Yamai ni Itaru Koi Chapter 2 Bahasa Indonesia

 

Cinta Yang Mengarah Pada Penyakit

 

Menurutku dia adalah gadis yang cantik. Di antara semua gadis yang pernah kulihat, dialah yang paling cantik. Rambutnya yang panjang dan pipinya putih. Matanya yang besar tertunduk sayu, dengan bayangan bulu mata jatuh di bawah matanya. Dia mengenakan seragam dari sekolah SMA terkenal di daerah ini, sedang membaca buku saku yang tertutup sampul. Sejenak, aku bahkan salah mengira itu semacam pemotretan untuk sesuatu.

Meskipun aku merasa tidak seharusnya melihatnya, aku dengan cepat melirik dan melihat ada klip berinisial di tasnya. KEI ─ sepertinya itu adalah namanya. Aku mencoba memikirkan berbagai kanji untuk nama Kei. Bagaimana dengan kanji 景? 景, yang berarti pemandangan. Itu adalah nama yang sangat cocok untuk gadis secantik dirinya.

Aku ingin berbicara dengannya. Aku ingin bertanya buku apa yang sedang dia baca. Namun, orang seperti diriku yang hina ini mana mungkin bisa mendekatinya.

Sesampainya di sekolah, aku melihat gambar payung besar di papan tulis. Di bawah payung itu tertulis namaku, Enda Nozomu, dan nama seorang siswi sekelas bernama Hitachi Miki. Saat aku menghela napas dan berusaha menghapusnya, suara ejekan datang dari belakang.

Kenapa kamu menghapusnya, Enda-kun? Princess jadi terlihat kasihan tau!

Sepertinya sudah saatnya menjemput Princess, ya?

Tawa sinis memenuhi kelas. Tidak ada gunanya menanggapi mereka. Mereka hanya ingin melihat reaksiku. Namun, semakin aku berusaha untuk tidak merasakannya, semakin kuat genggaman tanganku pada penghapus papan tulis. Aku berusaha keras untuk memikirkan hal lain ─ tentang gadis cantik yang kutemui di gerbong kereta hari ini.

Setelah duduk di kursiku, aku merasa sangat lelah. Aku ingin pulang. Namun, jika kehadiranku kurang dari yang seharusnya, itu akan menjadi masalah. Aku tidak ingin terjebak dalam situasi yang buruk hanya karena orang-orang seperti mereka.

Aku penasaran apa yang akan dilakukan Hitachi selanjutnya, mengapa dia tidak datang ke sekolah?

Aku diam-diam merenungkan nama yang tertulis di balik paying bersama. Hitachi Miki adalah gadis SMA yang telah gagal dalam segalanya.

Namaku Hitachi Miki. Saat kelas satu, entah bagaimana, aku tidak datang ke sekolah karena berbagai alasan, tapi sekarang aku harus mulai belajar, karena jumlah kehadiranku juga sudah mengkhawatirkan, jadi aku harus serius. Oh, aku menyukai anime seperti orang biasa. Jika ada yang mau berinteraksi, silakan saja.”

Mendengar perkenalan dirinya yang diucapkan cepat dan tersendat, orang-orang di sekitarku tampak jelas tertawa kecil. Meskipun terlihat santai, itu adalah upaya yang putus asa dan kurang diterima oleh gadis kelas dua SMA.

Sebenarnya, Hitachi bukanlah tipe orang yang bisa disukai oleh banyak orang hanya dengan melihat penampilannya. Rambut panjangnya yang berantakan dan tampak tidak dicuci, serta punggungnya yang membungkuk. Bahunya dipenuhi ketombe yang jelas terlihat, membuatnya terlihat tidak bersih. Wajahnya kelihatan biasa-biasa saja, tetapi memberikan kesan tidak nyaman seolah-olah dia tidak ada di mana-mana. Dari sudut mulutnya yang sedikit melengkung, seolah-olah ada kutukan yang akan meluap kepada orang-orang di sekitarnya.

Itu adalah kombinasi terburuk. Mana mungkin orang seperti ini tidak diejek setelah memperkenalkan diri seperti yang dia lakukan sebelumnya. Seperti yang diperkirakan, begitu Hitachi selesai memperkenalkan dirinya, seluruh kelas dipenuhi dengan tawa yang menggelegar.

Eh, kenapa kalian tertawa?! Kenapa kalian tertawa?! Ini terlalu berlebihan!

Sementara Hitachi berulang kali mengelu dengan wajah yang memerah, tapi semua orang justru semakin mengejeknya. Dia terlihat sangat putus asa, seperti hewan kecil, dan ada karakter yang mirip dengannya. Cara bicaranya terasa nostalgis. Rasa canggungnya terasa lucu. Itu menenangkan.

Dengan ejekan yang tidak berarti secara harfiah, tubuh Hitachi semakin kaku. Dan kemudian, kata-kata yang menyakitkan meluncur keluar.

Ngomong-ngomong, rasanya Hitachi-san mempunyai nama yang menakjubkan seperti nama Miki. Apa orangtuamu memberi nama itu sebagai lelucon?

Akhirnya, Hitachi meneteskan air mata di depan semua orang dan berlari keluar dari kelas. Melihat pelarian dramatisnya, teman-teman sekelasnya tertawa lagi.

Hebat ya! Apa orangtuanya memberi nama itu tanpa melihat wajahnya?

Semua bayi terlihat sama, kan? Orangtuanya juga korban, korban. Siapa sangka dia akan jadi seperti itu?

“Kalian seharusnya tidak boleh bilang begitu sekarang! Kita harus memperlakukan Hitachi-san seperti putri!

Benar, Hitachi-san adalah princess dari kelas 2-5 kita!

Imura yang sudah menguasai kelas, mengambil kesempatan untuk tertawa. Sejak saat itu, julukan Hitachi sepenuhnya menjadi Princess’.

Setelah sampai pada titik itu, sulit untuk keluar dari situasi ini. Ketika memanggil namanya langsung berhubungan dengan ejekan, maka tidak ada jalan untuk kembali.

Hari berikutnya, Hitachi berangkat ke sekolah dengan berani. Namun, begitu dia tiba, teman-teman mulai memanggilnya Princess’ berulang kali, menyapanya dengan Selamat pagi, atau sekadar menyenggolnya saat lewat, membuat Hitachi kembali masuk ke ruang UKS dan akhirnya berhenti datang ke sekolah sepenuhnya.

Kemudian, akulah yang menjadi target ejekan berikutnya. Aku juga merasa tidak cocok di kelas dua, jadi aku merasa dikucilkan. Namun, ketika pertama kali aku dijatuhkan di koridor, aku benar-benar terkejut.

Aku seharusnya meremehkan Hitachi dan merasa kasihan padanya, tetapi mengapa sekarang aku malah memihak mereka?

Perbedaan antara aku dan Hime hanya terletak pada apa kami masih berangkat ke sekolah atau tidak, tetapi perlakuannya tidak jauh berbeda. Ejekan yang tidak terlalu parah tidak berkembang menjadi perundungan karena aku tidak banyak melawan. Jika aku bereaksi sejelas Hitachi, mungkin situasinya akan menjadi lebih parah.

Aku berusaha untuk tidak bereaksi, mengabaikan apa yang bisa diabaikan, dan hanya fokus pada belajar. Cuma itulah satu-satunya hal yang bisa kulakukan.

Namun, aku sering memikirkan berkali-kali. Jika Hitachi mulai berangkat ke sekolah, apa targetnya akan berpindah kepadanya?

Saat pulang, aku tidak pulang bersama gadis yang bernama Kei. Waktu pulang kami berbeda, jadi rasanya memang wajar. Hari ini juga dimulai dengan coretan di papan tulis, terkunci di kelas saat berpindah ruangan, dan diejek saat dipanggil di kelas, hari yang sangat buruk. Suasana hatiku terasa semakin terpuruk, tetapi hanya kenangan bersama Kei yang bisa sedikit menguatkanku.

Aku merasa ngeri membayangkan hal ini akan terus berlanjut hingga kelulusanku. Karena tidak ada pergantian kelas ketika naik dari kelas dua ke kelas tiga. Aku berharap teman-teman sekelasku akan bosan merundungku sebelum itu, tetapi sejujurnya, aku tidak terlalu berharap.

Sesampainya di rumah, aku menerima pesan dari ibuku bahwa dia akan pulang larut. Ibuku bekerja keras di perusahaan makanan dan biasanya pulang larut malam. Meskipun dia bekerja keras, penghasilan seorang ibu tunggal sangat sulit.

Aku mengambil makanan beku dari freezer, memanaskannya, dan mulai makan. Itu adalah rasa yang sudah sangat membosankan karena ibuku sering menjualnya. Namun, rasanya jauh lebih baik dan lebih nyaman daripada mencoba makanan baru yang tidak pasti.

Sambil makan, aku menyalakan komputer dan masuk ke akun media sosial. Seperti biasa, aku mencari kata tertentu.

Blue Morpho.

Tiba-tiba, berbagai postingan yang berkaitan dengan Blue Morpho muncul. Hanya dengan satu hari tidak melihatnya, jumlah postingan tentang Blue Morpho meningkat pesat. 

'Akhrinya aku bisa menerima undangan Blue Morpho! Sudah kuduga, cara yang kupikirkan tidak salah. Bagi yang ingin bergabung dengan Blue Morpho, silakan hubungi aku.' 

'Sebagian besar informasi tentang Blue Morpho di dunia ini hanyalah kebohongan. Mereka tidak menerima anggota baru, dan sebenarnya orang Asia dianggap tidak bisa masuk Blue Morpho. Dengan banyaknya orang yang kurang informasi, pasti menyenangkan untuk menipu mereka.' 

'Aku sudah masuk Blue Morpho! Kira-kira, apa aku bisa sampai pada tahap metamorfosis?' 

'Blue Morpho itu tidak ada. Itu hanya sekadar legenda urban.' 

'Jika Anda terlibat dalam Blue Morpho, Anda akan mati.' 

Aku menghela napas setelah membaca sampai di situ. Informasi tentang Blue Morpho masih campur aduk, dan sebagian besar hanyalah omong kosong belaka

Aku sudah mulai mengikuti Blue Morpho sekitar tiga bulan. 

Blue Morpho merupakan permainan misi partisipatif. Aturannya sederhana, pemain hanya perlu menyelesaikan misi yang dikirim oleh game master sesuai instruksi. 

Mungkin ada yang bertanya, apa yang menyenangkan dari hal semacam itu, tetapi inti dari Blue Morpho bahwa ini adalah permainan yang hanya bisa dimainkan jika diundang. Pertama-tama, seseorang tidak bisa bermain jika tidak diundang, dan mereka tidak bisa terus berpartisipasi jika tidak menyelesaikan misi. Jadi, pemain perlu menyelesaikan misi dengan baik. Dan jika pemain menyelesaikan misi, peringkat pemain di dalam Blue Morpho juga akan meningkat. 

Pada akhirnya, pemain bisa pergi ke tempat yang luar biasa. 

Tempat yang luar biasa dan misi tersebut cukup abstrak dan sulit dipahami. Namun, jika disederhanakan, rasanya mirip dengan media sosial berbayar. 

Menurut sebuah teori, tempat luar biasa yang dimaksud ialah klub rahasia di mana orang-orang yang berhasil menyelesaikan misi berkumpul. Seperti Freemason atau Mensa, di sana akan ada interaksi antara orang-orang terpilih. 

Di sisi lain, mereka yang tidak bisa menyelesaikan misi dan kehilangan kualifikasi, atau yang tidak memiliki harapan, akan menghadapi kematian — Blue Morpho disebut sebagai permainan yang pasti akan menyebabkan kematian. Ada yang mengatakan itu adalah permainan pembunuhan massal untuk mengendalikan dan mencuci otak orang, hingga kehilangan jati diri dan dibunuh. 

Secara keseluruhan, Blue Morpho bisa dibilang sebuah legenda urban yang paling viral saat ini. 

Terlepas itu benar atau tidak, ada atau tidak ada, Blue Morpho terus menjadi perdebatan. Namun, aku mempercayai bahwa itu pasti ada. Jika sampai sejauh ini menjadi topik pembicaraan, pasti ada latar belakang yang mendasarinya.

Dengan demikian, informasi semacam itu mungkin tidak akan sampai kepada orang-orang sepertiku, atau mungkin juga kepada orang-orang yang berjuang mati-matian mengumpulkan informasi di media sosial. 

Seandainya aku bisa masuk ke dalam Blue Morpho, aku pasti akan menyelesaikan misi satu per satu dan menunjukkan kemampuanku. Aku berbeda dari orang-orang biasa, karena aku memiliki tekad yang jelas. Dan aku pasti akan mencapai akhir. 

Jika itu yang terjadi, aku tidak perlu lagi berurusan dengan orang-orang bodoh seperti teman sekelasku

Simbol Blue Morpho adalah kupu-kupu biru, persis seperti namanya. Gambar yang bersinar itu bebas berkeliaran di media sosial dan internet. 

Aku menginginkan informasi yang nyata, bukan informasi palsu seperti ini. Aku ingin menjadi pemain Blue Morpho dengan cara apapun. 

Bagi seseorang sepertiku yang tidak menemukan harapan di mana pun, Blue Morpho adalah cara untuk melarikan diri. 

Enda. Bisakah kamu pergi ke rumah Hitachi dan mengirimkan surat persetujuan padanya? 

Ketika wali kelasku mengatakannya dan menunjukkan selembar kertas, sebenarnya aku ingin menjawab Hah? dan mengembalikannya. Setelah melihat isinya, rupanya itu tentang suatu acara sekolah. 

Apa ini?

“Sepertinya ada kru TV yang akan meliput festival olahraga dan festival budaya mendatang. Ini formulir persetujuannya. 

Hitachi-san lagipula tidak berangkat ke sekolah, ‘kan? Kurasa surat persetujuan ini tidak diperlukan.

“Tanda tangan semua orang tetap diperlukan. Jika ada keluhan nanti, kita akan kesulitan. Lagipula, Hitachi mungkin tiba-tiba datang. 

Ia berbicara seperti ada hewan liar yang tiba-tiba muncul. 

Kenapa harus aku yang melakukannya... 

Enda masih bisa berbicara dengan Hitachi, kan? Ini akan mempengaruhi nilai raportmu, jadi tolong lakukan sesuatu. Jika melalui pos, kemungkinan besar diabaikan.

Wali kelasku ialah pria paruh baya yang tidak bersemangat, tidak melakukan apa-apa meskipun Hitachi diolok-olok dengan sangat buruk dan aku pun diperlakukan tanpa ampun. Ia seharusnya melakukan sesuatu saat Hitachi diejek seperti itu. Dan sekarang, ia ingin menggolongkan kami, yang dianggap mainan kelas, dan memperlakukan kami sesuka hatinya.

Benar-benar suatu penghinaan. Namun, aku tidak bisa menolak. Karena, satu-satunya tujuan hidupku di sekolah SMA adalah nilai raport. Dengan sedikit pembangkangan, aku mengambil surat persetujuan dengan sembarangan dan bertanya dengan kasar tentang alamat rumah Hitachi. 

Rumah Hitachi jauh dari stasiun, dan aku harus berjalan cukup jauh di tengah cuaca panas ini. Ada kalanya aku ingin berbalik, tetapi perasaan aku sudah sampai sejauh ini menguatkan niatku, sehingga aku tidak bisa pulang begitu saja

Apartemen tempat tinggal Hitachi tidak jauh berbeda dengan rumahku, atau bahkan bisa dibilang sedikit lebih buruk, dengan bau busuk yang mungkin disebabkan oleh kurangnya pengelolaan sampah. Menurutku itu adalah tempat yang cocok untuk Hitachi. 

Setelah menekan bel, tidak ada yang menjawab untuk sementara waktu. Apa mungkin dia sedang bolos sekolah dan berjalan-jalan? Apa Hitachi orang yang seperti itu?

Sambil berpikir bahwa jika tidak ada yang keluar lagi, aku akan pergi, aku menekan bel sekali lagi. 

Akhirnya, terdengar suara tidak senang, “Ya? 

Hitachi yang muncul mengenakan seragam olahraga meskipun tidak pergi ke sekolah. Kerahnya yang kusut terlihat tidak rapi, dan dia tetap tidak terlihat bersih. 

Oh, siapa kamu... apa namanya? Orang yang kelihatan nyebelin di kelas, kan? 

Enda.

Oh, sepertinya memang begitu namanya.

Hitachi tertawa kecil. Merasa dipermalukan oleh seseorang seperti Hitachi membuatku ingin pulang saja. 

Di belakang Hitachi, sebuah unit kamar apartemen terlihat kotor dengan dua kasur yang tergeletak. Ada piring kotor yang menumpuk di bagian dapur, dan di ruangan terdapat botol plastik berserakan. Aku bisa mengerti mengapa tempat tinggalnya jadi kotor. 

Jadi, ada keperluan apa kamu kemari? Enda-kun.

“Bukannya aku sengaja ingin datang ke tempat kotor seperti ini. Sekolah butuh surat persetujuan. Jadi setelah mendapatkan tanda tanganmu, aku akan segera pulang.

Ya, ya, aku mengerti.

Hitachi mengatakannya dengan nada bosan, lalu merampas surat persetujuan yang ada di tanganku dan masuk ke dalam ruangan sambil mencari alat tulis. Dengan tata letak ini, pintu masuk terlihat jelas ke dalam ruangan, membuat suasana agak canggung. 

Aku akan meminjamkanmu pulpen, jadi kamu bisa kemari.

Tidak apa-apa, sudah ketemu.

Hitachi kembali ke pintu dengan santai, menggenggam pulpen biru. Aku berpikir, apakah benar menggunakan pulpen biru untuk tanda tangan di surat persetujuan, tetapi bagiku, dokumen ini tidak terlalu penting. Yang penting adalah itu tulisan tangan Hitachi. 

Hitachi menempelkan kertas di pintu dan menulis namanya dengan tulisan yang jelek. Hitachi Miki. Nama itu tetap tidak cocok untuknya. 

Begini sudah cukup, kan? 

Ya, seharusnya tidak masalah. 

Kalau begitu, terima kasih sudah jauh-jauh datang kemari.

Meskipun seharusnya dia seorang yang introvert dan tidak bisa datang ke sekolah, Hitachi terlihat sangat bersemangat. Mungkin dia justru merasa lebih hidup karena memilih untuk tidak datang ke sekolah. Ruangan apartemen itu gelap dan sempit, tetapi berkat cahaya dari televisi dan komputer, sedikit terasa seperti markas rahasia. Saat aku berusaha pergi, aku melihat sesuatu. 

Ada bekas luka merah di pergelangan tangan Hitachi yang besar. Lukanya tidak rapi, tetapi jelas berbentuk kupu-kupu. 

Blue Morpho...

Aku berbisik pelan, dan Hitachi tersenyum lebar. 

Kamu tahu tentang Blue Morpho?

Bulu kudukku seketika berdiri. Aku tidak menyangka Hitachi akan menyebutkan kata itu. Bayangan kupu-kupu biru yang indah dan tenang seolah terkontaminasi oleh Hitachi, membuatku merasa tidak nyaman. 

Aku tahu. Tapi bukannya itu hanya legenda urban? Undangan untuk kelompok terpilih, misi-misi, dan lain-lain...

Kamu tidak mempercayainya?

“Aku tidak mempercayainya. Itu hanya rumor yang bodoh. 

Misi paling terkenal adalah misi yang kedua belas, mengukir luka berbentuk kupu-kupu di tubuhmu.

Jantungku berdegup sangat kencang. Itu adalah misi yang muncul ketika aku mencari informasi tentang Blue Morpho di internet. 

Itu misi yang bisa ditemukan dengan mudah jika dicari. Aku bahkan tidak tahu apakah itu nyata atau tidak... 

Itu nyata kok. Karena aku adalah pemain Blue Morpho. 

“Bohong!

Aku tidak bisa mempercayainya. Mana mungkin Hitachi bisa terpilih menjadi pemain Blue Morpho. Seharusnya, cuma orang-orang yang lebih istimewa yang diundang. Seseorang seperti Hitachi, yang dibenci oleh semua orang, mustahil bisa terpilih. 

Jika kamu meragukannya, apa aku harus mengundangmu? Ke Blue Morpho." 

“Hah?

Aku adalah pemain, jadi aku bisa memilih orang lain untuk menjadi pemain. Jika Enda ingin mengubah hidupnya, aku bisa mengundangmu ke dalam Blue Morpho. Tapi hanya jika kamu benar-benar siap.

Itu pasti bohong. Mana mungkin. Blue Morpho yang aku impikan tidak mungkin dimulai oleh seseorang seperti Hitachi. Namun, Hitachi terlihat sangat percaya diri dan berani. Penampilannya seperti pemain Blue Morpho yang aku bayangkan. 

Jika aku benar-benar ingin aku mempercayainya, undang saja aku. Kalau itu asli, aku akan pertimbangkan kembali pendapatku tentangmu.

“Kurasa sebaiknya kamu jangan mencoba menjadi pemain dengan pikiran yang ringan begitu. Blue Morpho bukan sekadar permainan. Jika kamu salah langkah, kamu bisa mati. 

Kata mati yang diucapkan Hitachi terdengar begitu nyata sehingga membuatku merinding. 

Namun, mungkin dunia yang kudambakan ada di sana—kehidupanku dan masa depanku saat ini tidak memiliki nilai yang berarti. 

Dengan kata lain, aku tidak punya alasan untuk menolak tawaran Hitachi. 

“Kamu punya akun medsos? Itu akan menjadi jendela ke dalam Blue Morpho. 

Aku memberi tahu Hitachi tentang akun media sosial yang tidak pernah aku gunakan. Hitachi mengangguk dengan puas dan kembali ke dalam ruangan, mengambil gantungan kunci kupu-kupu kecil berwarna biru. 

Saat bergabung, kamu harus menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kupu-kupu biru. Itulah misi pertamanya, tetapi jika kamu membawanya, semuanya akan lebih mudah. 

Benda itu terlihat tipis dan murahan, seperti suvenir massal yang dijual di taman hiburan. Meskipun tidak sesuai dengan bayanganku tentang Blue Morpho, benda itu entah mengapa kelihatan cocok untuk Hitachi. Dia adalah sosok yang canggung yang mengagumi kupu-kupu tetapi gagal menjadi kupu-kupu

“...cuma ini saja? 

Untuk bergabung, tidak terlalu sulit. Banyak orang salah paham tentang ini. Tapi selamat, Enda-kun. Kamu mulai menjalani kehidupan yang istimewa dan berbeda dari yang lain.

Ketika Hitachi berbicara dengan penuh semangat, dia terlihat sangat berbeda dibandingkan saat di kelas. Dilihat dari caranya memperkenalkan diri dan sikapnya sekarang, mungkin sisi ceria inilah bagian dari dirinya yang sebenarnya. 

Kalau begitu, mari kita berjuang bersama-sama. Aku tidak akan pernah keluar dari Blue Morpho. Aku pasti akan berevolusi dan keluar dari kehidupan seperti ini.

Hitachi mengatakannya dengan mata yang berbinar-binar, lalu menutup pintu apartemennya yang kumuh. Yang tersisa bagiku hanyalah surat persetujuan yang ditandatangani Hitachi dan gantungan kunci kupu-kupu biru. 

Aku tidak bisa menahan diri dan segera berlari. Mana mungkin sesuatu yang kucari selama ini dimulai dari tempat seperti ini. 

Namun, harapanku dengan cepat terkhianati

Ketika aku membuka aplikasi pesan, aku menemukan pesan dari akun yang tidak dikenal. Di sana tertulis dengan singkat bahwa aku harus mengunduh aplikasi pesan tertentu yang tak dikenal dan setelah mengunduh, bergabung dengan kluster

Keringkasan itu justru membuatnya terasa lebih nyata, dan aku terkesiap pelan. Selain itu, kata kluster inilah istilah yang dirumorkan di media sosial tentang Blue Morpho. Itu adalah grup dalam permainan yang saling memantau apakah misi telah diselesaikan dengan baik dan memberikan persetujuan. 

Setelah menyelesaikan semua langkah, aku dialihkan ke layar baru. 

Di sana, bersama gambar kupu-kupu biru, terukir misi pertama. 

Misi pertama, cari sesuatu yang bermotif kupu-kupu biru dan tunjukkan kepada kluster. 

Aku segera mengunggah foto gantungan kunci kupu-kupu biru yang diberikan Hitachi. Dalam beberapa detik, persetujuan diterima. Dengan begini, aku telah menyelesaikan misi pertama dan resmi menjadi pemain Blue Morpho. 

Segera, formulir pendaftaran pemain dikirimkan. Ada lebih banyak kolom pertanyaan daripada yang kubayangkan. Nama pemain, hobi, pengalaman pertama kali berbohong, jika bisa terlahir kembali menjadi makhluk lain selain manusia, aku ingin menjadi apa, apa aku percaya pada alam baka, dan kapan terakhir kali aku menangis sejadi-jadinya. 

Aku dengan serius mengisi hal-hal yang belum pernah kupikirkan sebelumnya. Jika ini bukan Blue Morpho yang nyata tetapi hanya situs penipuan, aku akan merasa sangat malu dengan kejujuran ini. 

Setelah mengisi semua kolom dan mengirimnya, persetujuan segera datang. Persetujuan ini terasa lebih menyenangkan daripada yang kuduga. Biasanya, tidak peduli apa pun, aku tidak pernah mendapatkan pengakuan seperti ini dari orang lain. 

Aku menggulir layar smartphone-ku dan terus mencari apakah ada misi baru. 

Aku terus melakukan hal yang sama sampai muncul tulisan selanjutnya

Misi kedua: sebutkan bagian dari dirimu yang paling kamu benci dan jelaskan alasannya. 

Kepribadian. Karena aku selalu tertawa dan mengabaikan semuanya. Sebelum tidur di malam hari, aku merasa ingin mati di tempat tidur. Aku suka berpura-pura dan tidak bisa berkonsultasi dengan siapa pun. 

Misi ketiga: sebutkan sepuluh hal yang kamu benci dari dirimu. 

Wajah, tinggi badan, serius tapi bodoh, jelek, sering diremehkan, susunan gigi, mudah gugup, rendah diri, cepat berpikir negatif, malas.

Keesokan harinya, aku pergi ke rumah Hitachi meski tanpa adanya surat persetujuan. 

Hitachi segera membuka pintu setelah membunyikan bel, sangat berbeda dari kemarin. Wajahnya terlihat bangga, seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu padaku. 

Setelah masuk ke dalam ruangan yang lembap dan tidak jauh berbeda dengan di luar, aku diberikan sebotol cola yang sudah basi, dan akhirnya pembicaraan serius dimulai. 

Bagaimana dengan Blue Morpho?

Aku sudah jadi pemain. Tapi itu, apa itu benar-benar nyata? Rasanya jauh lebih murahan dari yang aku bayangkan." 

Kalau kamu merasa itu murahan, coba saja teruskan. Nanti kamu akan tahu bahwa itu nyata dan seperti apa sebenarnya.

Melihat Hitachi yang penuh percaya diri, aku yang mudah terpengaruh jadi semakin merasa bahwa ini benar-benar nyata, dan aku tidak bisa berkata apa-apa. 

“Memangnya Blue Morpho benar-benar sebagus itu? 

“Tentu saja. Terutama untuk orang-orang seperti kita.

Aku merasa kesal karena disamakan dengan dirinya, tapi aku memutuskan untuk menggali lebih banyak informasi.  

Sebenarnya apa sih Blue Morpho itu? Apa yang akan terjadi jika kita terus melanjutkan misi?

Kamu ini benar-benar menyedihkan. Kamu pasti tipe orang yang mencari spoiler sebelum menonton film. Kalau ada yang mengganjal, ya sudah, berhenti saja. Jangan terlalu dipikirkan. Sekarang kamu masih bisa berhenti. 

Kalau sekarang bisa berhenti, berarti nanti tidak bisa? Apa benar kita tidak bisa keluar?

Kamu benar-benar penasaran dengan Blue Morpho, ya. Di sekolah, aku tidak tahu kalau kamu orang yang seperti ini. 

Meskipun dia mengatakannya dengan nada jengkel, wajah Hitachi terlihat senang. Senyum khas otaku saat menemukan sesama. 

Sebenarnya aku juga tidak tahu semua tentang Blue Morpho. Meski ada banyak rumor yang beredar, tapi mungkin sebenarnya itu hanya grup medsos berlangganan yang kecil. Apa yang kita lakukan mirip dengan BeReal. 

Kamu tidak tahu apa itu BeReal. Sepertinya kamu tidak punya teman untuk bermain.

Tapi, aku tidak akan berhenti. 

Hitachi mengatakannya dengan tegas. 

Karena aku sudah berhasil masuk ke dalam topik yang sedang ramai ini, aku ingin terus bersenang-senang sampai akhir. Sekarang, semua orang di media sosial sedang terobsesi dengan Blue Morpho. Aku tidak tahu apakah ini nyata atau tidak, tetapi di antara banyak situs palsu, inilah yang paling mirip. Jadi aku akan terus melanjutkannya.

Dengan kata lain, bagi Hitachi, permainan ini mungkin semacam alat untuk tampil lebih menonjol di antara orang-orang di media sosial. Sedangkan bagiku, Blue Morpho adalah sesuatu yang berada di garis depan rumor, bagian dari kehidupan yang tidak biasa. Cara pandang laki-laki dan perempuan mungkin cukup berbeda dalam hal ini. 

Jadi, bagaimana kamu mendapatkan undangan untuk Blue Morpho? Kamu juga pasti diundang dari suatu tempat, kan?

Yah, karena aku tahu banyak tentang dunia bawah internet. Ada banyak hal yang terjadi di sana.

Hitachi memberikan jawaban mengelak. Ketika aku berusaha untuk mengetahui asal-usulnya, dia tampak akan kehilangan minat lagi, jadi aku memutuskan untuk diam. Aku ingin meyakinkan diri bahwa Blue Morpho yang melalui Hitachi ini merupakan yang asli. 

Jadi, apa itu saja yang ingin kamu tanyakan? Yah, jika kamu pemula di Blue Morpho, kamu pastinya ingin bertanya banyak hal kepada orang yang sudah tahu.

Aku tidak ingin meminta pengajaran. Ini lebih seperti tanggung jawab untuk menjelaskan. 

Tapi kalau kamu ingin serius dengan Blue Morpho, jangan anggap sepele. Kita sebagai pemain harus fokus untuk menyelesaikan misi. Oke?

Aku tidak datang ke sini untuk bertingkah akrab denganmu.

Wah, akrab. Kamu berbicara tajam. Yah, kita memiliki kepentingan yang sama, itulah yang terpenting. Aku juga lebih semangat jika tidak sendirian. 

Hitachi tertawa dengan nada yang sedikit menjengkelkan. Dengan cara ini, aku melangkah ke arah Blue Morpho dari sudut yang tidak pernah aku bayangkan. 

Misi keempat, tuliskan hal yang paling kamu banggakan. 

Agar tidak membuat ibuku yang seorang ibu tunggal khawatir, sejak kecil aku sudah menyiapkan makanan sendiri. 

Misi kelima, jika ada sesuatu yang bisa merusak pengalaman yang kamu banggakan itu, apa yang akan terjadi? 

Aku tidak tahu secara spesifik, tetapi apa itu berarti melakukan sesuatu yang membuat ibuku menangis? 

Dengan menyelesaikan misi, ada banyak perubahan yang terjadi. Aku mulai memahami orang-orang lain yang tergabung dalam kluster. Tentu saja, informasi yang jelas seperti nama dan alamat mereka tidak terlihat. Namun, aku bisa melihat informasi yang cukup pribadi tentang apa yang mereka anggap memalukan dan masa lalu yang ingin mereka lupakan. 

Ini mungkin informasi yang sama seperti yang kutulis di misi dua dan tiga. Aku sedikit bingung karena tidak mengharapkan untuk terbongkar seperti ini, tetapi mungkin beginilah cara untuk memperkuat ikatan dalam kluster. 

Selain itu, melihat rahasia orang lain terasa menarik. Merasakan berbagai masalah yang dihadapi orang-orang dari berbagai usia, membuatku sedikit berani. Meskipun begitu, kenyataanku tidak akan berubah. 

Meskipun aku dan Hitachi adalah pemain Blue Morpho, perlakuan kami di sekolah tidak berubah sama sekali. 

Hitachi masih tidak berangkat ke sekolah, dan foto-foto yang diambil secara diam-diam dicetak dan ditempel di kelas, dijadikan bahan olok-olok di tempat yang tidak ada dirinya. 

Aku pun mendapatkan perlakuan yang setara. Begitu tiba di sekolah, sampah dilemparkan ke arahku dan mereka tertawa. Di mejaku juga terisi dengan kertas yang digulung dan botol plastik yang sudah kosong. Aku menganggap itu bukan masalah besar. 

Demi mengalihkan perhatian, aku membuka aplikasi Blue Morpho. Belum ada misi baru yang ditambahkan. 

Blue Morpho hanyalah sebuah permainan, tetapi setidaknya bagiku, keberadaannya merupakan sesuatu yang membebaskanku dari keadaan saat ini. Aku terus menggulir untuk memperbarui dan mencari sesuatu yang bisa dilakukan. Tiba-tiba, seolah-olah waktu itu sudah ditentukan, misi baru ditambahkan.

Begitu melihatnya, aku segera melompat keluar dari kelas dan berlari menaiki tangga. Aku berlari bukan untuk melarikan diri dari sesuatu, melainkan untuk mencapai sesuatu. 

Atap yang secara resmi dilarang untuk dimasuki, karena banyaknya orang yang berisik mencari kebebasan, menjadi tempat bermain yang sebenarnya gratis. Baru pertama kalinya aku datang ke sini. Angin berhembus dengan sangat menyegarkan. 

Aku mendekati pagar dan mengaktifkan kamera smartphone. 

Aku menghela napas kecil saat melihat ke bawah dari ketinggian yang bisa langsung membunuh jika jatuh. 

Sejenak, aku merasa seperti berubah menjadi kupu-kupu. 

Misi tujuh, pergi ke tempat tertinggi yang kamu tahu dan ambil foto. 

“Hebat juga.

Saat aku menunjukkan bekas luka berbentuk kupu-kupu di pergelangan tanganku, Hitachi yang sedang video call tertawa. 

Misi dua belas adalah misi yang bisa dianggap sebagai simbol Blue Morpho—sayangnya, itu juga adalah misi yang sempat ingin aku batalkan. 

Meskipun Hitachi sudah menyelesaikan misi itu, ketika harus melakukannya sendiri, aku sangat ketakutan untuk menggambar dengan bekas lukaku

Aku mengeluarkan pisau cutter dan menggesekkannya ke kulitku, rasa sakit yang tajam segera terasa. Butiran darah mulai muncul dari luka tipis itu. Yang membuat frustrasi adalah luka dangkal seperti itu tidak meninggalkan bekas luka kupu-kupu yang sebenarnya. 

Hitachi bahkan bisa melakukannya. Aku harus melakukannya dengan baik. 

Beberapa hari yang lalu, misiku ditolak untuk pertama kalinya. 

Foto yang diambil dari atap sekolah tampaknya tidak cukup tinggi. 

Aku terpaksa mampir ke gedung stasiun di jalan pulang dan mengambil foto dari parkir atap. Setelah membandingkannya, aku menyadari bahwa foto dari atap sekolahku tidak cukup tinggi dan tidak terlihat seperti aku serius menghadapi misi. 

Sepertinya kluster tidak hanya melihat apakah misi diselesaikan secara mekanis, tapi juga menilai apakah kita benar-benar menghadapinya dengan sungguh-sungguh. Artinya, jika menyerahkan sesuatu yang setengah hati, itu akan ditolak. 

Aku menguatkan tekad dan menggenggam cutter sekali lagi. Ketika aku menusukkan lebih dalam dari sebelumnya, air mataku mengalir karena rasa sakit. 

Kupu-kupu yang terbuat dengan mengotori kamar mandi dengan darahku adalah kristal jiwaku. Meskipun rasanya sakit dan menyiksa, setelah selesai, rasa sakit yang menyengat pun berubah menjadi kepuasan. 

Setelah selesai, aku membungkusnya dengan kasa dan perban yang sudah kubeli, lalu meminum obat pereda nyeri. Tentu saja, rasa sakitnya tidak akan segera reda, dan aku harus menahan diri. Jika aku terlihat terlalu kesakitan, ibuku akan curiga. 

Aku menerima persetujuan misi dari kluster dengan cepat dan merasa sedikit kecewa. Aku berharap akan dirayakan sebagai langkah yang lebih spesial, tetapi itu tidak terjadi. 

Sebagai gantinya, aku bisa melihat bekas luka-luka orang lain di kluster. 

Semua bekas luka itu tampak menyakitkan, seolah diukir dengan cutter, tetapi ada juga orang yang mengukir kupu-kupu yang indah seperti tato asli. Melihat bahwa masing-masing orang menghadapi Blue Morpho dengan serius dan menciptakan luka seperti ini, muncul rasa tanggung jawab yang berbeda dari sebelumnya.

Sekarang setelah sampai sejauh ini, aku ingin menyelesaikan Blue Morpho. Aku mulai merasakan hal seperti itu. 

Dengan semangat, aku mengirim foto lukaku kepada Hitachi. Tak lama kemudian, Hitachi langsung menelepon. 

Akhrinya kamu sudah melangkah ke dalam Blue Morpho yang sebenarnya, ya.

Sejujurnya, aku juga merasa ini konyol. Rasanya sangat menyakitkan, serius.

Rasa sakit itu akan segera terlupakan. 

Kemudian, Hitachi mengucapkan kata-kata pujian yang tidak biasa dia ucapkan sebelumnya

Ini memang sesuatu yang bisa dibilang bagus, kan? Ini?

Ya, bisa dibilang begitu. Aku pikir aku lebih berbakat menggambar." 

Semuanya sama saja, kan?

Saat berbicara dengan Hitachi, perasaan cemas dan ketakutan terhadap rasa sakit yang kurasakan sebelumnya perlahan-lahan memudar. Seiring dengan itu, kebahagiaan karena berhasil mengukir kupu-kupu mulai meluap. Tanpa ragu, aku telah menyelesaikan misi yang membuat orang lain ragu untuk melakukannya. 

Tapi, aku benar-benar mengagumimu. Ternyata kamu cukup berani, ya.

“Dibilang berani atau tidak... jika itu misi, ya harus dilakukan. Itu saja.

Kalau kamu punya nyali seberani itu, kamu seharusnya bisa menghadapi orang-orang di sekolah.

Begitu mendengarnya berkata demikian, aku merasakan sakit tumpul di area perutku. 

Jika aku memiliki kekuatan untuk menyelesaikan misi Blue Morpho, mungkin orang-orang di sekolah tidak ada artinya. Selain itu, sekarang aku terhubung dengan kluster yang besar. Orang-orang yang sok berani di dunia kecil seperti sekolah seharusnya tidak menakutkan sama sekali. 

Namun, aku tidak bisa membayangkan diriku menghadapi mereka. Sebagai gantinya, kekurangan yang kutulis di Blue Morpho terus berputar dalam pikiranku. Aku yang minderan, lemah, dan tidak memiliki keberanian untuk bertindak. Selalu memperhatikan ekspresi orang lain, itu sangat memalukan. 

Orang-orang seperti itu hanya akan merugikanmu. Jika kita mengabaikan mereka, mereka akan cepat bosan. 

eberanian yang keluar dari mulutku begitu kentara hingga memalukan. Namun, Hitachi tidak mengomentari itu dan malah beralih membahas anime yang tidak penting. 

Bagaimana dengan misimu di Blue Morpho?

Oh? Hmm, aku merasa sangat puas. Ini sangat menantang.

Dia mengatakannya dengan santai, lalu mengangguk besar sekali. 

Memiliki sesuatu untuk dilakukan itu menyenangkan, ya.

Apa-apaan itu? Perkataanmu mirip seperti nenek yang baru pensiun." 

Nenek yang hanya punya hobi Blue Morpho! 

Sambil berkata demikian, Hitachi menunjukkan lukanya di pergelangan tangannya dan tertawa. 

Apa kamu tahu tentang Blue Morpho? Teman dari temanku bilang ada yang memainkannya.” “Sebenarnya, MATANA sedang mengadakan ujian penerimaan secara rahasia. Kalau begitu, aku mungkin harus serius bermain Blue Morpho daripada mencari kerja. Kamu tidak akan bisa, hahaha. Dengar-dengar, di akhir semua orang mati. Karena terkutuk. Pembicaraannya terlalu sembarangan, lucu. Itu adalah sistem yang mengatur pekerjaan ilegal, jadi jika kamu terlibat, kamu bisa mati dalam artian itu.” Pekerjaan ilegal muncul dari mana saja. Blue Morpho itu yang terbaik.” Hanya orang yang tidak diundang yang mengeluh.

Apa ada yang mau mengundangku ke dalam Blue Morpho? Jika diperlukan, aku juga mempertimbangkan transaksi uang.

Misi ketiga belas, mengirimkan kata-kata makian kepada akun seseorang, telah selesai, dan sejak saat itu, penyebutan tentang Blue Morpho di media sosial mulai meningkat. Kebanyakan berasal dari influencer dan pembuat konten yang sembarangan merangkum rumor tentang Blue Morpho dan menyebarkannya. 

Meskipun cara penyebutan yang dangkal itu tidak menyenangkan, aku merasa senang bahwa Blue Morpho menjadi bahan perbincangan. Aku adalah pemain resmi dari Blue Morpho yang sangat dicari oleh banyak orang. 

Di media sosial, ada orang yang bersedia membayar untuk undangan Blue Morpho, sementara yang lain memanfaatkan kesempatan itu untuk memberikan undangan palsu, sehingga kegilaan tenang terhadap Blue Morpho mulai menimbulkan beberapa masalah kecil. Melihat postingan itu, aku tidak bisa menahan senyum. 

Berkat kemajuan dalam menyelesaikan misi, aku juga diberikan hak untuk mengundang pemain baru, sama seperti Hitachi. Namun, aku tidak bisa menjualnya dengan mudah untuk mendapatkan uang. Sebab, jika orang yang diundang dengan mudah meninggalkan Blue Morpho, tanggung jawabnya juga akan jatuh kepada pihak yang mengundang. 

Saat mengetahui aturan ini, aku memikirkan Hitachi. Apa Hitachi mengundangku dengan mempertimbangkan bahwa dia akan bertanggung jawab jika aku mencoba melarikan diri dari Blue Morpho? 

Setelah sejenak berpikir seperti itu, aku juga berpikir bahwa mungkin Hitachi tidak memikirkan hal itu saat mengundangku. Pada saat itu, Hitachi tampaknya hanya melakukan ini untuk bersenang-senang dan tidak terlalu serius terhadap Blue Morpho. 

Tapi, bagaimana kalau memang begitu

Aku mengalihkan perhatianku dan menatap gantungan kunci kupu-kupu biru yang tergantung di tasku. Itu adalah gantungan kunci pemberian dari Hitachi. Setiap kali aku melihatnya di sekolah, aku bisa mengingat bahwa aku merupakan pemain Blue Morpho. Meskipun itu terlihat biasa-biasa saja, lusuh dan tidak berarti, mungkin karena itu terkait dengan misi pertamaku, benda itu menjadi sangat istimewa bagiku. 

Sekarang, ketika Blue Morpho mulai menjadi perbincangan, mungkin memakai ini akan membuatku terlihat mencolok—aku berpikir dengan berlebihan tentang diriku sendiri, saat itu.... 

Itu kupu-kupu biru, ya? Blue Morpho?

Suara yang menyegarkan dan indah terdengar. 

Aku baru menyadari kalau kereta telah melewati stasiun yang sangat spesial bagiku. Stasiun tempat Kei naik. 

Kei, dengan tatapan mengintip, dengan lembut menyentuh gantungan kunci Blue Morpho. 

“Ah, maaf kalau aku tiba-tiba mengajakmu bicara. Aku sering dikatakan salah memahami jarak seperti ini... 

Eh, ah, tidak, aku baik-baik saja, tapi, apa?

Apa kamu hanya memakainya karena itu lucu? Maaf kalau tiba-tiba banget!”

Kei berkata dengan tergesa-gesa. Ketika melihatnya dari dekat, wajah Kei begitu cantik sampai-sampai terasa tak nyata. Gambaran tentang Blue Morpho yang aku idam-idamkan dan gadis yang aku idam-idamkan seolah tumpang tindih. Kei, entah bagaimana, mirip dengan kupu-kupu. 

Tidak, itu benar.

Eh?

“Aku sengaja memakainya dengan sadar tentang Blue Morpho. Aku adalah pemain.

Saat aku mengatakannya, mata Kei membelalak lebar. Dia terlihat sangat terkejut. Mungkin dia tidak menyangka akan bertemu dengan pemain asli. 

Aku sendiri merasa sangat canggung. Kei yang kupikir tidak akan pernah mengajakku bicara, kini justru mengajakku berbicara. Biasanya hal ini merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi dalam keadaan normal. 

Jika tidak ada fenomena aneh di mana Blue Morpho yang menarik perhatian Kei, hal ini tidak akan pernah terjadi. 

Kamu... namamu siapa?

Saat aku bertanya demikian, Kei tersenyum seolah bunga sedang mekar. 

Aku? Namaku Yosuga Kei. 

Yosuga Kei... kira-kira itu pakai kanji apa?

“Kanji Yosu dari 'yoseru' dan Ga dari kata 'sungai besar', lalu 'Kei' dari kata 'pemandangan'.

Seperti yang kuduga, namanya adalah Kei. 

Namamu siapa?

Enda, dari kanji 'en' yang berarti perpanjangan, 'da' dari sawah, dan 'Nozomu' dari 'pinggir pantai'.

Ketika Kei mendengar namaku, dia menunjukkan ekspresi sedikit aneh. Mungkin karena namaku yang rumit tidak cocok untuk orang sepertiku yang biasa-biasa saja. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Hitachi, aku juga termasuk orang yang sering dijadikan bahan ejekan karena namaku. 

Nama yang indah. Aku akan mengingatnya.

Ah, terima kasih. Yosuga-san.

Jadi... apa Enda-kun benar-benar pemain Blue Morpho? 

Setelah melihat sekeliling kereta, aku cepat-cepat menggulung lengan bajuku. Di sana, ada bekas luka berbentuk kupu-kupu yang baru saja tergores dengan cutter. Kei tertegun melihatnya. 

Maaf. Aku mungkin seharusnya tidak langsung menunjukkan ini. 

Tidak apa-apa. Aku cuma terkejut, tapi... luar biasa. Apa tidak sakit? 

“Aku baik-baik saja. Lagipula, ini bukan misi besar. Ini semacam ritus peralihan. Di titik ini, aku menandai luka ini untuk sepenuhnya bergabung dengan Blue Morpho.

Saat aku mengatakannya dengan sedikit gaya, Kei melihatku dengan mata yang penuh rasa hormat meskipun tampak terkejut. Aku merasakan getaran yang menjalar di sepanjang tulang punggungku. 

“...Enda-kun, kamu kuat ya. Sepertinya aku belum siap untuk itu...

Itu bukan hal yang besar. Jika kamu memutuskan untuk mengikuti petunjuk dari Blue Morpho, tidak ada yang perlu ditakuti.

Kei terdiam. Baru pertama kalinya aku bisa berbicara dengan begitu lancar. Ketika berada di hadapan Kei, kata-kataku mengalir dengan mudah. Mungkin ini karena aku berhasil menyelesaikan misi Blue Morpho dengan baik. Blue Morpho memberiku kekuatan. 

Kamu tertarik dengan Blue Morpho?

…Aku sudah pernah mendengar rumor tentangnya, dan sedikit penasaran. Apa sebenarnya itu, beneran nyata? 

Aku menyadari betul. Kei hanya tertarik pada Blue Morpho, bukan diriku. Namun, mengapa hatiku bergetar seperti ini? Aku merasa senang menjadi pemain Blue Morpho, meskipun seharusnya itu bukan untuk menarik perhatian seseorang. 

Kalau begitu, Yosuga-san, mau ikut bermain bersama? Aku bisa mengundangmu.

Dengan niat untuk mengungkapkan perasaanku, aku berkata demikian kepada Kei. Jantungku berdebar hingga terasa sakit. 

Jika aku bisa terhubung dengan Kei di Blue Morpho, hubungan kami pasti akan menjadi sesuatu yang istimewa. Hubungan ini akan berbeda dari hubungan aneh yang kumiliki dengan Hitachi. Inilah pengalaman yang kucari. Aku akan bertanggung jawab terhadap Kei. Tanggung jawab bersama sebagai pemain akan menjadi ikatan kami. 

Jika dipikir-pikir, mungkin aku selalu menganggap gadis cantik ini mirip seperti Blue Morpho sepanjang waktu. Sesuatu yang sangat aku idam-idamkan, tetapi tidak bisa kuperoleh. 

Mungkin sekaranglah saatnya bagiku untuk mendapatkannya.

Namun Kei perlahan menggelengkan kepalanya. 

Maaf ya. Meski aku sangat tertarik, tapi… aku masih sedikit takut. Aku mendengar rumor bahwa di Blue Morpho, ada orang yang bisa mati. Kalau aku membayangkan hal seperti itu terjadi, rasanya aku tidak bisa melakukannya… 

Rumor tentang orang yang mati itu hanya omong kosong. Ini hanyalah permainan untuk terhubung lebih dalam dengan orang lain.

Ketika aku berkata dengan tergesa-gesa, Kei semakin mengerutkan keningnya. Mungkin karena aku memaksanya, kecemasannya semakin meningkat. 

Aku menyesali keputusanku untuk terburu-buru membahas ini. 

Jika kamu merasa cemas, lihatlah aku. Kamu bisa menilai seperti apa sebenarnya Blue Morpho melalui diriku. 

“Memangnya kamu tidak takut, Enda-kun? 

Aku tidak takut.

Saat aku mengatakannya dengan tegas, Kei tersenyum. Kemudian, dia mengeluarkan smartphone yang dimasukkan ke dalam casing berwarna biru muda. 

Kalau begitu, mau bertukar kontak? Ibuku sangat ketat, jadi aku jarang bisa menggunakannya di malam hari pada hari kerja. 

Tentu saja. Ibuku juga cukup cerewet.

Kontak Kei ditambahkan ke dalam smartphoneku. Aku tidak pernah membayangkan hari seperti ini akan datang. 

Sebelum sempat mengatakan sesuatu, kereta tiba di stasiun terdekat dari sekolah Kei. Ah, suara manisnya keluar, dan Kei dengan lincah berbalik. 

“Kalau begitu, sampai jumpa lagi, Enda-kun. 

Kei berjalan lurus tanpa menoleh ke arahku. Penampilannya sangat memukau. 

Namun, aku sama sekali tidak bisa menghubungi Kei. Dia bilang tidak bisa menggunakan smartphone di malam hari pada hari kerja, dan aku juga tidak tahu harus menulis pesan apa padanya. Kei mungkin tertarik dengan apa pun yang berhubungan dengan Blue Morpho, tapi aku tidak cukup tahu tentang Blue Morpho untuk membicarakannya. 

Selain itu, aku juga sedang sibuk dengan misi-misi Blue Morpho. 

Misi keempat belas Blue Morpho adalah mengubur sesuatu yang telah kuhargai selama lebih dari sepuluh tahun tanpa ada yang melihat. Karena aku masih berada di sekolah, aku tidak bisa melakukannya siang hari, jadi aku terpaksa mengayuh sepeda di tengah malam dan pergi diam-diam ke taman hutan. Dengan status sebagai pemain Blue Morpho dan pelajar, aku tidak punya banyak waktu untuk tidur. 

Barang yang kupilih untuk dikubur adalah boneka beruang kecil yang dijahit oleh ibuku saat aku kecil. Karena aku tinggal di rumah sebagai anak tunggal dari ibu yang bekerja, aku sering sendirian dan memerlukan boneka itu untuk menghilangkan rasa kesepianku saat tidur. 

Tentu saja sekarang aku tidak tidur bersamanya lagi, tetapi boneka itu selalu dipajang di atas lemari di kamarku. Tanpa misi ini, aku mungkin tidak akan membuangnya. 

Aku berpikir untuk memilih sesuatu yang lain dan pergi menguburnya. Namun, karena aku harus mengirim foto barang yang akan dikubur kepada kluster saat memulai misi, aku akhirnya mengurungkan niat itu. Kecurangan yang setengah hati mungkin akan segera terungkap di hadapan kluster. Selain itu, melanggar aturan Blue Morpho di sini terasa seperti mengkhianati diriku sendiri yang sudah berusaha dengan serius. 

Ketika aku menggali lubang kecil dan melemparkan boneka beruang itu ke dalamnya, air mataku keluar dengan menyedihkan. Sangat menyedihkan mengetahui bahwa barang berharga yang penuh kenangan itu terbenam dalam tanah dan tidak akan pernah kembali padaku. Sekilas, aku bertanya-tanya mengapa aku melakukan hal ini. Namun, rasanya sudah terlalu terlambat untuk berhenti sekarang

Aku dengan cepat mengayuh sepeda kembali sebelum ibuku menyadarinya, dan air mata semakin mengalir. Apa ibuku akan menyadarinya kalau boneka itu sudah hilang? 

Akhirnya, hal yang terlintas di pikiranku adalah tentang Hitachi.

Apa yang dikubur Hitachi? Apa Hitachi memiliki sesuatu yang sangat berharga hingga harus menguburnya dan menangis? 

Meskipun aku melaporkan keberhasilan misi, kluster hanya mengirimkan persetujuan tanpa memberikan pujian khusus. Tentu saja, karena ini bukan kelompok untuk jenis persetujuan seperti itu. 

Ada bagian dari diriku yang diselamatkan oleh Blue Morpho dan ada juga bagian yang terkuras karena itu, sehingga aku merasa sedikit tertekan. Apa pun yang kulakukan, aku tidak merasa lebih baik, dan aku semakin enggan pergi ke sekolah yang sudah membuatku merasa tertekan. 

Namun, untungnya, teman-teman sekelasku yang peka terhadap perubahan suasana hatiku tidak lagi menggangguku secara aktif. Mereka memandangku seolah-olah melihat sesuatu yang aneh, tetapi itu jauh lebih baik daripada jika mereka memberikan dampak negatif. 

Sementara aku merasa terkuras kelelahan, Hitachi selalu tampak bersemangat. 

Meskipun seharusnya dia menyelesaikan lebih banyak misi dariku, Hitachi tetap hidup dan ceria. Dia tidak berangkat ke sekolah seperti biasa, dan saat berbicara denganku, pangggilan video call menjadi cara utama kami berkomunikasi, tetapi matanya bersinar cerah, seolah-olah dia adalah orang yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin dia juga sedikit lebih kurus. 

Karena Hitachi berada di kluster yang berbeda, kami tidak memiliki interaksi di dalam Blue Morpho, tapi kami tetap berkomunikasi setiap hari. Sebagian besar percakapan kami hanyalah tentang apa misi kami berjalan dengan baik atau tidak, tetapi Hitachi tetap terlihat senang. 

Hitachi, apa yang kamu kubur saat misi keempat belas?

Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya, dan Hitachi menjawab dengan ringan. 

“Aku mengubur buku kliping yang berisi potongan gambar dari anime favoritku.” 

Apa-apaan itu? Rasanya terlalu sepele. Memangnya itu cukup? 

Apa yang kamu katakan? Itu adalah barang yang penting bagiku! Karena aku sudah mengumpulkannya sejak aku masih SD, tau? Kupikir ini akan sedikit menyentuh hatiku, tapi sekarang aku merasa lega karena sudah merapikannya. 

Hitachi tertawa terbahak-bahak dengan wajah ceria. Melihatnya begitu, aku merasa sedikit lebih bisa menerima misi keempat belas. 

Saat aku menyelesaikan misi Blue Morpho, aku merasa seolah-olah aku menuju arah yang baik. Bukankah kamu juga merasakannya, Enda? Seolah-olah bisa meninggalkan diriku yang tidak berdaya dan menjadi diriku yang baru.

Itu… memang ada benarnya.

Aku terus membuat kemajuan pesat dengan misi-misi ini. Aku akan pergi jauh ke tempat yang tidak bisa kamu jangkau. Jika kamu merasa cemburu, lebih baik kamu juga bergerak cepat!

Melihat Hitachi yang ceria, aku merasa bodoh karena merasa tertekan dengan tugas Blue Morpho. Seharusnya, aku bisa merasa lega dan ceria seperti Hitachi. Begitu memikirkan hal itu, aku menyadari bahwa aku belum sepenuhnya mendedikasikan hatiku untuk Blue Morpho. 

Jadi, aku juga sibuk, jadi aku harus pergi ya, kata Hitachi saat akan mengakhiri panggilan. Aku berusaha menghentikannya dengan Ah, tunggu dulu.” 

Aku tidak yakin apakah ini boleh ditanyakan, jadi aku sedikit ragu." 

Ya.

Aku melihat Hitachi di layar, dan dia tampak sedikit serius, seolah-olah merenungkan sesuatu. 

Apa memar di wajahmu itu, mungkin karena Blue Morpho?" 

Di pipi kanan Hitachi, ada memar ungu yang mencolok meskipun kualitas gambarnya buruk. Wajahnya juga sedikit bengkak dan terlihat tidak seimbang. Lalu, Hitachi tersenyum lebar dan berkata, 

Tidak, tidak. Itu cuma karena ibuku sedang marah. Orang tuaku merupakan tipe orang yang cenderung menggunakan kekerasan. Dia kadang-kadang pulang tengah malam dan tiba-tiba memukulku.

“Kamu baik-baik saja?

Jika ditanya apakah aku baik-baik saja, ya, aku tidak baik-baik saja, tetapi aku punya Blue Morpho.

Blue Morpho tidak akan menyelesaikan masalah kekerasan dalam rumah tangga. Atau, mungkin itu bisa? Mungkin dengan menyelesaikan misi Blue Morpho, Hitachi bisa mendapatkan kekuatan untuk bertahan dari situasi tersebut? Meskipun sulit dipercaya, mungkin saja ada hal seperti itu. 

Namun, meskipun aku khawatir, aku tidak memiliki solusi apa pun. Aku hanya seorang pelajar SMA. Aku bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan kondisi keluarga teman sekelas. 

Baiklah, aku benar-benar harus pergi sekarang. 

Dengan kata-kata yang singkat, gambar Hitachi menghilang. Di layar hitam yang tersisa, terlihat wajahku yang sedikit lebih kurus. Tanpa semangat untuk melakukan apa pun, aku menatap wajahku itu untuk beberapa saat. 

Misi keenam belas adalah menonton film dengan adegan kekerasan yang ekstrem di dalam ruangan gelap. Meskipun kontennya sendiri sepele, tingkat kesulitanku sangat tinggi. 

Bagaimanapun juga, aku belum pernah menggunakan layanan streaming film atau menyewa DVD. Aku bahkan tidak ingat pernah menonton film dengan baik sejak aku kecil. Ibuku memang bukan tipe orang yang suka menonton film. 

Kalau begitu, mau tidak mau, aku akan menonton bersamamu. 

Aku menggumam Hah? pada pesan yang dikirim Hitachi. Meskipun aku tahu bahwa Hitachi tidak akan mendengarnya, aku tetap bingung bagaimana harus merespons. Sambil masih bingung, Hitachi menghubungiku lagi. 

Sebenarnya, aku sudah menyelesaikan misi itu, tetapi ada film yang sangat berat yang aku tonton saat itu. Aku akan menunjukkan padamu. Datanglah ke rumahku.

Meskipun tawaran itu tidak terlalu menyenangkan, aku tidak punya pilihan jika ingin menyelesaikan misi. Aku membagikan judul yang ditentukan Hitachi ke kluster dan pergi ke rumahnya.

Rumah Hitachi tetap saja memiliki bau aneh yang tidak menyenangkan. Di depan rumah Hitachi, ada payung yang patah dan kantong sampah berisi kaleng kosong yang dibiarkan begitu saja, sehingga dari jauh tampak seolah tidak ada orang yang tinggal di sana. 

Kamu sudah datang kemari. Selamat datang! 

Dengan nada seolah-olah aku adalah rekan kerjanya, Hitachi memanggilku masuk dan melemparkan bantal datar yang sudah tidak terpakai lagi. 

Ruangan yang tirainya tertutup itu bisa dibilang mirip seperti bioskop, tetapi bisa juga dibilang seperti sel penjara. Aku duduk di atas bantal dan menatap layar kecil. 

Pilihan film Hitachi sama sekali tidak memberi ampun. Begitu film dimulai, manusia dengan mudahnya dipotong-potong tanpa alasan yang jelas, diiringi teriakan. Melihat darah dan organ yang berhamburan, aku langsung merasa mual. Ternyata Hitachi juga tidak terlalu suka dengan adegan seperti ini, terlihat dari ekspresinya yang tidak nyaman. 

Namun, kami berdua tidak mengalihkan pandangan dan tetap menonton film meskipun merasa tidak enak. Saat kredit film mulai berjalan, aku berpikir bahwa aku tidak ingin menonton film seperti itu untuk sementara waktu. 

Setelah semuanya selesai, Hitachi tidak menyalakan lampu ruangan. Sambil melihat layar TV yang berwarna biru, Hitachi bertanya, 

“Menurutmu, kira-kira bagaimana akhir dari Blue Morpho?

“Maksudnya bagaimana…? 

Enda tuh cepat panik, ya. Makanya, kamu dianggap remeh sama teman sekelas." 

Kalau begitu, Hitachi juga tidak kalah parah. Saat perkenalan, rasa malu yang kamu tunjukkan itu parah. Bagaimana bisa kamu melakukan kesalahan sebesar itu? 

Ada banyak kata-kata Hitachi yang membuatku tersinggung, dan aku masih tidak bisa menerima bahwa dia mungkin meremehkanku. Namun, bisa bercanda seperti ini tidaklah buruk. Kami berdua mungkin terpinggirkan dalam pandangan masyarakat, tetapi sebagai gantinya, kami diterima di tempat khusus bernama Blue Morpho. Di antara kami tidak ada yang namanya persahabatan, tetapi ada ikatan aneh yang terjalin oleh kupu-kupu biru. 

Ngomong-ngomong, tentang bentuk akhir Blue Morpho… Awalnya, kupikir Blue Morpho ini dibuat untuk mengumpulkan orang-orang istimewa. Seolah-olah ini adalah ujian masuk rahasia dari perusahaan besar, yang mencari orang-orang yang bisa menyelesaikan misi dengan tepat. 

Oh, ada juga mitos seperti itu, ya.

Hitachi mengangguk dengan wajah tahu. 

Tetapi, setelah mencoba menyelesaikan misi ini, rasanya tidak begitu. Aku tidak mengerti apa makna menonton film seperti ini. Seolah-olah, meskipun aku menyelesaikan misi, apa aku benar-benar menjadi orang yang dicari?

Sambil berkata demikian, aku merasakan seolah-olah rasa percaya diri dan harapan untuk masa depan yang ada dalam diriku perlahan-lahan mulai mengikis. Meskipun aku merasa bahwa misi yang mengharuskanku menghadapi diri sendiri ini sedikit mirip dengan wawancara kerja, aku tidak percaya bahwa ini akan menyelamatkan seseorang sepertiku yang belum mencapai apa-apa. 

Mungkin ini semacam seminar yang mengharuskan kita untuk menghadapi diri sendiri melalui misi. Atau mungkin ini hanya permainan bagi orang-orang yang senang mengendalikan orang lain tanpa berpikir dalam-dalam. Jika memang begitu, mungkin di misi terakhir akan terungkap bahwa semuanya hanyalah lelucon, dan kami akan dibuang begitu saja. 

Namun, aku tidak bisa keluar dari sini. 

Jika aku berhenti di sini, aku takkan pernah bisa berubah. 

Selain itu, di Blue Morpho ada sistem kluster. Jika aku mencoba keluar, kluster akan membalasnya. Meskipun sulit dipercaya, itulah yang terjadi secara resmi. 

Ada juga—tentang Kei. 

Aku bisa bertukar kontak dengan Kei berkat Blue Morpho. Jika dia tidak tertarik pada kupu-kupu biru, aku mungkin akan terus-menerus menatapnya tanpa bisa melakukan apa-apa. 

Hal itu juga menjadi salah satu alasan mengapa aku sulit untuk menjauh dari Blue Morpho. 

Aku tidak memiliki apa-apa. Satu-satunya yang istimewa dariku adalah aku pemain di Blue Morpho. 

Aku mulai menyadari bahwa ini bukan tentang mencari orang-orang istimewa atau mengumpulkan seseorang, kata Hitachi. 

Kata-kata Hitachi terdengar seperti monolog. 

Blue Morpho adalah sesuatu yang hanya untuk diri kita sendiri. Hanya Blue Morpho yang bisa menyelamatkan kita dari dunia sampah ini. Itu saja. 

“Apa-apaan dengan perkataanmu yang tiba-tiba terdengar seperti agama?

Aku sudah bisa memahaminya. Blue Morpho bukan sekadar permainan, tetapi kesempatan terakhir yang diberikan oleh sesuatu yang seperti dewa, secara sembarangan. Jika kita tidak bisa berubah dengan ini, maka tidak ada lagi kesempatan untuk orang sepertimu, katanya.

Perkataan Hitachi membuatku ketakutan. Meskipun aku tidak mengerti maksudnya, aku merasa kata-kata itu meyakinkan. Aku selalu berpikir bahwa ini adalah kesempatan terakhir yang diberikan kepada orang-orang seperti kami. 

Aku ingin segera keluar dari kehidupan seperti ini. Aku ingin menjadi kupu-kupu. Aku pasti akan mengalami metamorfosis.  

Hitachi berkata sambil melihat luka di pergelangan tangannya. 

Luka di pergelangan tangan Hitachi tampak terinfeksi, merah dan bengkak. Bentuknya tidak lagi terlihat seperti kupu-kupu, lebih mirip burung yang bentuknya sudah rusak. Tidak ada lagi harapan untuk lukanya menjadi indah. 

Misi kedua puluh enam, mendapatkan barang dari toko tanpa membayar. 

Saat melihat misi itu, napasku seketika mengerjap

Setelah membacanya berulang kali, itu hanya perintah untuk mencuri. Mencuri. Aku tidak pernah mengira misi seperti ini akan muncul. 

Misi-misi terakhir ini hanyalah perintah ringan seperti tidak makan selama dua puluh empat jam atau menunjukkan kertas yang berisi kekurangan diri di bawah sinar bulan. Tiba-tiba muncul misi seperti ini.

Aku mencoba untuk mengajukan keberatan bahwa kluster tidak bisa melakukan hal seperti ini, tetapi tidak ada balasan yang datang, malah aku dihantui oleh ketakutan bahwa mereka akan mengabaikanku. 

Dengan pemikiran itu, aku menghubungi Hitachi, dan dia menjawab dengan santai. 

“Rasanya tidak sesulit itu, kok. 

…Eh? Kamu sudah melakukannya?

Aku sudah pernah bilang bahwa aku sudah maju lebih jauh dari Enda.

Hitachi mengonfirmasi dengan tenang, dan aku merasa terkejut. Ternyata Hitachi sudah melampaui batas sejak lama. 

“Memangnya ada misi seperti ini lagi? Misi yang mengarah pada tindakan kriminal…?

“Aku tidak bisa memberitahumu tentang misi selanjutnya. Karena begitulah aturan Blue Morpho. Aku bisa melakukannya sendiri, tapi Enda mengeluh tentang hal ini.

Meskipun tidak ada kata-kata lebih lanjut, Hitachi jelas ingin mengatakan sesuatu.──Dia merasa kecewa. 

Apa kamu mau keluar?

Suara Hitachi terdengar hanya sebagai konfirmasi. 

Aku teringat. Jika aku ketakutan dan melarikan diri, Hitachi yang harus menanggung tanggung jawabnya. Mungkin aku juga akan mendapatkan perlakuan buruk dari kluster. 

Hitachi sudah melakukannya. Lalu, apa yang harus kulakukan jika aku tidak bisa melakukannya? 

…Aku tidak akan keluar.

Kalau begitu, cepat lakukan saja. Orang-orang di kluster akan memarahimu. 

Dimarahi? Mereka bukan ibuku.

Ya, memang, bisa jadi mereka akan membunuhmu. 

Hah? 

Ucapan Hitachi membuat waktu seolah terhenti sejenak. 

"Apa maksudmu dibunuh?" 

Sepertinya begitu. Banyak pemain yang tidak percaya, tapi aku rasa itu mungkin benar. 

Apa yang kamu bicarakan? Kamu terlalu banyak membaca manga.

Saat aku mengatakannya dengan nada marah, Hitachi memandangku dengan ekspresi yang benar-benar acuh tak acuh. 

Hitachi telah banyak berubah dalam waktu singkat. 

Perubahannya tidak bisa dibilang baik. Matanya tidak jelas melihat ke mana, dan karena penampilannya yang kurus, wajahnya tampak pucat. Bibirnya kering hingga terlihat jelas, dan area sekitar mulutnya tampak seperti orang tua. Dia sangat berbeda dari Hitachi yang dulu menikmati Blue Morpho dan menjalani hari-harinya dengan semangat. 

Mengapa dia bisa seperti ini? Apa dia kembali dipukul oleh ibunya? Atau—apa Hitachi menjadi seperti ini karena Blue Morpho? 

Jika kamu tidak percaya, tidak masalah. Sebelum itu, hukuman pasti akan datang.

“Apa maksudmu dengan  hukuman? Apa itu tentang sanksi dari kluster? Mustahil. Lagipula, ini kan hanya permainan dunia maya. 

Hukuman itu diberikan oleh Tuhan. 

Kamu beneran baik-baik saja? Kamu terdengar gila." 

Aku tidak ingin dibenci oleh Blue Morpho dan tidak ingin dikecewakan oleh Blue Morpho. Apa pun yang kamu lakukan terserah padamu. Ah, memang terserah. Lakukan saja sesukamu.

Hitachi mengucapkan itu dengan nada acuh tak acuh dan langsung memutuskan panggilan. Ketika aku mencoba menelepon lagi, Hitachi sama sekali tidak mau menjawab. 

Aku merasa seolah-olah bahkan Hitachi telah meninggalkanku, dan aku mulai mondar-mandir di dalam kamar. Jika aku harus mencuri, aku harus melakukannya sebelum ibuku pulang ke rumah. 

Aku merasa ngeri bahwa pikiranku mengutamakan misi dan bergerak ke arah mencuri. Namun, tidak ada pilihan lain. Aku harus melakukannya. Jika tidak, aku akan terkena sanksi dari kluster. 

Jika sudah memutuskan untuk melakukannya, aku harus segera melakukannya. 

Aku mengayuh sepeda menuju apotek yang sejauh mungkin dari rumah. Aku mondar-mandir di dalam toko, mencari barang yang tampaknya mudah untuk dicuri. 

Di dalam toko, ada banyak tanda Kamera Pengawas Terpasang di mana-mana. Seketika, aku berpikir bahwa mencuri di toko ini adalah keputusan yang buruk. Namun, aku tidak ingin kembali dan mencari toko baru. Aku ingin segera bebas. 

Aku dengan sembarangan mengambil barang yang ada dekatku dan memasukkannya ke dalam saku. Setelah beberapa saat berkeliling di dalam toko seolah memberi alasan, aku segera keluar. 

Meskipun aku sudah naik sepeda, tidak ada pegawai yang mengejarku. Aku mempercepat langkahku di pedal. 

Aku berhasil. Aku berhasil! Dengan napas yang terengah-engah, aku berlari pulang. Sebelum ibuku pulang, aku harus mengambil foto. Dan kemudian, mengunggahnya ke Blue Morpho. Apa aku sudah mencuri sesuatu yang cukup untuk mendapatkan persetujuan dari kluster, untuk mempertahankan hidupku? 

Saat menunggu lampu merah, aku memeriksa barang yang kumasukkan ke dalam saku. Ternyata itu adalah serum kecantikan bulu mata yang sepertinya tidak akan pernah kugunakan. Apa kluster akan puas dengan ini? Jika tidak puas, apa aku akan dipaksa untuk melakukannya lagi? Atau—apa ini akan dianggap sebagai kegagalan misi dan bakalan ada sanksi? 

Aku berpikir bahwa manusia tidak seharusnya dibunuh hanya karena hal seperti ini. Blue Morpho adalah sejenis grup online yang memperkuat ikatan dengan melakukan hal-hal berbahaya. Mungkin itulah sebabnya? pikirku. Jadi, mungkinkah terjadi sesuatu di mana hukuman yang berlebihan diberikan? 

Semua ini menjadi tidak terkendali secara berantai. 

Ketika aku serius memikirkan hal ini, kepalaku mulai terasa berat. Karena menjalani misi sambil bersekolah, belakangan ini aku tidak punya waktu tidur yang cukup. Akibatnya, saat aku harus memikirkan hal-hal penting seperti ini, kepalaku terasa kosong. 

Mungkin saja Blue Morpho benar-benar semacam organisasi pekerjaan gelap atau semacamnya, dan aku akan dipaksa untuk mengumpulkan barang-barang dengan mencuri. Pemikiran bodoh seperti itu mulai muncul. Itu tidak mungkin. Tidak mungkin. Jika itu tidak mungkin… Blue Morpho, apa sebenarnya tujuannya?

Aku tidak bisa memikirkan hal-hal di masa depan. Saat ini, aku hanya berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan misi di depanku. 

Misi dua puluh delapan, bayangkan dan tuliskan hal yang paling tidak ingin terjadi. 

Orang tuaku menangis. Hitachi meninggalkanku. Hitachi berhenti menghubungiku. Anak-anak di kelas bergabung dengan Blue Morpho. 

Enda, kulitmu akhir-akhir ini parah, rasanya kamu terlihat seperti zombie.

Kalau tampil di TV, pasti akan ada keluhan.

Itu bisa dilaporkan, kan?

“Bisa dilaporkan, sungguh kosakata yang luar biasa." 

Suara tawa terdengar. Sepertinya anak-anak di kelas sedang mengejek kulitku yang bermasalah. Setelah menyelesaikan misi dua puluh delapan, kulitku mulai rusak. Mungkin ini karena stres. Aku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.  

Meskipun ucapan orang-orang di sekitarku seharusnya membuatku stres, tetapi karena telingaku tersumbat dan aku tidak bisa mendengarnya dengan baik, yang membuatku bisa bertahan. Mungkin karena aku sudah terbiasa menyalahkan diriku sendiri, aku tidak bisa membedakan suara dari luar dan suara dari dalam, dan akibatnya, aku merasa baik-baik saja. 

Mungkin karena reaksiku yang terlalu datar, anak-anak di kelas melihatku dengan aneh sebelum perlahan menjauh. Rasanya menyenangkan. Tidak menanggapi adalah balasan terbaik, dan aku merasakannya sendiri. Betapa lebih mudahnya jika aku benar-benar bisa mengabaikan semuanya. 

Aku harus fokus hanya pada Blue Morpho. Jika dibandingkan dengan misi itu, semua ini hanyalah hal sepele

Minggu berikutnya, kru TV mendatangi sekolah untuk melakukan siaran dan wawancara

Kalau diingat-ingat lagi, kunjungan pertamaku ke rumah Hitachi adalah untuk meminta tanda tangan persetujuan untuk laporan TV ini. Meskipun aku sudah menyerahkan surat persetujuan yang ditulis dengan tulisan acak, Hitachi ternyata tidak datang ke sekolah. Apa mungkin laporan itu dibatalkan karena satu surat persetujuan yang kurang? Sepertinya tidak. 

Tujuan siaran ini adalah menunjukkan realitas siswa SMA saat ini kepada selebriti, yang sebenarnya tidak ada gunanya, dengan merekam di ujung koridor dan menunjukkan kepada siswa barang-barang yang populer di era Heisei, benar-benar konten yang tidak penting. 

Anak-anak di kelas tampaknya sangat ingin tampil di acara itu, mereka mengejar tim laporan dengan sangat antusias. 

Aku berusaha bersembunyi di sudut kelas, berusaha tidur sedikit. Sejak berhasil mencuri, perutku terus-menerus sakit dan aku tidak bisa tidur. 

Ketika akhirnya aku merasa bisa tidur, tim laporan masuk dengan ramai. Sepertinya, anak-anak nakal di kelas sengaja memanggil mereka. Seorang gadis yang berdandan lebih rapi dari biasanya duduk di kursi dan bersiap untuk diwawancarai. Aku berusaha bersembunyi dari gadis itu dan kembali mencoba tidur. 

“Kalau tidak salah, di kelas ada anak yang tidak masuk sekolah, kan?

Kata-kata tersebut masuk ke dalam telingaku. 

Ya. Begitulah. Dia anak yang sangat pendiam dan sepertinya tidak bisa beradaptasi dengan kelas.

Begitu ya. Kamu mengkhawatirkannya?

Ya. Kami berusaha menciptakan suasana agar Hitachi bisa datang ke sekolah.

Kita semua berpikir tentang julukan, iya kan?

“Iya~, kata orang-orang di sekelilingnya. Rasa kantukku benar-benar hilang. Perutku terasa tertekan. Rasa sakit membuatku hampir mengerang. 

Jika Hitachi datang, akhirnya kelas 2-5 akan sempurna.

Semoga dia segera datang.

Jika Hitachi datang selama wawancara TV, rasanya pasti akan sangat menarik.

Tawa menggelegar kembali pecah

Jangan bercanda. Jangan bercanda. Memangnya menurut kalian, siapa yang bertanggung jawab atas Hitachi tidak masuk sekolah? Rasanya konyol sekali bahwa menganggap itu seperti takdir, seolah-olah Hitachi lah yang bersalah

Jangan bercanda. Kalian yang tidak melakukan apa-apa, hanya orang biasa. Jangan meremehkan. Jangan meremehkan. Kami adalah pemain Blue Morpho. Jangan memanfaatkan Hitachi seperti itu. 

Tiba-tiba, aku menyadari bahwa teriakan telah terdengar. 

Tas terjatuh di lantai, gantungan kunci Blue Morpho patah. Meja terbalik. Aku mengeluarkan napas kasar seperti monster, air liur mengalir deras. 

Apa yang terjadi? Apa yang membuat semua ini terjadi? Saat aku berusaha memahami situasi, Hasegawa dengan keras memukulku. 

Jangan bercanda, tiba-tiba apa yang kamu lakukan, dasar brengsek! Ini tidak masuk akal! 

“Apa-apaan sih, seriusan, apa yang memicu semua ini, menakutkan..." 

Aku mendengar suara tuduhan dan akhirnya ingat apa yang telah kulakukan. Aku tidak bisa mentolerir orang-orang yang berbicara sembarangan tentang Hitachi, jadi aku berniat menghancurkan wawancara ini. 

Orang sepertiku tidak terbiasa berbuat onar. Dari sudut pandang orang lain, aku mungkin terlihat seperti orang yang tiba-tiba kehilangan akal. Secara objektif, itu menakutkan. Tapi, aku tidak bisa menahan diri. Mungkin aku kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih. 

Meskipun di depan kamera TV, aku dipukul habis-habisan dan dibawa ke ruang UKS. Kupikir mungkin aku tidak akan datang ke sekolah lagi. 

Hari ini ada wawancara TV di sekolah.

Aku mencoba mengirim pesan seperti itu kepada Hitachi, tetapi tidak ada balasan darinya

Melihatku yang pulang dalam keadaan babak belur dan menyedihkan, ibuku tampaknya terkejut. Dengan mengguncang bahuku, serangkaian pertanyaan pun dimulai. 

Hei, kamu kenapa? Apa yang terjadi?" 

“Bukan apa-apa. 

“Mana mungkin itu bukan apa-apa! Aku mendengar dari pihak sekolah bahwa kamu tiba-tiba berbuat onar karena tidak bisa ikut wawancara. Kamu tidak melakukan hal seperti itu, kan?

Yah, aku tahu bahwa siswa lain akan berpikir seperti itu, dan aku hanya bisa tersenyum kering. Dengan ini, tidak ada nilai untukku. Bahkan guruku pun pasti merasa terkejut. 

Jika kamu merasa telah melakukan sesuatu, itu sudah cukup, kan? Aku tidak peduli lagi dengan apa yang orang pikirkan. Aku takkan pergi ke sekolah untuk sementara waktu. 

“Apa maksudnya kamu tidak berangkat ke sekolah? Nozomu, kamu dikucilkan? Atau... kamu tidak terlibat dengan sesuatu yang aneh-aneh, kan? Seperti obat-obatan... Ibumu bisa mengetahui hal-hal seperti itu. 

Mendengar perkataan itu, darahku seketika mendidih

Tahu dengan baik? Jangan bercanda. Jika itu benar, kamu seharusnya bisa menyadarinya saat aku dibully di kelas, tapi kamu sama sekali tidak menyadarinya!

Sudahlah, pergi bekerja! Itu saja yang bisa kamu lakukan! Cepat pergi!

marahku memuncak, dan meskipun aku tidak ingin berteriak, aku tetap melakukannya. Aku punya banyak hal yang harus dilakukan. Aku juga harus menyelesaikan misi Blue Morpho. Aku masih belum mendengar kabar dari Hitachi. Rasanya semuanya tidak berjalan dengan baik. Kenapa aku bisa berada dalam keadaan seperti ini? 

Ibuku melihatku dengan wajah yang campur aduk antara kesedihan dan kebingungan, lalu pergi seolah-olah melarikan diri. Ruangan itu dipenuhi dengan keheningan, dan telingaku terasa sakit. 

Aku tidak bisa berdiri lagi dan akhirnya terduduk. Aku melihat ponselku. Aku tidak ingin memikirkan apa pun. Misi baru Blue Morpho belum datang. Karena masih tidak ada kabar dari Hitachi, jadi aku membuka media sosial. 

Tren di media sosial dipenuhi dengan Blue Morpho. 

“Katanya ini ada hubungannya dengan Blue Morpho, tapi bagaimana ya? Serius, akun yang berbicara tentang Blue Morpho sebaiknya diblokir, mengaitkan semuanya itu berbahaya. Dengar-dengar ada luka berbentuk kupu-kupu. Itu hanya kebetulan ada luka yang mirip. 

Berita di internet membahas tentang mayat seorang siswa laki-laki yang dipukuli dan dibuang di tepi sungai. Meskipun kondisinya sangat parah, hanya paha kanan yang tidak terluka dan tetap bersih. 

Bentuk luka di tubuhnya menjadi bahan perdebatan. 

Misi tiga puluh enam, pikirkan dari titik mana kmau ingin memulai hidupmu kembali. 

Sejak dilahirkan

Misi tiga puluh tujuh, pikirkan tentang hal-hal yang tak bisa kau miliki dan ulangi seratus kali bahwa kamu tak bisa memilikinya karena kamu orangnya begini

Aku bermimpi tentang Kei. Dalam mimpiku, Kei menyukaiku, dan kami naik kereta bersama ke sekolah. Hal seperti itu tidak mungkin terjadi, jadi aku segera menyadari itu hanya mimpi. 

Aku berpikir, jika aku bertemu Kei lebih awal, apa sesuatu akan berubah? Jika aku bisa bertemu Kei, aku pasti akan menjadi orang yang lebih baik. Aku ingin memulai semuanya dari awal. Membuang kehidupan ini dan melanjutkan ke yang berikutnya. 

Aku ingin seseorang membantuku. Siapa saja, tolong keluarkan aku dari sini. 

Sepertinya ibuku memutuskan untuk membiarkanku sendiri. 

Justru karena dia bukan tipe yang suka ikut campur dalam situasi seperti ini, kami bisa menjalani kehidupan di rumah sebagai ibu tunggal dengan baik. Mungkin dia berpikir seiring waktu berlalu, aku akan tenang. 

Aku pergi bekerja dulu, jadi pastikan kamu makan dengan baik. 

Di dalam kulkas, ada banyak makanan buatan tangan yang sudah disiapkan. Aku terharu sampai meneteskan air mata karena kasih sayangnya padaku, karena dia memutuskan untuk memberiku makanan buatan sendiri, bukan makanan beku. Tapi aku sama sekali tidak nafsu makan. Karena tidak bisa makan apa pun, aku menatap misi di layar dengan saksama.

Misi empat puluh, membakar di tempat yang ditentukan.

Lokasi yang ditentukan itu sepertinya rumah seseorang. Berdasarkan aplikasi peta, tempat itu tampak seperti tempat tinggal biasa. Aku seketika langsung menyadarinya. Ini adalah rumah pemain lain, dan pemain itu pasti telah melakukan sesuatu yang membuatnya dihukum. 

Aku tidak bisa melakukan hal seperti ini. Di saat yang sama aku memikirkan hal itu, aku diliputi kecemasan, bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika aku tak bisa melakukannya. Aku teringat berita di internet tentang seorang siswa SMA yang dipukuli dan dibunuh. Jika itu hukuman dari Blue Morpho, berarti kekuatan kluster itu nyata. Jika aku mencoba keluar dari Blue Morpho sekarang, hampir dipastikan kalau aku akan mengalami nasib yang sama. 

Situasinya menjadi diluar kendali. Kini aku mulai menyesal. Aku tidak pernah berpikir akan sampai pada titik ini. Blue Morpho hanyalah komunitas khusus, dan aku seharusnya tidak terlibat dengan permainan ini dengan semangat yang ringan. Meskipun sudah terlambat untuk menyesalinya sekarang, rasa penyesalan itu mengganggu hatiku. 

Dengan keadaan seperti ini, kemarahan terhadap Hitachi yang dengan mudah mengundangku juga muncul. Seandainya Hitachi tidak mengundangku di saat itu, aku tidak perlu bergabung dengan Blue Morpho. 

Hitachi sudah lebih dari seminggu tidak menghubungiku. 

Pada awalnya, aku sempat mengirim pesan dan meneleponnya berkali-kali, tetapi sekarang semangatku sudah hilang sepenuhnya. Entah kenapa, Hitachi telah memutuskan hubungan denganku. Atau mungkin— 

Hitachi sendiri telah dibersihkan oleh kluster. 

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi mungkin Hitachi telah dibunuh oleh kluster. Memikirkan hal itu membuatku menggigil ketakutan. 

Haruskah aku pergi ke polisi? Apa mereka akan membantuku? Jika aku hanya melarikan diri ke polisi, apa kluster akan menyerah padaku? Sementara aku menjelaskan situasi kepada polisi, apa mereka akan mengincar ibuku dan mencoba membunuhnya? Jika itu yang terjadi, ibuku akan mati karena diriku. Itu adalah hal yang sangat buruk. Haruskah aku meminta ibuku untuk berlindung di suatu tempat? Apa dia akan mau berlindung? Sebenarnya, apa berlindung bisa menyelesaikan masalah ini? 

Aku juga takut jika aku pergi ke polisi, semua yang telah kulakukan akan terungkap. Aku tidak ingin mereka tahu tentang pencurian kecilku atau bahwa aku terlibat dengan Blue Morpho. Mungkin terdengar aneh jika aku masih peduli dengan hal sepele seperti ini, tetapi bagiku itu penting. 

Aku tidak punya pilihan lain.

Ketika aku memutuskan untuk bersiap, perasaanku justru menjadi lebih tenang. Ini bukan saatnya untuk ragu. Aku harus melakukannya. 

Entah kenapa, aku juga merasa putus asa. Karena sudah sampai pada titik ini, aku tidak mempunyai pilihan lain. Tidak ada jalan lain. Lagipula, aku telah mengacau di kelas dan kehilangan tempatku, dan tampaknya tidak ada harapan untuk kembali. Jika harus menjalani kehidupan yang seperti ini, lebih baik aku pergi sejauh mungkin dengan Blue Morpho. 

Saat aku mengingat misi yang telah kujalani di Blue Morpho, aku mulai membenci diriku sendiri. Dalam misi-misi itu, aku menghadapi diriku yang sangat menyedihkan dan tidak berdaya. Aku bahkan berpikir, bagaimana aku bisa bertahan hidup dengan semua kebencian ini. 

Apa mungkin aku sebenarnya ingin mati selama ini? 

Aku sampai memikirkan hal itu.  

Jika tidak, kehidupanku tidak seharusnya seberat dan sekosong ini. Kalau diingat-ingat kembali, aku tidak memiliki apapun yang kubanggakan atau hal-hal yang bisa membuatku bahagia. Jika aku dibunuh sekarang, mungkin hanya ibuku yang akan peduli. 

Karena itulah, muncul keinginan untuk membalas dendam. Aku tidak akan membiarkan diriku dibunuh begitu saja. Jika demikian, aku ingin memberikan hukuman kepada mereka yang mencoba keluar. Aku ingin memberi tahu mereka yang telah mencemari Blue Morpho. Aku ingin menunjukkan kekuatan Blue Morpho kepada dunia. 

Jika aku harus dibunuh, aku ingin dibunuh oleh gadis itu—Yosuga Kei. 

Jika aku harus membunuh, aku ingin membunuh gadis itu—Yosuga Kei. 

Kedua keinginan itu mungkin merupakan hasrat yang jauh dari jangkauanku. Namun, aku juga berpikir bahwa rahasia Blue Morpho pasti menghubungkanku dan gadis itu. Yosuga Kei tertarik pada Blue Morpho. Jika demikian, tidak ada cara lain untuk tetap istimewa. 

Tiba-tiba, perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya muncul. 

Aku ingin diakui oleh Game Master. 

Di Blue Morpho, ada keberadaan yang bernama Game Master. 

Kabarnya, orang yang menciptakan sistem Blue Morpho adalah orang yang sangat kaya, seorang ilmuwan yang menulis makalah hebat, dan banyak tebakannya. Aku juga percaya bahwa orang yang menciptakan Blue Morpho bukanlah orang sembarangan. Meskipun aku tidak sepenuhnya mengerti, sistem ini luar biasa. Blue Morpho penuh dengan alasan mengapa mustahil untuk melarikan diri

Semua faktor tersebut menghalangiku untuk bergerak. Aku sudah terjebak. Semuanya sia-sia. Aku tidak bisa melarikan diri. Aku ingin diakui. Aku ingin memberi tahu mereka. Semua terasa menyakitkan. Kesimpulannya, aku harus menjalani setidaknya misi Blue Morpho, karena jika tidak, sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Selama aku melakukannya, setidaknya aku akan dilindungi dari kluster.

Aku ingin diakui oleh orang yang menciptakan sistem jahat ini. Jika demikian, aku tidak bisa mundur. 

Kamar yang ditinggalkan ibuku terasa bebas. Luka di pergelangan tanganku sudah sepenuhnya mengering. Aku tidak punya pilihan lain. 

Aku tidak tahu cara menyalakan api. Di tengah teriknya panas dan suara jangkrik, aku membakar rumah seseorang. Sensasi yang tidak biasa membuatku pusing. 

Karena aku tidak bisa mendapatkan bensin atau minyak tanah, aku membeli minyak pemantik. Aku khawatir jika sebagai siswa SMA aku akan dicurigai, tetapi petugas di toko barang besar tidak terlalu mempermasalahkannya. 

Rumah yang ada di depanku adalah rumah tua yang mengingatkanku pada rumah Hitachi. Di dalam kotak kardus yang bertuliskan untuk pengantaran’, ada selebaran-selebaran yang dibuang sembarangan. 

Tidak ada tanda-tanda kehidupan. 

Sebelum memikirkan apapun, aku membuka tutup minyak pemantik dan menyemprotkannya ke seluruh kotak pengantaran. Dengan tangan yang bergetar, aku menggesekkan korek api dan melemparkannya ke dalam kardus. 

"Waahhh, ahhh!" 

Sebuah suara aneh yang terulur keluar dari mulutku bersamaan dengan api yang menyala. 

Aku langsung berlari menjauh. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar berhasil membakar rumah itu, tetapi aku terus berlari. 

Apa orang di dalam rumah akan menyadari suaraku dan segera datang memadamkan api? Jika api menyala dari rumah mereka, apa mereka tidak akan menyadarinya? Aku tidak ingin tertangkap. Aku ingin mereka menyadari. Aku ingin seseorang menghentikanku. Pikiran yang bertentangan memenuhi kepalaku. 

Saat aku melarikan diri dengan sepeda, suara notifikasi dari smartphone-ku berbunyi. Itu adalah pemberitahuan bahwa misi telah berhasil. Melihatnya membuatku semakin bergetar. Jika persetujuan masuk dengan kecepatan ini, berarti aku masih diawasi. Tubuhku bergetar lagi. 

Aku berpikir bahwa aku tidak bisa kembali ke rumah. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa melakukan hal seperti itu. Seharusnya aku tidak melakukannya. Kenapa aku tidak pergi ke polisi? Seharusnya mereka bisa membantuku. Aku hanya bisa menghubungi Kei. Apa Kei akan membalas? Jika dia membalas, apa yang harus kukatakan padanya? Apa aku harus bilang bahwa aku terpengaruh oleh Blue Morpho dan melakukan pembakaran? Dia pasti akan menjauh dariku. 

Aku sudah tahu ke mana sepeda ini membawaku. 

Tanpa sadar, aku sudah sampai di rumah Hitachi dengan kaleng minyak pemantik yang kosong di keranjang sepeda. Rumah Hitachi bahkan lebih berantakan. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ada lubang di pintu depan yang ditambal dengan kardus. 

Aku melangkah goyah, seolah dipandu oleh sesuatu, dan menekan bel rumah Hitachi. 

Pintu terbuka dengan suara *klik*, dan Hitachi muncul dengan mata kosong. 

"Hitachi. 

Apaan, Enda toh? Sudah lama tak jumpa ya.

Hitachi kemudian perlahan kembali ke dalam kamar. Aku panik dan segera mengikutinya. 

Kamar itu berbau lemak, dan baunya semakin menyengat. Rambut Hitachi terlihat beberapa helai terikat dan lengket, seperti rambut boneka yang cacat. 

Apa-apaan kamu ini... kamu tidak mandi ya?

Mandi? Tidak, aku tidak mandi. Ini adalah misi seperti itu.

Blue Morpho, ya...? Sampai ada yang tidak masuk akal seperti itu.

Aku sedang dalam masa kepompong sekarang. Aku sudah memasuki tahap akhir.

Setelah beberapa menit, hidungku akhirnya terbiasa, dan aku bisa berbicara dengan normal. Pada saat yang sama, aku juga memperhatikan penampilan aneh Hitachi saat ini. 

Hitachi tampak sangat kurus, seolah-olah dia menjadi orang yang berbeda. Mungkin karena dia kehilangan berat badan terlalu cepat, kulitnya terlihat menggelembung, terutama di sekitar lehernya yang tampak seperti orang tua. 

Kuku tangannya yang berubah menjadi cokelat terlihat bergerigi dan terkoyak, dengan bekas seperti luka. Aku tidak bisa membedakan mana yang merupakan misi Blue Morpho dan mana yang merupakan tindakan penyiksaan diri oleh Hitachi. 

Kamu, dengan keadaan seperti itu, orang tuamu tidak mengatakan apa-apa? 

Orang yang hampir tidak pulang pasti tidak akan mengatakan apa-apa. Bego banget sih.

Hitachi mengatakannya dengan nada merendahkan. Di wajah Hitachi, setidaknya tidak ada bekas pukulan. Artinya, ibunya benar-benar tidak tahu tentang situasi ini. 

Kamu, kenapa kamu datang ke sini?

Suara kasar Hitachi membuat gendang telingaku bergetar. 

…Karena kamu tidak membalas pesan dengan baik. Kamu harusnya membalas pesan. Aku jadi khawatir kamu sudah mati.

Misi keempat puluh delapan, memutuskan semua hubungan manusia untuk bersiap. 

Hitachi mengatakannya dengan nada seperti mesin. 

Kamu sepertinya tidak tahu misi ini. Mungkin karena aku lebih duluan tahu. Sebenarnya, aku tidak seharusnya memberitahumu, tapi aku sudah terlanjur bilang. Sebenarnya, aku tidak berniat membuka pintu.

Di situ, Hitachi mengeluarkan napas kecil dan melanjutkan, Karena kupikir itu ibuku.

Yah, sudah tidak apa-apa. Enda, tidak masalah apa kita bertemu atau tidak. Lagipula, kita sudah benar-benar orang asing. Apa kamu baik-baik saja? 

Orang asing? Tidak sepenuhnya begitu. Kamu lah yang mengundangku ke Blue Morpho.

“Ada benarnya juga...

Hitachi berkata demikian sambil tertawa kecil tanpa tenaga. 

“Pada hari itu, ketika kamu datang ke rumahku, aku merasa sangat terhina. Aku pikir tidak ada hal memalukan yang bisa terjadi. Seorang guru memberi tahu alamatku, itu tidak mungkin. Dan kamu sangat tertarik dengan Blue Morpho. Aku merasa senang bisa menjadi orang yang memiliki sesuatu yang diinginkan orang lain.

Meskipun baru sekitar tiga bulan yang lalu, tapi Hitachi mengatakannya dengan nada nostalgia yang dalam. 

“Itulah sebabnya, aku menggunakan hak undangan spesial. Aku ingin diucapkan terima kasih. Saat itu, aku bisa menjadi orang yang memiliki sesuatu. 

Jadi, itulah alasan mengapa kamu mengundangku? 

Mengundangmu? Kamu mengatakannya seolah-olah aku menipumu. Itu benar-benar lucu.

Senyum Hitachi tampak rendah diri dan agresif. Aku baru tahu bahwa senyumnya yang ramah setelah kami berinteraksi ternyata tidak tulus. Hitachi bukanlah orang yang tersenyum seperti ini. Dia sudah menjadi orang yang berbeda. 

Aku tidak tahu harus bagaimana. Jika terus seperti ini, aku akan dihukum oleh kluster. Aku tidak bisa melanjutkan ini. Tapi, jika aku keluar, Hitachi juga akan dihukum. Apa yang harus kulakukan? Memangnya kamu tidak takut?

Aku tidak takut.

Hitachi menjawab dengan tegas. 

“Pada akhirnya, kluster itu bukanlah esensinya. Aku takut ditinggalkan oleh Master, tetapi selama Master mengakuiku, itu sudah cukup. 

Master, maksudnya Game Master? 

Aku pernah memberitahumu sekali.

Aku terkejut dan terdiam. 

Dan aku akhirnya mengerti semuanya. Kenapa aku mengalami semua ini, kenapa hanya aku yang mengalami ketidakadilan. Setelah aku tahu alasannya, aku merasa sedikit tidak takut lagi. Dan itu membuatku bisa berharap untuk yang berikutnya. 

Berikutnya...?

Kamu juga pasti ingin mengulangi kehidupanmu, kan?

Hitachi berkata dengan ekspresi penuh kemarahan. 

Aku selalu berpikir. Kehidupanku ini sangat ampas sekali. Kenapa hanya aku yang harus mengalami semua ini? Tapi, hari di mana ketidakadilan itu terbayar akan datang, dan semuanya berkat Blue Morpho. 

Ucapan Hitachi menjadi tidak jelas. Dia tampak sangat kelelahan. Tanpa mandi, di dalam ruangan gelap ini, apa yang sebenarnya dirasakan Hitachi? Dia tampak mencair dalam kepompong, meringkuk seolah-olah dihukum. 

Namun, di tengah semua itu, mata Hitachi bersinar cerah. Seperti mengandung serpihan debu kupu-kupu yang berkilau. 

Ketika aku tidak bisa pergi ke sekolah, rasanya sangat menyakitkan. Ah, jika mereka mengejekku, aku tidak akan bisa memperbaikinya! Dan kemudian, aku tidak bisa berbuat apa-apa, ibuku juga... dia bilang dia sudah tahu aku tidak bisa melakukan apa-apa... dan aku ingin memiliki sesuatu yang istimewa yang bisa kulakukan.

Begitulah awal dari Hitachi dan Blue Morpho. Itu adalah bagian dari cerita yang dia sembunyikan. 

Aku sangat ingin menjadi pemain Blue Morpho. Lalu, ada seseorang di SNS yang memiliki hak undangan, dan aku sangat menginginkannya... 

Suara Hitachi bergetar. Air mata menggenang di sudut matanya, dan wajahnya yang kering mulai memerah. 

Orang itu bilang, jika aku mengirim foto, dia akan mengundangku. Jadi, aku mengirim beberapa foto, dan ternyata aku benar-benar diundang. Dan aku menjadi pemain Blue Morpho. Meskipun aku sudah berusaha keras, rasanya campur aduk antara senang dan putus asa. Kupikir, jika aku mencoba keluar dari Blue Morpho, foto-foto itu akan disebarkan!

Itulah sebabnya Hitachi tidak menceritakan bagaimana dia menjadi pemain Blue Morpho. 

Tapi, ketika aku menjadi pemain Blue Morpho... aku merasa bangga. Kehidupanku yang tidak mendapatkan apa-apa, tetapi aku mendapatkan apa yang aku inginkan! Kamu pasti menganggap itu bodoh! 

Aku mengerti. Aku juga merasakan hal yang sama.

Kata-kata ini membuat Hitachi sedikit terkejut, tetapi dia kembali menatapku dengan tajam. Bagi Hitachi, aku mungkin adalah orang yang harus dibenci dan tidak ada di sini. 

Sama sekali tidak! Enda tidak mengerti! Kamu tidak mengerti rasa sakitku! 

Hitachi melemparkan jam weker yang ada di dekatnya dengan keras. Ketika benda itu mengenai dinding di belakang, terasa sangat berat seolah bisa membunuh jika mengenai seseorang. Aneh rasanya aku tidak berusaha menghindar sama sekali. 

Ya, ketika kamu datang ke rumahku! Aku sudah tahu! Kamu adalah sampah yang tidak punya tempat di sekolah yang sama sepertiku! Jadi, kamu pasti dipaksa datang ke tempat orang sepertiku! Itu juga... itu juga sangat memalukan! Hanya aku yang selalu dipaksa berurusan dengan orang yang tidak berbakat seperti ini... 

Itu juga yang kurasakan. Aku merasa dikucilkan di kelas dan menjadi orang yang sulit dihadapi, sehingga aku terpaksa pergi ke Hitachi. Apa yang kami pikirkan ternyata sangat mirip. 

Tapi, untuk orang sepertimu, aku dengan susah payah memberikan hak untuk bergabung dengan Blue Morpho yang aku dapatkan dengan mengorbankan martabatku. Apa kamu tahu kenapa? 

…Tidak tahu.

Kupikir orang sepertimu pasti akan segera meninggalkan Blue Morpho dan dibunuh oleh kluster.

Saat mengatakan itu, Hitachi menunjukkan senyuman yang benar-benar kejam. 

Aku sebenarnya tidak keberatan dibunuh oleh kluster. Lagipula, kehidupanku ini tidak ada artinya. Jadi, aku mengizinkan orang yang tidak kukenal sepertimu untuk bergabung dengan Blue Morpho! Jika kamu melarikan diri, kupikir itu akan membuatku bisa mati!

Akhirnya, semuanya mulai masuk akal. Mengapa Hitachi mengundangku meskipun dia tahu ada risiko dalam undangan itu. Ternyata bukan karena dia mempercayaiku, tetapi karena dia tidak peduli jika aku keluar dan dirinya dihukum. 

Dia tidak menemukan sesuatu dariku, dan tidak ada harapan untuk hidup bersamanya. Begitu mendengar itu, aku merasakan hatiku perlahan-lahan tergerus. 

Sementara itu, Hitachi terus bersemangat sendiri, hampir berteriak. 

Ibuku sudah tidak peduli padaku. Apapun yang kulakukan, dia tidak peduli, dan dia bahkan tidak pernah pulang! Tapi aku tahu alasannya! Karena aku jelek seperti ayah! Mana mungkin dia menyayangi anak yang mirip pria yang selingkuh dan bercerai! Sialan! Jadi, apa yang harus kulakukan? 

Jeritan Hitachi bergema di dalam ruangan sempit yang berbau busuk. 

Sejak lahir, aku sudah terjebak! Aku berbeda dari kupu-kupu yang cantik... aku masih menjadi ulat yang jelek... bagaimana aku bisa hidup... pecundang yang lahir di tempat yang salah... apa ini satu-satunya cara untuk mengakhiri hidupku?

Dengan wajah menangis yang buruk rupa dan suara jelek yang tidak mampu menarik simpati siapa pun, Hitachi menangis tersedu-sedu dan merintih. Melihatnya seperti itu, hatiku terasa sesak.

Namun, perasaan tersebut hanyalah sesuatu yang berlangsung sementara. Di suatu tempat di lubuk hatiku, aku meremehkan Hitachi. Hitachi pun pasti sedikit meremehkanku. Dia mengundangku karena dia mengira aku akan segera melarikan diri, karena dia berharap seperti itu. 

Sambil melihat Hitachi yang menangis, aku hanya diam. Setelah beberapa saat, Hitachi mengangkat wajahnya. 

Enda, mau mati bareng denganku? 

Hitachi berkata begitu dengan wajahnya yang berantakan karena air mata. 

Aku akan mencobanya lagi. Blue Morpho tidak berbohong. Aku pasti akan bahagia di dunia berikutnya! Aku akan membalasnya! Aku akan membalasnya!

Tubuh Hitachi bergetar saat dia berbicara dengan semangat. Mungkin di situ tersembunyi perasaan sebenarnya, tetapi aku sudah tidak bisa menghentikannya. 

…Aku tidak akan mati. Aku tidak bisa mati bersamamu, Hitachi.

Karena sampai sekarang pun, aku merasa kasihan pada Hitachi, tetapi aku tidak menyukainya. Aku tidak bisa membayangkan ingin mati bersamanya. 

Karena cuma ada satu orang yang benar-benar ingin kuajak mati. 

Begitu ya.

Hitachi menjawab dengan tenang dan menundukkan pandangannya ke lantai. Di lantai terdapat banyak noda hitam. 

“Pulanglah sana. Lakukan apa yang harus kamu lakukan.

Baiklah.

Mulutku bergerak tanpa ada hubungannya dengan kehendakku. 

Ketika aku berdiri, tubuhku terasa ringan, seolah-olah keresahan yang kurasakan sebelumnya adalah kebohongan. Hitachi masih menangis terisak di belakangku, tetapi aku tidak tahu bagaimana menghiburnya. 

Aku mendengar suara mobil pemadam kebakaran, tetapi aku tidak tahu apakah itu menuju rumah yang kubakar atau bukan. Perasaanku sangat terpuruk, dan aku berkali-kali hampir berhenti melangkah. 

Aku berharap seseorang mengeluarkanku dari sini. 

Misi keempat puluh satu, apa kamu merasa telah gagal dalam hidup? Apakah kamu merasa kegagalan itu adalah kesalahanmu? 

Aku merasa kehidupanku gagal. Aku ingin berpikir itu bukan kesalahanku. Tetapi, aku tidak tahu kesalahan siapa. Kurasa aku pasti telah membuat kesalahan di gacha kelahiran. Lebih masuk akal jika aku dihukum karena melakukan hal buruk di kehidupan sebelumnya. Aku berharap ketika bangun pagi, semuanya hanya mimpi. 

Ketika aku bangun, aku menerima pesan video dari Hitachi. Pesan itu tertulis Aku menang. Ketika aku memutarnya, aku melihat Hitachi menari di dalam ruangan kotor itu dengan cahaya matahari sebagai latar belakangnya. Tariannya sangat canggung, membuatku merasa malu hanya dengan melihatnya. Namun, air mataku terus mengalir. Hitachi terkadang mengulurkan tangannya dengan lebar, dan itu terlihat seperti kupu-kupu. 

Setelah menari beberapa kali, Hitachi mendekat ke kamera. Sepertinya dia meletakkan ponselnya. Wajah Hitachi terlihat dalam komposisi yang dramatis. Wajahnya tersenyum. 

Hitachi menggantungkan lehernya pada tali yang menggantung di tengah video dan berdiri di atas kardus yang sudah disiapkan. Kardus yang tampaknya sudah terisi itu sedikit penyok, tetapi tetap menampung Hitachi. 

Video itu berakhir di situ. Sepertinya pengambilan gambar berhenti di sana. 

Aku mengetahui bahwa Hitachi menggantung diri di rumahnya melalui jaringan informasi. 

Misi kelima puluh, mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini dan terlahir kembali.

Kamu memiliki potensi yang luar biasa. Semua yang kamu alami selama ini adalah ujian untuk membantumu terlahir kembali ke wujud yang lebih tinggi. Kamu hanya akan mendapatkan segalanya dengan menjalaninya sampai akhir. Kamu ingin menjadi siapa? Kehidupan seperti apa yang ingin kamu jalani? Apa yang kamu cintai dan apa yang ingin kamu banggakan? Dengan mengingat hal itu, mari kita akhiri kehidupan ini.

Aku menaiku kereta untuk pertama kalinya setelah sekian. Suasana hatiku cerah. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku begitu pesimis sebelumnya. Aku ingin menyanyi, tapi tidak ada lagu yang terlintas di pikiranku. Ibuku senang dan mengatakan bahwa wajahku terlihat baik. Hari ini pasti akan menjadi hari yang baik.

Aku melihat smartphone-ku. Aku berulang kali mengetik pesan dan menghapusnya.

Pada akhirnya, aku ingin meninggalkan sesuatu untuk Kei sebelum pergi.

Namun, aku tidak tahu harus berkata apa padanya. Meskipun kami sudah bertukar kontak, aku belum pernah mengirim pesan sekali pun. Rasanya seperti apa pun yang kukirim akan membuatku dibenci. Tapi jika ini merupakan kesempatan terakhirku, aku berpikir untuk mengirimkan pesan yang tidak berarti sekalipun.

Apa yang harus kulakukan jika Kei membalas? Jika dia menyadari situasiku sekarang dan berpikir aneh-aneh, apa aku bisa tetap teguh pada keputusanku?

Aku mulai mengetik pesan. Lalu menghapusnya.

Saat itu, Kei masuk ke dalam kereta.

Ah, pikirku.

Hari ini, aku sengaja mengubah waktu naik kereta agar tidak bertemu Kei, tetapi dia justru naik.

Aku tidak percaya. Kei muncul di waktu yang begitu tepat.

Haruskah aku mengatakan sesuatu kepada Kei? Tapi, jika aku mengatakan sesuatu padanya, rasanya segalanya akan berubah.

Tapi aku harus mengatakan sesuatu pada Kei untuk terakhir kalinya.

Saat aku memikirkan itu, tubuhku seketika membeku.

Di sebelah Kei, ada seorang pria yang tak kukenal.

Di samping pria yang mengenakan seragam sekolah yang sama, Kei tampak tersenyum bahagia. Senyum yang tidak pernah kulihat sebelumnya, mungkin senyum yang takkan pernah aku lihat seumur hidupku. Senyum yang jelas-jelas menunjukkan bahwa Kei menyukai pria itu.

Aku menghapus sepenuhnya pesan yang telah berulang kali kuketik dan menyimpan smartphone-ku, lalu menatap keluar jendela kereta. Tentu saja Kei tidak akan menyadari keberadaanku. Justru itulah yang membuatku merasa lega. Rasa kantuk yang parah menghampiriku, menetralkan keputusasaanku. Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali aku tidur nyenyak.

Setibanya di sekolah, aku segera menaiki tangga sebelum ditemukan oleh seseorang. Kematian Hitachi memberikan dampak besar pada sekolah, dan siswa yang sangat terguncang diizinkan untuk belajar di rumah. Dengan alasan itu, banyak siswa yang mengambil kesempatan untuk bolos sekolah.

Meskipun diizinkan belajar di rumah karena dampak dari siswa yang bunuh diri, mereka tidak pernah membayangkan tentang orang-orang yang terpengaruh dan akan mengikuti jejaknya. Kenapa atap sekolah tidak ditutup? Mungkin karena yang meninggal adalah siswa yang dibenci dan tidak bersekolah, jadi mereka pikir tidak ada dampaknya. Di situ, aku tiba-tiba berpikir, pasti akan ada rumor bodoh bahwa aku mengikuti jejak Hitachi. Namun, semua itu sudah tidak penting lagi. Di pergelangan tanganku ada kupu-kupu milikku. Semua orang pasti segera menyadari bahwa Blue Morpho akan semakin membuka sayapnya.

Aku tidak mengikuti Hitachi, tetapi aku terbang untuk diriku sendiri.

Atap sekolah adalah tempat di mana aku pernah mengambil foto yang tidak disetujui oleh kluster. Meskipun tidak disetujui, aku menyukai foto itu dan berpikir jika harus mati, tempat ini bisa menjadi pilihan yang baik. Sejak saat itu, sebenarnya aku sudah lama memikirkannya.

Angin sepoi-sepoi bertiup di sisi lain pagar. Angin sepoi-sepoi yang menyenangkan. Tiba-tiba, aku merasa seolah semuanya telah ditegaskan. Aku merasa semuanya akan berjalan baik mulai sekarang.

Di kehidupan selanjutnya, aku ingin menjadi orang yang dipilih oleh anak seperti Kei. Aku ingin bisa mengungkapkan perasaanku secara langsung kepada Kei, dan bisa membuat senyumnya muncul. Aku pasti bisa. Karena, bertentangan dengan perkiraan Hitachi, aku telah berhasil.

Itu adalah hal yang luar biasa.

Dalam beberapa detik sebelum menuju permukaan tanah, aku merasa seolah-olah bisa mendengar suara tawa kemenangan Hitachi.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama