The Result when I TIme Leaped Chapter 18 Bahasa Indonesia



Sudut Pandang Seiji Sanada
"Seiji, apa yang terjadi?"
Saat memasuki toko game, Sana mengejarku. Dia menyadari tingkah panikku dan melihat sekeliling juga. Dia tidak mengikuti kita, ‘kan ..?
…Ah. Ada sesuatu yang bergerak di dekat pintu masuk toko.
Sa-sa-sa
Aku hanya melihat sekelebat bayangan, tapi itu pasti Hiiragi-chan. Berhentilah mencoba menjadi sangat mencurigakan di tempat yang aneh!
"Tidak, bukan apa-apa."
"Oh benarkah?"
Sana, memiringkan lehernya, menarik lengankuku dan dengan riang berkata "Nii-san, ke arah sini" . Dia cukup riang hari ini, ya?
"Ini adalah permainan yang bisa dimainkan dua orang, dan baru-baru ini aku pikir itu cukup menarik, tapi ..."
Berdasarkan standarku 10 tahun yang lalu.
Aku tidak pernah pergi berbelanja seperti ini dengan Sana sebelumnya. Aku benar-benar tidak pergi ke mana pun bersamanya, apalagi saling berpegangan tangan begini, dan kami tidak makan crepes bersama. Sejarah berubah besar-besaran, tetapi memang banyak hal aneh terjadi sejak berkencan dengan Hiiragi-chan.
"Tentu saja ….mengapa tidak?"
Di mana kau, Hiiragi-chan? Atau lebih tepatnya, apa yang terjadi dengan pekerjaanya? Apa yang menggangguku adalah kalau dia nanti berkata, "Eh, terserahlah" dan kemudian berhenti bekerja. Dia sudah dewasa, ini adalah sesuatu yang harus dia pedulikan.
Ponselku bergetar. Seperti yang aku duga, itu adalah pesan dari Hiragi-chan.
"Aku datang karena melihatmu bisa memberiku dorongan untuk bekerja lebih keras!"
Alasan yang mengada-ada! Bukannya aku tidak ingin bertemu, aku ingin dia peduli tentang kelambanannya dalam bekerja! Sejujurnya, aku merasa senang karena kekasihku tercinta datang menemuiku. Tapi, itu cerita yang lain. Menjadi bersemangat karena ini takkan berjalan dengan baik untuk Hiiragi-chan. Ini memang ada untungnya, tapi juga memiliki kerugian.
“Sebagai seorang guru, tolong lakukan pekerjaanmu dengan baik. Lalu kita bisa berkencan! ”
“Oof, keigo… kata-katamu terasa sakit…” (TN : Keigo adalah bahasa yang sopan, biasanya di gunakan pada orang yang baru kenal, atasan, seseorang yg lebih tua)
Sana menatapku ketika aku menerima pesan itu.
"Nii-san, yang mana yang kamu inginkan?"
"Iya."
"Ugh, kamu tidak mendengarkanku sama sekali!"
Sana menggembungkan pipinya. Ini lucu ketika dia dalam suasana hati yang baik. Ini memang tingkah seorang adik yang brocon, dengan lengannya melilit tanganku.
“Nii-san, coba fokus memilih game. Bahkan ada Battlefield and Paradise. ”
Sana memburu game bekas yang dijual. Sepertinya dia ingin game lama untuk membunuh waktu sementara dia menunggu game yang baru.
“Haruskah aku membeli sesuatu? Mereka sangat mahal, harganya sekitar seribu yen. ”
“Nah. Apa yang kamu pikirkan? Sayang sekali, harga dirimu tidak akan mengizinkannya. ”
Oh, adik perempuanku. Bukankah mereka dijual seperti ini karena mereka tidak populer? Tetapi untuk siswa SMA, uang seratus hingga seribu yen cukup signifikan.
"Ada banyak permainan, dan harganya murah!"
Pada rak yang berbeda, seorang wanita membacakan garis monoton itu.
Untuk toko game atau tempat serupa, Dia mengenakan pakaian yang sangat bagus dan cantik.
Dia Hiiragi-chan.
"Jika dia hanya seorang kenalan, aku bisa membelikannya hadiah ..."
Chira, Chira-chira. (TN: sfx buat melirik :’v)
Dia pasti melihat ke arah sini! Jika aku berbicara dengannya sekarang, sepertinya dia akan mengatakan sesuatu seperti, aku akan membelikanmu game. Dia benar-benar memberikan kesan seperti itu. Sensei, ini suatu kebetulan bisa melihatmu di sini.
Bukan itu masalahnya!
"Haruskah aku membeli dua ... atau tiga ...?"
Chira, Chira chira.
Itu benar, tidak mungkin aku akan percaya bahwa dia kebetulan datang ke sini pada saat yang sama. Dia benar-benar memberikan kode padaku ...
Sensei, halo, apa benar kau akan membelikan kami beberapa permainan? Dia pasti mengundangku untuk mengatakan sesuatu seperti itu padanya.
Jika aku berbicara dengannya, waktuku dengan Sana akan resmi berakhir!
“Ah, Sanada-kun, Sana-chan, sungguh kebetulan sekali. Apa kalian punya rencana untuk makan siang? Sensei akan mentraktir kalian! Ayo ayo."
Dia pasti akan mengatakan kalimat seperti itu. Pastinya. Sana menaruh sedikit lebih banyak kekuatan dan meremas lenganku.
“Hiiragi-sensei ada di sana. ... Apa dia juga suka game? ”
“E-Entah. Siapa yang tahu?"
Aku memutuskan untuk berpura-pura tidak tahu. Sungguh, kuharap Hiiragi-chan segera bergegas dan kembali bekerja. Mungkin ada efek negatif baginya untuk berada di sini.
"Jadi Sensei juga, menyembunyikan fakta bahwa dia suka game, anime, dan manga dari yang lain seperti Sana."
Kau salah besar, Sana.
“Seorang gadis jalan jalan sendirian, sementara semua bersemangat pada penjualan game ini. Pasti seperti  itu..Umm..pasti. ”
Dia membuat kesalahpahaman aneh tentang Hiiragi-chan. Yah, itu baik-baik saja, kurasa. Tiba-tiba, aku menemukan perangkat lunak berharga sekitar 500 yen. Itu adalah RPG aksi yang memungkinkan dua pemain bermain kooperatif, seperti yang diinginkan Sana
Melihat logo Pembuatnya… Ini dibuat oleh perusahaan yang dimasuki Sana saat bekerja di masa depan. Pada titik waktu ini, ini adalah studio kecil, tapi mulai sekarang, mereka akan membuat beberapa game yang sangat populer.
"Sana, bagaimana dengan ini?"
Seolah-olah mencoba menilai isinya, Sana mengambilnya dan mengamati dengan seksama.
"Sepertinya bagus."
"Aku akan membelikannya untukmu."
“Eh? Apa itu tak apa-apa? ”
"Tentu saja, ini hanya 500 yen."
"Jika kamu mengatakan itu ... maka, tolong belikan untukku."
Setelah menjawabnya dengan ya, aku membawanya ke kasir. Di tengah jalan menuju kasir, aku menemukan orang jahat yang sedang mengeluarkan semacam aura gelap.
Itu pada tingkat di mana kau mungkin merasa gugup hanya dengan melewatinya. Atau setidaknya, untuk pelanggan lain, tapi bukan untuk diriku.
Gogogogogogo.
Aku merasa seperti aku bisa mendengar beberapa gumaman seperti itu.
"Aku juga ... Aku juga ingin hadiah ... Masa hanya Sana-chan yang dapat, itu tidak adil ...!"
Aku penasaran siapa orang itu, tapi kurasa sosok itu adalah Hiiragi-chan.
Aku mengambil jalan memutar, lalu tiba di konter dan membayar game yang di beli. Kemudian, ketika aku mencoba untuk keluar lebih dulu, Sana mengejarku.
“Nii-san, ini buruk.”
"Apanya?"
“Hiiragi-sensei, dia terus melotot pada label harga, dan sekarang dia mengeluarkan semacam aura gelap! ”
Ya. Aku sudah tahu.
"Itu mungkin karena dia tidak bisa menemukan sesuatu yang bagus!"
... yah biarkan saja begitu.
Ah..aku dapet ide yang bagus.
“Jika kau melakukan pekerjaanmu dengan benar, aku akan memberimu hadiah. Jadi, lakukan yang terbaik! "
Aura gelap yang memenuhi isi toko, tiba-tiba menghilang.
Tsuka tsuka tsuka tsuka tsuka tsuka tsuka.
Hiiragi-chan langsung keluar dengan kecepatan luar biasa, dan pergi.
Apa sampai segitunya kau menginginkan hadiah?
Aku bilang begitu hanya untuk menyemangatinya dan tidak pernah bermaksud melakukannya!
Bububu, ponselku bergetar untuk menunjukkan bahwa ada pesan masuk.
"Hiiragi Haruka, akan melakukan yang terbaik !!"
"Haruka-san, semoga beruntung !!"
"Ya. Seiji-kun, aku mencintaimu .
Sebagai seorang guru, atau mungkin sebagai orang dewasa, Hiiragi-chan mungkin cukup galau.
Vroom, kita berdua melihat mobil Hiiragi-chan keluar dari tempat parkir terdekat dan pergi menjauh.
Sana berkata, aku mengerti, aku mengerti, dan mengangguk beberapa kali.
"Jadi seperti itu, Hiiragi-sensei mungkin akan pergi ke medan perang selanjutnya ..."
Ya. Meski itu berbeda dari apa yang kau bayangkan sih..
Aku terus berpikir hadiah macam apa yang harus kuberikan, tetapi pada akhirnya, aku memutuskan untuk membeli ikat rambut untuknya.
Gaya rambut Hiiragi-chan di sekolah biasanya menggunakan model kuncir kuda.
Supaya bisa menggunakannya di sekolah, aku melihat ada model yang tampak polos. Aku akhirnya diam-diam membelinya agar Sana tidak mengetahuinya. Kemudian, saat petang, kami naik kereta dan kembali ke rumah.
Sementara kami kembali, Sana terus memegang game yang aku beli sebelumnya.
"Nii-san ... aku pasti akan menghargai ini ... Kamu membelikannya untukku ..."
"Tidak apa-apa. Jika Kau benar-benar berpikir seperti itu, bukannya lebih baik untuk mendapatkannya dari internet? ”
Sana, yang duduk di sebelahku, meraih lenganku dan menyandarkan kepalanya.
"Tidak masalah. Tidak apa-apa ... ini, bagus ... ”
Wajah Sana, yang terpapar sinar matahari terbenam, terlihat memerah.




close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama