The Result when I Time Leaped Chapter 31 Bahasa Indonesia




Demam

"Hari ini, aku ijin sakit ngga berangkat sekolah."
Setelah mengirim pesan itu ke Hiiragi-chan, aku merebahkan diriku ke tempat tidur. Entah karena mesra-mesraan dengan Hiiragi-chan pada malam di perjalanan sekolah, atau karena alasan yang berbeda, aku akhirnya terkena demam.
"Eeeeeeeh ... Nii-san, apa dia baik-baik saja ...?"
"Jangan khawatir, ini hanya demam biasa."
Dari lantai bawah, aku bisa mendengar percakapan antara Sana dan ibuku.
“Jika Okaa-san bekerja, lalu Nii-san akan sendirian, ‘kan? Kalau begitu, Sana akan merawat Nii-san. ”
Tidak biasanya, Sana mengatakan sesuatu yang sangat perhatian. Kurasa karena aku sedang sakit, dia akhirnya menunjukkan sedikit kebaikan ... Ohh, Adikku, kau seharusnya jangan mempedulikan kakakmu dan berangkat ke sekolah saja.
"Jika kamu tinggal di rumah untuk mengawasinya, palingan kamu hanya di kamarmu untuk bermain game, kan?"
“Ng-ng-ngga kok! Aku akan melakukan keduanya! ”
Melakukan keduanya. Dasar Sana bodoh, pergi ke sekolah saja sana... Aku bahkan sudah tak punya tenaga untuk melakukan tsukkomi... Ketika percakapan berlanjut, kedengarannya menjadi semakin jauh, sampai aku benar-benar kehilangan kesadaran. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur, tapi karena ada sensasi dingin di dahiku, aku akhirnya bangun.
"Panas sekali. Berapa suhu tubuhmu? "
Saat membuka mataku sedikit, aku akhirnya melihat Hiiragi-chan. Ini pasti mimpi ... karena hari ini ada sekolah ... Bibibi, aku mendengar suara elektronik saat sesuatu terselip di ketiakku.
"Muuuun ... 38,7 derajat ... tinggi juga ..."
Goso goso, setelah sedikit gemerisik, selimut di atasku mendadak dibuka.
"Se-Seperti yang kuduga, tubuh Seiji-kun ... terlihat bagus ..."
Susususu, dia menggunakan jari untuk menyentuh tubuhku. Aku merasa sensasi merinding dari cuaca dingin atau sesuatu yang lain. Ja-Jangan menyentuh putingku ... Mungkin karena demam, penglihatanku menjadi sedikit buram.
"Ayo angkat lenganmu."
Lenganku diangkat dan sepotong kain basah menempel di ketiakku. Rasanya dingin.
"Rasanya enak sekali ..."
"Hmmm? Kamu sudah bangun? "
"... Hiiragi-chan ... apa kau ... bekerja ..."
“Bahkan dalam mengigaumu, kau menyuruhku bekerja ...? Astaga…"
"... Tenggorokanku ... kering ..."
"Tunggu sebentar."
Hiiragi-chan, dengan penampilan buramnya, mendekatiku.
Buchuu, dan ketika bibir kami bertemu, minuman olahraga cair mulai mengalir melalui mulut yang terbuka. Rasanya singin dan enak ...
"Se-Sekali lagi ... ya?"
Saat aku dicium, aku sekali lagi dibuat menenggak minuman olahraga. Dingin dan enak ... Hiiragi-chan, kau nanti akan ketularan demamku ...
Ah, lagian ini mimpi, jadi tidak apa-apa ... Suara berdenting terdengar saat seseorang menarik tirai dan menutup jendela. Kemudian sesuatu mulai bergerak di dalam selimutku.
"Ayo tidur bersama."
Wajah buram Hiiragi-chan muncul di depan mataku.
"Kau bekerja ... di sekolah ... di pagi hari ..."
"Bahkan pada saat seperti ini kamu malah mengkhawatirkanku ...!?"
Aku kemudian dipeluk dan dia mulai mengelus kepalaku.
"Baiklah baiklah. Jika aku melakukan ini, kamu akan segera membaik, oke? Uuu… Aku ingin sekali seperti ini, lalu terus membuatmu beristirahat dan merawatmu seperti ini. ”
“Nii-saan, aku beli obat-obatan untukmu!”
Sana berteriak dari lantai pertama.
“Ueeh !? Sana-chan !? Bukannya dia baru saja meninggalkan rumah! Dia pasti berputar balik saat pergi ke sekolah, ya? ”
Tototo, suara langkah kaki Sana bisa terdengar.
“I-ini gawat. Apa yang harus aku lakukan ... ah? ” (Hiiragi)
Dotabata, dan dengan suara berisik itu, Hiiragi-chan pun menghilang. Seperti yang kuduga, ini hanya mimpi ...
"Nii-san, bagaimana keadaanmu?"
Dari pintu, Sana menampakkan dirinya yang masih mengenakan seragam.
"Kau ... tidak ke sekolah ...?"
"Ng-Ngga masalah ‘kan ..."
Itu tidak baik, atau itu yang ingin aku katakan, tapi aku tak memiliki tenaga untuk mengatakannya.
“Ini, minum obat ini. Kupikir ini bisa menurunkan panasmu. ” (Sana)
"Ya ... sedikit saja ... aku tidak bisa menerimanya sekarang ..."
"... Yah, karena kamu lagi demam, jadi apa boleh buat ... Sa-Sana akan membantumu meminum obatnya."
Bruukk, suara keras datang dari lemari.
“Hmm? Barusan, apa ada suara...? ” (Sana)
Usai bilang begitu, Sana memaksakan sesuatu ke mulutku.
“Tutup matamu, oke? Jangan dibuka. Pastikan jangan dibuka dulu. ” (Sana)
"Oke…" (Sanada)
Karena aku tidak punya energi untuk menolak, aku melakukan apa yang diperintahkan Sana. Gubrak, gubrak, ada suara keras dari lemari, tapi Sana tidak menghiraukannya. Jika Hiiragi-chan yang tadi bukan mimpi ... maka sepertinya dia bersembunyi di lemari itu.
Mana mungkin itu terjadi. Sekarang adalah hari kerja. Dia seharusnya bekerja di sekolah sekarang. Hiiragi-sensei, tolong lakukan yang terbaik ... Dengan sensasi lembut yang menempel di bibirku, aliran air masuk ke mulutku.
"Telan pelan-pelan."
"... Ya."
"... Nii-san yang selalu mendengarkan kata-kataku ... imut sekali ..."
Gubrak, suara keras lainnya terdengar.
"Dari tadi berisik sekali sih ..." (Sana)
"!!" (Hiiragi)
"Itu mungkin ... Zashiki Warashi ..." [1] (Sanada Seiji)
"Yang bener!?" (Sana)
"Za-Zashiki Warashiiii ...!?" (Hiiragi)
"Ah. Barusan, ada suara ...! ” (Sana)
"Tolong jangan mengorek lebih jauh ..." (Sanada)
"Y-ya ... S-sana, Ti-tidak melihat apa-apa, dia juga tidak mendengar apa-apa!" (Sana)
Mungkin bisa dibilang ini beruntung, tapi jika kau melihatnya dari sisi lain, itu bisa disalahartikan sebagai setan lain.
“... Sa-Sana, harus pergi ke sekolah sekarang, jadi Nii-san, pastikan kamu minum obatnya, oke?”
Setelah melirik kesana-kemari, Sana meninggalkan ruangan dengan tasnya di tangan. Fui ~, desahan keras terdengar.
“Karena kamu mudah masuk angin, itu bukan ide yang bagus untuk memberi air melalui mulut, setidaknya itu yang aku pikirkan ... Selain itu, kalian berdua bukan sepasang kekasih, lagi pula, kalian ‘kan saudara kandung. ”
Hiiragi-chan keluar dari lemari, dan menatap ke arah Sana yang baru saja pergi. Apa? Kenapa Hiiragi-chan, yang seharusnya ada di sekolah, keluar dari lemari ...? Apakah lemari di kamarku ... terhubung ke sekolah ...? Tidak mungkin itu benar. Aah ... kurasa ini mimpi. Pin pon, pin pon, bel pintu berbunyi dan setelah itu ada suara yang berkata, "Maaf mengganggu."
"Kali ini siapa lagi...?"
Sekali lagi, Hiiragi-chan memasuki lemari. Kemudian, Kanata memasuki ruangan.
“... Seiji-kun, apa kamu baik-baik saja?”
"Terima kasih sudah datang menjengukku ..."
"... Aku membawakan obat yang mungkin bisa menyembuhkan demammu."
"Begitukah ... jika itu adalah obat yang bisa diminum, aku sudah punya ..."
Layaknya orang sekarat, aku mengulurkan tanganku ke arah obat yang Sana beli untukku.
"… Tidak masalah. Ayahku bisa sembuh karena hal ini. ”
Apa yang dia tunjukkan padaku adalah tablet yang berbentuk tipis panjang*. Pe-Perasaanku tidak enak…..obat itu terlihat mencurigakan ... Kanata menundukkan kepalanya.
[TN: Mimin curiga, ini obat yang harus dimasukkan lewat bok*ng :’v)
"… Tolong."
"Eh, eh, eh ... apa yang kau minta?"
"Ei!"
Glabruk, ada sensasi kejutan yang menerpa kepalaku saat aku kehilangan kesadaran. Kemudian, setelah tidur panjang, pada hari berikutnya sesaat aku bangun. Demamku sudah benar-benar sembuh, dan sepertinya aku bisa pergi ke sekolah.
"Tapi tetap saja, itu adalah mimpi yang aneh ..."
Hiiragi-chan yang bolak-balik dari lemari, dicium oleh Sana, dan bahkan diserang oleh Kanata ...
Oke. Aku sudah baikan sekarang, jadi seharusnya taka da masalah. Lupakan saja mimpi aneh itu.



Catatan TL:
1.      Zashiki-Warashi,menurut kepercayaan orang jepang adalah dewa yang tinggal di gudang, sering jahil, dan bagi orang yang melihatnya akan mendapatkan nasib baik


close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama