Selamat
Datang di Klub Bertahan Hidup!
“Sakaki! Kau dengar? Ada
penjahat di sekolah!”
“Huh?” Sehari setelah kekacauan
dengan pembunuh, Yuichi datang ke sekolah, ia mendengar Shota menyapanya.
Di atas kepalanya tertulis
“Babu”.
“Memang cocok banget.” Yuichi
refleks berkomentar.
“Huh?” Shota bingung.
“Maaf. Aku cuma ingin
mengatakannya saja.” Yuichi meminta maaf. Saat SMP Shota mungkin saja seorang
striker andalan, namun tampaknya ia harus memulai kembali saat SMA.
“Jadi, siapa penjahatnya?”
Tanya Yuichi, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Yuichi tahu, kalau Shota mudah
teralihkan… Karena seperti itulah Shota.
“Dia sudah merusak jendela dan
pintu! Lihat! Pintunya berlubang! Ya ampun, tak kusangka seseorang akan
melakukan perbuatan semacam itu.”
Yuichi menegang. Ia ingat semua
yang terjadi kemarin. Lalu melihat ke pintu kelas. Terdapat dua lubang di sana.
“Oh iya. Seperti yang dikatakan
penyanyi Ozaki. Berbicara tentang retro, kau tahu?” Yuichi merespon dengan
aneh. Karena sadar bahwa dirinya adalah dalang dibalik semua ini.
“Bahkan ada shuriken tertancap
di dinding.”
“Y-Yah. Mungkin seorang ninja.
Terdengar langka, ya!” Yuichi lupa untuk membereskannya. Dan lalu, meskipun
Yuichi ingat untuk membersihkan shurikennya, belum tentu ia bisa memperbaiki
jendela dan pintunya. Yuichi pasrah, hanya bisa berdoa agar seseorang tidak
tahu kalau dirinyalah pelakunya.
“Ngomong-ngomong, apa itu
tasmu? Aku melihatnya di atas mejamu.”
“Huh? Ya, kemarin aku lupa
untuk membawanya pulang.” Seperti biasanya, Shota menerima saja alasan yang
Yuichi berikan, dan tidak berusaha mengoreknya lebih jauh.
“Sulit dipercaya seseorang di
sekolah ini akan melakukan hal semacam itu…” Shota melihat sekeliling kelas.
Tidak ada diantara mereka, setidaknya, yang terlihat seperti “penjahat”.
“Terkadang orang yang terlihat
sangat biasa-biasa saja justru memiliki stress yang berat. Orang semacam itu
mungkin yang harusnya kau curigai,” Yuichi setengah mengaku, namun itu tidak
mengurangi rasa bersalah yang ia rasakan. Kegelisahannya karena meninggalkan
bocah pembunuh berantai itu begitu saja semakin tumbuh setiap hari. Setelah
kelas berakhir, dia dan Aiko segera pergi ke ruang klub bertahan hidup.
“Semua kejadian kemarin
membuatku pusing. Aku sangat takut. Bagaimana denganmu, Sakaki?”
“Huh? Aku sih setelah tiba di
rumah, langsung tidur. Lalu bangun, sarapan, dan tidur lagi. Dan tau-tau, sudah
pagi.”
“Kau tidak kepikiran apapun?
Seperti apa yang harus kita lakukan selanjutnya?” Tanya Aiko terkejut.
Yuichi sadar itu membuat dirinya
terdengar seperti orang yang cuek banget, namun ia sudah sangat mengantuk, dan
tidak bisa menahannya lagi. Selain itu, Yuichi merasa jauh lebih baikan setelah
tidur malam yang nyeyak. Efek samping karena memakai furukami hampir sepenuhnya
telah lenyap.
“Untuk sekarang, yang bisa kita
lakukan hanyalah membicarakan ini dengannya.” Yuichi mengibaskan tangannya.
Dia telah mempersiapkan dirinya
sepanjang hari untuk berbicara dengan Natsuki Takeuchi. Yuichi mengakui,
dirinya sedikit lega karena gadis itu tidak datang waktu itu. Satu-satunya
pertanyaan yang tersisa adalah, apa yang harus mereka lakukan terhadap pembunuh
yang mereka kunci di ruang klub.
Mereka berjalan menuju bangunan
sekolah tua, struktur bangunannya terbuat dari kayu dan sering menimbulkan
suara deritan. Terdapat berbagai ruangan dan gudang. Karena bangunannya sudah
dalam kondisi lumayan rusak, pernah dijadwalkan akan dibongkar, tetapi
tertunda, karena terkendala biaya pembongkarannya.
