komentar semakin panas. 

Lagu baru dari artis terkenal dunia, “Diva” Habataki Otoha. 

Dengan kebanggaan yang luar biasa, semua orang di dunia telah menunggu momen ini. 

“Judul lagunya adalah――――‘Bintang-bintang di Langit dan Sayap Biru Berkibar.” 

Mendengar judul lagu itu, aku teringat saat kami bertiga berbincang di malam hari. 

――――Tidak ada aturan bahwa orang yang paling pandai bernyanyi harus menjadi pusat perhatian. Ngomong-ngomong, nama grupnya adalah ‘Tendou Hoshine dan Para Kucing Garong yang Menyenangkan’. 

―――― Bagaimana kalau dengan ‘Blue Feather’? 

――――……Ternyata lebih cocok dari yang kubayangkan. 

――――Jika diterjemahkan langsung… mungkin berarti sayap biru? 

――――Biru yang menggambarkan laut.

 

Hanya kami bertiga yang ada di tempat itu yang bisa memahami makna judul lagu ini. 

Ini… pesan dari Otoha. 

Ini bukan sesuatu yang ditujukan untuk dunia.

Ini bukan sesuatu yang ditujukan untuk semua orang di seluruh dunia yang telah menantikan lagu Otoha.

Sebuah pesan yang ditujukan hanya untuk kami berdua. 

……Tidak, hanya untuk saat ini, pasti. 

Pesan itu cuma ditujukan padaku.

 

──────✧❅✦❅✧──────

(Sudut Pandang Habataki Otoha)

 

Sebagai seorang diva, aku merupakan sosok yang dikagumi banyak orang. Dari atas panggung, akulah sosok yang menerima tatapan dan tatapan dari mereka yang datang untuk mendengarkanku bernyanyi. Semua orang memandangi Otoha, sayapnya yang mengepak, seolah ia adalah sebuah bintang tunggal.

Aku juga pernah mengagumi seseorang. Dia adalah ibuku. Aku ingin bisa menyanyikan lagu-lagu ajaib seperti ibuku.

Dengan pemikiran itu, aku telah berkarya sebagai penyanyi hingga saat ini. 

Namun―――― lagu yang dinyanyikan takkan bisa menggapai seseorang yang telah tiada

Aku selalu mengagumi bintang-bintang yang tak ada di dunia ini, bintang-bintang yang takkan pernah bisa kugapai. Tapi entah kenapa, aku merasa mungkin aku takkan pernah mengagumi siapa pun lagi selagi aku hidup. 

Ada penyanyi dan artis yang kuhormati, dan ada orang-orang yang diakui memiliki kemampuan lebih baik dariku. Namun, aku tidak pernah merasa tidak bisa melampaui mereka. 

Sehebat apa pun mereka, aku tak pernah merasa bintang itu berada di luar jangkauanku. Bintang-bintang yang kupandang tak lagi ada di dunia ini.

Akulah satu-satunya bintang yang ada di dunia ini.

Aku merasa kedinginan, melayang dalam kegelapan pekat, mengembara tanpa tujuan.

Sekarang aku mengerti. Jadi inilah perasaan kesepian. Aku bisa memahami kesepian itu berkat mereka berdua. Eito. Dan―――― Hoshine. 

Bintang yang bersinar di alam semesta yang kukira tak terjangkau dan sepi. Seseorang yang bisa menjadi rival secara langsung. Seseorang yang bersinar di tempat yang sama denganku. Temanku. 

Berkat  Hoshine, aku menyadari bahwa aku sendirian. Aku bisa merasakan perasaan kesepian. 

Untuk pertama kalinya, aku merasakan keinginan untuk tidak kalah.

Aku merasa iri pada Hoshino yang selalu begitu percaya diri dan mampu mengungkapkan perasaannya tanpa ragu. 

Bintang-bintang yang kukira berada di tempat yang sama, tiba-tiba menjadi sesuatu yang harus aku lihat dengan penuh kekaguman. 

Inilah pertama kalinya. 

Seorang teman yang setara denganku. Dan seseorang yang patut dikagumi selain ibuku. Kurasa aku terlalu naif tentang perasaan-perasaan baru ini. 

Aku terjebak dalam alam semesta yang manis seperti permen kapas, melayang-layang di dalamnya. Aku merasa puas memandang ke atas dan justru membiarkan Hoshine sendirian. 

Meskipun aku seharusnya tahu betapa sepinya sendirian di kegelapan yang pekat.

 

――――……Aku merasa iri pada Hoshine. 

――――Hoshine yang bisa mengekspresikan emosinya tanpa ragu, terlihat bersinar. Seperti bintang yang bersinar di langit. 

――――Aku, Sang Diva, dulu memandang bintang-bintang. Tapi sekarang...bahkan ketika aku memandang ke atas, bintang-bintang tampak redup. Dan itu membuatku sedikit...sedih.

 

Sedih. Seharusnya aku tidak membiarkannya berakhir di situ. Aku yakin seharusnya aku tidak meninggalkan ruangan itu saat itu. Seharusnya aku berusaha lebih keras untuk meraih hati Hoshine. Aku harus meraihnya. 

Alasanku tidak melakukannya adalah karena takut akan kehancuran. 

Teman yang pertama kali kutemukan tanpa rasa sungkan. Aku tidak ingin merusak bintang yang bersinar di tempat yang sama. Karena aku tidak suka jika sesuatu yang indah hancur, pecah, dan hilang. 

Kupikir lebih baik cahaya bintang itu redup daripada kehilangannya...atau begitulah yang kupikirkan. 

Aku menyadari kelemahan diriku setelah melihat Hoshine yang tertunduk di dalam akademi. Setelah melihat Hoshine dan Eito yang tidak bisa saling bertukar kata. 

(……Aku selalu seperti ini) 

Aku selalu terlambat menyadari sesuatu.

Aku selalu terlambat menyadari sesuatu.

Aku bahkan terlambat menyadari perasaanku sendiri.

(Tapi... masih ada waktu. Aku akan sampai tepat waktu.)

Untuk menyampaikan perasaanku kepada teman-temanku, aku akan menggunakan senjata terhebat yang kumiliki.

Aku tak akan peduli apa pun yang terjadi. Aku akan terus menekan perasaanku dengan cara apa pun.

Karena aku telah melihat tekad itu dari dekat. 

(……Hoshine. Aku akan menyampaikannya melalui lagu) 

Aku ingin menjadi penyihir. Seorang penyihir seperti ibuku. Penyihir yang bisa membuat ayahku tersenyum dengan lagu-lagunya

(Perasaanku…… jeritan hatiku…… semuanya, akan kucurahkan ke dalam lagu) 

Dan sekarang, aku sudah mewujudkan impian itu.

 

――――Dari sudut pandangku, Otoha-san adalah seorang penyihir.

 

Ada seseorang yang membuatku menyadari bahwa aku sudah mewujudkannya. 

(……Karena aku adalah penyihir. Lagu-laguku merupakan lagu sihir yang bisa menggerakkan hati orang) 

Sampaikan. Kepada bintang kesepian yang mengapung sendirian di tempat yang kulihat. Aku tidak akan membiarkannya sendirian lagi. Aku tidak akan melihat ke atas. Aku akan pergi ke tempat teman-temanku berada. 

(……Itulah sebabnya, lagu ini pasti akan tersampaikan pada hati Hoshine yang menunduk……!) 

Lagu yang menusuk lebih dalam daripada kata-kata. 

(……Aku bisa melakukannya. Iya, kan? Eito) 

Jadi, sampaikan lah

(……Hoshine, jika kamu merasa kesepian, katakanlah bahwa kamu kesepian

Sampaikan. 

(……Jadilah lebih egois. Jangan bunuh perasaanmu) 

Sampaikan……! 

(……Katakan bahwa kamu ingin Eito kembali!)

 

──────✧❅✦❅✧──────

(Sudut Pandang Tendou Hoshine)

 

Raasanya enusuk lebih dalam daripada kata-kata. Mengoyak hati lebih kuat daripada teriakan. Sungguh tidak adil. Seorang artis dunia mengirimkan pesan yang dimasukkan ke dalam lagu hanya untuk satu orang.

Lagu yang memikat dunia ini, disampaikan oleh satu individu dengan ketajaman yang mendalam. Tidak ada cara untuk menghindarinya. Meskipun tidak ingin, aku dipaksa untuk mengerti. 

Padahal aku bisa saja mengambil tablet dan mematikan daya. Namun, aku tidak bisa melakukannya. Lagu Otoha memiliki kekuatan seperti itu. 

Akhirnya, aku mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Otoha hingga dia selesai. 

“……Oikawa. Sejak kapan kamu bersekongkol dengan Otoha?”

“Jangan sembarangan menuduhku, Ojou-sama. Lagipula, bukan hanya aku yang bersekongkol.” 

Seolah menunggu momen yang tepat, nada dering muncul di ponsel. 

Nama yang muncul adalah lagu baru Otoha. Satu-satunya orang yang bisa memahami arti lagu itu dan makna yang terkandung dalam lagu sebelumnya, selain aku.

 

──────✧❅✦❅✧──────

(Sudut Pandang Shigenin Miu)

 

Ketika seseorang menangis untuk pertama kalinya.

Ketika seseorang beristirahat di bawah liang lahatnya.

Bintang-bintang selalu bersinar di langit. 

Bagi Shigenin Miu, keberadaan Tendou Hoshine adalah bintang yang terus bersinar di atas kepala dari lahir hingga mati. 

Mereka berdua sebaya. Status keluarga mereka pun hampir setara. 

Baik diinginkan maupun tidak, aku pasti dibandingkan dengan Tendou Hoshine sejak lahir.  

Dengan kecantikan yang memiliki keanggunan seperti dewi. Otak yang menyimpan kebijaksanaan, serta kemampuan fisik yang luar biasa. 

Dia terlahir dengan bakat yang dapat mengubah dunia, namun dia tak pernah berhenti bekerja keras. Dia adalah perwujudan dari gagasan kesempurnaan, tanpa kekurangan.

Sebuah bintang di langit yang tak pernah dapat dijangkau oleh manusia mana pun. 

Itulah Tendou Hoshine. 

Aku juga seseorang yang mengagumi Tendou Hoshine.

Aku akan mendongak dan mengulurkan tangan, tapi tanganku hanya menyentuh udara kosong. 

Dan aku kembali mendongak dan terus mengulurkan tangan. Setiap kali aku meraih kekosongan, aku merasa seperti mendengar suara yang mengejekku.

Aku mendengar suara seseorang yang mengasihaniku. Suara yang memberitahuku untuk tidak terlalu memaksakan diri. 

Aku mengabaikannya dan terus mengulurkan tangan, tapi aku merasakan kekalahan berkali-kali, merasakan kegagalan. Dengan panas yang dipancarkan oleh cahaya bintang, aku terbakar oleh rasa cemburu dan keminderan

Ada kalanya aku merasa putus asa. Tidak peduli apapun yang kulakukan, aku tidak bisa menang melawannya. Aku takkan pernah bisa menggapainya. Aku ingin menyerah.

Pertama-tama, hanya aku yang menantangnya secara sepihak. Tak seorang pun akan menyalahkanku jika aku menyerah. Malahan, mereka akan memujiku. Mereka akan memujiku karena berusaha keras. 

Walaupun begitu――――cahaya bintang itu terlalu indah. 

Lebih dari sekadar cemburu, aku mengaguminya. Mau tak mau aku ingin terus mengulurkan tangan.

Dengan air mata menggenang di pelupuk mataku, aku menatap gemerlap bintang yang tak kuinginkan. Sambil memegang bakat yang tersisa, aku berusaha keras tanpa merasa menyesal. 

Aku berkali-kali aku merobek kekosongan, namun tidak bisa berhenti mengulurkan tangan. Sedemikian sulitnya untuk menjauhkan pandanganku dari sosok bernama Tendou Hoshine. 

Dia tidak pernah menjauh dari kehidupanku. 

Dan kemudian――――aku menyadari. 

Tendou Hoshine juga tidaklah sempurna. 

Kesempurnaan hanyalah salah satu aspek dirinya, dan dia hanyalah gadis yang tidak sempurna.

Aku merasa bodoh karena mencoba menolaknya, mencoba melawannya saat dia meronta-ronta dalam cinta. Dan pada saat yang sama, aku menyadari.

Bahwa aku sedang mendorong bintang-bintang menjauh. Langit berbintang ternyata lebih dekat dari yang kukira. 

Sambil mengulurkan tangan, aku justru mendorong bintang itu menjauh. 

Dia bukan hanya sempurna. Dia juga perwujudan dari ketidaksempurnaan yang tidak berguna. 

Dia hanyalah seorang gadis yang sedang jatuh cinta dengan kemampuan yang terlalu tinggi

Itulah Tendou Hoshine, meskipun dia seorang manusia. 

Aku pasti mulai merasa lelah dan terluka saat terus melihat ke atas. 

Mereka begitu jauh, jadi mau bagaimana lagi. Aku tak bisa berbuat apa-apa jika aku tak bisa menang. Karena itulah, aku tidak perlu terluka. 

Dengan menjauhkan orang lain, aku bisa melindungi hatiku yang terluka. 

――――Jika memikirkan kebahagiaan Eito, itulah yang seharusnya kulakukan

Ketika aku mendengar kata-katanya, sejujurnya.... aku merasa terguncang. 

(Apa yang kamu lakukan, Tendou Hoshine?) 

Apa yang dia lakukan sama dengan apa yang pernah kulakukan. Dia mendorong Eito-sama menjauh demi melindungi hatinya sendiri. Tendou Hoshine juga melakukan kesalahan yang sama denganku. 

(Mengapa kamu melakukan hal seperti itu?) 

Itulah sebabnya, aku berpaling. Aku tak tahan memandang lebih lama lagi. Aku tak ingin melihat cahaya bintang meredup. 

(Apa yang aku idamkan bukanlah hal seperti itu, kan?) 

Jika aku benar-benar peduli padanya, seharusnya aku memanggilnya di tempat itu. Seharusnya aku bisa mengambil tangannya, menariknya naik, dan menampar pipinya. Seharusnya aku memberitahunya untuk bangun. 

Namun, aku tidak melakukannya. Aku hanya meninggalkan kata-kata setengah hati dan pergi dari sisinya. 

Aku tidak bisa melangkah maju pada saat-saat genting

Aku tidak bisa mengumpulkan kepercayaan diri untuk melangkah. 

Aku merasa tidak layak untuk melakukannya

――――Aku tidak percaya diri. 

Bintang-bintang yang dulunya kupandang dengan kagum kini telah menjadi teman yang setara. Namun masalahnya, ketidaksempurnaan itu juga terlihat sebagai daya tariknya. 

Meskipun kami berdiri di tempat yang sama, aku semakin terpesona oleh kecemerlangannya. 

Semakin memikat cahayanya, aku semakin kehilangan kepercayaan diri sebagai temannya. 

Karena itulah, aku tidak bisa melangkah. Pada saat yang genting, aku tidak bisa dengan percaya diri melemparkan kata-kata sebagai teman. Demi melindungi hatiku sendiri, aku menjauhkan dirinya lagi.

Beberapa waktu kemudian――――aku menerima pesan dari Otoha. 

Dia ingin membantu Tendou Hoshine bangkit kembali. Itulah isi konsultasinya dan tawaran kerjasamanya. 

Apa kamu ingin kembali beraktivitas? Padahal kamu tidak perlu melakukannya sejauh itu, jika hanya untuk menyampaikan lagu, bukannya masih ada cara lain?

……Aku tidak ingin setengah-setengah. Jika aku tidak serius memberikan segalanya, aku yakin pesanku takkan tersampaikan pada Hoshine sekarang.

Jika kamu ingin begitu, tidak masalah, tetapi… mengapa kamu mau melakukannya sampai segitunya?

……Habisnya, baik Miu maupun Hoshine, kalian adalah teman-temanku yang berharga.

Alasan yang terlalu sederhana dan terlalu polos. 

Namun, dia mengatakannya dengan bangga dan percaya diri. 

(Teman…) 

Dia yang bisa dengan tegas menyebut Hoshine sebagai temannya terlihat sangat bersinar. Namun, aku masih belum bisa dengan percaya diri menyebut diriku sebagai teman Tendou Hoshine. 

Dia adalah Diva yang terkenal di seluruh dunia. Tapi aku tak punya bakat layaknya penyanyi papan atas.

Aku sendiri mungkin berbakat, tapi aku bukan jenius. Aku merasa malu dengan keberadaanku sendiri. 

…………

Aku merasa malu. 

Aku tidak bisa dengan percaya diri menyebut diriku teman. 

……Apa Miu berpikir berbeda?

Aku…

Aku pernah melarikan diri sekali. Aku sekali lagi mengalihkan pandanganku dari Tendou Hoshine. Aku sadar bahwa aku melarikan diri. Dan sekarang, aku memiliki firasat. 

Jika aku melarikan diri lagi di sini, aku pasti takkan bisa menyebut dua orang itu sebagai temanku

Aku…!

Membayangkan diriku yang tidak bisa menyebut mereka sebagai teman terasa sangat tidak nyaman――――.

 

…Aku penasaran, apa kembalinya Otoha di panggung hiburan berkat keterlibatan keluarga Shigenin di balik layar, Miu?” 

“Iya. Ya, Wajahmu akhir-akhir ini kelihatan begitu cekung sampai-sampai rasanya tidak sanggup untuk dilihat.

Kamu masih saja berbicara sesukamu. 

Dia pasti menyadari bahwa dia terlihat linglung. Anehnya, bantahannya tidak begitu tegas. 

Jika kamu mendengar lagu yang dia nyanyikan, kamu pasti bisa memahaminya tanpa perlu kukatakan lagi, kan?

…………

Tendou Hoshine di balik layar ponsel tetap diam. Namun, dia tidak menghindar dengan mengatakan “Aku tidak mengerti maksudmu.

Lagu luar biasa yang dinyanyikan oleh diva dunia yang didedikasikan demi satu orang saja.

Kebohongan mustahil untuk sebuah lagu yang telah menusuk dan menggores hatinya dalam-dalam. Dia bisa berbohong sesuka hatinya untuk menghindari masalah ini, tetapi dia tidak akan melakukannya. 

Karena Tendou Hoshine merupakan orang yang seperti itu

Aku sangat memahaminya. 

Aku, yang paling mengagumi dan menginginkan Tendou Hoshine, sangat memahaminya

Hoshine-san, kamu merasa kesepian, bukan? Kamu pasti tidak ingin Eito-sama pergi meninggalkamu, kan? 

………………

Tendou Hoshine tidak menjawab. 

Dia tahu bahwa jika dia membuka mulutnya, semuanya akan terbongkar. Tugasku hanyalah untuk membuatnya berbicara. 

…Kamu berusaha melindungi dirimu sendiri, bukan?

Aku menusuk ke bagian yang menyakitkan. Aku mengetahui betul kalau dirinya tidak menginginkan itu. Aku lebih memahaminya daripada siapa pun. 

Kamu tidak ingin mendengar langsung dari Eito-sama kalau dirinya memilih keluarganya, ‘kan?”

Dia sekarang sama sepertiku. 

Kamu tidak ingin mendengar dari mulut Eito-sama bahwa ia lebih memilih keluarga daripada Tendou Hoshine, kan?

Aku takut terluka oleh bakat Tendou Hoshine, jadi aku menjauhkan diri darinya. Aku berasumsi bahwa dirinya merupaka sosok yang tidak bisa dijangkau, dan menghindari hatiku. Rasanya lebih baik menjauh untuk menghindari rasa sakit. 

Kamu berusaha melindungi hatimu sebelum terluka. Jadi, sebelum mendengar perasaan Eito-sama, kamu menjauhkannya. Benar begitu, kan? 

――――…apa maksudmu?

Setelah jeda sejenak, suaranya terdengar gemetar pelan

Sebenarnya, itu lebih baik, kan? Jika ia bisa bertemu kembali dengan adik yang terpisah dan tinggal bersama, bukannya itu lebih baik? 

Aku yakin itulah yang sedang dipikirkannya sekarang

Dia tidak ingin merampas kebahagiaan Eito-sama

Dia tidak ingin merebut pilihan dari Eito-sama

Dia tidak ingin menjadi penyebabnya. Dia tidak ingin menghalangi langkah Eito-sama

…Ya. Aku bisa memahaminya. Aku juga merasakannya. 

Aku yang tidak percaya diri sebagai temanmu dan merasa malu dengan keberadaanku sendiri, bisa memahami itu. 

“Lantas, apa aku harus bilang,Karena aku kesepian, tolong tetap di sisiku? Itu namanya egois. Aku tidak ingin mengganggu kebahagiaan Eito dengan keegoisanku.

“Coba katakan keegoisanmu itu. 

Hah....apa maksudmu? 

“Bukannya menjadi egois sudah menjadi sifatmu yang sebenarnya?” 

Tendou Hoshine yang kukenal tidak merasa bersalah atas keberadaannya. Dia tidak akan melepaskan seseorang yang penting untuk melindungi hatinya.

Itulah yang akan kulakukan. Kamu adalah orang yang memancarkan cahaya yang jauh lebih indah daripada diriku. 

“Sadarlah, Tendou Hoshine!

―――…! 

Aku tidak akan membiarkanmu terus menjadi pengecut seperti itu!

Ke-Kenapa aku butuh izin darimu!?

Tentu saja! Karena kamu yang membuatnya seperti itu!

Apa yang sedang kamu bicarakan sih!?

Kamu terus bersinar dalam hidupku. 

Kamu telah mencuri pandanganku, hatiku. 

Kamu menjadi idolaku. 

Aku tidak akan membiarkanmu terus menjadi lemah dan pengecut

Kamulah yang mengadopsi Eito-sama, kan? Kamulah yang menjadi majikannya Eito-sama, kan? Jadi, ambil tanggung jawabmu sebagai majikannya. Jika itu menyakitkan, hadapilah rasa sakit itu secara langsung. Jika tidak… aku merasa kasihan dengan Eito-sama.

――――…!

Meskipun sekarang dia kehilangan ingatan. Eito-sama selalu setia kepada Tendou Hoshine. Ia menghormatinya dan mengabdikan dirinya sepenuh hati. Namun, cara perpisahan seperti ini sangat tidak adil. 

…Meskipun kamu bilang begitu, Eito sudah…' 

Begitu? Apa kamu masih mengatakan hal yang lemah seperti itu? Jika begitu, aku punya rencana.

Rencana?

Pada akhirnya. 

Cuma ini satu-satunya cara yang paling efektif untuk Tendou Hoshine. 

Aku berencana untuk mengungkapkan perasaanku kepada Eito-sama. 

Hah?

Ngomong-ngomong, aku sedang memanggil Eito-sama sekarang, dan segera Otoha juga akan bergabung dan dia juga akan mengungkapkan perasaannya.

Hah??

“Aku berencana melakukannya di tempat di mana kamu pertama kali menemukan Eito-sama. Di sini, aku akan mengungkapkan perasaanku kepada Eito-sama dan menimpa kenanganmu dengan kisah cinta manis di antara kami berdua.

“Hah!?

Kalau begitu, selamat tinggal. Anjing pecundang, atau sekarang, lebih tepatnya kucing pecundang.

Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh!?

 

 

──────✧❅✦❅✧──────

(Sudut Pandang Tendou Hoshine)

 

Aku masih mengingat bagaimana pertemuanku dengan Eito. 

Pada hari bersalju itu. Hari ketika dunia diselimuti warna putih bersih. Itu bukan tempat yang istimewa. Hanya sekedar taman biasa. Meskipun tempat itu biasa, tapi pertemuan itu sendiri terasa sangat istimewa daripada apapun

Ya. Istimewa. Bagiku, itu adalah momen yang paling istimewa dalam kehidupanku

Akan tetapisi kucing, si kucing garong itu…! 

Apanyaaaaa yang kamu maksud dengan menimpa kisah cinta manis! Tindakan kejam seperti itu, bahkan dewa pun tidak akan membiarkan ini terjadi, apalagi aku, Tendou Hoshine-sama! 

Benar-benar kucing garong kelas kakap! Berani-beraninya dia memanggilku kucing pengecut! Dan yang lebih parahnya lagi! Dia dengan seenaknya menginjak-nginjak kenangan spesialku dan menari-nari sesuka hatinya! 

Oikawa! Segera tancap gas!

Aku sudah melakukannya.

Semua keraguan dan kebingungan yang berputar di dalam hatiku seakan lenyap seketika. Karena kemarahan yang lebih besar dan kecemasan yang lebih mendalam berkecamuk di dalam diriku. 

Kecemasan. Aku cemas. Aku sangat cemas. Sekarang. 

Karena. Karena, karena! 

Miu dan Otoha akan mengungkapkan perasaan mereka kepada Eito! 

(Aku tahu betapa imut dan menawannya dua orang itu…) 

Otoha dan Miu, aku mengakui mereka sebagai kucing garong kelas kakap

Otoha adalah gadis yang peduli pada orang lain. Dia bisa begitu peduli hingga melupakan perasaannya sendiri. Meskipun terlihat tanpa ekspresi dan kurang emosional, siapa pun yang bisa melihat akan tahu bahwa dia memiliki hati yang besar, dan suara nyanyiannya mampu memikat dunia. Dan Eito sejak awal telah menyadari kekayaan hatinya. 

Miu adalah pekerja keras dan tidak suka kalah. Banyak orang menjauh dariku karena bersaing. Sementara semua orang turun dari panggung, Miu tetap menggigit dan terus berjuang bersamaku. Bertahun-tahun. Dia terus berusaha tanpa menyerah, meskipun terluka dan menangis, dia selalu bangkit kembali. Ada daya tarik yang membuatku ingin mendukungnya, dan Eito itu juga telah melihat Miu seperti itu. 

Aku mulai berpikir bahwa rasanya tidak aneh jika Eito diambil oleh kedua orang itu. 

Dan jika, semisalnya saja, hal semacam itu benar-benar terjadi. 

Aku bisa membayangkan diriku... pasrah pada gagasan bahwa mereka berdualah yang akan menjadi pilihannya. 

Aku bisa membayangkan diriku yang merasa puas jika itu salah satu dari mereka. 

Dadaku terasa sesak, hamper mau meledak, air mata mengalir deras, menangis, menangis, menangis. Namun pada akhirnya, aku bisa mengucapkan Selamat ya

Itulah sebabnya, aku merasa cemas. Lebih dari sebelumnya. 

Mereka berdua adalah… sahabatku yang sangat berharga.

Dan mereka merupakan saingan kucing garong yang paling tangguh. 

……!

Jika pasangannya Otoha dan Miu, jika itu mereka berdua, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku bisa menerimanya jika Eito itu menerima pengakuan mereka. 

Aku bisa menerimanya, namun. 

(……aku tidak ingin kehilangannya

Perasaan yang terpendam dalam hatiku mulai meluap. 

(Aku tidak ingin kehilangan Eito…!) 

Baik kepada Otoha. Maupun kepada Miu. Dan bahkan—kepada keluarga Eito juga

Karena aku menyukai Eito? Karena aku mencintainya? 

Benar. Aku menyukai Eito. Namun, alasanku tidak ingin kehilangan Eito bukan hanya itu. 

(Ya, aku merasa kesepian) 

Karena aku merasa kesepian. Ketika Eito tidak ada, aku merasa kesepian sampai-sampai itu sangat menyakitkan. 

Hanya itu. Cuma itu satu-satunya alasan

“Cukup sampai di sini saja!

Setelah mobil berhenti, aku berlari menuju tempat yang takkan pernah kulupakan. 

Ha… ha… ha…!

Aku berlari menyusuri jalan yang bersalju pada hari itu. 

Aku membuang semua barangku dan berlari.

Aku berlari, berlari, dan berlari—dan melompat ke taman itu. 

――――Eito!

……? Ojou? Ada apa kamu kemari?

Ugh…!

Sial. Saat ia bertanya demikian, aku baru menyadari bahwa aku datang kemari tanpa memikirkan apapun

Benar. Miu dan Otoha akan mengungkapkan perasaan mereka kepada Eito. Tapi di mana hakku untuk menghalangi mereka

Aku terjebak dalam emosi setelah mendengar provokasi Miu, sehingga aku melaju ke sini… tunggu, apa? 

E-Eito? Tadi, kamu baru saja memanggilku… 'Ojou', kan? 

Ya. Aku memanggilmu begitu.

Jadi… ingatanmu….

……Telah kembali. Atau lebih tepatnya, sudah kembali. 

Setelah berkata demikian, Eito tiba-tiba menundukkan kepalanya. Itu bukanlah bungkukkan yang sopan. Ada sesuatu yang kurang dari gerak-geriknya yang biasanya ceria. 

Maafkan aku.

Ada apa? Kenapa kamu menundukkan kepalamu…?

Aku telah berbohong kepada Ojou.

“Sebenarnya, ingatanmu sudah kembali beberapa waktu yang lalu, dan kamu diam saja tentang itu, kan? Begitu?

Apa kamu sudah mengetahuinya?

Tidak. Hanya merasakan alur pembicaraan… Kapan ingatanmu kembali?

Pada hari aku bertemu Hikari.

Jadi ingatannya sudah kembali pada waktu itu ya… eh? 

Tapi jika begitu… 

Kenapa kamu diam saja?

……Karena aku… telah memanfaatkan Ojou.

Suara Eito terdengar sedikit bergetar. Meskipun tidak ada salju yang turun seperti hari itu. 

Alasan mengapa aku melayani Ojou karena aku tidak ingin sendirian. Aku tidak ingin pulang ke rumah yang kosong itu, jadi aku melayani Ojou. Aku tidak ingin sendirian, jadi aku berada di sampingmu. 

………………

“Aku mengucapkan kesetiaan dan penghormatan dengan mulutku, tetapi di dalam hatiku, aku memanfaatkanmu. Demi ketenangan hatiku, aku memanfaatkan keberadaanmu.

Aku tidak pernah mengetahuinya. Ternyata Eito sudah memikirkan hal seperti itu selama ini. 

Aku merasa bersalah karena sudah seperti itu. Diriku yang pengecut dan rendah hati, membuatku merasa tidak nyaman. …Itulah sebabnya. Ketika aku kembali dari kehilangan ingatan, kupikir ini adalah kesempatan. Jika aku diam tentang kembalinya ingatanku… aku bisa memulai dari awal dengan keadaan yang bersih.

Aku tidak pernah tahu. Rupanya Eito sudah memikirkan hal seperti itu selama ini

Jika aku menjadi diriku yang bersih, aku bisa melayani Ojou tanpa merasa bersalah.

Dirinya terus berada di sampingku sambil memikirkan hal itu. 

Inilah orang yang bernama Yagiri Eito

……Apa-apaan itu?

……Maafkan aku. 

Jadi, maksudnya Eito… tentang diriku…

……Ya. Aku telah menipumu, Ojou. Kamu tidak perlu memaafkanku. Aku akan menerima hukuman apapun— 

……Bukannya berarti kamu sangat~~~~~~~~ menyukaiku, kan!? 

……Eh?

Apa-apaan sih maksudnya itu! Bukannya itu berarti ia sudah memikirkanku selama ini, kan!? Ya, aku sudah mengetahuinya! Kesetiaan Eito memang tinggi! Tapi aku tidak menyangka sampai sejauh ini! 

“Umm, Ojou? Apa kamu tidak mendengarkan ceritaku?

Aku mendengarkannya, kok.

Aku sudah menipu Ojou, oke? 

Yah, meskipun kamu diam saja tentang kembalinya ingatanmu, aku hanya sedikit… sekitar satu pikojoule marah! 

Kamu sangat toleran… tidak, bukan hanya itu… aku telah memanfaatkan Ojou

Itu tidak masalah! Aku sama sekaliiiiiiiiiiiiiii tidak mempedulikannya! 

Tidak mempedulikannya!? Padahal aku sudah merasa galau dengan hal itu! 

Dengarkan baik-baik! Siapa pun pasti tidak ingin sendirian! Itu sudah pasti! Terlebih lagi, dalam kasusmu, keluargamu menghilang, jadi wajar jika kamu sangat takut untuk sendirian! Tidak ada alasan untuk merasa bersalah karena berada di sampingku! Sama sekali tidak!

Ah, aku mulai merasa sesak. Aku perlu menarik napas sejenak. 

Suu… haa… suu… haa… baiklah. 

Pertama-tama, siapa pun pasti punya perhitungan dan pertimbangan! Lihat saja aku, Otoha, dan Miu! Kami semua penuh dengan perhitungan! Sepanjang tahun, setiap hari, penuh dengan strategi dan taktik!

Aku dan Otoha serta Miu, entah sudah seberapa banyak strategi yang telah kami rencanakan untuk mendekati Eito! Itu benar-benar kumpulan perhitungan. Sudah dirancang dengan sempurna dan detail, percikan strategi kami sudah menyebar ke mana-mana. 

Mungkin Eito tidak tahu (karena ia tidak mengetahuinya, jadi semua ini terjadi), tetapi kehidupan sehari-harinya sudah dipenuhi dengan perhitungan kami! 

Ah, ya. Yukimichi juga mengatakan hal yang serupa…

Hah…! Dasar orang itu! Kenapa ia bisa mendahului ucapanku!? 

Tidak diragukan lagi. Belakangan ini, Kazami sepertinya benar-benar menunjukkan wajah istri sahnya…! 

Ini harus diakui sebagai kucing garong kelas kakap…! 

Ada hal yang lebih penting daripada konflik yang bisa diselesaikan dalam dua detik, kan!?

Konflikku… dua detik…

Sudahlah! Abaikan saja!

Sungguh menjengkelkan! Kenapa Eito tidak menyadari hal ini!? 

“Maksudku, bukannya itu berarti Eito sudah memikirkanku… begitu banyak, kan? Berarti hatimu sudah penuh dengan pikiranku, kan? Itu berarti kamu sangat menyukaiku!

Ya… mungkin, begitu…? Maaf jika itu terlalu berlebihan. 

Aku menang! Ini jelas-jelas kemenangan yang sesungguhnya! 

Jika hati Eito sudah dipenuhi dengan diriku, berarti tidak ada ruang bagi para kucing garong untuk masuk! 

Jika begini, meskipun Otoha atau Miu mengaku, tetap saja…? 

…Oh iya? Ngomong-ngomong, Miu tidak ada di sini, ya…? Bukannya kamu sedang bersamanya?

Ya. Yah, sebenarnya, aku dibawa Miu-san ke sini. Setelah itu, dia pergi entah ke mana.

…Aku sudah merasakan sesuatu selama perjalanan kemari, tapi. 

Ternyata, pengakuan Miu dan Otoha hanyalah tipuan. 

Aku diberitahu oleh Miu-san untuk menunggu di sini karena Ojou ingin bicara denganku

Ak-Aku!? 

Ada pembicaraan. Memang ada sih, tapi. 

…Mungkin karena aku berbicara dengan Eito. Ketika aku melompat keluar, semangatku sudah mereda…! 

“Ojou?

Tapi… tapi! Aku tidak ingin mengakhiri ini tanpa bisa mengucapkan apa-apa. 

Ingatan Eito memang sudah kembali, tetapi kenyataannya dia sudah kembali ke keluarganya masih tetap ada. Apa yang sudah aku perintahkan takkan berubah. 

Jika ini terus berlanjut, Eito akan pergi ke luar negeri. Jadi… aku…! 

Kembalilah padaku!

Aku melewatkan semua basa-basi dan berteriak panik. 

Aku berbohong! Walaupun aku sudah menyuruhmu untuk kembali pada keluargamu, tapi sebenarnya aku tidak ingin kamu pergi!

Memalukan. Betapa memalukannya teriakan ini.

Mengaku bahwa aku telah berbohong dan berpura-pura kuat. 

Aku tidak ingin mendengar dari mulut Eito bahwa kamu lebih memilih keluargamu daripada aku. Itu sebabnya, aku berusaha menjauhimu sebelum aku terluka! 

Rasanya bukan seperti diriku yang biasa, sosok gadis yang bernama Tendou Hoshine. Tanpa sadar, aku telah menjadi diriku yang memalukan seperti ini. 

Sebenarnya… meskipun aku tahu itu salah… meskipun itu sangat egois… tapi sebenarnya, aku… sebenarnya… benar-benar… 

Aku bahkan tidak tahu apakah aku seharusnya mengatakannya sekarang, di momen ini juga

Ini hal yang mengerikan. Terlalu egois, mungkin seharusnya aku tidak perlu mengatakannya

Namun. 

Aku ingin kamu memilihku daripada keluargamu! 

Bintang-bintang tak bisa bersinar tanpa langit malam. 

Maaf. Aku tahu ini sudah terlambat. Aku juga menyadari kalau perkataanku cukup egois. Aku tahu aku sedang mengatakan hal yang mengerikan. Namun… aku merasa kesepian…

Karena aku membutuhkan seseorang yang bernama Yagiri Eito dalam kehidupanku sekarang

Tanpa adanya Eito di sisiku… aku merasa kesepian…

…Aku minta maaf. 

…………

Aku tahu. Aku tidak berhak terluka. 

Aku sudah menyiapkan diri kemungkinan ditolak. Hanya saja… aku tidak ingin menahan perasaanku, jadi aku hanya mengatakannya. 

(Sebenarnya… ya. Baiklah… jika Eito memilih itu, maka… meskipun dia pergi ke luar negeri, jika aku mau, aku bisa menemuinya…) 

Sebenarnya, aku sudah mengucapkan selamat tinggal kepada keluargaku.

Begitu yajadi kamu sudah mengucapkan selamat tinggal kepada keluargamu…!? Kamu sudah mengucapkan selamat tinggal kepada keluargamu!?

“Iya.

Eito mengangguk dengan santai. 

Eh? Apa? A-Apa yang terjadi!?

Aku juga merasa kesepian. 

Kesepian…? Eito juga?

Ya. Aku merasa kesepian. Jadi… aku memutuskan untuk kembali. 

“Bagaimana dengan keluargamubagaimana pendapat Hikari-san?

Dia kelihatan sedikit sedih. Tapi dia memahaminya. 

Aku tidak mengetahuinya. Rupanya Eito melakukan hal seperti itu. 

Dia sudah bergerak sebelum aku mengatakannya. 

…Apa itu begitu mengejutkan? 

“Benarhabisnya, awalnya aku memerintahkanmu untuk tinggal bersama keluargamu. Namun, kamu justru melanggar itu… jika ingatanmu sudah kembali, aku pasti akan lebih terkejut.

Benar. Sebagai pelayan keluarga Tendou, perintah Ojou adalah mutlak. Jadi, jika aku secara sukarela meninggalkan keluargaku, maka artinya aku melanggar perintah Ojou. Sampai sekarang, aku takkan pernah berpikiran melawan perintah Ojou.

Selama ini, Eito tidak pernah melanggar perintahku. Kalaupun ia melanggar, biasanya itu tindakan yang dipikirkan demi kepentinganku. 

Jadi… mungkin ini pertama kalinya Eito melanggar perintah hanya karena perasaannya. 

Tapi aku mengalami amnesia.

Ah…

Jika aku bukan 'Pelayan Keluarga Tendou, Yagiri Eito' tetapi 'Pelajar SMA yang mengalami amnesia, Yagiri Eito', maka perintah Ojou tidak ada hubungannya. 

Eito tersenyum seperti anak kecil yang baru saja melakukan kejahilan. Gerakannya, ekspresinya, tanpa sadar membuat jantungku berdebar kencang.

Eito yang telah mendapatkan kembali ingatannya. Meskipun ia adalah Eito yang kukenal, entah mengapa ia sepertinya menunjukkan wajah yang berbeda dari biasanya. 

Kalau begitu, kamu seharusnya bisa melanggar perintah itu tanpa berpura-pura… perintahku yang egois dan penuh kesalahan… 

Tidak boleh. Aku tidak bisa melanggar perintah Ojou bahkan dalam keadaan tanpa kepura-puraan.

Kenapa?

Hmm… mungkin karena aku menjaga martabat sebagai pelayan? 

Apa-apaan itu…?

Ah, sudah cukup. Aku sudah tidak sanggup lagi

Aku merasa sangat legarasanya aku hampir menangis. Sebenarnya, aku sudah menangis. 

Sekarang, aku berusaha sekuat tenaga agar wajahku tidak terlihat. 

“Ojou? Ada apa?

“Bukan apa-apa! 

Sepertinya itu tidak bukan apa-apa

“Sudah kubilang bukan apa-apa!

Karena aku tidak bisa mengatakannya. Aku merasa lega saat mengetahui bahwa Eito akan tetap di sisiku. Seolah-olah benang yang tegang di hatiku mulai meleleh dan melunak. 

Aku sedang menangis. Aku yakin kalau aku terlihat sangat menyedihkan sekarang! Aku tidak ingin Eito mengetahui bahwa aku menangis karena merasa terlalu lega

Jangan lihat wajahku sekarang! Ini adalah perintah!

Perintah, ya?

Benar! Eito harus mengikuti perintahku! Jadi jangan lihat wajahku! Wajahku sekarang pasti sangat jelek!

…………

Jika seseorang yang kusuka akan melihatku, aku ingin ia melihat wajahku yang imut atau cantik

Aku sama sekali tidak ingin wajahku yang berantakan karena menangis ini dilihat

…Saat ini, aku masih Yagiri Eito yang biasa.

Eh…?

Aku belum secara resmi kembali ke keluarga Tendou.

Eh… tunggu sebentar

Jadi… tidak masalah jika aku tidak mendengarkan perintah Ojou, kan? 

Eito tersenyum, dan senyumannya itu memiliki daya tarik yang unik. 

Dia membungkus tanganku yang berusaha menghindar dengan lembut, seolah melelehkan rasa maluku. 

Aku ingin melihat wajah Ojou yang sedang menangis.

Kenapa kamu ingin melihatnya?

Karena pasti kelihatan sangat imut.

Dasar jahat! Eito yang jahat! 

“Aku cuma bercanda. Sekitar setengahnya." 

Jadi setengahnya itu serius…!? 

Jadi, apa maksudnya…?

“Bukannya itu sudah jelas.

Jari-jemari lembutnya mengambil air mata yang menggenang di kelopak mataku. 

Aku ingin menyeka air matamu. Jika ada yang bisa menghentikan air matamu, aku ingin melakukan tugas tersebut. Aku tidak ingin menyerahkannya kepada siapa pun. 

――――――――…!

Curang. 

Eito benar-benar… curang. 

(Aku mungkin takkan pernah bisa mengalahkan Eito mulai sekarang…)

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama