Yamai ni Itaru Koi Chapter 3 Bahasa Indonesia

 Sebuah Cerita Kehidupan Sehari-hari

 

Benar juga, kalau begitu, bagaimana kalau kita berkencan?

Kei mengatakan itu dengan santai, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipiku.

Akhir-akhir ini, Kei sering tidur di hadapanku. Baik saat dirinya datang ke rumahku maupun saat aku pergi ke rumahnya, dia selalu tidur nyenyak. Mungkin dia sering merasa lelah. Aku berusaha untuk tidak berisik dan tetap diam di samping Kei. Meskipun tidak terlihat keren hanya menjadi pahlawan yang berdiri di samping, tidak ada yang lebih penting daripada membiarkan Kei, yang jauh lebih pintar dan memiliki banyak hal yang harus dilakukan, bisa bersantai.

Wajah tidur Kei kelihatan begitu damai. Parasnya yang begitu cantik sampai-sampai membuatku khawatir apakah dia sudah mati, dan kadang-kadang aku merasa takut. Ketika aku mengatakan hal yang sama kepada Kei, dia menjawab bahwa itu seperti latihan untuk mati, dan itu membuatku cemas. Aku sama sekali tidak ingin melihat Kei mati.

Namun, Kei telah membunuh banyak orang menggunakan Blue Morpho. Hingga sekarang, dia masih mengoperasikan Blue Morpho dan mengarahkan orang-orang untuk terseret hingga mati. Sekarang, Blue Morpho mungkin telah lepas dari genggaman Kei dan menjadi seperti kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya, tapi semuanya dimulai dari Kei. Aku bertanya-tanya apakah dunia di mana Kei tidak mendapatkan balasan dan tidak mati itu benar-benar adil.

Dunia itu terlalu menguntungkan bagiku hingga terasa menakutkan.

Setelah tidur sekitar dua jam di kamarku, Kei perlahan-lahan terbangun seperti es yang mencair.

Selamat pagi, Kei.

Ketika aku menutup buku yang sedang kubaca dan memanggilnya, dia membuat kepalan kecil dan lembut menusuk perutku.

Ada apa, kenapa?”

Sudah kubilang bangunkan aku kalau aku tertidur.

Kei mengatakan itu dengan suara sedikit cadel khas saat mengantuk. Seakan-akan menyampaikan ketidakpuasannya, Kei sekali lagi mendorong perutku dengan keras. Ada sensasi aneh dan hidup yang membuatku sadar akan organ dalamku. Meski begitu, tangan Kei tak pernah menyakitiku. Dia bermain-main dengan lembut di celah-celah rumit antara bagian dalam dan luar tubuhku.

Aku bimbang harus membangunkanmu atau tidak, karena seragammu pasti kusut. Tapi, begitu kamu masuk ke dalam kamarku, kamu langsung merebut tempat tidur, kan? Jadi, pada titik itu, rokmu pasti sudah kusut, dan tidak ada bedanya.

Aku tidak membicarakan tentang kerutan.

Kei merajuk sambil mengayunkan kakinya.

Padahal aku sudah tidak punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama Miyamine, jadi rasanya sangat disayangkan kalau aku sampai ketiduran di waktu berharga itu. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan dan bicarakan, tapi aku harus pulang karena ada batas waktu.”

Aku sudah mengetahuinya, tapi keluarga Kei tidak terlalu ketat mengenai batas waktu. Orang tua Kei sangat mempercayainya, jadi meskipun dia melanggar batas waktu, mereka sama sekali tidak marah.

Meskipun begitu, Kei berusaha untuk pulang sebelum pukul tujuh malam dan sebisa mungkin makan malam bersama keluarganya. Aku menyukai sisi Kei yang seperti itu, dan itulah sebabnya aku merasa bingung tentang dirinya. Karena aku berpikir bahwa orang yang menyukai keluarganya pasti baik hati. Aku bisa percaya bahwa Kei hanya memilih metode Blue Morpho demi idealismenya.

Sementara itu, meskipun aku tidak sesibuk Kei, terkadang aku juga makan malam di kamar hanya karena merasa malas atau tidak ingin melakukan sesuatu.

Tapi, waktu tidur Kei jauh lebih penting daripada waktu untuk berbicara denganku. Karena ada pekerjaan Blue Morpho, kamu pasti merasa selalu tegang, Kei. Aku lebih tidak menyukai jika kamu sakit, kataku.

Ini salah Miyamine karena tidak bisa memahami keinginanku untuk berbicara denganmu. Tidak bisa berbicara denganmu sama menyedihkannya dengan menderita sakit, Miyamine.” jawab Kei.

Perkataannya sangat menggembirakan sampai-sampai sulit dipercaya. Meskipun aku merasa tidak boleh begitu saja menerimanya, aku tak bisa menahan rasa bahagia.

Kei terdiam beberapa saat, lalu tiba-tiba mendongak seolah baru saja memikirkan sesuatu. Dia bangkit dan membelai rambutku dengan lembut.

"Berikan aku sesuatu sebagai pengganti. Demi waktu yang tidak bisa kita habiskan bersama.

Aku akan melakukan apa pun yang bisa aku lakukan,jawabku.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengucapkan apa yang terlintas di kepalaku. Kei menyipitkan matanya.

“Benar juga, kalau begitu bagaimana kalau kita berkencan?

Dan begitulah, aku akhirnya berkencan dengan Kei.

Rasanya aneh.

Karena aku adalah pacarnya Kei, jadi aku sering menghabiskan waktu bersamanya tanpa alasan, kadang-kadang kami pergi ke suatu tempat setelah sekolah, sehingga kami kadang melakukan hal-hal yang seperti kencan secara alami. Di sisi lain, jarang sekali Kei mengundangku untuk pergi ke suatu tempat dengan tegas sebagai kencan. Apalagi setelah Kei menjadi sibuk dengan urusan Blue Morpho. Namun, aku tidak menyangka Kei akan mengatakan hal seperti itu sekarang.

Hal tang terlintas di pikiranku ialah saat melihat seseorang yang mati bunuh diri demi menyelesaikan misi Blue Morpho. Sekarang, aku tidak perlu membuktikan bahwa kekuatan Blue Morpho itu nyata, jadi aku ingin percaya bahwa aku tidak akan berakhir seperti itu—tetapi rasa cemas semacam itu tetap tidak bisa hilang. Apa sebenarnya niat Kei untuk mengajak kencan?

Rencana kencan semuanya ditentukan oleh Kei, jadi aku memutuskan untuk menuruti permintaannya. Kami sepakat untuk bertemu di depan stasiun pada pukul sepuluh pagi, kegiatan yang sangat khas untuk anak-anak SMA.

Karena merasa gugup, jadi aku sudah berada di depan stasiun dua puluh menit lebih awal, tetapi Kei sudah tiba di sana lebih dulu. 

“Kamu datangnya cepat sekali. Kalau begini sih jadinya kita sepakat buat ketemuan di pukul 09.40.” 

Kamu nya saja yang terlalu cepat, Kei... Sudah berapa lama kamu di sini?

“Aku baru saja tiba. Hampir bersamaan denganmu, Miyamine. Kupikir kamu akan datang sekitar waktu segini, jadi aku datang tepat pada waktu itu. Kita memang sangat mirip, ya?

Kei mengucapkannya dengan begitu riang sampai-sampai ikut membuatku senang. Mungkin bagi Kei yang bisa membaca psikologi manusia, dia bisa memprediksi waktu kedatanganku dengan mudah. Perasaan bersemangat untuk berkencan dan keinginan untuk tidak membuat Kei menunggu. Ini waktu yang agak canggung bagiku, tak ingin Kei membenciku sedikit pun.

Kei, kamu kelihatan sangat cantik hari ini. 

Terima kasih sudah memuji bagian yang ingin aku dengar.

Kei mengenakan gaun merah yang tidak biasa. Desainnya sedikit terbuka di bahu, membuatku agak kesulitan harus melihat ke mana. Di bagian dadanya terdapat pita besar yang entah kenapa terlihat sangat cocok. Karena Kei biasanya mengenakan seragam atau pakaian berwarna gelap, aku terkejut melihatnya mengenakan pakaian berwarna cerah seperti ini. Dalam artian itu, kencan hari ini terasa sangat berbeda dari biasanya.

Hari ini kita mau ke mana? Apa ada tempat yang ingin kamu kunjungi?

“Sudah kubilang kalau aku yang mengurus semuanya, ‘kan? Miyamine cukup ikut saja tanpa mengeluh. 

“Memangnya kamu pikir aku akan mengeluh padamu? 

Saat aku mengucapkan hal yang jelas, Kei menjawab dengan nada yang sama. 

“Kurasa memang tidak.

Tempat pertama yang dikunjungi Kei adalah toko buku terbesar di dekat sini. Kei mulai menjelajahi rak buku tanpa mengatakan apa-apa, jadi aku dengan patuh mengikutinya. Di kamar Kei, ada jauh lebih banyak buku dibandingkan di kamarku. Sungguh aneh bagaimana dia bisa membaca sebanyak itu. Mungkin Kei sering datang ke sini secara teratur.

Ketika Kei mulai mengambil beberapa buku, aku mengambil keranjang untuk menampungnya. Sungguh suatu kerhormatan bisa memikul beban belanjaannya. Mungkin inilah alasan aku diundang, pikirku, ketika tiba-tiba Kei menoleh ke arahku. 

Miyamine, menurutmu mana yang lebih menarik, buku ini atau buku ini? 

Dia menunjukkan dua buku saku dengan sampul yang sangat berbeda, dan aku memilih yang memiliki sampul sedikit komikal meskipun dengan bingung. Sepertinya ilustrasi di buku itu dibuat oleh seorang komikus yang kukenal, tetapi isinya tampaknya adalah misteri yang melibatkan pembunuhan. Tanpa bertanya alasan khusus, Kei memasukkan buku saku itu ke dalam keranjang. 

Setelah beberapa kali melakukan hal yang sama, buku-buku yang kupilih masuk ke dalam keranjang. 

Aku tidak terlalu tahu banyak, jadi mungkin pilihanku tidak bisa jadi referensi loh. 

Ah, tidak, memilih buku itu pada akhirnya juga melibatkan intuisi. Aku percaya pada intuisi Miyamine.

Kei berusaha meyakinkanku, tapi aku tetap merasa cemas. Aku berpikir bahwa buku yang dibacanya mungkin penting bagi Kei. Jadi aku merasa khwatir kalau buku yang kupilih tidak menarik baginya. 

Setelah menyelesaikan penjelajahan rak, Kei bergumam

Aku sebenarnya tidak ingin ada orang di sekitarku saat aku memilih buku. 

Eh?

Rasanya seperti ada yang mengintip ke dalam hatiku, dan itu bisa mengganggu instingku saat memilih buku. Tapi, Miyamine pengecualian. 

…Benarkah?

Benar. Mungkin itu berarti aku bisa membiarkan Miyamine melihat ke dalam hatiku. Jika tidak, aku tidak akan membicarakan banyak hal seperti ini. 

Akhirnya, Kei menyelesaikan pembayaran untuk banyak buku dan mengatur pengiriman sebelum keluar dari toko. Setelah menyelesaikan prosedur, buku-buku yang dibelinya akan diantar ke rumahnya. 

Aku selalu membeli dalam jumlah besar karena menurutku itu penawaran yang bagus sebelum ongkos kirim gratis. Tapi aku agak terkejut ketika melihat struknya. 

Aku bahkan lebih terkejut karena kamu membeli banyak. 

Aku adalah tipe anak yang tidak menggunakan uang saku sejak kecil. Ketika melihat iklan, aku jadi ingin mainan, tapi aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar yang kuinginkan? Jadi, aku memutuskan untuk menyimpan uang saku sampai aku benar-benar mendapatkan sesuatu yang kuinginkan. Sekarang, aku menggunakan tabungan uang saku untuk melakukan hal seperti ini. Haa~, padahal buat menabung rasanya sulit, tetapi menghabiskannya hanya sekejap, jadi terasa sia-sia.

Melihat Kei yang bersikap kekanak-kanakan, aku tidak bisa menahan tawa. Aku khawatir dia akan marah, tetapi Kei juga terlihat senang dan tertawa. 

Yuk, kita masih harus melanjutkan. Kencan kita baru saja dimulai.

Mungkin karena sudah memasuki waktu makan siang, kafe yang dipesan Kei sangat ramai. “Aku Miyamine yang sudah membuat reservasi, kata Kei sambil melangkah maju melalui keramaian di dalam toko. 

Kamu menggunakan namaku?

Itu demi perlindungan data pribadi.

Kei tersenyum dan duduk di tempatnya. Set menu makan siang cukup terjangkau untuk siswa SMA. Desain interiornya ternyata cukup elegan, membuatku merasa lega di dalam hati. 

Kei, kamu mau pesan apa?" 

“Aku sih mau yang ini. 

Kei menunjukkan set yang bertuliskan Morpho Plate. Aku terbelalak melihatnya. Terdapat pasta yang sederhana, gratin, dan sepertinya ada kue yang disajikan. Di atas kue terdapat kupu-kupu kecil yang terbuat dari cokelat. 

Apa-apaan dengan menu ini? Jangan bilang kalau Blue Morpho juga terlibat sampai ke tempat ini juga?

“Mana mungkinlah. Tapi, dalam artian tertentu, mungkin ini karena pengaruh Blue Morpho. Ketakutan dan ketertarikan terhadap Blue Morpho telah membuat motif kupu-kupu menjadi tren di masyarakat. Blue Morpho itu menakutkan. Tapi aku tertarik. Aku ingin merasakan dunia itu. Perasaan itu mungkin tercermin di tempat-tempat seperti ini.

Ketika aku melihat sekeliling area kafe, ada banyak orang yang menikmati kue dengan motif cokelat kupu-kupu yang sama. Jika dipikir-pikir, sepertinya semakin banyak orang di kota yang mengenakan barang dengan motif kupu-kupu. Karena desainnya umum, aku tidak terlalu memperhatikannya, tetapi perlahan-lahan aku merasa dikelilingi oleh Blue Morpho, dan itu membuatku merinding. 

“Kurasa itu bukan hal yang buruk. Motif memang bisa berpengaruh.

Kei berkata pelan sambil memanggil pelayan toko

Tapi, aku tidak pernah menyangka bakalan menjadi tren seperti ini. Mungkin dunia mengalir dengan cara yang lebih seperti ini daripada yang aku pikirkan—itulah sebabnya, sebenarnya Blue Morpho pun mungkin hanyalah kepakan sayap kecil di dunia ini. 

“Walaupun motif kupu-kupu sudah viral begini?

Ketika aku bertanya dengan curiga, Kei menunjukkan ekspresi yang sulit diartikan. Aku tidak bisa memahami maksud dari ekspresinya, jadi aku diam menunggu pelayan datang

Seperti yang diharapkan dari tempat yang dipilih Kei, makanan di kafe ini sangat enak. Sambil berhati-hati agar tidak mengotori pakaian dengan saus tomat, Kei dan aku berbincang-bincang tentang hal-hal sepele. Kami membicarakan buku yang baru saja dibaca Kei yang menarik, dan bagaimana ayah Kei membeli tanaman hias dan segera membuatnya layu. Juga tentang ibunya yang mulai bermain game aplikasi misterius dan betapa menakutkannya ibunya yang sangat terobsesi seperti pemain Blue Morpho. Aku tertawa tulus mendengar cerita-ceritanya

Ibuku bilang kalau melihat iklan aplikasi itu gratis, jadi dia menonton iklan misterius itu dengan serius. Bahkan selama tiga puluh detik. Rasanya agak menyedihkan.

“Kurasa tidak ada salanya jika itu membuatnya senang. 

“Apa iya? Tapi, bukankah itu pada dasarnya tidak berbeda dengan membaca buku atau menonton film?

Ucap Kei sambil bermain-main dengan kupu-kupu cokelat menggunakan garpu. Kupu-kupu itu sangat indah, tetapi mungkin karena sifat dari karya cokelat seperti ini, bentuknya sudah mulai meleleh. 

Jadi... aku sudah penasaran, kenapa hari ini kamu ingin berkencan denganku?  

Karena Miyamine dan aku ‘kan berpacaran, jadi berkencan itu wajar, iya ‘kan? 

Kei mengatakannya tanpa ragu sedikit pun, membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Dia bahkan tidak kelihatan sedang menggodaku, dan ucapannya terasa sangat natural. Setelah berpikir sejenak, Kei melanjutkan. 

Entahlah, mungkin aku ingin Miyamine mengetahui kalau aku orang yang seperti apa. 

Seperti apa dirimu? ...Memang, mungkin aku tidak tahu banyak tentang Kei.

Aku tahu lebih banyak tentang diriku sendiri dibandingkan siapa pun di dunia ini, tapi itu saja tidak cukup. Aku ingin kamu ingat, seperti apa diriku ini.

Kei adalah orang yang dicintai oleh banyak orang, jauh lebih dari yang bisa dibandingkan denganku. Meskipun tidak ada yang mengingat Miyamine Nozomu, semua orang pasti akan bercerita tentang ingatan mereka tentang Kei. Keberadaanku tidak perlu diingat segala

Selain itu, Kei memiliki Blue Morpho. Meskipun orang-orang tidak mengetahui kalau Kei adalah sang Master, Blue Morpho yang dibuatnya telah mengubah dunia ini dan mengubah kehidupan banyak orang. Itulah bukti kehidupannya. Terlepas itu hal yang baik atau tidak, Blue Morpho tetap ada di masyarakat ini. 

Aku tidak terlalu suka tampil di depan umum. Aku lebih suka membaca buku sendirian di kamar. Jadi, jika aku pensiun, aku ingin menjalani kehidupan seperti itu. Mengelola kafe seperti ini di tengah hutan bersama Miyamine. 

Jika Kei ingin begitu, aku akan ikut, tapi aku khawatir karena tidak bisa memasak.

Belajarlah mulai sekarang. Aku yakin kamu akan mahir dalam segala hal saat kamu dewasa nanti. 

Usai mendengar kata-kata Kei, aku mengangguk serius. Jika Kei menginginkan hal seperti itu, aku akan berusaha sekuat tenaga. 

Lebih dari segalanya, aku senang Kei membicarakan masa depan seperti itu.

Saat kami keluar dari kafe, kami melihat kerumunan orang. Aku bisa mendengar kata polisi sesekali. Setelah melihat itu, Kei tanpa rasa takut berjalan menuju kerumunan. Langkahnya sangat mantap sehingga orang-orang di sekitarnya menghindar. Aku pun mengikuti Kei. 

Di sana tergeletak sesosok mayat berlumuran darah. Itu adalah tubuh seorang pemuda. Mungkin usianya seumuran kami. Dengan pakaian santai berupa kaos dan celana, membuat keadaannya semakin menyedihkan. Orang-orang di sekitar kami mengatakan bahwa ia melompat dari gedung. 

Jangan-jangan pemuda itu adalah pemain Blue Morpho? Hatiku terasa sakit. Aku pernah melihat kejadian serupa sebelumnya. 

Saat itu, Kei berkata pelan. 

“Bukan. 

Kei menatap mayat pria itu dengan sangat serius. 

Orang ini bukan pemain.

“Bagaimana kamu bisa tahu?

Aku punya pemahaman tentang setiap kluster. Masing-masing dari mereka memiliki ikon unik, jadi membedakannya cukup mudah, dan mereka juga harus menyerahkan foto wajah. 

Kei mengatakannya dengan nada datar seolah-olah sedang memverifikasi masalah dalam sistem. 

Karena tidak ada bekas luka berbentuk kupu-kupu yang terlihat, orang ini bukan pemain Blue Morpho.

Setelah berkata demikian, Kei lalu membalikkan badan dari mayat yang terjatuh dan segera mulai berjalan. 

Kencan kita jadi berantakan, ya?

Suara Kei terdengar sangat kecewa dari lubuk hatinya. 

Kami berdua, baik aku maupun Kei, merasakan bahwa suasana kencan sudah hilang. Aku berpikir tentang rencana apa yang seharusnya ada setelah ini, sambil mengikuti Kei yang menjauh dari keramaian menuju area yang sepi. Begitu sedikit menjauh dari pusat kota, jalanan itu terasa sepi seolah-olah telah ditinggalkan oleh Tuhan. 

Jika orang itu bukan pemain Blue Morpho... apa itu berarti dia mati tanpa misi?

Benar. Tidak semua orang yang memilih mati adalah pemain Blue Morpho. 

Ucapan Kei memang benar. Namun, saat ini, pikiranku berputar pada pertanyaan mengapa seseorang yang bukan pemain Blue Morpho harus mati. Jika dirinya bukan pemain Blue Morpho, maka dia sebenarnya tidak perlu mati. 

Kenapa ya dirinya berpikir untuk mengakhiri hidupnya? 

Tiba-tiba, Kei mengungkapkan sesuatu yang biasanya tidak ia katakan. 

Mungkin dirinya mengalami hal yang menyakitkan. Mungkin ia merasa putus asa Saat ini, para pemain Blue Morpho sedang memilih kematian, jadi mungkin itulah yang mempengaruhinya. Mungkin ada semacam efek Werther berskala besar yang sedang terjadi. 

Efek Werther adalah fenomena di mana berita tentang bunuh diri dilaporkan secara besar-besaran atau ketika seseorang menyaksikan bunuh diri orang terdekat, sehingga membuat orang lain juga memilih kematian, yang menyebabkan peningkatan jumlah kasus bunuh diri. Blue Morpho, dalam arti tertentu, juga membunuh manusia yang terpengaruh dengan memanfaatkan mekanisme ini. 

Meskipun orang itu tidak terlibat langsung dengan Blue Morpho, dirinya memilih untuk mati seolah-olah terpapar racun secara tidak langsung. Lalu, bagaimana jika Blue Morpho tidak ada? Mungkin orang itu masih hidup. Pemikiran semacam itu terus menghantuiku. Namun, kenyataannya, kematian orang seperti dirinya merupakan hal yang paling sesuai dengan tujuan Kei untuk membunuh manusia yang terpengaruh. Sebagai seseorang yang sependapat dengan Kei, aku tidak berada dalam posisi untuk berkomentar tentang kematian orang itu. 

Setelah beberapa saat, Kei kembali berbicara. 

“Seandainya orang itu pemain Blue Morpho, dirinya pasti percaya akan kehidupan yang bahagia di alam berikutnya.

Blue Morpho mengklaim bahwa manusia yang menyelesaikan semua misi dan memilih untuk mati akan dapat bereinkarnasi menjadi diri mereka yang diinginkan. Awalnya, aku berpikir seberapa besar kata-kata itu akan berdampak, tetapi ternyata, kata-kata itu bisa menjadi pemicu kematian di akhir. 

Kebanyakan orang yang terjebak dalam Blue Morpho adalah orang-orang yang terasing dari masyarakat. Bahkan jika tidak, banyak dari mereka yang merasa tidak puas dengan keadaan mereka saat ini. Orang-orang seperti itu terpengaruh melalui Blue Morpho dan akhirnya mengarah pada kematian.

Harapan adalah dorongan terakhir bagi orang-orang seperti itu. 

Pasti ada dunia yang mereka dambakan setelah kematian. Ada kemungkinan mimpi yang pernah tidak terwujud bisa terwujud. Kemungkinan itu memberikan satu dorongan terakhir. Jika harus mati, aku ingin kamu memegang harapan itu sampai akhir.

Kei menyipitkan matanya. Mungkin di depannya ada bayangan pria yang baru saja mati. 

Apa Kei merasa iba pada pemuda itu? Atau hanya rasa penyesalan yang sia-sia terhadap kematian? 

Entah bagaimana, perasaan yang dimiliki Kei adalah sesuatu yang hanya bisa dimiliki oleh Master Blue Morpho. Aku pasti tidak akan pernah memahaminya seumur hidupku. 

Apa kamu ingin terlahir kembali, Kei?

Aku tidak tahu mengapa aku mengajukan pertanyaan itu. Namun, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya padanya

Sekalipun kehidupan setelah mati, aku tidak ingin terlahir kembali sebagai manusia. Kehidupanku di dunia ini tidak cukup baik untuk membuatku ingin lahir kembali sebagai manusia. Satu-satunya hal yang membuatku bersyukur menjadi manusia adalah bisa berbicara dengan Kei. Bisa dekat dengannya. Selain itu, aku tidak ingin terlahir kembali sebagai manusia. 

Jika aku bisa terlahir kembali, aku bahkan lebih suka terlahir kembali menjadi tanaman atau sesuatu yang lain. 

Namun, Kei menjawab tanpa ragu. 

Aku ingin terlahir kembali sebagai manusia.

Begitu? Aku sama sekali tidak mengerti perasaan itu. Mungkin jika aku seperti Kei, aku akan berpikir demikian. 

“Karena aku menyukai manusia.

Perasaan Kei yang bisa diungkapkan tanpa ragu itu tetap tidak bisa kupahami. 

Mungkin karena aku tidak begitu menyukai manusia. Aku telah mengalami banyak hal buruk, dan yang teringat hanyalah kekejaman itu. Bahkan Kei pun pasti memiliki kemarahan dan ketidaknyamanan terhadap manusia yang terpengaruh, tetapi fakta bahwa dia masih bisa mengatakannya dengan tegas entah bagaimana terasa menakutkan. 

Aku penasaran bagaimana Kei memandang dunia. 

Aku ingin terlahir kembali sebagai manusia, tetapi ada beberapa hal yang menakutkan.

Kei berbisik seolah-olah sedang berbicara sendiri. 

Hal yang menakutkan?

Jika aku terlahir kembali sebagai manusia, menjadi manusia sepertiku lagi, mengulangi hal yang sama, dan pada akhirnya tidak ada yang berubah. Apa pun yang kita lakukan, dunia takkan berubah, dan semua hal yang sama akan terjadi lagi. Itulah yang membuatku takut. Dulu, aku pernah membaca cerita tentang neraka seperti itu. Aku mati dan terlahir kembali sebagai diriku, dan aku akan menjadi diriku lagi. Aku akan menjalani kehidupan dengan cara yang sama, menciptakan Blue Morpho dengan cara yang sama. Hal yang sama akan terus terjadi.

…Aku tidak tahu apa yang membuat Kei merasa begitu cemas, tapi apakah itu berarti kamu takut akan ketidakberubahan? 

Aku takut terjebak dalam hal yang sama.

Kei lalu menatapku. 

Aku takut membayangkan ini mungkin neraka yang akan kumasuki.

Seserius apa pun aku memikirkannya, ketakutan Kei berada di luar imajinasiku. Semakin aku bicara, semakin aku merasa semakin menjauh darinya. Aku harus mengatakan sesuatu. Aku takut Kei akan meninggalkanku, jadi aku tidak bisa mengatakan apa pun sembarangan. Kei yang berbeda sedang beridiri di hadapanku, bukan Kei yang ceria seperti biasanya, atau Kei yang bergelut di antara Blue Morpho dan hati nuraninya. 

…Jika seandainya hal yang sama terulang lagi, setidaknya… aku mungkin bisa bertemu denganmu lagi. Itu akan menjadi... kebahagiaan bagiku.

Setelah mengatakannya, aku merasa malu karena menyadari kalau perkataanku yang mungkin terlalu egois. 

Aku tidak ingin terlahir kembali sebagai manusia, tetapi jika itu berarti bisa bertemu Kei sekali lagi, aku yakin aku akan memilihnya dengan bodoh. Aku pasti akan mengejar Kei tanpa memikirkan seberapa menderitanya nanti di kehidupan selanjutnya. 

Miyamine selalu mengatakan hal-hal seperti itu.

Kei benar-benar mengatakannya. 

Miyamine, kumohon tetaplah seperti dirimu selamanya. Aku ingin kamu terus mengejarku. Aku ingin kamu melihatku sebagai manusia. Jika begitu, aku pasti akan mencapai tujuanku.

Rambut Kei berkibar tertiup angin dari gedung-gedung, membentang seperti sayap kupu-kupu. Pemandangan itu begitu sempurna hingga membuatku terpesona

Mungkin saat itulah aku benar-benar ingin menyerahkan segalanya kepada Yosuga Kei. 

Kei sedang bersiap-siap untuk metamorfosis. Menjadi Blue Morpho yang sejati. Memecahkan cangkang manusianya dan tumbuh sebagai penyakit yang nyata. 

Akhirnya, aku benar-benar mengerti. 

Kei mungkin telah menyisihkan hari seperti hari ini untuk menunjukkan sisi manusianya kepadaku, untuk meratapi cangkang yang akan segera dia lepaskan. 

…Tetap saja, sayang sekali. Mari kita lanjutkan kencan ini. Ada film yang ingin kutonton. Film itu akan tayang di bioskop sebentar lagi, jadi mungkin akan lama, tapi aku tipe orang yang ingin cepat-cepat menonton film. Sebelum menyesalinya setelah selesai.

Kei tersenyum. Aku mengangguk dan mengikuti langkahnya. Warna merah yang mengalir tadi kini terubah menjadi warna gaun yang dikenakannya. 

Kurasa Kei benar-benar melakukan hal yang tepat dengan mengajakku keluar pada hari itu. 

Bahkan setelah kehilangan dirinya, satu-satunya yang kuingat hanyalah tentang kencan hari ini.

 


Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama