Bab 1
Ketika dirinya terbangun, ia sudah
berada di dunia lain.
“Hah?”
Ketika Masachika membuka
matanya dan melihat kebisingan yang tidak sesuai dengan suasana ruang OSIS, ia menemukan pemandangan yang
hanya pernah dilihatnya di dalam
manga atau anime. Ruangan dengan lantai batu dan karpet merah, suasana yang
sangat mirip dengan ruang tahta kerajaan.
“Eh,
apa-apaan ini?”
“Umm,
loh?”
Saat ia berbalik ke suara
yang muncul dekatnya, ia melihat Alisa dan Maria, yang seharusnya baru saja
bekerja bersamanya di ruang OSIS.
Di belakang mereka, ada orang-orang yang
berpakaian seperti bangsawan abad pertengahan yang tampak ketinggalan zaman, berdiri
di dekat dinding. Dan di bawah kaki mereka, ada lingkaran sihir yang
memancarkan cahaya kebiruan.
“…Hmm?”
Masachika menatap lingkaran sihir yang cahayanya perlahan-lahan meredup dan mengerutkan keningnya. Namun, saat itu...
“Selamat
datang, wahai para pahlawan dari dunia lain!”
Suara keras yang menembus
kebisingan sekitar membuat Masachika dan kedua temannya langsung menoleh.
Hal pertama
yang menarik perhatian mereka adalah seorang gadis berpakaian
gaun yang duduk di atas tahta raksasa. Namun, suara yang sebenarnya berasal
dari seorang pria paruh baya yang berdiri di sampingnya, dengan ujung rambut
dan jenggotnya yang melengkung. Melihat pakaian yang lebih mewah dibandingkan
dengan bangsawan di dekat dinding, bisa dipastikan bahwa ia adalah seseorang yang memiliki
posisi seperti perdana menteri.
“Tidak
mengherankan jika kalian merasa kebingungan. Tapi, pertama-tama, tenangkan
diri dan dengarkan baik-baik!”
Setelah mendengar
kata-kata itu, Masachika bertukar pandang dengan kedua temannya. Untungnya, baik Alisa dan Maria sama-sama tampak kebingungan, tetapi tidak menunjukkan
tanda-tanda panik. Merasa lega dengan hal itu, Masachika berkata.
“Baiklah,
mari kita dengarkan dulu
ceritanya.”
“Iya, ya, benar juga…”
Alisa menjawab sambil
memeriksa sekitar dengan penuh kewaspadaan. Sementara itu, Maria melirik ke
arah gadis yang duduk di singgasana.
“Hmm…
tapi, ratu itu? Putri? Bukannya dia itu…”
“Ah,
iya. Aku mengerti apa yang ingin kamu katakan.”
“Sudah kuduga, pasti begitu, ‘kan?”
Mengikuti tatapan Maria, Masachika
dan Alisa juga menatap gadis yang duduk di
atas tahta. Sepertinya pria di samping
gadis itu mengartikan tatapan ketiga orang itu sebagai persetujuan, dan ia
mulai berbicara lagi.
Ia menjelaskan bahwa di
dunia ini ada keberadaan yang disebut ras iblis yang memusuhi umat manusia. Pada awalnya, ras iblis dan umat manusia
telah menjaga keseimbangan di antara perbatasan selama bertahun-tahun, tetapi
baru-baru ini, seorang raja iblis yang mengaku kuat muncul di ibu kota ini dan
mengumumkan perang terhadap umat manusia. Demi
membuktikan niat perang itu, ia menculik putra bangsawan berpangkat tinggi yang merupakan tunangan
ratu.
Setelah menjelaskan hal
itu, pria yang tampak seperti perdana menteri itu menunjukkan gadis di tahta
dengan tangan dan berkata dengan wajah penuh penyesalan, “Kuh, betapa menyedihkannya!”
“Benar sekali! Dia menculik Touya-dono,
tunangan Yang Mulia Chisaki yang ada di sini!”
“Ternyata
memang dia orangnya.”
Ya, alasan mengapa Masachika dan yang lainnya
memperhatikan gadis di atas takhta adalah karena gadis itu, tidak peduli
dari sudut mana dilihat, tampak persis seperti Wakil Ketua OSIS mereka, Sarashina
Chisaki.
“Maksudku,
ketua diculik, ya? Bukankah itu
seharusnya sebaliknya?”
Mendengar nama yang
familiar sebagai tunangan itu, Masachika berkomentar, “Biasanya yang diculik itu sang putri, ‘kan?” Pada saat yang sama, perasaan
dingin muncul dalam dirinya, “Ah,
jadi ini memang mimpi,”
pikirnya. Sepertinya Alisa dan Maria merasakan hal yang sama, karena Alisa
menunjukkan ekspresi agak acuh, sementara Maria tersenyum samar seolah-olah dia tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.
Sebenarnya, meskipun
mengesampingkan Chisaki, Masachika merasa ada yang aneh. Karena, orang-orang
selain Chisaki… sangat tidak mencolok. Pria yang berbicara sejak tadi dan para
bangsawan di dekat dinding tampak sangat mirip seperti
karakter sampingan. Jika
diungkapkan secara meta, bisa dibilang “Bukannya
mereka tidak digambarkan dengan baik?”
sampai-sampai terlihat sangat tidak memiliki kepribadian. Dalam sekejap,
pemisahan antara karakter utama dan karakter sampingan terasa sangat mencolok,
memberikan nuansa RPG dari zaman dulu.
(Yang sangat
menarik perhatianku adalah,
sepertinya Alya dan Masha-san memiliki kehendak sendiri… tapi
bagaimana dengan Ratu Chisaki yang ada di depan
kami sekarang?)
Masachika mengamati apakah
dia juga memiliki kesadaran dari dirinya yang asli… Ketika ia menatap ke arah
ratu yang sebelumnya diam, ratu itu tiba-tiba menghancurkan sandaran tangan
tahta. …ya, dia menghancurkannya.
“Ya-Yang
Mulia?”
Suara mengerikan yang
terdengar di ruang tahta membuat pria yang sebelumnya terlihat menyesal
mengerutkan wajahnya. Pada saat yang sama, para bangsawan di dekat dinding
berbisik dengan gelisah.
Dalam tatapan penuh ketakutan dan hormat, Ratu Chisaki berdiri dengan
tiba-tiba, membuka matanya lebar-lebar dan berteriak.
“Dasar raja
iblis yang menyebalkan! Sudah kuduga!
Aku sendiri yang harus pergi
mengambil Touya kembali!”
Dengan teriakan itu,
gelombang kejut seolah melintas di ruang besar, membuat lampu gantung di
langit-langit bergetar dan para bangsawan di dekat dinding jatuh berantakan.
“T-Tidak
boleh, Yang Mulia! Tenangkan diri Anda,
tolong tenangkan diri Anda!”
“Hentikan,
jangan menghalangiku, Perdana Menteri!”
Ratu menolak pria yang
mencoba menahan bahunya dengan gerakan tangan yang tegas. Akibatnya, sebagian
dinding ruang besar langsung hancur.
Boom.
“Wah!”
“Eh~…”
“Ara~”
Melihat kegilaan Ratu yang
seolah-olah seperti dewa badai, ketiga orang itu sedikit melarikan diri dari
kenyataan. Dan,
(Eh, ini…
bukannya keberadaan kita di sini tidak diperlukan,
ya?)
Ketika ketiga orang itu
secara bersamaan memiliki pemikiran yang sama, pria yang disebut perdana
menteri itu berteriak dengan penuh harapan.
“Para
pahlawan dari dunia lain! Tolong, kami mohon! Sebelum Yang Mulia menghancurkan
dunia, kalahkan raja iblis dan selamatkan Touya-dono!”
“Jadi, siapa
sebenarnya raja iblis yang asli di sini, sih!?”
◇◇◇◇
“…jadi,
kapan aku akan terbangun dari mimpi ini, sih?”
Ketika Masachika mengunjungi kota yang terletak di bawah kastil, ia mengeluh dengan lelah di depan
pemandangan khas kota abad pertengahan. Setelah itu, Masachika dan dua
orang lainnya, dibawa keluar dari ruang takhta agar tidak terlibat dalam
kegilaan ratu, dan mereka langsung diungsikan (atau diusir?) sampai ke luar
kastil. Dari balik gerbang kastil yang ada di belakang mereka, masih terdengar
suara gaduh dari kehancuran kastil.
“Tapi……
meskipun ini kedengarannya sangat klise,
bukannya ini sangat tidak sopan untuk
memanggil orang biasa dari dunia lain tanpa pelatihan tempur, tanpa pemandu,
hanya dengan memberi uang dan perlengkapan, lalu berkata 'semoga berhasil’?”
“Ya, mereka
sangat tidak ramah…… maksudku, ini benar-benar tidak masuk
akal, kan?”
“Sudah,
sudah, Chisaki-chan…… apa boleh aku
memanggilnya Chisaki-chan?
Pokoknya, setidaknya mereka telah membawa kita keluar agar tidak terlibat dalam
kekacauan sang ratu, ‘kan?”
Alisa yang tampak putus
asa menghela napas, sementara Maria mencoba menenangkannya dengan senyum
canggung. Namun, Alisa masih tampak tidak puas dan menoleh ke arah kastil di
belakang mereka…… kastil yang masih mengeluarkan suara kehancuran.
“Lagipula……
jika penguasa kerajaannya sekuat
itu, mereka seharusnya tidak perlu memanggil kita
sama sekali, kan?”
“Itu,
yah…”
Maria pun tidak bisa
membantah hal tersebut, dan
hanya bisa tersenyum canggung sambil mengalihkan pembicaraan. Di saat itu, Masachika
menghela napas dan berkata.
“Yah,
aku juga tidak puas dengan hal
ini. Tapi jika dipikir-pikir, sering kali ada cerita di mana dewa tidak
langsung turun tangan karena dapat mempengaruhi tatanan
hukum
dunia, jadi mereka mengirimkan utusan sebagai penggantinya—ini adalah pola yang
umumnya, ‘kan?……
meskipun aku belum pernah mendengar ada pola
cerita bahwa ratu dapat menghancurkan dunia, sih.”
“Katanya hal itu
dinamakan sebagai haki……Apa-apaan sih itu ? Apa Sarashina-senpai adalah pengguna Haki raja?”
“Raja
iblis melawan pengguna haki raja, rasanya terdengar
seperti pertempuran puncak, ya~”
Ketiga orang yang sedang
berdiskusi itu mengenakan pakaian yang sangat berbeda dari seragam mereka
sebelumnya. Alisa mengenakan baju berwarna biru dengan zirah pelindung perak di atasnya, serta
menyematkan pedang gaya barat di
pinggangnya. Maria mengenakan pakaian yang mirip pendeta dengan warna putih bersih dan memegang tongkat perak di tangannya. Sesuai dengan pakaiannya, Job Alisa adalah pahlawan, sedangkan Maria adalah Saintess.
(Yah……
meskipun ini juga seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, tapi jika dipikir-pikir lagi, perlengkapan mereka kelihatan sangat aneh…)
Pakaian pendeta Maria
masih bisa dimengerti. Jika dikatakan bahwa itu adalah pakaian untuk meningkatkan
kekuatan suci, hal itu masih
bisa diterima. Namun, meskipun begitu, pakaian yang melambangkan kesucian itu
anehnya sangat memperlihatkan lekuk tubuh dan terlihat seksi, dengan lubang dan
celah yang jelas tidak diperlukan, kulitnya terlihat sedikit, dan itu sangat
tidak senonoh. Seolah-olah berusaha menguji akal sehat pria-pria
bodoh yang terperangkap dalam hawa nafsu. Namun, jika dikatakan bahwa pakaian
pendeta di dunia lain memang seperti ini, hal itu
masih bisa diterima. Karena sebagai Saintess,
seharusnya dia berada di posisi belakang, jadi meskipun perlindungannya tampak
tidak ada, ya, itu masih bisa dimengerti. Masalahnya adalah Alisa, yang jelas-jelas seharusnya berada di posisi
depan.
(Tapi
kepalanya terbuka tanpa helm perlindungan)
Masachika dalam hati
mengeluh tentang perlengkapan Alisa yang sama sekali tidak menutupi
kecantikannya yang tidak wajar.
Penampilannya
itu sudah…… lebih mirip fashion daripada zirah pelindung. Meskipun dia
mengenakan armor, armor itu bahkan tidak bisa menutupi bagian vital dengan
baik. Tubuhnya terlindungi sampai batas tertentu, tetapi bagian kepala yang
seharusnya dilindungi dengan prioritas utama…… dia hanya mengenakan sesuatu
yang tidak jelas apa itu mahkota atau hiasan rambut, aksesoris itu terinspirasi dari sayap, yang
jelas-jelas bukan terlihat seperti helm perlindungan. Dan entah kenapa, dia
mengenakan rok mini. Paha yang terlihat jelas dengan pembuluh darah yang besar
sangat terbuka. Jika bertarung dengan ini, pasti akan terlihat celana dalam.
(Bagaimana
bisa aku yang paling sedikit terpapar di antara mereka…)
Sementara itu, Masachika
sendiri mengenakan jubah hitam dengan tudung, dan di tangannya ada buku tebal
yang sudut-sudutnya diperkuat dengan logam. Dia memang berprofesi sebagai Sage, dan buku ini tampaknya adalah
kitab sihir.
「Menu」
Ketika Masachika mengucapkan kata-kata seperti
yang dijelaskan oleh orang-orang di kastil, jendela transparan berwarna biru
muncul di depan matanya.
Layar itu dibagi menjadi dua bagian; di
sebelah kiri terdapat profil seperti nama dan usia, serta keterampilan dan
nilai status yang dimiliki, sementara di sebelah kanan ada model 3D yang sangat
rinci yang menggambarkan dirinya saat ini. Bisa dibilang, sebelah kiri adalah
jendela status, dan sebelah kanan adalah model perlengkapan. Selain itu, jika
ia menyentuh pakaian di model perlengkapan, jendela kecil akan terbuka dan
menampilkan detail perlengkapan. Di sudut kanan, juga ditampilkan jumlah uang
yang dimiliki, dan jika mengetuk tab kecil di bagian atas, ia bisa berpindah ke
layar anggota party seperti
Alisa atau Maria, menjadikannya benar-benar seperti layar menu. Namun……
sayangnya, tidak ada tombol untuk keluar dari permainan di sana.
“Hah……
apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa aku
benar-benar tidak bisa kembali ke dunia nyata kecuali
mengalahkan raja iblis?”
Sebenarnya, mungkin dirinya seharusnya lebih panik. Mungkin
ia seharusnya merasakan lebih banyak rasa krisis dan meratapi kenyataan bahwa
ia terlempar ke dunia lain yang dipenuhi monster dan ras iblis. Namun…… dunia
ini, yang tidak bisa dilihat dari sudut mana pun selain sebagai permainan,
orang-orangnya yang sangat tidak berkarakter. Dan yang terpenting, keberadaan
orang-orang yang dikenalnya yang entah bagaimana menjadi karakter utama di
dunia ini, telah menghilangkan rasa nyata dari Masachika.
“Mau
bagaimanapun juga, jelas-jelas ketua, ya…… meskipun ini adalah
ketua sebelum dia menjadi ketua”
Masachika bergumam ketika melihat potret wajah yang diberikan sebagai
target penyelamatan. Anak laki-laki yang digambarkan di sana, memang adalah Touya, yang ditunjukkan kepadanya
ketika ia baru saja menjadi siswa SMA.
“Rajanya adalah Sarashina-senpai, dan peran putri adalah ketua……?
Jika begini, apa Yuki dan Ayano juga akan muncul di suatu tempat?”
“Ahaha,
mungkin saja~”
“Jika
kedua orang itu adalah wakil dari pihak manusia…”
Setelah mengatakannya sampai di
situ, Alisa terdiam. Namun, Masachika dengan mudah bisa menebak apa yang akan
dia katakan selanjutnya.
“Mungkin saja, orang yang menjadi raja
iblisnya adalah Yuki. Dan, ajudannya adalah Ayano?”
Masachika dengan santai
mengucapkan apa yang tidak ingin diungkapkan Alisa, dan Alisa menatapnya dengan
sedikit nada menyalahkan. Setelah menghela napas ringan melihat senyum
Masachika yang ceria, dia berkata.
“Jika
itu benar, mungkin kita bisa menyelesaikannya dengan pembicaraan. Nah,
bagaimanapun juga, tidak ada gunanya tetap di sini, jadi mari kita bergerak sekarang.”
“Ya, kamu benar. Meskipun aku tidak
terlalu peduli dengan tatapan orang lain…… tapi rasanya masih tidak nyaman.”
Meskipun mengenakan
pakaian yang sangat mencolok, orang-orang yang lewat di jalan tidak melihat ke
arah kami sama sekali. Mereka bergerak seperti NPC yang diprogram untuk
berperilaku, hanya berjalan bolak-balik di jalanan. Melihatnya secara langsung
terasa sangat menyeramkan, dan Masachika merasakan getaran ringan di tubuhnya.
Dan, entah sudah berapa kali ia melakukannya,
alih-alih mencubit pipinya, ia menggigit bagian dalam pipinya dengan kuat.
(Hmm... rasanya tidak sakit. Ada rasa aneh
seolah-olah ditarik atau didorong, tapi tidak ada yang menyakitkan.)
Dengan kata
lain, ini pasti mimpi. Sebuah mimpi di mana orang yang
mengalaminya sadar bahwa itu adalah mimpi. Sebuah mimpi yang jelas. Namun, ia
juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa, dengan sesuatu yang sangat ilmiah,
kesadarannya terlempar ke dalam ruang permainan, dan ia dipaksa untuk bermain
dalam permainan kematian dengan rasa sakit yang ditekan. Masachika menghentikan
dua orang yang hendak berjalan pergi.
“Eh,
tunggu sebentar. Sebelum melanjutkan, aku ingin mencoba skill yang aku punya.”
“Eh...
apa?”
“Lihat
ini, skill yang namanya pemanggilan peri.”
Ketika ia menunjuk item
yang ada di layar statusnya, Alisa dan Maria juga membuka layar menu dan
melihat status Masachika.
Di situ terdapat, selain
skill yang khas seorang Sage seperti 《Sihir Elemen Api》 dan 《Sihir Elemen Air》, dua skill unik yang terdaftar. Salah satunya
adalah 《Pemanggilan
Peri》
yang baru saja disebutkan Masachika. Dan satu lagi adalah... 《Poin pengalaman yang Didapat Sepuluh
Kali Lipat (kecuali untuk olahraga bola)》.
(Ini benar-benar diubah habis-habisan.)
Masachika merasa jengkel
dengan situasi di mana skill yang sering disebutkan Yuki di dunia nyata kini
diterapkan. Jika ini benar-benar seperti yang tertulis, maka ini sangat kuat,
tetapi ia tidak bisa tidak merasakan candaan dari pembuatnya. Namun, yang
paling menarik perhatiannya sekarang adalah skill 《Pemanggilan Peri》.
“Jadi,
apa ini?”
“Pemanggilan
peri itu... bukannya yang itu? Makhluk fiksi seperti Salamander
atau Undine? Itu semacam memanggil mereka untuk melakukan serangan besar,
bukan?”
“Ah,
ya, memang begitu, tapi... aku rasa itu lebih mirip dengan 《Sihir Roh》 atau 《Sihir
Pemanggilan》.”
Gambaran yang disebutkan Maria adalah gambaran
pemanggilan roh yang sering muncul dalam permainan. Jika dianggap sebagai
variasi, itu tidak salah, tetapi... dalam konteks dunia lain, pemanggilan peri
memiliki template yang berbeda.
“Ini
adalah pola umum yang
sering muncul dalam pemanggilan atau reinkarnasi di dunia lain, tapi aku merasa kalau ini semacam peri penolong.”
“Peri
penolong?”
“Jika
diibaratkan dalam permainan, itu mirip seperti
peri yang menjelaskan cara mengoperasikan permainan selama tutorial? Skill yang
memanggil karakter maskot bantu yang akan membimbingmu di dunia lain? Nyatanya,
lihat, skill ini berbeda dari sihir lainnya karena tidak mengonsumsi MP (Magic
Points) untuk diaktifkan, ini adalah skill sekali pakai.”
Di dunia ini, saat
menggunakan sihir, tampaknya itu akan
mengonsumsi MP, sedangkan saat menggunakan teknik, mengonsumsi SP (Stamina
Points), namun skill ini tidak mengonsumsi keduanya.
Ketika Masachika
menjelaskan dengan melihat penjelasan yang muncul setelah mengetuk nama skill, Alisa
dan Maria tampak bingung dan memiringkan
kepala mereka. Namun, mungkin karena mereka
tahu bahwa Masachika lebih memahami hal-hal seperti ini, mereka segera
mengangguk.
“Yah,
tidak ada salahnya, kan? Jika kamu ingin mencobanya.”
“Ya,
aku rasa itu baik-baik saja~?
Ah, sebaiknya kita menjauh sedikit, ya?”
“Ah~...
ya, itu mungkin lebih baik. Sebagai langkah berjaga-jaga...”
Jika ini adalah skill cheat yang bisa memanggil makhluk
super seperti roh tingkat tinggi
atau raja roh, mungkin akan ada dampak kerusakan
di sekitar akibat gelombang pemanggilan. Mengingat kemungkinan itu, Masachika
meminta kedua gadis itu untuk bergerak sedikit menjauh.
“Kalau
begitu... skill 《Pemanggilan
Peri》,
aktifkan.”
Meskipun dirinya merasa sedikit malu ketika mengucapkan kata-kata itu, namun beberapa saat kemudian, di depan
Masachika muncul sebuah lingkaran sihir raksasa... atau lebih tepatnya, tidak
ada apa-apa. Dengan suara “pop!” yang mengecewakan dan asap kecil, Yuki yang
berpakaian setan pun muncul.
'Hmph, kamu memanggilku? My Master~.'
“Apa
yang sedang kamu
lakukan, sih?”
Masachika menanggapi
dengan serius kepada makhluk yang kini terwujud dalam pikirannya. Melihat Yuki
yang berukuran kecil dengan senyuman
nakal, ia merasa lemas dan duduk di tempat.
'Oi, oi, kenapa kamu malah kelihatan sedih begitu, Majikanku? Peri yang sangat imut
ini sudah muncul untukmu, kan? Kamu
harusnya merasa lebih senang.’
“Siapa
yang bilang kamu peri? Jelas-jelas kamu kelihatan seperti setan kecil.”
Melihat Yuki yang memiliki
sayap kelelawar yang terus mengepak
dan juga memiliki tanduk serta ekor, Masachika menatapnya dengan tatapan
jengkel. Saat itu, Alisa dan Maria yang mengamati dari jauh kembali mendekat.
“Uhmm,
Kuze-kun? Apa itu...
sudah selesai?”
“Ehm, tapi kami tidak melihat apa-apa...”
“Eh?”
Ketika Masachika melihat
ke arah Yuki setelah mendengar kata-kata Maria, Yuki dengan bangga membusungkan dadanya dan berkata.
'Hehehe, aku adalah makhluk yang tidak
terlihat dan tidak terdengar oleh siapa pun selain pemanggilnya... dan aku bisa
berbicara hanya dengan memikirkanmu, makhluk yang sangat praktis dan menguntungkan!'
“Ya,
karena kau memang makhluk dalam pikiran. Dan jangan sebut dirimu makhluk yang praktis dan menguntungkan.”
'Hehe, justru karena aku makhluk yang praktis dan menguntungkan... aku bisa
melakukan hal-hal seperti ini.'
Setelah berkata demikian,
Yuki bergerak dengan cepat di udara... dan dengan berani mengintip ke bawah rok
Alisa.
“Oi,
tunggu! Jangan!”
'Oh...
putih. Putih, ya... huff.'
“Berhentilah,
dasar bodoh!”
Melihat tindakan pelecehan
seksual yang berani di depan matanya, Masachika segera mengulurkan tangan untuk
menangkap Yuki. Namun, tangannya tidak menyentuh Yuki, dan sebaliknya, ujung
jarinya meleset dan menyentuh paha Alisa yang terbuka. Seketika, wajah Alisa langsung memerah.
“Hah!
Apa sih yang kamu lakukan!”
“Aduh!”
Masachika berdiri sambil
berteriak setelah kakinya ditendang keras.
Meskipun tidak ada rasa sakit yang dirasakan, ia melihat bilah HP yang muncul
di sudut pandangnya berkurang karena serangan dari kelas petarung.
“Dasar genit!”
“Ah,
ahhhh,
jangan langsung pakai kekerasan begitu
loh, Alya-chan.
Ehm, sihir penyembuhan, sihir penyembuhan...”
Dengan mengeluarkan
buku catatan yang berisi sihir dasar yang diberikan oleh orang-orang di kastil,
Maria dengan canggung mengangkat tongkat peraknya
dan mulai melafalkan mantra.
“【Penyembuhan Tingkat Dasar】”
Seketika itu juga, cahaya berkilau yang
dipancarkan dari tongkat itu membungkus tubuh Masachika, dan bar HP yang
berkurang pulih dengan cepat.
“Terima
kasih, Masha-san.”
“Sama-sama~”
Sambil mengucapkan terima
kasih kepada Mariya, Masachika mulai berpikir.
(Tapi, memang……)
Sebagai lanjutan, Maria mulai berkata.
“Sungguh tak
disangka kalau mantra ini dalam bahasa Rusia ya~”
(Itu benar sekali)
Sambil merasa sangat setuju di dalam hatinya, Masachika teringat dengan penjelasan yang kurang jelas di
kastil.
◇◇◇◇
“Ini
adalah senjata untuk para pahlawan. Masing-masing adalah pedang suci, tongkat
suci, dan buku sihir.”
Di sebuah ruangan di dalam kastil yang masih sesekali
bergetar dan mengeluarkan suara hancuran, Masachika dan yang lainnya diberikan
senjata yang dikatakan sebagai item
legendaris.
“Semua benda
ini semua memiliki perlindungan 'Abadi' dan 'Pertumbuhan',
yang berarti benda ini tidak
akan pernah hancur atau kotor, dan akan semakin kuat bersama pemiliknya.”
Dengan kata lain, ketika
pemiliknya naik level, senjata itu juga otomatis naik level. Jika itu pedang
suci, ketajamannya akan meningkat dan berbagai kemampuan akan muncul; jika itu
tongkat suci, efek sihirnya akan semakin kuat dan jangkauannya akan meluas;
jika itu buku sihir, sihir baru akan ditambahkan.
Saat mendengar penjelasan
itu, Masachika mengangkat suaranya.
“Tunggu
sebentar. Kami tidak pernah menggunakan sihir sebelumnya, bagaimana cara kami
menggunakannya?”
“Mengenai
hal itu, Anda hanya perlu membaca buku sihir dan melakukannya
sesuai petunjuk…”
“Meski kamu
bilang sesuai petunjuk…”
Masachika membuka buku sesuai perintah dan menatap tulisan yang
ada. Dengan wajah serius, ia mengucapkan satu kalimat.
“Lah, kenapa
tulisannya dalam bahasa Rusia?”
Yang tertulis di sana
bukan dalam bahasa Jepang atau Inggris… melainkan jelas-jelas dalam bahasa
Rusia. Sebenarnya, ia sudah menyadari hal ini sejak awal karena saat dipanggil,
tulisan di lingkaran sihir yang bersinar di bawah kakinya bukan huruf rune,
melainkan huruf Kiril. Namun, meskipun ia sudah mencurigai hal itu, ia masih belum bisa menerimanya.
(Kenapa sih?! Biasanya dalam fantasi dunia
lain, sihir itu pasti dalam bahasa Inggris! Seperti Fireball, Wind Cutter, atau
Stone Wall gitu!)
Jika ini dalam tulisan
Inggris, mungkin Masachika bisa memahami isinya. Namun, kemampuan bahasa Rusia
Masachika terasah dalam praktik, sehingga ia lebih baik dalam mendengarkan
daripada membaca. Intinya, buku sihir ini ada bagian yang tidak bisa ia baca
dengan baik.
(Walaupun dengan susah payah, tapi aku bisa membaca bagaimana cara
melafalkan mantra… tapi, meskipun ini hanya mimpi, menggunakan bahasa Rusia di
depan Alya rasanya sedikit sulit──)
“Oh,
ngomong-ngomong, saat melafalkan mantra, Anda harus mengucapkannya dengan
tepat, jika tidak, ada risiko sihir akan meledak. Setiap tahun, ada banyak
orang yang kehilangan nyawa akibat ledakan sihir.”
“Lah
bukannya ini jadi mustahil untuk dilakukan?”
Setelah mendapatkan
peringatan yang menakutkan dengan santai, Masachika tidak bisa menahan diri
untuk berkomentar, lalu tiba-tiba ia
merasa penasaran.
“Lalu,
bagaimana penyihir biasa berlatih melafalkan mantra?”
“Tentu
saja, mereka menahan kekuatan sihirnya
agar tidak aktif… Anda juga memiliki keterampilan pengendalian kekuatan sihir, ‘kan? Dan tingkat keterampilan Anda adalah
MAX… Bukankah Anda bisa menahannya? Kekuatan sihir?”
“Mana
mungkin aku bisa mengendalikannya. Lagipula, apa-apaan sih kekuatan sihir yang dimaksud?”
Setelah beberapa kali
mendapatkan penjelasan, Masachika tidak bisa merasakan kekuatan sihir. Ia
menyimpulkan bahwa meskipun ia memiliki kemampuan cheat sebagai [Sage] yang memungkinkan sihirnya aktif
hanya dengan melafalkan mantra, sebaliknya, ketika ia melafalkan mantra, sihir
itu akan aktif secara otomatis (tetapi tidak dapat dikendalikan).
“Aku
terjebak.”
Dengan demikian, lahirlah ‘Sage yang Tidak Bisa
Menggunakan Sihir’ karena
berbagai alasan.
◇◇◇◇
(Aku
sedikit berharap bahwa 《Pemanggilan Peri》 ini bisa
menjadi solusi untuk masalah tersebut…)
Melihat Masachika yang
ditendang oleh Alisa, yang tampaknya sama sekali tidak bisa memenuhi
harapannya, Yuki tertawa terbahak-bahak. Masachika menatapnya dengan penuh
dendam. Mungkin dia merasakan sesuatu dari tatapan itu, Alisa sedikit
melonggarkan ekspresi wajahnya dan bertanya.
“…Apa beneran ada peri di sana?”
“Ah…
ada peri yang sangat suka usil.”
Setelah merasa ragu sejenak, Masachika
melanjutkan.
“Maksudku,
tak peduli bagaimana aku melihatnya, dia
jelas-jelas Yuki yang dalan ukuran
kecil…”
“Eh?”
“Oh~
Yuki-chan? Apa kamu bisa
melihatnya~?”
“Tidak,
apa maksudmu dengan 'apa kamu bisa melihatnya~?'? Masha-san ‘kan tidak bisa melihatnya.”
Sambil melambai ke arah
Yuki, yang ada di sekitarnya, Masachika menggelengkan kepala dengan geli.
Kemudian, Yuki terbang dengan lembut hingga tepat di depan Maria dan melambai dengan tangan kecilnya.
'Oh~ aku
bisa melihatmu dari sini~ Apa dia
tidak bisa melihatku? Oh, tidak bisa, ya~?
Yosh, baiklah.'
Setelah mengangguk kecil,
Yuki langsung turun. Rupanya, dia menyusup ke dalam belahan dada Marsha yang
menggairahkan dan tersenyum puas.
‘Kukuku,
sebagai makhluk bertubuh
kecil, hal semacam ini harus
dilakukan.'
“Kamu…”
Masachika hampir ingin mengatakan sesuatu, tetapi
tiba-tiba ia teringat kata-kata Yuki
dan bertanya dalam pikirannya.
“Kamu ini… maksudku, kamu mirip seperti bug dalam permainan yang
menyusup begitu saja. Apa kamu bisa
merasakannya?”
“Tidak
ada! Hanya perasaan saja. Wah, tetapi ini besar… tidak, luar biasa sekali!”
“……”
Melihat
setak kecil yang nakal ini melakukan
apapun semaunya, Masachika setengah serius berpikir untuk
mengembalikan Yuki. Namun, saat itu Alisa mengeluarkan suara dingin.
“Tunggu…
kamu sedang melihat ke arah mana sih?”
“Eh?”
“Duhhh,
kalau kamu melihatku seperti itu, aku jadi malu tau…”
Ditambah lagi dengan Maria yang menggeliatkan
tubuhnya sambil tersenyum canggung, Masachika menyadari
bahwa dari sudut pandang mereka berdua, ia terlihat seolah-olah sedang menatap
dada Maria.
“Tidak,
bukan itu…! Aku… aku hanya… Yuki yang aku maksud…!”
“…Benarkah?”
“Beneran!
Aku juga tidak akan menatap dada orang dengan jelas seperti itu!"
“Kamu baru
saja menyentuh pahaku, jadi tidak ada sedikit pun kekuatan dalam argumenmu.”
“Itu
juga…”
“Kalau
begitu izinkan aku bertanya, Yuki-san sedang melakukan apa sekarang?”
“Itu…”
Masachika tergagap dan tidak bisa mengatakan, “Dia tadi sedang mengintip di bawah
rok Alya dan
sekarang bersenang-senang terjepit di dada Masha-san,” sehingga ia terdiam. Akibatnya,
tatapan Alisa semakin dingin, dan Masachika menatap Yuki dengan tajam. Lalu,
Yuki yang terbang mendekat dengan wajah yang sangat menjengkelkan.
‘Hmm?
Ada apa? Apa kamu merasa iri,
kamu pasti iri, ya?'
“Kamu ini…!”
Meskipun ia mencoba untuk
menangkap tubuh kecilnya itu dan
memberi pelajaran, tangannya hanya meleset di udara. Melihat Masachika yang tampak aneh itu beraksi
sendirian, Alisa menghela napas dan
mengangkat bahunya.
“…Baiklah,
sudah cukup. Jadi? Apa yang
bisa dilakukan Yuki-san?”
“…Oi, kamu
ditanya tuh. Apa yang bisa kamu lakukan?”
Menanggapi pertanyaan itu,
Yuki yang sebelumnya terus menggoda Masachika, berbaring di udara seolah-olah
bersandar pada sesuatu.
“Hmm?
Apa yang bisa kulakukan, ya…”
Kemudian, dia berpura-pura berpikir sejenak sebelum
mengedipkan mata ke arah Masachika.
“Aku
bisa memberikan keceriaan dan keimutan dalam perjalanan Master, loh☆”
“…”
“Aku
bisa memberikan keceriaan dan keimutan dalam perjalanan──”
“Tidak
perlu diulang, tidak perlu diulang.” Masachika menempatkan tangannya di dahinya, dan sekali lagi memastikan.
“Eh?
Lah… bukannya kamu itu semacam peri penolong? Bukannya kamu
seharusnya memberikan saran selama perjalanan, seperti lokasi toko atau cara
menggerakkan mekanisme?”
“Oi, oi, oi~,
My master… Aku adalah makhluk dari
dimensi lain, ‘kan? Aku yakin kalau pengetahuanku
tidak jauh berbeda dengan milikmu.”
“Kamu mendingan
pulang saja sana.”
Alih-alih menjadi
penolong, si setan kecil
itu hanya mengganggu, membuat Masachika berteriak tanpa sadar. Namun, Yuki
tidak menunjukkan reaksi dan justru merentangkan
kedua tangannya sembari
mengangkat bahu.
“Sayangnya,
aku tidak tahu bagaimana
caranya pulang.”
“Hah?”
“Lihat,
karena skill khususku《Pemanggilan Peri》adalah skill sekali pakai, jadi tidak ada
fungsi pengembalian. Karena aku tidak memiliki wujud fisik, aku juga tidak
memiliki HP, jadi tidak mungkin aku dikalahkan dan dipulangkan secara paksa.”
Setelah mendengar itu, Masachika
memeriksa menu dan mendapati bahwa tulisan 《Pemanggilan
Peri》di
kolom skill khusus telah menghilang tanpa
jejak, dan petunjuk tentang cara mengendalikannya sepenuhnya lenyap.
“Jadi,
mari kita bersenang-senang bersama, ya! Majikanku☆”
Yuki melompat ke bahu
kanan Masachika dan sekali lagi mengedipkan matanya,
sementara Masachika menatapnya dengan tatapan dingin. Yuki kemudian
menyandarkan kedua tangannya di dagunya dan berkedip-kedip dengan imut.
“Hmm?
Ada apa? Apa kamu terpukau oleh keimutan luar
biasa dari Yuki -chan yang
duduk di bahumu?”
“…Kamu ini
sangat terampil ya meskipun
tidak memiliki wujud fisik."
“Sepertinya
aku bisa mempertahankan posisi relatif meskipun tidak bisa disentuh.”
Masachika mengalihkan pandangannya dari Yuki
yang membicarakan sesuatu yang sulit, dan melihat ke arah duo kakak beradik Kujou yang tampak bingung.
“Ah,
pada akhirnya, peri ini tampaknya hanya untuk meramaikan suasana. Maaf sudah
membuatmu berharap, tapi sepertinya dia tidak begitu berguna.”
Mengabaikan Yuki yang
berteriak di telinganya “Apa
maksudnya tidak berguna!”
(suara itu tidak berasal dari telinganya,
tetapi langsung terdengar di kepalanya), Masachika melanjutkan.
“Dia
hanya bisa dilihat dan didengar olehku, dan sepertinya dia tidak bisa
menggunakan sihir atau apa pun…”
Saat ia mengatakan itu,
tiba-tiba Massachika
menyadari sesuatu.
“…Hei,
jika kamu tidak bisa terlihat oleh siapa pun dan bisa
langsung berbicara ke kepalaku, bukannya
itu sangat berguna untuk pengintaian?”
“Sepertinya
aku tidak bisa menjauh dari Master lebih dari jarak tertentu.”
“Kamu ini
seriusan tidak berguna sama sekali,
ya.”
Mengabaikan Yuki yang
kembali mengeluarkan suara protes, Masachika berkata lagi.
“Jadi,
sepertinya dia benar-benar hanya untuk meramaikan suasana. Mari kita abaikan
dia dan lanjutkan perjalanan kita.”
“Y-Ya…”
“Hmm~, meskipun tidak terlihat, rasanya jadi aneh kalau mengetahui Yuki-chan ada di sana~.”
Dengan mendorong kedua
orang yang bingung, Masachika membeli paket 'Petualang' yang berisi item
penyembuh dan makanan darurat untuk tiga orang di toko alat yang memiliki papan
nama besar di jalan utama.
“Rasanya
seperti sistem pembayaran tanpa sentuhan yang sempurna, ya.”
Tanpa ada transaksi uang
dan item yang terjadi, Masachika bergumam saat melihat saldo di layar menu
berkurang dan item 'Paket Petualang' ditambahkan ke dalam daftar item.
Setelah itu, ketika ia mengetuk item tersebut, sebuah jendela baru muncul
dengan tas kulit cokelat di atasnya.
“Obat
ini adalah ramuan penyembuhan, dan
yang ini adalah potion MP… Bisa digunakan baik dengan diminum maupun
disemprotkan. Sebaiknya kita membawa beberapa item penyembuh seperti ini agar
siap digunakan, ‘kan?”
“Benar.
Barang yang tidak perlu bisa kita simpan di penyimpanan… eh, ini apa? Apa-apaan ini? Ini
tenda lipat?”
“Sepertinya
itu alat sihir~. Masih ada
banyak hal aneh lainnya…”
Setelah memeriksa barang-barang lainnya, seperti alat sihir
penerangan dan alat sihir untuk menyalakan api, mereka semua merasa senang dan
akhirnya menuju gerbang besar yang menghubungkan kota dengan dunia luar.
“Melihat
status ini… sepertinya Alya berada
di garda depan, Masha-san di posisi
tengah, dan aku di belakang untuk menyerang dengan sihir, ‘kan…?”
Dalam perjalanan, Masachika
memeriksa status semua orang dan berkata dengan penuh perhatian.
Skill
yang dimiliki Masachika meliputi sihir dari lima elemen: api, air, angin,
petir, dan tanah, serta beberapa keterampilan yang tampaknya wajib untuk
profesi sihir. Ia sama
sekali tidak memiliki keterampilan untuk pertarungan jarak dekat. Sementara
itu, Maria memiliki struktur skill
yang seolah-olah
menggantikan lima elemen sihir yang dimiliki Masachika dengan 《Sihir Cahaya》. Ada tiga hal besar yang bisa
dilakukan dengan 《Sihir
Cahaya》,
yaitu 'Berkah', 'Penyembuhan', dan 'Penyucian'. 'Berkah'
adalah penguatan status rekan dan membangun perisai pertahanan. 'Penyembuhan'
secara harfiah berarti menyembuhkan. Sedangkan 'Penyucian' dapat
menghilangkan racun atau kutukan dan memberikan damage terhadap monster
tertentu seperti undead dan iblis.
(Iblis…
ya)
“?”
Sambil melihat Yuki yang
berbentuk iblis kecil (yang mengaku sebagai peri), Masachika berpikir, “Apa yang akan terjadi jika aku menggunakan Penyucian padanya?” dan menggelengkan kepalanya.
(Namun,
ternyata ada monster undead
juga… Jika beneran ada zombie
asli muncul, rasanya terlalu
mengerikan dan aku bisa saja muntah… yah, jika itu terjadi, aku hanya bisa
mengandalkan Masha-san.)
Masachika merasakan betapa
berartinya keberadaan kelas Priest
yang memiliki serangan khusus terhadap undead... Namun, bisa dibilang, hanya di
situ saja Maria bisa berperan sebagai penyerang. Sebab, Maria tidak memiliki
keterampilan lain yang bisa digunakan untuk menyerang. Sebagai keterampilan
unik, dia memiliki 《Miracle
of the Virgin》,
yang merupakan “kemungkinan
tinggi untuk tersesat, tetapi pasti akan sampai di tujuan,” dan 《The Mercy of the Saintess》, yang merupakan keterampilan kebangkitan
dengan batasan tiga kali. Namun, keduanya sama sekali tidak memiliki kekuatan
serangan. Dari segi status, kemampuan serangan fisiknya sangat lemah,
sepenuhnya terfokus pada dukungan dan penyembuhan.
(Kalau
bisa digunakan untuk menyerang... mungkin dengan membuat perisai dan menyerang
dengan tubuh? Yah, aku tidak
tahu seberapa banyak perisai defensif yang bisa
dialihkan untuk menyerang, jadi lebih baik tidak berharap terlalu banyak...)
Dengan begitu, tampaknya
Maria memang lebih cocok sebagai garda tengah,
melindungi dirinya sendiri dan para penyihir di belakang, sambil memberikan
perlindungan dan penyembuhan kepada para penyerang di depan. Masalahnya adalah...
“Tapi, kamu
tidak bisa menggunakan sihir, ‘kan?”
“Iya,
itulah masalahnya~...”
Masachika, yang seharusnya menjadi
penyihir di belakang, sama sekali tidak berguna sebagai penyihir.
Seorang Saintess yang tidak bisa menyerang, dan
seorang Sage yang tidak bisa menggunakan
sihir. Fakta bahwa hanya Alisa yang bisa berperan sebagai penyerang sangat
mengejutkan.
“…Yang semangat ya! Pahlawan Alisa!”
“Jangan
bersikap seolah itu bukan urusanmu!? Kamu juga anggota party, ‘kan!”
“Yah,
habisnya…”
Sambil menjawab dengan ambigu, Masachika melihat layar
status Alisa. Skill pertarungan jarak
dekat seperti 《Pedang》 dan 《Bergulat》.
Enam elemen: api, air, angin, petir, tanah, dan cahaya, ditambah dengan keterampilan
khusus pahlawan yang disebut 《Sihir
Cahaya Suci》
yang menyerang ras iblis. Status yang seimbang, bisa menggunakan teknik bela
diri dan sihir.
“Ini
sudah cukup dengan hanya Alya saja yang bertarung.”
“Alya-chan...
meskipun dia pahlawan, ini sudah jelas-jelas
tidak seimbang.”
“Aku
bingung jika kamu bilang begitu...”
Meskipun mungkin dia kalah
dari profesi khusus, dia mampu melakukan semua hal: serangan dekat, jarak jauh,
dukungan, dan penyembuhan. Selain itu, dia memiliki skill unik yang disebut 《Serangan Pahlawan》, yang menghabiskan semua HP, MP,
dan SP untuk meluncurkan serangan super kuat saat HP berada di bawah batas
tertentu, benar-benar menunjukkan aura seorang protagonis. Namun, Alisa juga
memiliki satu keterampilan unik lainnya...
“Terutama
keterampilan unik ini... 《Putri
Penyendiri》,
sebenarnya apaan sih itu? 'Semua
status meningkat ketika tidak ada anggota party'... ?”
Alisa mengerutkan kening ketika dia merujuk pada skill unik yang berasal dari nama julukannya di akademi (yang tidak
disukainya).
“Keterampilan
khusus untuk pemain solo, sungguh konyol
banget”
“Jangan
mengejeknya.”
Sambil menggerutu kepada
Yuki tanpa mengeluarkan suara, Masachika tersenyum samar.
“Hmm,
sebenarnya skill ini sulit
digunakan... Meskipun sepertinya bisa bertarung bersama meskipun keluar dari
party, pengalaman yang didapat tidak akan
dibagikan, dan MP serta SP tidak akan terlihat, jadi tidak bisa memberikan
dukungan yang efektif... Yang paling penting, ketika Masha-san menggunakan penyembuhan seluruh
party atau penguatan seluruh party, dia akan keluar dari target.”
“Benar
juga. Jika ada tempat yang bisa digunakan... mungkin saat di dungeon, ketika
terpisah? Tapi, jika dalam keadaan itu HP tidak terlihat, itu juga akan menjadi
masalah, ‘kan?”
“Tidak,
sepertinya sihir yang ditargetkan untuk seluruh party akan tetap berfungsi meskipun terpisah, jadi
justru saat-saat seperti itu party
sebaiknya tetap dipertahankan...”
“Sepertinya
tidak ada tempat yang benar-benar bisa digunakan... yah, tidak apa-apa sih.”
Alisa tampaknya tidak
ingin menggunakan keterampilan dengan nama yang tidak disukainya, jadi dia
mengangkat bahu.
“Yah,
sepertinya tidak ada orang lain yang bisa bertarung secara langsung selain aku,
jadi aku akan bertarung di depan. Masha, tolong dukung dengan sihir.”
“Baiklah~”
“Oke,
kalau begitu aku...”
Saat itu, Masachika
merasakan tatapan dari duo bersaudari
dan setelah berpikir sejenak, dia memberi jempol ke atas dan berkata.
“...Aku
akan memberikan dukungan dan melempar item saat dibutuhkan!”
“Ya, ya, dukungan memang sangat penting.”
“Kuze-kun,
bukankah kamu tidak pandai melempar bola?”
“Asalkan
bukan bola, aku baik-baik saja!”
“Kepercayaan
diri macam apa itu... Lagipula, bagaimana
dengan bola asap yang ada di tas itu? Itu jelas-jelas
bola, ‘kan?”
“Kalau
begitu, aku akan melempar potion!”
“Tapi
masih ada Masha sebagai penyembuh, ‘kan? Lagipula, jika botol dilempar, bukankah
itu akan menyebabkan damage?”
“Maaf,
Alya, sepertinya aku hanya bisa
memberikan dukungan...”
“Jangan
berkecil hati~ Dukungan itu juga penting kok~”
Maria menepuk-nepuk bahu Masachika
yang tampak lesu, seolah untuk menghiburnya.
‘Fugya'
Yuki yang duduk di bahunya
mengeluarkan suara seperti kucing yang tertekan karena tepukan mendadak
tersebut. Namun, suara itu tidak terdengar oleh Alisa dan Maria, dan Masachika
juga mengabaikannya.
“Kalau
begitu... mari kita lakukan seperti itu.”
Sambil mengobrol, mereka akhirnya tiba di depan gerbang besar, dan
Alisa memberi isyarat kepada Maria dan Masachika sebelum melangkah keluar dari
kota.
“Wah~~
padang rumputnya terlihat luar
biasa!”
Melihat padang rumput yang
membentang hingga ke cakrawala, Masachika mengeluarkan suara kagum. Tidak hanya
Masachika, kaka beradik Kujou juga tampak terkesan sambil melihat
sekeliling... Namun, tiba-tiba Alisa mengernyitkan dahi dan berkata.
“Tapi,
di sini biasanya ada
monster, ‘kan?”
“Hmm...
yah, memang.”
Setelah diberitahu seperti
itu dan mengamati kembali, di kedua sisi jalan yang lebar sekitar sepuluh meter
yang membentang tanpa akhir, terdapat rumput tinggi yang lebat, sehingga sulit
untuk melihat jika ada sesuatu yang mengintai di dalamnya.
“Sial...
Seharusnya aku mengumpulkan informasi tentang monster apa yang muncul di sini.”
Masachika menyesali
kelalaiannya, dan saat dia berpikir untuk kembali... rumput di sebelah kiri
sekitar lima meter bergetar, dan sesuatu melompat ke jalan.
“Hah!”
“!”
“Eh,
musuh!”
Ketiga orang itu
bersiap-siap untuk pertempuran pertama mereka dan mengalihkan perhatian mereka
ke arah yang muncul...
'Kelinci
Bertanduk! Itu Kelinci Bertanduk!'
“Muncul!
Musuh lemah yang sering muncul di dunia fantasi, Kelinci Bertanduk, meskipun
aku belum pernah melihatnya di game!”
Di depan mereka ada seekor
kelinci dengan satu tanduk yang tumbuh dari dahi, dan entah kenapa, semangat
Yuki dan Masachika semakin meningkat.
Namun…
“Sepertinya…
grafisnya sangat kasar,
ya?”
Apa yang dikatakan Alisa sangatlah masuk
akal. Selain itu, bentuknya juga sangat dideformasi. Ekspresi bulu
tubuhnya terlihat sangat kasar, dan tidak ada kesan otot atau kerangka yang
menonjol. Lebih mirip boneka daripada makhluk hidup. Di atas kepalanya, tampak
bar HP berwarna hijau yang terasa sangat surreal.
“Pokoknya,
kita akan melawannya! Tidak
apa-apa, ‘kan?”
“Ah,
iya… tapi, apa kamu yakin tidak masalah?”
Meskipun dia memiliki
tanduk dan tampangnya terlihat ganas, lawannya tetaplah hewan kecil. Masachika khawatir kalau menebasnya dengan pedang mungkin akan
menjadi rintangan psikologis yang tinggi…,
tetapi,
“Aku
akan melakukannya… aku tidak punya
pilihan lain selain melakukannya! Kita
tidak bisa berhenti di awal seperti ini!”
“!!”
Dengan suara yang kuat
seolah untuk memotivasi dirinya sendiri, Alisa
membuat Masachika terdiam. Sementara itu, kelinci bertanduk itu menguatkan kaki
belakangnya dan meluncur ke arah Alisa.
Dengan tanduknya yang
terjulur, kelinci itu berusaha menusuk tubuh Alisa.
Namun, karena Alisa masih
pemula dalam pertempuran, dia tidak bisa bereaksi tepat waktu terhadap serangan
itu.
“Ah—”
Apa dia harus menyerang,
bertahan, atau menghindar?
Karena dia tidak
bisa segera memutuskannya, Alisa
hanya berdiri kaku dengan pedangnya terangkat di depan tubuhnya.
Saat itulah, kelinci
bertanduk itu menyerang tanpa ampun—dan menusuk pedang suci yang diangkat Alisa
dengan penuh tenaga.
“Ah.”
Dalam sekejap mata, garis serangan seperti efek
kerusakan dalam game melintas di kepala kelinci tersebut, dan bar HP di atas
kepalanya segera berkurang drastis. Warna bar itu berubah menjadi kuning, lalu
merah… dengan jeritan “kyui~” sebagai suara terakhirnya,
tubuhnya berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang.
““““.....””””
Dalam suasana yang tidak
bisa dijelaskan, Masachika melihat pengalaman yang didapat muncul di sudut
pandangnya, dan levelnya tiba-tiba naik hingga tiga.
(Satu
musuh level rendah di awal bisa menaikkan dua level? Seperti yang diharapkan,
pengalaman yang didapat meningkat sampai
sepuluh kali lipat.)
Sambil merasakan kekuatan skill cheat uniknya, Masachika
memanggil Alisa.
“Ah~…
selamat atas kemenangan pertamamu.”
“…Entahlah,
rasanya seperti aku tidak bertarung sama sekali.”
“Yah, memang…
mungkin itu bukan kelinci, tapi babi hutan.”
Sambil menambahkan bahwa
itu terasa seperti “menyerang
dengan ganas,” Masachika
mengamati wajah Alisa.
“Jadi…
apa kamu baik-baik saja?”
“maksudmu
setelah mengalahkan hewan itu?
Hmm… karena tidak ada sensasi nyata,
mungkin aku cukup baik-baik saja.”
“Yah, memang sih.”
Musuh yang mirip boneka,
dengan sedikit kesan kehidupan. Ketika dia menebasnya,
tidak ada percikan darah yang menyembur, dan tidak ada mayat yang tersisa. Saat
membuka menu item, ada beberapa item yang tampaknya adalah barang hasil
jatuhan, jadi mungkin mereka dianggap sebagai makhluk hidup… tetapi itu semua
terasa seperti permainan, dan tidak ada rasa nyata.
“Aku juga
tidak tahu bagaimana sistem ini bekerja… tapi jika
kekerasannya bisa ditekan, itu yang paling penting.”
“Ya.”
“Apa
Masha-san juga baik-baik saja?”
“Iya,
terima kasih~.”
Setelah memastikan bahwa
Maria juga baik-baik saja, Masachika mengusulkan untuk kembali ke kota sejenak
untuk mengumpulkan informasi. Alisa dan
Maria setuju, dan ketiganya menuju guild yang juga membeli bahan-bahan, untuk
mengumpulkan informasi tentang monster-monster di sekitar area kota.
“Monster
utamanya adalah kelinci bertanduk,
serigala bertanduk, dan goblin...”
“Kenapa
serigala bisa ada di dataran rendah? Dan kenapa serigala dan kelinci bisa hidup
berdampingan?”
“Itu
benar. Kelinci, lari saja!”
Sambil bercanda bersama
Yuki, mereka melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, kelinci bertanduk dan
serigala bertanduk menyerang secara berkala,
tetapi Alisa bisa menangani semuanya tanpa masalah.
“Hah!”
Setelah beberapa kali
bertarung, sepertinya Alisa sudah
siap dan tanpa ragu mengayunkan pedang sucinya ke arah serigala bertanduk (yang
juga terlihat seperti boneka). Mungkin karena ada pengaruh skill-nya, serangan tajamnya tidak
terlihat seperti milik seorang pemula.
“Gyann!”
Seperti yang diharapkan
dari seorang pahlawan, sepertinya jika pedang suci mengenai musuh selevel ini, dia bisa mengalahkannya dalam satu
serangan, dan serigala bertanduk itu menghilang menjadi
partikel cahaya. Namun, tiba-tiba, ada sebuah tanduk yang terjulur ke arahnya.
“Alya!”
“E-Eii!”
Dengan peringatan Masachika,
Alisa menyadari serangan kelinci bertanduk dan
segera melepaskan tangan kanannya dari pedang suci, lalu menangkis tanduk
kelinci itu dengan pukulan balik. Mungkin karena ada pengaruh skill 《Bela Diri》, pukulan yang dilepaskan secara terburu-buru itu
berhasil mematahkan tanduk kelinci setengahnya.
“Kyuiii!”
Setelah tanduknya patah,
kelinci bertanduk itu terlempar dengan kekuatan pukulan dan jatuh ke tanah.
Meskipun segera bangkit, langkah kelinci itu
tampak goyah, dan mulai terhuyung-huyung.
“Eh...?
Itu, stun, ya?"
“Stun?
Berarti monster itu pingsan?”
“Lebih
tepatnya… mirip seperti
gegar otak?”
Ketika Maria menjawab begitu, sebuah dugaan muncul di
benak Masachika.
(Mungkin
karena tanduknya patah… atau lebih tepatnya, karena pukulan yang kuat? Karena tanduknya
terhubung ke tengkorak, mungkin dampak dari pukulan itu langsung terasa di
otaknya…?)
Jika benar begitu, monster
ini akan memiliki bagian lemah yang menjadi senjatanya sendiri… dan itu adalah
cacat yang cukup serius sebagai makhluk hidup.
(Yah, di
dunia nyata juga ada hewan yang mati karena giginya yang terlalu panjang menembus
tengkorak… apa itu babirusa? Dan di dunia game, mungkin itu tidak perlu terlalu dipikirkan…)
Selagi Masachika memikirkan hal itu, Alisa berdiri di depan kelinci bertanduk yang
terhuyung-huyung.
“E-Eeii!”
Sepertinya Alisa sedikit
ragu untuk menyerang musuh yang tidak sudah tidak
berdaya, jadi dia berteriak untuk menghilangkan
keraguannya dan mengayunkan pedang suci yang diangkat tinggi-tinggi.
Kaki kanannya melangkah dengan kuat. Pedang
suci itu melesat dengan suara angin yang memecah, membuat rok pendek Alisa
melambai, seperti yang dikhawatirkan (atau diharapkan?) Masachika──
“Aku
takkan membiarkanmu meihatnya!”
Pandangan Masachika
terhalang oleh Yuki, yang tiba-tiba mengeluarkan papan kecil.
“......”
“Fyuh...
aku melakukan pekerjaan yang baik.”
“Bener banget.”
Masachika menanggapi Yuki
yang mengusap keringat yang tidak mengalir dengan tinju kecilnya, sambil
menatapnya dengan tatapan skeptis. Kemudian, merasakan tatapan heran dari Maria
di pipinya, ia beralih ke percakapan dalam pikirannya.
“Ngomong-ngomong,
dari mana kamu
mendapatkan papan itu?”
“Hah,
oi, oi, tuanku yang tercinta. Aku ini adalah peri penyelamat, ‘kan? Menjaga batas usia di dunia
ini juga merupakan salah satu tugasku.”
“Lagian,
mana mungkin hanya karena celana dalam yang terlihat langsung mendadak menjadi
R18. Dan cara bicaramu, apa ini benar-benar ruang permainan?”
“Entahlah~?”
Yuki berputar di udara dan
menghilangkan papan yang dipegangnya, lalu kembali ke bahu Masachika. Masachika
menghela napas melihat adiknya yang tidak berguna di saat-saat penting.
“Kuze-kun?”
“Eh?
Oh, ya... kalau dipikir-pikir, sepertinya tidak ada orang lain di sekitar.”
Masachika berkata begitu
saat melihat sekeliling, dihadapkan oleh tatapan bingung Maria. Mendengar
kata-kata itu, Alisa yang kembali juga mengangguk.
“Memang,
setelah dipikir-pikir kembali,
jalanan ini menghubungkan ke ibu kota,
bukan? Seharusnya ada banyak pedagang yang bolak-balik di sini...”
Apa yang dikatakan Alisa
memang benar, tetapi bertolak belakang dengan itu, tidak ada seorang pun di
sekitar.
Hanya ada monster
bertanduk.
“Hmm,
yah, di medan perang permainan, jika NPC yang tidak berhubungan berkeliaran,
tentu saja akan mengganggu. Biasanya
memang seperti itu.”
“Sudah
kuduga~, jadi ini benar-benar permainan, ya~?”
“Entahlah?
Aku merasa
kalau ini lebih mirip mimpi atau semacam ilusi kolektif.”
Saat mereka berbicara,
semak-semak di dekatnya bergerak, dan ketiga orang itu terkejut dan berbalik ke
arah suara itu. Ternyata, yang muncul adalah makhluk berkaki empat dengan
tanduk yang sudah dikenal...tapi ternyata
bukan.
“Itu
adalah goblin.”
Melihat dua musuh baru
muncul sekaligus, ekspresi Alisa menjadi serius.
“Jadi itu yang namanya goblin... tampaknya, agak mirip
boneka.”
Goblin kecil berwarna
hijau dengan tinggi sekitar satu meter, mengenakan kain yang lusuh. Ketika
disebut goblin, terbayanglah citra kotor, tetapi sepertinya gambaran itu
ditekan, karena goblin di depannya tidak menunjukkan kotoran. Sebenarnya...
“Baik
kelinci maupun goblin, aku merasa... mereka benar-benar menggunakan grafik yang
sama.”
Dua goblin yang berdiri
berdampingan tampak seperti hasil salinan, dengan penampilan yang persis sama.
Cara kain yang mereka kenakan robek dan tekstur tongkat kasar yang mereka
pegang, semuanya identik.
“Rasanya sungguh
tidak realistis... yah, namanya juga
mimpi...”
Sambil bergumam pada dirinya sendiri, Masachika
memanggil Alisa dari belakang.
“Apa
kamu baik-baik saja? Apa biar aku saja yang menghadapinya?”
“Tidak
masalah. Garda belakang yang
tidak bisa menggunakan sihir mendingan
mundur saja.”
“Nyelekit...
meskipun itu benar, sih.”
Masachika menghela napas
di depan Alisa, yang berteriak “Hah!” dan menyerang goblin di sebelah kiri.
Goblin itu juga mengangkat
tongkatnya untuk mencoba menghalau serangan, tetapi... dengan postur dan
senjata yang jelas jauh lebih unggul, ditambah lagi ayunan dari atas yang
memanfaatkan gravitasi, tidak mungkin bisa dihentikan dengan cara itu.
“Gyaaah!”
Efek kerusakan muncul di
tubuh bagian atas goblin, dan sambil mengeluarkan jeritan yang murahan,
tubuhnya menghilang. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi.
“Giyah!”
“Ah!”
Goblin yang tersisa,
ternyata mengabaikan Alisa dan berlari menuju pendukung.
Setelah mengalahkan satu
goblin, Alisa yang hendak melanjutkan serangan dengan sabetan diagonal terkejut
oleh gerakan itu. Dan Masachika merasakan hal yang sama.
“Eh...!?”
Ketegangan yang tidak
disadari mulai melonggar karena tidak ada kesempatan bertarung sebelumnya.
Dalam waktu kurang dari satu detik untuk mengencangkan kembali ketegangan itu,
goblin sudah mendekat.
(Aku
harus melindungi Masha-san──!)
Masachika dengan
cepat melindungi Maria di belakangnya dan
bersiap.
(Sihir...
tidak bisa digunakan, pertarungan jarak dekat? Sebaiknya aku menendang── tidak,
aku kan pendukung, tapi ini bukan saatnya memikirkan itu, aku harus bertarung
dengan tangan──)
Dalam sekejap, dia memutuskan
untuk menyambut serangan dengan tinjunya, tetapi menyadari tangan kanannya
terhalang oleh buku sihir, sementara goblin mengangkat tongkatnya──
“Hmph!”
Secara refleks, Masachika
mengayunkan buku sihirnya ke wajah goblin.
Dengan suara dentuman tumpul, efek kerusakan muncul
di wajah goblin dan... HP-nya melesat pergi dan tubuhnya
seketika menghilang.
““.....””
“Ara~
Kuze-kun, kamu terlihat seperti
guru~.”
“Sebenarnya
citra guru di benak Masha-san tuh
seperti apaan sih?”
Masachika menanggapi
komentar Maria yang agak aneh, lalu mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Alisa.
Dia melihat Alisa yang masih terhenti dalam posisi berlari menuju mereka.
Dengan senyuman dingin,
dia berkata,
“Sihir
itu, ternyata bisa dilakukan dengan memukul menggunakan buku."
“Jelas-jelas
itu beda banget”
Meskipun Alisa memberikan kritik yang tepat,
metode itu ternyata efektif. Semua ini berkat efek keterampilan khususnya, “Pengalaman yang Didapat Sepuluh
Kali Lipat (kecuali olahraga bola).”
Di dunia ini, sepertinya
pengalaman dibagi rata di dalam party,
terlepas dari kontribusi dalam pertempuran, tetapi keterampilan khusus Masachika
membuat pengalaman yang dibagi itu menjadi sepuluh kali lipat untuk dirinya
sendiri.
Akibatnya, meskipun hanya menonton
dari belakang, levelnya meningkat pesat, mengalahkan dua rekannya. Meskipun dirinya berada dalam posisi pendukung,
kekuatan fisik, kecepatan, dan ketahanan Masachika lebih tinggi daripada Alisa
yang berperan sebagai penyerang. Ditambah dengan pengalaman bela diri dan
senjata tumpul yang tidak akan rusak, Masachika sekarang memiliki kekuatan
tempur jarak dekat yang jauh lebih kuat daripada Alisa.
“Oleh karena
itu, biar aku yang menjadi penyerang.”
Dengan demikian, lahirlah “Sage Pemukul yang
Tidak Bisa Menggunakan Sihir”
yang belum pernah ada sebelumnya.