Yuichi dan Aiko naik ke lantai
dua dan berjalan menyusuri lorong. Yuichi melihat ada sesuatu yang aneh. Ada
seorang siswi berdiri di depan pintu. Dia tampak gelisah, rambutnya
bergelombang dan bewarna coklat, dia tampak seperti tipe gadis yang bertutur
kata lembut.
Di atas kepalanya terdapat
label “Fanatik Isekai. ”
Cewek tersebut melihat sekitar
dengan gelisah, lalu dia melihat Yuichi dan Aiko sedang berjalan ke arahnya.
“Oh! Adiknya Sakaki!”
“Um… Orihara, kan?”
Kanako Orihara, dia adalah
temannya Mutsuko. Yuichi pernah bertemu dengannya saat dia bertamu ke rumahnya,
tapi Yuichi tidak tahu banyak tentang cewek itu.
“Lihat, tertulis ‘Bom serangga
sedang berlangsung ‘ Apa yang harus kita lakukan? Aku diberitahu Sakaki untuk
tidak melakukan apapun… ”
“Um, sebenarnya… ” Kata Yuichi
sambil melihat ke arah pintu.
Bom serangga sedang
berlangsung!
Yuichi mencoba membuka pintu.
Ternyata masih terkunci,
berarti Mutsuko belum datang.
“Berhenti! Nanti serangganya
akan keluar! Kau tahu… Sesuatu yang berwarna hitam ! ”
“Maksudmu keco— “
“Hussstt !” Dia menyela sambil
menatap Yuichi hingga terdiam.
“Sakaki… Siapa dia?” Aiko
memiringkan badan dan bertanya.
“Dia adalah temannya kakakku,
dan salah satu anggota klub bertahan hidup. Namanya Orihara… ”
“Nggak masalah kalau dia
melihat seorang bocah di dalam sana?”
“Masalahnya, dia ini tuh
anggota klub, jadi… ” Yuichi melihat ke arah Orihara dengan gugup.
Kalau dia sudah ketakutan saat
melihat kecoa terbang keluar, bagaimana jadinya jika dia melihat bocah sedang
terikat di dalam?
“Orihara, apa kau punya kunci
ruangannya?”
“Kita tidak boleh masuk ke
dalam!” Kata Orihara.
“Dengar, kakakku itu cuma
bercanda. Tidak ada yang namanya bom serangga. Nggak akan keluar apapun kok. ”
“Serius?”
“Duarius.”
Orihara lantas meletakkan
tangan ke dada, menunjukkan perasaan leganya.
“Aku tidak membawa kuncinya.
Aku meninggalkannya di rumah.”
“Terus, siapa yang punya kunci
selain kau? ”
“Hanya ketua dan wakil ketua.
Sakaki dan aku.”
“Jadi kita harus menunggu
sampai Mutsuko datang? Kita berdiri di sini terlihat kayak orang bodoh saja… ”
Yuichi lalu mengeluarkan kotak
perkakas dari dalam tas.
Membukanya, dan terlihat
berbagai macam benda metalik. Yuichi mengambil benda menyerupai obeng dengan
ujungnya yang lancip.
“Sakaki… Benda apa itu?” Tanya
Aiko dengan ekspresi bingung.
Yuichi lantas menjawabnya.
“Ini lockpick, digunakan untuk
membuka pintu. Dengan kunci pintu berbentuk silinder seperti ini, pasti akan
cukup mudah untuk membukanya… ”
“Kamu seorang pencuri!” Seru
Aiko.
“Bukan! ”
“T-Tapi lihatlah yang kamu
pegang… ”
Kata Aiko sambil melihat ke
arah lockpick.
“Ini bukan berarti aku sering
menggunakannya untuk mencuri atau hal lainnya. Kita kan ingin masuk kedalam.
Bukankah akan lebih cepat?”
“Atau kita bisa menunggu sampai
kakakmu datang… ”
“Baiklah. Aku mengerti.” Yuichi
menerima saran Orihara, dan menutup kotak perkakasnya dengan patuh.
“Sakaki, kamu terlalu mengatai
kakakmu, padahal kamu sendiri juga aneh. Apa kamu tidak menyadarinya?”
“Kau bilang apa tadi?”
“Tidak, bukan apa-apa.” Jawab
Aiko.
Dengan sabar mereka menunggu
Mitsuko datang.
“Kak, kau lama sekali. Apa yang
kau lakukan sih?”
“Ya, Sakaki, apa yang kamu
lakukan?”
Yuichi tahu, Mitsuko dan Kanako
berada di kelas yang sama, kelas 2-A.
Terus kenapa mereka nggak ke
sini bareng ?
“Kalian tahu, aku tadi dengar
kalau ada penjahat di sekolah! Dia merusak beberapa jendela di kelas! Aku
berpikir, ‘ Whoah, di sekolah yang tenang dan damai seperti ini?’ Jadi aku pun
pergi memeriksanya! Penasaran siapa yang melakukannya! Mungkin orang ini punya
masalah kejiwaan!”
“U-Um, uh, s-soal itu… ” Yuichi
berbicara gagap. Karena tidak ingin membeberkannya.
“Oh, aku jadi kepikiran tentang
bom serangga! Kukira ini tidak berhasil, jadi aku menyiapkan tanda yang baru!”
“Lupakan soal tanda itu! Kita
tidak membutuhkan satupun! ”
“Aku kira seseorang mungkin
akan tertipu.”
“… Yah, kita sudah melihat
seseorang yang ada di sini tertipu dibuatnya, kan?”
“Kurasa ini terlihat bohongan.
Jadi aku menulis ini!”
Ucap Mitsuko sembari merobek
tanda bom serangga dan memasang tanda yang baru.
Istana Iblis Goddamn.
“Mustahil! Ini klub bertahan
hidup, sangat jelas ini kebohongan!”
“Benarkah? Kupikir siapapun
akan ragu untuk datang, karena mereka pasti berpikir kalau Raja Freed sedang
berkeliaran di sekitar sini. Dan aku menamai ruangan ini sebagai Istana Iblis
Goddamn, jadi ini bukanlah sebuah kebohongan!”
“Bagaimana semua orang bisa
menerimanya?!”
“… Kata yang bagus. Bagaimana
kalau begini?”
Mutsuko mengeluarkan polpen dan
memperbaiki tulisannya. Sekarang tertuliskan : Istana Iblis Goddaclub.
“Apa-apaan klub ini sebenarnya
sih?!”
Mutsuko membuka pintu.
Hal pertama yang Yuichi rasakan
adalah bau tidak sedap. Bocah itu masih terikat dan kelihatannya tidak
berpindah sejak kemarin. Lakban masih menempel di mulutnya.
Bocah itu tampaknya tersadar,
matanya berkaca-kaca, dan masih terus terdiam. Genangan air di lantai tampaknya
adalah sumber dari bau tidak sedap itu.
“Aku tahu dia yang menyerangku,
tapi aku merasa kasihan padanya.”
“Ah-ha ! Aku tahu apa yang
harus dilakukan untuk ini! Noro, bisa ambilkan ember dan pel? Yu, berikan dia
sebuah baju ganti!”
“Aku punya seragam yang kupakai
untuk olahraga… Agak berkeringat sih, tapi itu lebih baik daripada yang dia
pakai sekarang. ”
Aiko dengan patuh pergi
mengambil ember dan pel, sementara Mutsuko melepas ikatan bocah tersebut.
Yuichi melihatnya dengan gugup.
Yuichi takut kalau dia mungkin
berpura-pura, tapi setelah dilepaskan, bocah pembunuh tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda ingin menyerang.
Yuichi mengecek kondisinya,
lalu melepaskan pakaian kotornya dan memakaikan seragam berlengan pendek dan
celana yang diambil dari dalam tas.
Yuichi berpikir beberapa menit,
apa yang akan dilakukan dengan baju bocah ini, akhirnya Ia memutuskan untuk
membuangnya ke tempat sampah.
Sebelum melakukannya, Ia
menggeledah bajunya, menemukan beberapa kunai, makibishi, dan sebuah hp, lalu
semuanya diletakkan di atas meja.
Apa dia seorang ninja ?
Kanako berjalan
terhuyung-huyung di dalam ruangan, membuka jendela dan melihat ke langit. Dia
tampaknya seperti ingin lari dari kenyataan.
Yuichi mendudukkan bocah
tersebut ke kursi, dan mengikatnya kembali. Genangan tadi dipel, setelah
beberapa menit, baunya pun menghilang.
“Baiklah, sebagai ketua, aku
ucapkan. Noro, Yu! Selamat datang di klub bertahan hidup!”
Yuichi dan Aiko melihat
sekeliling ruangan sekali lagi. Ini pernah menjadi ruangan kelas, jadi lumayan
luas, tetapi dengan kekacauan tadi membuatnya jadi tampak suram.
Paling menonjol di sini adalah
rak buku, semuanya tertata rapi seperti di perpustakaan, yang sebagian besarnya
memenuhi ruangan.
Yang memenuhi ruangan
selanjutnya adalah sebuah kotak kardus — yang bertumpuk-tumpuk. Yuichi tidak
dapat menebak apa yang ada di dalamnya.
Di sekitarnya terdapat tumpukan
topeng, kendi, boneka, serta barang yang tidak berguna lainnya.
Di dinding tidak ada hal aneh
selain batu berwarna yang tertempel dalam jumlah banyak, tersusun tidak karuan,
dari lantai sampai ke langit-langit.
“Apa itu?” Aiko menunjuk ke
arah batu yang ada di dinding.
“Hmm? Oh, itu Bouldering. Kami
menggunakannya untuk latihan panjat tebing. ”
Bouldering adalah jenis batu
untuk panjat tebing. Untuk berlatih, dapat menempelkan batu ke dinding dan
menggunakannya sebagai pegangan.
“Kenapa kalian mempunyainya?”
“Karena panjat tebing adalah
kemampuan yang sangat dibutuhkan dalam bertahan hidup! Kamu tahu… ”
Mutsuko tampaknya akan memulai
penjelasan dengan bersemangat, tetapi Yuichi segera menyelanya. Yuichi khawatir
karena membiarkan pembunuh itu tanpa pengawasan.
“Kak, kau bisa menjelaskannya
lain kali. Sekarang kita harus berpikir apa yang akan kita lakukan padanya.”
Kata Yuichi sambil menunjuk ke arah pembunuh tersebut.
“Ide bagus ! Kita tidak boleh
meninggalkan dia selamanya seperti itu.” Mutsuko berjalan ke arah bocah itu dan
melepas lakban dari mulutnya.
“Bisakah kau berbicara?”
“Apa-apaan… Kalian ini?” Kata
bocah itu dengan suara serak.
“Kalian jahat… Lebih jahat
daripada iblis… ” Suaranya yang serak. Dia belum makan dan minum sepanjang
hari.
Dia tidak seperti manusia pada
umumnya, tetapi terlihat seperti oni.
“Maaf, tapi kaulah yang
menyerangku. Noro! Ambilkan minum.”
“Padahal kamu sudah menyuruhku
terus.” Gerutu Aiko, tetapi dia tetap menurutinya, dan kembali membawa segelas
air.
Gelas tersebut dari ruang klub,
itu terlihat seperti gelas untuk minum wine dan terbuat dari perak. Pasti ada
cerita dibalik benda itu.
Yuichi meraihnya dan
meminumkannya ke bocah itu. Sempat tersedak, tapi bocah itu meminumnya sampai
habis.
“Aku tahu kenapa kau
menyerangku. Natsuki Takeuchi kan?” Tak ada yang perlu disembunyikan sekarang.
Mutsuko sudah mengetahui tentang keberadaan pembunuh berantai, kecuali Kanako
yang belum mengetahuinya.
“Huh? Siapa itu Takeuchi?”
Tanya bocah tersebut.
“Apa ? ”
Berpikir sejenak, itu
sepertinya bukan sebuah kebohongan. Bocah ini benar-benar tak mengenali nama
itu.
“… Oh itu. Dia cewek yang
memanggilku ke sini. Aku membuat perjanjian dengannya. Kalau aku membunuhmu,
maka aku bisa memakai tempat perburuannya.”
“Perjanjiannya dibatalkan, jadi
kau tidak mendapatkan apapun dengan membunuhku.” Ucap Yuichi.
“Tidak mendapatkan apapun?”
Bocah itu tertawa. “Apa yang
sedang kau pikirkan, huh? Dasar goblog! Akan kubunuh kalian! ”
“Yu. ” Setelah diam beberapa
saat, Mutsuko akhirnya berbicara.
“Apa?” Tanya Yuichi. Berbalik
ke arah Mutsuko.
Kakaknya sedang memegang sebuah
gelas yang berisi kedelai.
“Apa kau tak keberatan jika aku
mencoba sesuatu?” Kata Mutsuko sambil tersenyum, lalu mengambil kedelai, dan
mengangkatnya ke atas.
“Bukannya itu kedelai? Tentu,
lakukan saja sesukamu.” Yuichi ragu kalau sesuatu yang simpel seperti melempar
kedelai akan membuat sebuah perbedaan hanya karena dia adalah seorang oni.
Oni tertawa lagi, lalu
mengejek, “Kau pikir itu akan mempan terhadapku, hah?!”
“Oni pergilah!” Mitsuko
melempar kedelai ke arahnya, sambil mengucapkan Setsubun.
Kedelai itu menghantam lengan
bocah itu layaknya sebuah peluru.
Yuichi mendengar teriakan Aiko
diikuti bocah itu. Ia khawatir dengan suara mereka, kalau nanti seseorang akan
datang untuk memeriksanya. Bagaimanapun juga, klub berita mungkin sedang
melakukan aktifitas di ruang sebelah.
Yuichi lalu mengecek keadaan
Kanako, sudah terlambat, dia benar-benar sudah kalap. Kanako berbincang dengan
burung-burung dari luar jendela.
“Ap-Apa yang kau lakukan?
Kenapa kau bisa berbuat hal seperti ini?” Seru Bocah oni.
“Aku belum pernah bertemu oni
yang asli sebelumnya, jadi kedelai benar-benar bekerja huh?!” Mutsuko
mengangguk tanda mengerti.
Yuichi lantas mengambil kedelai
dari lantai dan melemparkannya ke bocah itu.
“Ow! ” Teriak kesal bocah itu.
Akibat dari lemparan kedelai membuat kakinya mendapat bekas merah.
“Woi ! Berhentilah
bermain-main!”
“Bagaimana lemparanmu begitu
kuat?” Tanya Yuichi, mengabaikan ocehan bocah itu dan berbalik ke arah Mutsuko.
“Mungkin soal keyakinan ? Ya.
Keyakinan memberikan kekuatan ke dalamnya!” Kata Mutsuko dengan semangat.
Mutsuko membuatnya terdengar
sungguhan, dan kelihatannya cukup menyakinkan. Yuichi tak mampu bersaing dengan
Mutsuko soal keyakinan.
“Ngomong-ngomong, dia berkata
akan membunuh kita semua. Aku tak ingin merasakannya, jadi kita harus
membunuhnya terlebih dahulu!”
Mutsuko mengangkat dua kedelai
untuk dilempar. Dia membidik tepat ke wajahnya.
Jika itu mengenainya dengan
keras seperti sebelumnya, itu pasti bisa membunuhnya.
“Woi! Hentikan dia!” Teriak
bocah itu dengan panik.
Yuichi mengangkat tangannya
untuk menghentikan Mutsuko. Mutsuko menurunkan tangannya, tetapi dia tetap
memegang kedelai, bersiap untuk melemparkannya kapan saja.
“Baiklah. Gimana kalau kita
membuat sebuah kesepakatan? Pertama, berhentilah mencoba membunuh kami. ”
“Baiklah. Tapi, bagaimana
caramu untuk membuatku agar tidak ingkar pada kesepakatan ini? ” Responnya
begitu mengejutkan.
Sudah pasti karena dia di bawah
ancaman peluru kacang kedelai, bocah itu pasti akan mengatakan apa saja.
“Aku tidak bisa menjawabnya,
tetapi aku harap kau tidak akan membunuh kami. Lain kali, aku takkan pernah
memberi belas kasihan. Kakakku akan selalu memburumu, Si Pendek akan menghisap
semua darahmu.”
“Aku tidak menghisap darah dan
aku tidak pendek!” Teriak Aiko dengan kesal. Dia kelihatannya tidak suka jika
seseorang menyinggung tinggi badannya.
“Aku akan menjauh darimu
selamanya.” Janji bocah itu.
“Bagus. Itu kesepakatan yang
pertama. Sekarang yang kedua. Aku ingin kau memberitahukan semua hal tentang
Natsuki Takeuchi. Siapa cewek itu sebenarnya? Apa dia seperti dirimu? Apa dia
kuat? ”
“… Mirip, dia sering menyerang
manusia, tetapi dia tak seperti oni pada umumnya. Dia merupakan spesies
langka.”
“Terus, kenapa kau menyerang
manusia? ”
“Untuk makan. Aku begitu
menikmatinya, tetapi beberapa dari kami, ada yang berbeda.”
“Kau makan manusia?!”
“Begitulah. Karena kami adalah
oni.”
Yuichi melihat ke arah Mutsuko.
“Ya. Ada banyak sih jenis oni,
tetapi di Jepang umumnya percaya kalau mereka memakan manusia. ” Kata Mutsuko.
“Ya, bisa dibilang bahwa itu
adalah kutukan kami.” Kata bocah oni.
“Kebanyakan makhluk hidup hanya
membutuhkan sejumlah nutrisi dan kalori, tetapi kami membutuhkannya dari
memakan manusia. Itu seakan adalah karma untuk kami. ”
“… Kita bisa berasumsi kalau Takeuchi
itu sama?” Tanya Yuichi dengan gelisah.
Karena salah satu teman
sekelasnya adalah pemakan manusia. Ini sudah di luar imajinasinya, tetapi
Yuichi masih penasaran.
“Kupikir dia agak berbeda. Dia
membunuh hanya untuk kepuasan hasratnya sendiri atau sesuatu seperti itu. Untuk
kami sih, membunuh manusia hanya untuk dimakan. Kami juga bisa memakan orang
yang sudah mati. Tetapi kami lebih suka berburu dengan tangan kami sendiri.”
Yuichi sedikit lega setelah
mendengarnya. Meskipun Takeuchi masih membunuh manusia, ada perbedaan besar
dalam persepsinya kalau dia tidak memakannya.
“Mengenai seberapa kuatnya dia…
Aku tidak tahu, karena masih belum melihat dia bertarung, tetapi dia mungkin
lebih kuat daripada aku.” Lanjut bocah itu.
“Kenapa kau berpikir begitu?”
“Kakakku Shuten pernah mencoba
untuk merebut tempat berburunya dan akhirnya dia kesusahan setengah mati.
Shuten lebih kuat dariku, jadi dia pasti lebih kuat dariku.”
“Aku paham.” Sangat
disayangkan, meskipun hanya mengetahui dia begitu kuat dibandingkan bocah ini,
itu tidak merubah banyak hal.
Hal yang dapat mereka lakukan
hanyalah tetap waspada.
“Itu saja dariku. Noro, apa kau
punya pertanyaan?”
“Huh? Aku? Aku tidak
memikirkannya, tunggu bentar… ” Aiko belum bersiap.
“Kak, Kalau kau?”
“Tidak ada. Aku pikir ini hanya
masalahmu saja, Yu. Tentu saja. Aku akan membantumu, tapi kakak harus
memberikan kebebasan pada adiknya!”
“Ya, baiklah. Jadi, apa yang
akan kita lakukan dengan bocah ini?“
“Jika kamu tidak membutuhkannya
lagi, kenapa tidak melepaskannya saja?“
Mutsuko lantas melepaskannya
tanpa berpikir panjang.
“Kau dengar. Kau bisa pergi.“
Kata Yuichi.
Bocah itu berdiri dan mengecek
bekas ikatan di tangannya. Tangan kanannya, yang terkena lemparan kacang
kedelai, tampaknya tidak bisa bergerak.
“Siapa sih kalian ini?“
“Kami adalah Klub Bertahan
Hidup SMA Seishin ! Kami belajar pengetahuan dan kemampuan bertahan hidup di
dunia yang kejam ini! Itu bisa menolongmu dari bencana, serangan teroris, serta
serangan oni dan yokai!”
“Tunggu… Ini teknik bertahan
hidup juga?” Keluh bocah itu, setengah kesal.
“Kalian pasti bercanda… ” Bocah
itu terkejut melihat tali kuil dan ikan sarden yang berserakan di lantai.
Lalu duduk kembali.
“Huh?” Kata Yuichi heran.
“Jadi ini klub semacam itu?”
Lanjut bocah itu. “Bagaimana kalau kalian menunjukkan padaku, apa yang kalian
punya?”
“Bodo amat! Cepatlah keluar!
Tidak ada pertanyaan untukmu!” Teriak Yuichi.
“Baiklah! Kami akan
menunjukkannya padamu, apa yang kami punya ! ” Sahut Mutsuko.
“Woi!” Teriak Yuichi, kesal.
Interograsi sudah selesai dan
bocah ini sudah tidak punya alasan untuk berada di sini.
“Maaf. Ketua klub sudah bilang,
jadi… ”
Bocah itu tersenyum dengan
penuh kemenangan.
Yuichi menatap Mutsuko dengan
jengkel. Ia tahu bahwa setelah kakaknya memutuskan sesuatu, itu mustahil untuk
merubah keputusannya.
“Klub bertahan hidup tidak
pernah mengecewakan siapapun!“ Teriak Mutsuko.
“Apa yang kau pikirkan, Orihara
? Kamu sepanjang waktu melihat ke arah luar. ” Kata Yuichi.
“Ada apa Sakaki? Hmm? Aku tidak
melihat apa-apa kok ! ”
“Kalau kau sedang tidak melihat
apa-apa. Kesinilah, kita akan memulai kegiatan klub.“
“Oh, tetapi… ” Kata Kanako
sambil melihat ke arah luar. Dia bahkan tidak tertarik melihat ke dalam
ruangan.
“Tidak apa-apa. Kamu mungkin
berpikir ada seorang bocah sedang terikat dan mengompol di sini, tetapi itu
cuma imajinasimu saja. ”
“Bener? Apa itu bener?” Kanako
pun berbalik.
“Ya, bener kok. Kemarilah dan
lihat!”
“Eek!” Dia terkejut saat
melihat bocah itu.
“Jangan cemas, dia cuma
kenalannya Yu. Kamu mungkin tadi melihatnya terikat, tetapi itu cuma
imajinasimu saja. ”
“Apa? Apa bener hanya
imajinasiku saja?”
“Suwer deh. Orihara, kau
terlalu memikirkannya. Kamu akan dalam masalah besar, jika beneran terlempar ke
isekai. ”
“Y-Ya, kamu benar. Aku takkan
pernah bisa bertahan hidup di isekai kalau seperti ini. Aku harus lebih
berani.”
Begitukah caramu menyakinkan
dia ?!
Pikir Yuichi sambil
membenturkan wajahnya ke atas meja.
Terdapat dua meja klub dengan
ukuran panjang, meja lipat yang bisa disatukan. Aiko, Yuichi, dan bocah itu
duduk bersama dalam satu sisi.
Di seberang mereka ada Mutsuko,
dan — Selepas dibawa kembali ke dunia nyata — Kanako.
“Baik! Kegiatan klub dimulai!”
“Tungu bentar!” Yuichi menyela
pembicaraan, dan mengangkat tangannya.
“Aku tidak pernah bilang akan
bergabung dengan klub bertahan hidup. Aiko juga. ”
Yuichi berpikir ini tidak ada
gunanya, tetapi Ia mencoba untuk melawan.
“Oh, benarkah? Karena kamu
belum mengisi lembaran formulir… Jadi, mari kita lakukan sekarang!” Mutsuko
berlari keluar dan kembali sambil membawa lembaran formulir, dan meletakkannya
di depan mereka berdua.
Seperti yang diharapkan, mereka
sudah tidak bisa keluar dari sini kecuali bergabung ke dalam klub.
“… Baiklah, aku akan bergabung…
Tetapi, bisakah aku berada di dua klub?”
“Hmmm? Jadi kamu bertanya… Yu,
kamu mau bergabung dengan klub lain?”
“Klub Paduan Suara.”
“Huh? Kenapa?” Tanya Aiko,
terkejut.
Dia sepertinya tidak pernah
membayangkan kalau klub paduan suara akan menjadi pilihan pertamanya.
“Huh? Apa itu terdengar aneh? Aku
hanya ingin memainkan piano saja.”
“Sakaki, Kamu bisa memainkan
piano?”
Tanya Aiko dengan kagum.
“Ya, itu hanyalah hobi. Apa ada
masalah? Kami hanya punya keyboard listrik di rumah, jadi kupikir akan sangat
bagus kalau mencoba yang asli… ”
Sejak SD Yuichi sudah belajar
bermain keyboard listrik, dan Ia selalu menikmatinya. Kedua saudaranya pernah
belajar, tetapi tak lama mereka pun menyerah.
“Noro, apa kamu bergabung
dengan klub lain juga ? ”
“Aku belum ada rencana… ”
“Kamu bisa bergabung ke klub
bertahan hidup! Partisipasi dalam kegiatan klub semua dilakukan secara
sukarela! Setiap hari kamu akan merasa bahagia! Orihara dan aku cuma
satu-satunya yang datang setiap hari!”
“Kenapa bisa begitu? Bagaimana
kalian melakukan kegiatan jika hanya ada ketua dan wakilnya?”
“Yu, kalau kamu mau gabung
dengan klub paduan suara, kamu boleh gabung di klub ini juga kok!”
“Baiklah. Aku tidak keberatan
kalau berada di daftar. Apa sudah cukup?”
“Aku juga… ” Kata Aiko.
Mereka lantas mengisi data
formulir, dan menyerahkannya ke Mutsuko.
“Baiklah, mari kita
merresmikannya. Sepertinya aku merasa dejavu… Lupakanlah… Selamat datang di
klub bertahan hidup!”
“Ya, terima kasih.” Kata
Yuichi.
“Senang berada di sini.” Tambah
Aiko.
Respon Yuichi begitu cuek,
sedangkan Aiko tampak begitu senang.
“Kalau begitu, bagaimana kalau
kita memulainya dengan perkenalan diri?” Usul Mutsuko.
“Yang benar saja… ” Keluh
Yuichi. Ia sudah kenal semuanya, jadi itu tampak seperti membuang-buang waktu.
“Oke, akan aku awali.” Kata
Mutsuko.
“Mutsuko Sakaki! Aku seorang
ketua klub! Keahlianku adalah bela diri! Orihara, kamu selanjutnya!” Kata
Mutsuko.
Kanako berdiri dan memberi
salam pendek.
“Namaku Kanako Orihara. Aku
seorang wakil ketua klub. Keahlianku adalah isekai.”
“Bagus! Yu, kau selanjutnya.”
“Yuichi Sakaki. ” Kata Yuichi
sambil menggerutu.
“Cuma segitu? ” Mutsuko
cemberut.
“Aku tidak punya keahlian.”
“Oke. Selanjutnya, Noro.”
“Baik. Namaku Aiko Noro. Aku
tidak tahu keahlianku, tetapi aku mempunyai hobi membuat permen. Senang berada
di sini.”
“Bagus. Jempol untukmu!
Sekarang kamu, bocah oni!” Mutsuko menunjuk ke arah bocah oni.
“Huh? Kau ingin aku
melakukannya juga?” Dia terkejut.
“Tepat sekali. Akan sangat
menyedihkan jika kamu hanya berdiam diri saja dan kami tidak tahu namamu!”
“Baiklah… Namaku Kyoushiro
Ibaraki. Umurku limas belas tahun. Jika aku di SMA, maka aku berada di kelas
satu. ”
“Jika? Tetapi kamu mengenakan
seragam sekolah.”
“Ini hanya untuk berkamuflase
agar bisa berbaur dengan manusia. Orang seperti kami normalnya tidak
bersekolah. Tapi cewek itu… Takeuchi, kau memangilnya begitu kan ? Cewek itu…
Cuma dialah yang benar-benar pergi bersekolah.”
Yuichi memerhatikan bocah itu —
Namanya Ibaraki. Di kepalanya berlabel “Ibaraki-doji ”. Itu berbeda dengan
sebelumnya.
Mungkin karena Yuichi tahu
kalau dia dan Natsuki merupakan jenis yang berbeda… atau mungkin suatu saat Ia
akan mengetahui Natsuki lebih jelas lagi. Karena sekarang Yuichi masih belum
yakin.
“Baiklah. Perkenalan sudah
selesai. Mari kita mulai!” Mutsuko berdiri dan manarik papan tulis.
Mutsuko mengeluarkan spidol
hitam dan menulis
“Cara Bertahan Hidup di Isekai
”.
“Apa itu?” Tanya Aiko.
“Hmm? Kita akan bertukar
pendapat tentang bagimana caranya bertahan hidup jika kamu terlempar ke isekai.
Isekai! Itu lho, seperti perjalanan waktu atau terlempar ke dimensi lain!”
“Memangnya ada? Aku sih cuma
tahu caranya bertahan hidup dari gempa, atau perang nuklir, tetapi terlempar ke
dimensi lain?”
“Kamu belum mengalamainya, tapi
itu benar-benar ada!” Kata Mutsuko terdengar menyakinkan..
Yuichi juga tidak mempunyai
bukti, kalau tidak ada orang terlempar ke dimensi lain.
“Kita punya banyak pemula hari
ini, jadi kita mulai yang sederhana. Maksudku, mencari tahu bagaimana cara
kalian, jika kalian hidup di dunia yang penuh silikon, mungkin akan ada sedikit
kemajuan.”
“Apakah topik ini benar-benar
bisa membuat perspektifmu maju?”
“Mari pertimbangkan sebuah
isekai, istilah Jepang dan akal sehat Jepang berlaku. Katakan saja… Jika kalian
terlempar ke Zaman Peperangan! Orihara, tolong pimpin diskusi ini. Noro, tolong
catat.”
“Huh? Aku? Tapi aku belum
pernah melakukan ini sebelumnya… ”
“Tidak masalah. Tulis sebisamu.
Kami akan membantumu mengisi apa saja yang kamu lewatkan.” Mutsuko menyerahkan
pulpen dan buku catatan.
“Baiklah. Sekarang aku akan
memimpin diskusi ini. Terima kasih untuk kalian semua yang sudah datang.
Langsung ke intinya. Ada beberapa contoh yang berkaitan dengan terlempar ke
Zaman Peperangan.” Kanako mulai menulis di papan tulis.
“Ryo Hanmura’s G.I. Samurai.
Ini adalah novel terkenal yang mendapat adaptasi acara TV dan movie. Bercerita
tentang seorang pemuda yang terlempar ke Zaman Peperangan. Nobunaga no Yabou.
Ini merupakan light novel yang mendapat adaptasi anime. Di mana tokoh utama
terlempar ke Zaman Peperangan, di mana jenderal yang terkenal semuanya adalah
seorang cewek. Nobunaga no Chef, ditulis oleh Mitsuru Nishimura dan digambar
oleh Takuro Kajikawa. Manga ini mendapat adaptasi acara TV. Menceritakan
tentang seorang koki Jepang dari jaman modern yang terlempar ke Zaman
Peperangan dan akhirnya menjadi pelayan Nobunaga. Ini hanya beberapa contoh
saja, tapi kalian bisa mendapatkannya dengan membeli, kalian juga bisa
mendapatkannya dari web novel, masih banyak lagi yang bisa diperoleh. Novel
berjenis Nobunaga lumayan populer akhir-akhir ini. Jadi, kita akan berdiskusi
dari sudut pandang itu sekarang. Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba
berada di pasukan Nobunaga?”
Kanako tampak lembut dan sangat
sederhana. Yuichi merasa takjub dengan mudahnya kalimat itu keluar dari
mulutnya.
Mata Aiko terbelalak. Dia
tampaknya merasakan hal yang sama. Bagaimana pun aku melihatnya, dia memanglah
temannya kakakku…
Sebelumnya | Daftar isi |
Tags:
Nee-chan wa Chuunibyou