The Result when I Time Leaped Chapter 25 Bahasa Indonesia


Ayo Pergi ke Kota! - Bagian 2


Hiiragi-chan dan diriku berjalan bergandengan tangan saat menuju distrik perbelanjaan.
"Ini sempurna! Tidak ada yang menyadari kita! ”
"Benarkah…?"
Aku entah bagaimana bisa berhasil meloloskan diri dari crossdressing dan sekarang memakai topi untuk menutupi wajahku. Itu saja tidak bisa memberikan penyamaran yang sempurna, ‘kan? Hiiragi-chan juga memakai samaran topi bertepi lebar dan sepasang kacamata hitam.
"Ini adalah pertama kalinya kita berkencan di kota seperti ini, kan?"
"Itu benar."
Hingga sekarang, kami hanya bersama di tempat-tempat di mana jarang ada orang lain.
"Lewat sini, lewat sini, aku ingin pergi ke suatu tempat bersamamu untuk sementara waktu sekarang."
Dengan gembira, dia menarikku lenganku saat berjalan. Tempat yang ingin dia datangi sepertinya menjadi toko crepe. Hiiragi-chan sama bersemangatnya seperti anak kecil, saat dia menunggu giliran mengantri. Dia bahkan membeli untukku juga. Aku menggigit krep yang dia belikan untukku.
Yup, ini enak.
"Ada krim yang menempel di wajahmu, tahu?"
Saat aku sedang menikmati crepe, sepertinya kita akan melakukan sesuatu adegan yang klise. Hiiragi-chan membersihkan krim yang menempel di wajahku dengan jarinya dan memasukkannya ke mulutku.
"Kau tidak menjilatnya sendiri?"
"Kufufufu", dia mengeluarkan tawa aneh.
Karena dia sepertinya bersenang-senang, jadi ya apa boleh buat. Setelah itu, kami saling bertukar crepe yang kami beli, kemudian, kami memasuki toko pakaian, dan Hiiragi-chan tampak gembira. Karena gadis yang mengenakan kaca mata di sampingku bertingkah terlalu bersemangat, aku menarik perhatian lebih dari biasanya.
"Selanjutnya, toko ini!"
Toko yang dia tunjuk adalah toko pakaian dalam.
"Bukannya rintangan ini  terlalu tinggi..."
Mengesampingkan semua keluhanku, Hiiragi-chan meraih lenganku dan mengantarku ke dalam. Uwaaah, jumlah warna pink yang menutupi bidang penglihatanku cukup mengganggu ...
Dalam keadaan masih panik, Hiiragi-chan membawa dua set pakaian dalam.
"Jadi? Mana yang lebih baik?"
“... Ah, ya. Bukankah keduanya terlihat bagus ...? ”
“Eeeh~?”
"Umm, kalau begitu, yang ini."
Aku tidak bisa melihat lurus ... lagian, kenapa dia ingin aku yang pilih sih ...? Saat mengalihkan pandanganku, aku melihat orang yang aku kenal.
"Ummm, pelanggan yang terhormat …... ukuran dadamu sedikit ..."
"I-itu baik-baik saja, itu akan tumbuh lebih besar."
Orang yang melontarkan kemarahannya saat berbicara dengan karyawan toko adalah adik perempuanku sendiri.
"Jika itu yang terjadi, sampai tumbuh lebih besar, ukuran yang lebih kecil akan—"
“Tolong jangan mengejek dada Sana. Aku diberitahu, aku akan tumbuh lebih besar saat sekolah SMA. "
Seberapa besar sih harapan dari pertumbuhanmu itu? Terus juga, siapa yang memberitahumu itu? Dia kemudian melirik ke arah sini. Ah! Dia membuat wajah terkejut. Ini buruk. Aku ketahuan ...!?
"... Sensei! "
Itu yang dia perhatikan !? Dengan panik, Hiiragi-chan melambai kembali.
“Ka-Kamu salah. Aku ini bukan Hiiragi. "
Dia malah mengungkap identitasnya sendiri!
"Eh, kenapa kamu bersembunyi?"
 Sana datang ke arah sini.
Saat aku mencoba melarikan diri, Hiiragi-chan meraih pakaianku dan menahanku.
"Jika kamu pergi sekarang, itu akan terlihat mencurigakan."
"Tapi…"
Aaahh, Sana sudah sampai ke sini.
“Sensei, Anda kok memakai topi, jadi aku penasaran siapa. Anda juga memakai kacamata hitam ”
Dia melirikku sekilas, lalu kembali memandang Hiiragi-chan.
“Apa dia ... pacarmu? Pergi berbelanja dengannya? "
Kita tidak ketahuan ...
"Sana-chan juga ingin membeli pakaian dalam?"
Hiiragi-chan menggenggam topinya dengan dua jari seperti Jigen*. Kemudian, dia berpose. (TN : Referensi Lupin III, Daisuke Jigen)
... Sepertinya dia pikir itu keren.
"Betul! Nii-san mengejekku, jadi aku datang untuk membelinya. ”
“Heeeh, begitu ya? Sanada-kun? Dia mengejekmu? "
Tolong jangan melihat ke arah sini dengan ekspresi sinis begitu.
"It-Itu benar ..."
“Kamu ingin menunjukkannya pada Sanada-kun?”
Sana terlihat malu dan gelisah.
"Bu-Bukan berarti aku ingin menunjukkan padanya ... tapi, Sana hanya ingin Ia memeriksanya saat kering ..."
Hiiragi-chan menatapku dengan mata bersinar seperti kaca.
"Memeriksa pakaian dalam adik perempuannya ... jadi begitu, jadi begitu ya ..."
Aku mencoba menggelengkan kepala tanpa disadari Sana, tapi sepertinya Hiiragi-chan tidak melihatku. Dia memandang ke tempat lain.
"Celana dalam yang dipegang Sensei, keduanya cukup imut."
"Sebelumnya, Onii-chan bilang yang ini bagus."
Heeeeeeeeeeeeeeeeeiiiiii!
Hiiragi Haruka, tarik kata-katamu tadiiiii! Sebuah kata yang seharusnya tidak boleh dibiarkan begitu saja! Gaku gaku, aku mencengkram bahunya dan mengguncangnya, tapi percuma saja, jiwa Hiiragi-chan takkan kembali.
"O-onii-chan?"
Ekspresi wajahku berubah saat aku mencoba membuat alasan.
"Tadi, kakak Haruka-san ada di sini, tapi Ia pergi ke tempat lain."
“Ah, begitu. Meski mereka saudara kandung, dia masih menunjukkannya ... Kurasa hal semacam itu memang normal ... ”
Sana, yang baru saja lulus dari bra olahraga, masih tidak memahami akal sehat di balik bra. ... Sepertinya ini bisa berhasil. Untuk menggantikan Hiiragi-chan yang lega, aku harus memadamkan api yang sudah tersulut.
"Tapi, menunjukkannya pada kakakmu mungkin tidaklah normal ...?"
Ngomong-ngomong, aku harus menyingkirkan kesan kalau aku ini adalah kakak siscon yang memeriksa celana dalam adiknya. Aku mungkin tidak bisa mengubahnya menjadi Teman A Hiiragi-chan. Aku belum memeriksanya! Itu karena Sana mengatakan sesuatu yang bisa dengan mudah disalahpahami.
"Ja-Jadi itu normal untuk seperti itu ... mungkin hanya karena Sana tidak tahu ...?"
“Da-Dan, Onii-san seharusnya hanya melihatnya sesekali, aku tak berpikir Ia akan memeriksanya?”
"Begitu ya ... Jadi sama seperti ketika Sana melihat dekat pakaian dalam Nii-san dan berpikir ... Ja-Jadi Ia memakai benda seperti ini ... Hal seperti itu terjadi, ‘kan?"
Tidak, aku tidak tahu bagaimana itu dari sudut pandang adik perempuan.
"Ya."
Aku memberinya respon yang sesuai.
"Syukurlah. Sana khawatir kalau dia berubah jadi gadis yang mesum ... ”
Kau hanya selangkah lagi. Bukannya kau lebih buruk dariku? Kalau dilanjutkan terus nanti akan melantur, aku akhirnya menarik Hiiragi-chan, yang masih tidak fokus, keluar dari toko. Pada titik tertentu, itu sudah malam dan jumlah orang mulai berkurang.

Setelah kami duduk di bangku taman,
“Apa maksudnya kamu memeriksa celana dalam Sana-chan? Tergantung pada jawabanmu, Haruka-san mungkin akan langsung pulang dan menangis di bantalnya, oke? ”
Karena dia terlihat melamun terus, sepertinya Haruka tidak mendengar apa pun yang terjadi.
“Ketika dia mengeringkannya, kebetulan mataku terkadang terlihat ke arah situ. Cuma itu saja. Bukannya aku tertarik pada celana dalamnya Sana. ”
"Sungguh? Kamu tidak menggulung yang sudah kering atau menaruhnya di atas kepalamu, ‘kan? ”
"Ya nggak lah. Aku juga tidak punya keinginan untuk melakukannya. ”
"... Tapi, saat kamu memegang punyaku, itu berbeda, kan?"
"Yah ... karena itu milik orang yang aku suka ... itulah kenapa aku akhirnya terus menatapnya."
Hiiragi-chan menekan dadanya. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa, tapi aku entah bagaimana bisa menggerakkan hatinya sedikit.
"Seiji-kun ... kamu sangat imut ..."
Setelah berpindah ke arah punggungku, dia memelukku dari belakang. Chu, chu, Hiiragi-chan akhirnya mencium leherku.
"Tunggu. Ayolah. Ini di taman. Jika ada yang lihat— ”
"Itu sebabnya kita menyamar, ‘kan?"
Saat  aku berbalik untuk mencoba memperingatkannya.
Seolah-olah dia membidiknya selama ini, Hiiragi-chan memberiku ciuman di bibir.
"Hmphl!?"
"Nnn ... "
Aku mengalihkan wajahku dan melangkah mundur.
"Kita ... lagi ada di taman, di mana orang bisa—"
Saat aku hanya menunjukkan sedikit celah, di taman remang-remang, Hiiragi-chan sekali lagi mengunci bibirku. Setelah dengan tenang melihat area sekitar, aku melihat di salah satu bangku terdekat, ada sepasang kekasih yang saling bercumbu. Tanpa aku sadari, aku berakhir di taman seperti ini. Setelah itu, kami makan malam di restoran dan kembali ke rumah. 

*****
Saat aku sedang mengenang kejadin hari ini di dalam kamarku, terdengar suara ketukan dari pintu.
"Nii-san, aku masuk  ya...?"
“Eh? Aah, masuklah — Buu !? Ap-Apa yang sedang kau lakukan? ”
Sana masuk dengan mengenakan celana dalamnya saja. Pipinya tersipu malu saat dia meletakkan kakinya berdekatan.

“Ka-Kamu mungkin tidak ta-tahu, Nii-san, tapi melakukan sesuatu seperti ini no-normal. Aku baru saja membeli pakaian dalam ini hari ini ... bagaimana menurutmu ...? ”
Dengan tubuh yang condong ke depan dan matanya mengarah ke arahku, Sana menatapku dengan malu-malu. Bagaimana …? Apa aku harus mengatakan bahwa itu terlihat lucu?
"... Kau…….Kau benar-benar memiliki dada yang datar."
“~~~~! Ni-nii-san no bakaaaaa! ”
Sana mengambil bantal dari sofa.
"Jangan meremehkan kekuatan pertumbuhan selama SMA !"
“Siapa yang memberitahumu itu? Pertumbuhan selama SMA adalah mitos— buhe !? ”
Sana memukul wajahku dengan bantal. Tidak peduli berapa banyak dia bergerak, itu tidak akan bergetar, dan juga tidak akan tumpah. Dada Sana terpasang aman di tempatnya.
Setelah itu, serangan dari adik perempuanku yang setengah telanjang terus berlanjut dengan tendangan.





close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama