Darmawisata
Sekolah - Bagian 2
Fasilitas yang tersedia ternyata cukup mewah. Setelah
menjadi orang dewasa dan bertanya sana-sini tentang perjalanan sekolah, aku
menyadari kalau dibandingkan dengan perjalanan ke luar negeri atau taman
hiburan terkenal, darmawisata ini cukup menyenangkan.
Yah, untuk siswa SMA yang
masih polos, gaya penginapan tidak terlalu penting. Karena mental jiwaku
adalah seorang pria paruh baya dan aku mengerti tentang keindahan semacam itu, aku
dapat memahami betapa hebatnya penginapan ini.
Setelah selesai beres-beres
perlengkapan di dalam ruangan, aku
menuju ke area perkemahan.
“Semuanya, kita akan
membuat kare bersama! Ayo keluarkan semangat kalian! ”
Yeah! Kelas yang Hiiragi-chan
pimpin semuanya bersorak dan langsung bersiap-siap. Tentu saja, kelas lain
pun melakukan hal yang sama. Saat
Hiiragi-chan sedang menjelaskan apa saja yang harus dilakukan, Fujimoto menoleh
ke arahku dan berbisik.
“Hiiragi-chan yang
mengenakan celemek. Terlihat sangat manis." (Fujimoto)
"Iya, ‘kan?"
(Sanada)
"Eh, kenapa kau
berwajah sombong begitu." (Fujimoto)
Itu karena aku melihatnya
setiap minggu. Namun dulu, saat aku membuat kare, aku sedikit kikuk dan
melukai tanganku. Aku akan mencoba untuk tidak menyentuh pisau kali ini
... Atau itulah yang kupikirkan, tapi karena aku kalah dalam suit, aku terjebak
dengan tugas memotong bawang, wortel, dan semacamnya.
"Kurasa aku terikat
oleh takdir ..." (Sanada)
“Apaan sih ngomong alay
begitu? Ayo cepat dan lakukan. ” (Fujimoto)
Fujimoto, yang memiliki
tugas yang serupa, segera memulai pekerjaannya. Sama seperti terakhir kalinya
dengan sepak bola, mungkin aku akan berakhir melukai diriku lagi dan akan
berakhir dengan kenangan yang menyedihkan …....
"Sowa sowa, sowa sowa ... Ah, tanganmu, ah, ah ...!" (Hiiragi-chan)
Dari balik pilar,
Hiiragi-chan mengkhawatirkan tanganku dan mulai bertingkah panik. Aku
penasaran apa ini benar-benar berbahaya. Aku sendiri, baik atau buruknya,
mempunyai pengalaman memasak karena aku hidup sendiri sebagai pria paruh
baya. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan kejadian sepak bola yang
dulu pernah terjadi.
“Sanada-kun. Awas
hati-hati. Pisau itu berbahaya. ”
“Sensei. Aku bukanlah
anak kecil. ”
“Kaki kucing, kaki kucing,
oke !?”
(TN: Adegan memasak, melipatkan jari yang
berbentuk kaki kucing, biasanya di anime juga sering ada.)
Nyah~, Hiiragi-chan memposekan
tangannya dalam bentuk tangan kucing sambil bersembunyi di bayang-bayang pilar.
…. Ah, lucu sekali.
"Nyah ~"
Dia mengatakannya dengan
keras !?
“Hiiragi-chan, apa yang dia
lakukan? Apa dia sedang berpura-pura menjadi kucing? " (Fujimoto)
"Ya. Kelihatannya
begitu. ” (Sanada)
"Beneran deh. Dia
itu sangat imut. ” (Fujimoto)
Aku memberinya jawaban asal
yang bisa diterima Fujimoto.
“Ja-jangan pakai banyak
tenaga!? Ayo lakukan dengan lembut, oke? ” (Hiiragi-chan)
“Sensei, kita berdua
baik-baik saja, jadi anda harus pergi memeriksa siswa lain.” (Sanada)
"Uuuu ~"
(Hiiragi-chan)
"Sensei, anda terlalu overprotective." (Sanada)
"mana mungkin ~"
(Hiiragi-chan)
Hmmmph, Hiiragi-chan
mengembungkan pipinya. Ekspresinya seolah mengatakan, “Aku sangat
mengkhawatirkan Seiji-kun.” Aku melihat ke area sekeliling, tugas siswa lain
tampaknya berjalan dengan lancar dan tidak perlu bagi Hiiragi-chan untuk
mengkhawatirkan yang lain.
"Handiplas, disinfektan, dan perban sudah dipersiapkan!"
(Hiiragi-chan)
"Aaaaaaah
!?Ta-tangannnkuuuuuu, tangan kiri emaskuuuuuuu. " (Fujimoto)
Kelihatannya Fujimoto
melukai ujung jarinya dengan pisau. Bahkan jika ada darah yang keluar, itu
hanya pada tingkat perdarahan ringan.
"Hiiragi-chan-senseeeeeeei,
pertolongan pertamaaaaaaaa!" (Fujimoto)
"Ya. Ada kotak
pertolongan pertama di sana, ‘kan? ” (Hiiragi-chan)
Sikapnya! Perbedaan
sikapnya jauh sekali saat merawat diriku!
"Meeedddiiissssss!"
(Fujimoto)
“Tidak ada yang seperti itu
di sini. Sebaliknya, bukannya kamu ini yang bertugas sebagai Seksi
Kesehatan? ” (Hiiragi-chan)
"Ah, itu benar
..." (Fujimoto)
Fujimoto pun langsung
pergi. Saat aku hendak menggantikan tugas memasak Fujimoto, Hiiragi-chan
menarik lengan bajunya.
"Mou, Hiiragi Haruka tidak bisa berdiam diri terus."
Hiiragi-chan mulai memasuki
mode memasak, menggantikan Fujimoto. Hmmph. Dia
mendengus dan kemudian ...
sutotototototototototo, mulai memotong bawang dengan kecepatan tinggi.
""
"Ooooooohhh ~" ""
Para siswa yang melihatnya
merasa kagum dengan keterampilan Hiiragi-chan.
"Sanada-kun, kamu bisa
duduk di sana dan menonton saja, oke?"
"Entah kenapa,
kenikmatan yang seharusnya kudapatkan dari memasak kare telah tercuri ..."
“Eeeeeh? Bukannya kenikmatan
terbesar adalah memakan kare yang enak? ”
"Iya, sih, tapi
..."
Meski sedang berbincang,
kecepatan kerjanya sama sekali tidak menurun. Seperti yang diduga,
Hiiragi-chan memang luar biasa. Rasanya seperti, seorang pemain pro datang ke
tempat anak-anak yang sedang bersenang-senang bermain bisbol.
“Setelah dilihat-lihat
lagi, anda mirip seperti seorang ibu yang sedang ada di dapur. Anda
melakukan semuanya dengan cepat dan
tepat. ”
"Aku bukan seorang
ibu, aku ini cuma seorang guru."
Dan juga,
pacarku. Mungkin kami memikirkan hal yang sama, Hiiragi-chan menyeringai
dan menahan tawa, mufufufufufufu .
"Baiklah, sudah
selesai!"
Aku bahkan tidak punya
waktu untuk melukai tanganku, dan semuanya dipotong dengan ukuran yang pas.
"Yang tersisa cuma
mengaduknya dan dimasak, kamu bisa melakukannya, ‘kan?"
Ya, setelah mendengar
balasan dari semua orang, Hiiragi-chan sekali lagi kembali ke bayang-bayang pilar. Semua
siswa terus memasak, sampai akhirnya kare itu selesai.
"Heeeeeeey, ini
buruuukkkk."
Fujimoto kembali dengan
tangan kirinya yang terbungkus perban.
“Berisik banget, apa-apaan
dengan perban itu? Bukannya kau cuma melukai ujung jarimu? ”
"haa, jika aku membuka
perban ini, bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi ..."
“Mana aku peduli. Dan
apa ini?"
“Apa kau tidak bisa ikut
bermain! Kau pasti bukan Sanada! ”
“Jika aku ikut , aku
mungkin terlihat seperti orang bodoh."
Dari samping, Hiiragi-chan
melihat ke arahku dan berkata, "Apa yang terjadi jika itu dilepas
...?" Dia benar-benar tertarik pada kealayan
Fujimoto.
"Terus, kenapa kau
ribut-ribut?"
“Nasi, nasiiiiinyaaaaaaaaaaaaaaa….”
Hei hei hei. Karenya
sudah hampir matang, tapi nasinya belum dimasak!? Aku kira kau bisa gagal
membuat nasi jika menggunakan alat berkemah ...
"Nasinya! Sudah
matang! ”
"Jadi sudah
matang!"
Uuuoooooh,
Fujimoto dengan semangat membara mengangkat tinjunya ke atas. Siswa di
kelas lain melakukan hal yang sama dan membuat kepalan tangan dengan sekuat
tenaga. Me-mereka senang tentang itu ...
Fujimoto menggunakan
tangannya yang dibalut perban untuk mengambil tutup penanak nasi. Jadi,
perbannya digunakan untuk mengambil tutup panas ! Di dalamnya, nasi panas nan
lembut mulai terpapar.
"Bagi kelas yang sudah
selesai, boleh makan sekarang, oke?"
Mengikuti instruksi
Hiiragi-chan, semuanya langsung mengambil nasi. Lalu, mereka berbaris di
depan Hiiragi-chan, yang sedang mengaduk kari, untuk mendapatkan kare sebagai
lauknya. Setelah semuanya duduk di tempat masing-masing, semua orang
mengucap, "Itadakimasu,"
dan mulai makan.
"… Kau
tahu? Sanada. "
"Hhmmmm?"
“Entah kenapa, cuma kau
yang punya banyak daging. Aku sendiri malah tidak punya satu pun. ”
"Mana mung-"
Ah. Memang, Aku baru
menyadarinya sekarang. Aku juga, aku
juga, karena siswa lain ikut memprotes dan sadar. Sebaliknya, Cuma aku
sendiri yang punya daging di dalam makananku. Aku melirik penjahat imut yang
ada di seberang, tehepero.
Apa ini makan siang anak
SD? Memberi banyak makanan pada orang yang paling kau sukai? Entah
itu kesalahanku, atau niat baik terhadapku, aku 100% jatuh cinta padanya, jadi
meski aku ingin marah, aku tidak tega melakukannya. Kohon, aku berpura-pura membersihkan tenggorokanku.
"Hei. Orang yang
memasukkan karenya adalah Hiiragi-chan, bukan? Mana mungkin Dewi kita akan
melakukan sesuatu yang sangat rendah seperti ini, ‘kan? ”
"" "I-itu
benar ..." ""
"Terkadang hal seperti
ini bisa terjadi."
Saat semua orang melihat
Hiiragi-chan, dia tersenyum dan melambaikan tangannya. Semua orang mulai tenang
saat mereka melambai kembali.
“Jika memang tidak ada
daging di dalam kare kalian, mungkin itu karena hati kalian sudah
kotor. Itu sebabnya kalian tidak bisa melihatnya. ”
"" "Jadi
begitu ...!" "”
Tidak, mana mungkin bisa
begitu. Tapi, sepertinya mereka yakin dengan alasan itu.
"Apa Sensei boleh
mencicipi kare yang dibuat kelas ini?"
Boleh, boleh, saat
kami semua mengundang dewi kami untuk mencicipi.
"Sensei, kita .....
tidak, kare yang kami buat, bagaimana rasanya !?"
Fujimoto, satu-satunya hal
yang kamu lakukan hanyalah membuat keributan setelah tanganmu terluka.
"Ya. ini enak ♪ ”
Yeeeeeeeeaaaaah! Semuanya
mengepalkan tinju kemenangan.
“Sanada-kun juga, ayo ini
coba.”
Hiiragi-chan menggunakan
sendoknya sendiri saat dia meyuapiku.
“Ya, ini enak. Malah,
kita semua sudah memakan ini. "
"Benar ♡"
Dia pasti melakukannya
dengan sengaja Ah….. Aku terjebak dengan alur suasana… aaaahhnn…
"" "Ci-ciuman
tidak langsung ... dengan Hiiragi-chan ..." ””
Selain diriku, siswa lain
saling berbisik dan gelisah seolah-olah mereka melihat momen yang seharusnya
tidak boleh dilihat. Astaga, apa kalian ini anak SMP ? Kami,
"Ini bukan ..." pertunjukan telah berakhir, oke?
"Kalau begitu, apa
Sensei juga boleh?"
"Ah iya."
Aku menggunakan sendokku
untuk menyuapi Hiiragi-chan beberapa kare juga.
"Ini sangat enak
♪"
““ “Jika kita memakai sendok
Sanada, kita bisa melakukan ciuman tidak langsung dengan Hiiragi-chan.” ””
Terima kasih atas perhatian
yang dipusatkan pada sendok, tidak ada yang menyadari fakta bahwa kita berdua
ini saling menyuapi makan.
Aku bahkan tidak perlu
mengungkitnya lagi, setelah Hiiragi-chan pergi, sebuah perang untuk
memperebutkan sendokku pun terjadi.
Thanks, semangat terus min
BalasHapusMakasih gan :)
HapusSemangat terus min
BalasHapusYoi, sering sering komen biar semangat yang nge-translatenya
HapusThanks min, moga panjang umur
BalasHapusHehehehe , yang di tunggu akhirnya keluar juga 😁😁😁
BalasHapuswkwkwk dianggap "ciuman tidak langsung" aja :v
BalasHapuspadahal tuh "bakappuru" udah sering "nganu" :'v
*dalam artian ciuman yaa ... xD
Bingung mau komen apa
BalasHapus