Selasa,
16 April - Kompetisi ✕.
Kerjasama ◎.
Onee-chan.
Hari ini, aku dipanggil oleh anak laki-laki dari kelasku.
Meski rasanya agak canggung karena mereka memanggil dengan nama margaku, tapi
sebagai seseorang yang mengatakan kepada Selene untuk 'bertemu dengan orang
lain' aku harus mematuhi saranku sendiri.
Aku bertemu dengan anak-anak dari klub model dan bertanya pada mereka di mana aku bisa menemukan sebuah
toko dengan plastik model yang bagus di dekat sini. Mereka bilang toko yang
seperti itu berada di dekat stasiun.
Sepulang sekolah, saat aku bilang akan berbelanja di sana,
Mariko ikut menemaniku.
Semua plastik model robot tampak sama dimata Mariko. Aku
memeriksanya dengan teliti dan membeli model plastik besar yang mana amatir
seharusnya tidak harus membelinya, aku juga membeli satu set alatnya.
Mariko terkejut setelah melihat ukuran kotak yang kubawa di
kedua tanganku.
Setelah berpisah dengan Mariko, aku berjalan ke arah
apartemen Taishido dan memasukinya sambil memegang sebuah kotak besar dan langsung
menuju ke ruangan 601. Pintu ruangan segera terbuka setelah aku membunyikan bel
pintu.
"Nii-chan, waktunya game! Sebuah game pelukan!"
Saat aku hendak masuk ke dalam, Tomomi langsung menempel
kepadaku. Itu adalah penyambutan yang antusias seperti seekor anak anjing yang penuh
semangat melompat pada pemiliknya yang baru saja kembali ke rumah.
Karena kedua tanganku sibuk memegang barang bawaan, Aku
dengan pasrah membiarkan diriku dipeluk. Dadanya ... memukul diriku.
"Setidaknya biarkan aku meletakkan bawaanku dulu.
Lagipula, mengapa kau menyebutnya game pelukan?"
"Minggu yang lalu, ada adik perempuan yang lain, jadi aku
tidak bisa bertindak manja seperti ini."
"Jadi kau mengkhawatirkan itu?"
"Karena itu memalukan. Ada gadis yang lebih kecil dariku,
jika aku bertindak manja-manjaan dengan Nii-chan, itu akan menjadi aneh. Tapi aku
ingin bertingkah manja!"
Tomomi menggeliat sambil memelukku. Apa sih yang dia maksud
dengan ‘manja-manjaan’.
Itu ya itu, tapi sepertinya dia terlalu malu untuk
melakukannya di depan adik-adiknya, Tomomi mungkin telah sadar bahwa dia adalah putri sulung. Meski cara dia
mengatakan hal itu terasa sedikit aneh.
"Um, apa kau bisa sedikit lebih ramah dengan adik
perempuan lainnya ... atau lebih tepatnya, dengan Sayuri?"
Dia mengembungkan pipinya dan sudut matanya naik
mengintimidasi. Seperti biasa, emosinya muncul di wajah gadis ini dengan
terang-terangan.
"Sepertinya aku dan dia
sesuatuu tidak cocok satu sama lain."
"Dia itu bukan orang jahat."
"Kalimat itu biasanya kau gunakan untuk meningkatkan
citra orang jahat."
Dia memang memiliki beberapa aspek licik (?) pada dirinya,
tapi Sayuri adalah gadis yang serius dan sopan. Kupikir Tomomi bisa belajar
satu atau dua hal darinya.
Dan jika Sayuri bisa belajar dari Tomomi dan bertindak lebih
jujur ... tidak, tidak, aku tak bisa menggabungkan mereka bersama-sama, mereka berdua
adalah manusia. Mana mungkin bisa digabungkan.
Tomomi meraih tanganku dan menarikku ke ruang tamu. Di atas
meja, bukan cola yang ada, melainkan botol teh hijau yang disiapkan.
"Nii-chan lebih suka teh hijau dibandingkan cola, ‘kan?
Aku membeli itu."
Dia membusungkan dadanya dengan bangga dan dadanya bergetar
dengan *bayoing* ... meskipun aku
tahu dia adalah (calon) adikku, mengapa aku terus memperhatikan itu. Tenanglah, diriku.
"Omong-omong, kau tidak menjaga dokumentasi tentang diriku
secara rahasia?"
"He? A-aa-aapa itu ya?"
Suaramu semakin aneh, o' adik tertua.
"Aku melihatnya di antara tumpukan majalah minggu
lalu."
"Ahahaha. kau punya mata yang cukup tajam. Mampu
melihat hal-hal seperti itu dapat menyelamatkan hidupmu di medan perang!"
Tomomi membuka botol dan mulai meminumnya dengan sekali
tegukan untuk menutupi kebohongannya.
"Kau juga membaca manual tertulis tentang diriku, dan
mencoba untuk menghiburku …... bukannya itu tidak berbeda dengan apa yang
Sayuri lakukan?"
"Itu salah, itu semua berbeda! A-Aku tidak benar-benar
mencoba untuk bertindak seperti itu. Juga, meskipun ada data yang aku tidak
menjadi 'adik perempuan yang sempurna'.
Aku tidak seterampil seperti Sayuri. "
Meskipun Sayuri cukup kikuk, dia juga tenang dan terampil.
Karakter yang dia buat telah runtuh pada hari Sabtu lalu, tapi aku merasa dia
sudah menjadi lebih terbuka.
Dari cara Tomomi bertindak, dia benar-benar tampak seperti
adik perempuan. Aku cukup terkesan dengan itu.
"Jadi terimalah diriku apa adanya, Nii-chan!"
Dia mengerutkan bibirnya dan terjun ke arahku saat aku duduk
di sofa dan merentangkan lengannya untuk memelukku. Aku menanggapi dengan cakar besi di kepalanya.[1]
Biasanya aku takkan melakukan ini pada seorang gadis, tapi jika
itu Tomomi maka apa boleh buat.
"Aku takkan menerimanya! Juga, kami tidak memiliki pertandingan
hari ini."
"Kenapa! Dasar Pelit!"
Tomomi mengayunkan lengannya
ke atas dan bawah, mencoba melarikan diri dari cakar besi-ku dengan menggerakkan wajahnya ke kiri atau kanan.
garis pandangnya terhenti pada kantong kertas kertas yang aku bawa.
"Uwaa! Bukankah itu Super
Free Will dari Seri Perfect! Apa
ini hobi Nii-chan? Itu keren ... Aku tak tahu sama sekali.ZEKU asli juga keren.
Ah! Tapi Nii-chan tidak bisa merakit model plastik, ‘kan ? Lalu, mungkinkah ini
hadiah untukku?"
Dia mengambil kotak besar dari tas dan mengusap pipinya pada
kotak itu.
"Yuup, apa boleh buat. Nii-chan tidak bisa merakit
lebih dari sembilan ratus bagian. Tomomi-chan akan melakukannya dengan
sempurna!"
"Tidak, bukan seperti itu. Hari ini aku sendiri yang akan
merakitnya, dan kau akan membantuku."
"Ehh ?! Nii-chan akan melakukannya?"
"Tentu saja! Itu sebabnya, tolong ajari aku."
Aku langsung memintanya untuk mengajariku.
"Nii-chan .......mungkinkah, baru pertama kali?"
"Sebenarnya, ya."
"Membuat adikmu sendiri menangani hal pertamamu, itu
sedikit menyedihkan."
"Dan bagaimana denganmu?"
"Yang besar seperti ini ... itu pertama kalinya bagiku."
"...Ayo lakukan."
"Yap ... jika itu bersama dengan Nii-chan, aku pikir
yang besar ... seharusnya tak masalah."
Tomomi dan aku meletakkan tangan kami pada benda terlarang…...
kami bergerak menuju kotak besar pada waktu yang sama.
Sampai buah cinta kami lahir, kami terus melakukannya dalam
diam. Aku bertanggung jawab untuk tubuh bagian bawah, itu adalah pertama
kalinya dalam hidupku menggunakan saraf di ujung jariku sebegitu banyak.
Tanganku gemetar karena gugup, dan Tomomi menggunakan tangannya yang terlatih
untuk menunjukkan teknik-nya.
"Nii-chan, bergerak lebih cepat!"
"O-Oke, seperti ini?"
"Ah! Sekarang kau terlalu terlalu lambat! Sebelah sini
... hati-hati ... Kau harus memperlakukan gerbangnya seperti ini ....... paham?"
Tomomi membungkuk dan membimbingku dengan penuh semangat.
Sesekali payudaranya menekan lengan atasku dan kelembutan mereka membuat hatiku
berdetak. Namun, dia tidak menyadari itu karena dia terlalu terkonsentrasi pada
model plastik.
Berkat dirinya, aku sudah terbiasa untuk itu dan model
plastik baru bisa terbentuk sekitar jam 11 malam. Kami sangat terkonsentrasi
sampai kita lupa dengan rasa lapar dan haus, sebagai hasilnya kita tidak makan
atau minum apapun sama sekali.
Semua bagian-bagian mulai terbentuk, ada rasa prestasi tersendiri
saat objek tiga dimensi sudah dirakit. Mungkin ini akan menjadi kebiasaan.
Aku menatap tajam pada robot selesai yang berdiri di
tengah-tengah meja.
Apa yang aku buat adalah tubuh bagian bawah, kaki kanan dan
tangan kanan ... terutama bagian di sekitar pinggang dan bagian dari sayap yang
melekat ransel nya. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar dibuat oleh Tomomi.
Robot ini bisa berpose setelah kami menggerakan sendi nya.
Robot ini bisa bergerak! Jangkauan gerakannya melebihi dari yang kuduga, sekali
lagi aku merasa terkesan. lutut yang meluncur walaupun memiliki lapisan baja
pada sendi-nya, seperti yang diharapkan dari sesuatu yang membawa nama 'Perfect', robot ini memiliki performa
yang hebat.
Tomomi menatapku saat aku menatap tajam pada model plastik
dan bergumam.
"Sebenarnya masih ada banyak yang harus dilakukan,
seperti mewarnainya, aku ingin melakukan itu tapi …... baiklah, kita bisa lakukan
itu nanti. Melihat Nii-chan memainkan itu dengan begitu semangat, kau tampak
seperti anak kecil."
"Ke-Kenapa! Aku hanya sedikit terkesan."
"Jadi Nii-chan tidak membutuhkannya? Lalu berikan padaku!
Aku akan melakukan sentuhan akhir dan membuatnya lebih super keren!"
"Tidak perlu. Ini akan menghiasi kamarku. Ruanganku
cukup suram tanpa dekorasi."
"Tchh. Pelit!"
"Aku tak keberatan menjadi pelit. Tapi terima kasih untuk
membuat ini bersama denganku, Tomomi. Aku pasti tidak bisa melakukannya
sendiri, caramu mengajar membuatnya sangat mudah untuk dipahami."
"I-Itu cukup normal. Kau hanyalah Nii-chan dan belum
... uuu ..."
Dia menggelayutkan kepalanya bersamaan dengan pipinya yang
memerah. Aku bermaksud memujinya dengan benar, tapi apa itu saja tidak cukup?
Tomomi ragu-ragu mendongak sambil gelisah.
Mungkinkah dia merasa malu? Meski ia memelukku tanpa rasa khawatir
apapun, aku tidak tahu apa kriteria-nya untuk malu.
"Ini akan lebih bagus jika kau terbiasa untuk bekerja
sama seperti ini, daripada terus bersaing melawan semua orang."
"A-Aku selalu kooperatif!"
"Oh benarkah?"
"Itu benar!"
Baiklah.
"Lalu, buktikan padaku dengan game ini."
Aku mengeluarkan game yang baru aku dapat.
"N-Nii-chan, itu! Itu Ice Climber!"
Dia menunjuk pada kaset dan membuka matanya lebar-lebar. Dia
begitu bersemangat seperti anak anjing yang melambaikan ekornya.
Ini adalah game yang aku beli dari toko game sehabis
mengunjungi toko plastik model.
"Aku kira gamer seperti Tomomi, memiliki perangkat
keras untuk itu, kan?"
"Tentu saja aku punya. Juga, melihat Nii-chan memiliki
game itu, aku memiliki kesan yang baru padamu."
Aku tak berpikir bahwa aku akan dievaluasi sekali lagi hanya
karena aku memiliki game ini.
Tampaknya aku yang dungu ini, dari sudut pandang Tomomi
pasti kekurangan 'kekuatan lelaki'.
Ice Climber adalah game keluarga yang dirancang dan dirilis
oleh Famige, sebuah Permainan klasik. [2]
Dua pemain bisa bermain secara bersamaan, mereka naik gunung
dengan menggunakan kapak. Karena kau bisa bekerja sama atau menendang pemain
lain, ini sering menjadi game survival yang sengit. Sederhana namun mendalam.
Ini menjadi game yang benar-benar populer.
Saat SMP dulu, aku selalu dikalahkan saat bermain melawan
seorang teman yang menyukai game retro.
Bahkan jika itu hanya sekali, aku ingin berhasil mendaki
bersama-sama dengan pemain lain.
"Mari kita lakukan, ayolah! Ayo cepat dan bermain
Nii-chan!"
Dia menghubungkan kabel dengan segera dan melakukan
pengaturan untuk Famige. Setelah itu dia memasukkan kaset ke dalam terminal
dengan 'huff' dan memulai Ice
Climbing.
Lima menit kemudian - meskipun Tomomi bersikeras 'ini kerjasama',
dia meninggalkan tubuhku di belakang pegunungan bersalju dan membiarkanku mati
beku.
Meskipun kami membuat model plastik bersama-sama, keindahan
kerjasama masih kalah dengan insting Tomomi yang membuatnya ingin menang.
"Nii-chan lemah."
"Bukankah kita seharusnya bekerja sama?"
"Sejak itu permainan, entah bagaimana ...."
Saat Tomomi menjulurkan lidahnya dan mengedipkan mata, aku hanya
bisa mendesah panjang.
"Karena tadi sudah gilirannya Nii-chan, sekarang
menjadi giliranku. Ayolah Nii-chan, pelayan-ku ... Aku meminta temanku untuk
memberikannya padaku."
Tomomi yang ceria tampak menikmati waktunya bersamaku.
Dia menggunakan remote TV dan melalui pengaturan layar dia merubah
dari Famige ke perekam Blu-Ray. Dia mengklik tombol eject di depan perekam dan menaruh disk pada tempat kosong.
"Disk apa itu? Film atau semacamnya?"
Masih ada sisa 15 menit lagi sampai jam 12 malam. Yah, aku
tidak keberatan dengan sedikit perpanjangan waktu.
"Ini sebuah DVD tentang bagaimana saudara menjadi akrab
satu sama lain."
Dia berdiri dengan penuh semangat dan tertawa gembira.
"Hohoo. Jadi kau merampoknya dari teman sekolahmu."
"Aku menang dengan jujur dan adil. Sekaraaang, aku penasaran
apa yang ada di dalamnya."
"Eh… kau belum melihat sendiri isinya?"
"Kupikir akan terasa menyenangkan bila ditonton bersama
Nii-chan. Rasanya akan membosankan jika sudah tahu isinya duluan, tidak adil. Pertandingan
itu harus jujur dan adil, ‘kan?"
Dia mencintai kejutan, itulah yang bisa kukatakan. Saat ia
menekan tombol play, suara keras dan realistis berasal dari speaker di
sekeliling kita….... suara wanita terangsang terdengar.
『 "Onii-chan soko wa dameee! Ahn ♪ Ahnn ♪."』
Sejenak, Tomomi tampak menjauh dari layar dan meraung.
"I-Ini seharusnya berbeda!"
"Seharusnya aku yang mengatakan itu! Cepat dan tekan
tombol stop!"
"W-WAAAAAAA! BERHENTI! BERHENTI!"
Sebuah suara tinggi yang mirip dengan orang yang berbicara
di bawah pengaruh gas helium, 『 'Ahn ♪ Ahn ♪.'』, Suara itu membungkus Tomomi
dan aku dari segala arah.
"Kau malah mempercepatnya! Aku mohon, hentikan itu!"
Dia tertegun, dan remote
control terjatuh dari tangannya.
"Ah ... tapi dengan kata lain, ini juga bisa disebut bermain
kerjasama antara kakak dan adik, Nii-chan."
"Y-ya ... hei, apa yang sedang kau bicarakan."
Aku mengambil remote
control yang berguling-guling di lantai dan menekan tombol stop. Baik audio dan video langsung menghilang,
dan semuanya sudah terkendali. Tomomi mengerutkan bibirnya.
"Nii-chan, bukannya tak masalah untuk menontonnya
sampai selesai? Aku terkejut karena tiba-tiba mulai, tampaknya ini versi yang
diedit yang sudah dimulai dengan klimaks?"
"Mana mungin! Hanya orang cabul yang akan menonton
video tentang melakukan itu dengan
adik perempuan dan (calon) adik perempuan sendiri, lagipula, bukannya ini
adalah sesuatu yang tak seharusnya ditonton sampai kau berumur 18+!"
"Kau tidak jujur. Tapi karena aku bisa melihat
bagaimana Nii-chan kehilangan ketenangannya, semua hasilnya cukup baik."
Tomomi tersenyum puas.
"Apanya hasil yang 'baik'. Kau tersipu dan kehilangan ketenanganmu
juga, ‘kan, Kau salah menekan tombol kecepatan daripada berhenti."
"Itu karena tanganku tergelincir atau sesuatu."
Sekali lagi, aku menatap wajah Tomomi yang terlihat sedang tertawa
malu. Dia menatapku dengan serius.
"Apa kau tahu mengapa aku membawa model plastik
bersamaku hari ini?"
"Karena Nii-chan ingin membuatnya denganku?"
"I-Itu salah satu alasannya, tapi aku juga ingin
menunjukkan kepadamu betapa menyenangkannya bekerja sama dengan orang
lain."
"Tapi aku sudah bekerja sama dengan Nii-chan?"
"Ini bukan hanya denganku ... di antara para calon adik
perempuan, kaulah yang paling dewasa jadi aku ingin kau untuk bertindak lebih
seperti itu."
Saat yang aku serius meminta padanya, dalam setengah detik kemudian
dia mulai ragu dan depresi. Rasanya seolah-olah dia akan berlari dengan ekor
belakang kakinya.
"Ta-Tapi aku ini adik Nii-chan ... Aku ingin
dimanjakan. Karena aku seorang adik, tak apa-apa bagiku untuk dimanja, bukan? Aku
tak pernah merasakan hal seperti ini
sebelumnya ... A-Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan ..."
Aku dengan lembut mengusap kepala Tomomi saat ia menggelayut
ke bawah.
"Tak apa-apa untuk bersikap manja."
"Be-Benarkah ?!"
"Hanya seperti aku memanjakanmu, aku ingin kau
memanjakan adik-adikmu."
"A-Aku harus memanjakan semua orang?"
"Memanjakan seseorang terasa sangat bagus. Kau memiliki
rasa kepercayaan orang lain kepadamu, dan kau membuat mereka menyadari bahwa
mereka membutuhkanmu."
"Be-Begitu ya... jadi ada hal yang seperti itu."
Seolah-olah dia menyadari sesuatu, mata Tomomi melihat ke sekeliling.
Aku terus melanjutkan.
"Dan juga, jika kau menjadi kakak perempuan semua
orang, Kau bisa mengambil kepemimpinan sebagai putri sulung, dan aku akan dapat
mengandalkanmu juga. Sebagai gantinya, aku akan memanjakanmu semua yang kau
inginkan. Itu terasa adil, bukan?"
Tomomi adalah orang yang kompetitif namun dia juga ‘ingin diakui oleh orang lain’ adalah apa
yang aku rasakan. Dengan kata lain, keinginan untuk membuktikan kekuatannya
kepada orang lain. Daripada sepihak memutuskan bahwa ia ingin diakui oleh
seseorang, dan berpikir itu akan baik-baik saja untuk memiliki seseorang yang
mengakui dirinya.
"Aku akan memanjakan Nii-chan, dan Nii-chan akan
memanjakan aku ... itu terdengar bagus."
"Anak sulung dan putri sulung dianggap setara tidak terdengar benar buruk, ‘kan?"
Dia menanggapi kata-kata aku dengan anggukan besar. Ekor yang
Aku bayangkan pada dirinya melambai dengan kekuatan penuh.
"Paham! Aku akan melakukan yang terbaik! Begitu ya, menjadi putri sulung berarti aku dan Nii-chan menjadi
setara. Aku tak berpikir seperti itu. Aku adik Nii-chan, tetapi menjadi kakak
dari semua adik perempuan mungkin rasanya baik juga!"
Jika dia memiliki kesadaran menjadi kakak, dia akan mulai
mempertimbangkan perasaan orang-orang yang lemah dan memperlakukan mereka
dengan kasih sayang. Itulah yang kuharapkan darinya.
Aku ingin tahu apakah aku akan terbiasa dengan Tomomi
setelah ia berubah dan diakui.
Tanpa aku sadari, ini sudah pukul dua belas tengah malam.
Catatan dan Referensi
1. Demonstrasi
cakar besi dari anime Minami ke
2. ↑ Famige - kemungkinan besar referensi untuk NES yang
disebut Famicom.
Akwoakwoawl
BalasHapus