Kamis.
25 April - Menatap Ke Depan. Kosong. Kare.
Tepat sebelum aku meninggalkan
kelas setelah sekolah berakhir, aku diberhentikan oleh panggilan “Tunggu!” dari
Mariko.
Tampaknya dia ingin menanyakan
sesuatu padaku.
Kenapa dia begitu tergesa-gesa?
Aku merasa sedikit bingung, tapi, pertanyaannya hanyalah "Apa ada sesuatu
yang sangat ingin kamu makan secara khusus?".
Dia selalu membuatkanku nasi
kotak, itu saja sudah lebih dari cukup bagiku.
Itu sebabnya selama bukan
sesuatu yang aneh, aku akan menyambut setiap lauk yang ada di dalam nasi kotak
itu. Setelah aku menjawab seperti itu, dia menjawab dengan "Maksudku bukan
menu di nasi kotak.".
Jadi apa yang aku ingin makan
selain kotak makan siang, ya?
Setelah diberitahu begitu, aku
tidak bisa memikirkan apa pun, dan mengatakan itu padanya. Lalu, entah kenapa
aku malah dibawa ke supermarket dalam perjalanan pulang.
Mungkin dia disuruh berbelanja
untuk makan malam. Sementara aku melihat bahan-bahan yang aku lewati, aku
memikirkan makanan apa yang ingin aku makan.
Hmm. Aku tidak bisa memikirkan
apa pun. Aku hanya bisa membayangkan seseorang terampil memasak bisa lakukan ...
dan itu menjadi lebih sulit untuk memikirkan sesuatu.
Sembari menunggu Mariko dengan
keranjang di tanganku, smartphone-ku berdering nada pesan sms.
Pesan itu dari Yuuki. Dia
bilang kalau dia akan terlambat hari ini dan aku di suruh menunggu di
ruangannya... eh.
Sudah cukup lama sejak aku
pulang dan sendirian. Rasanya entah kenapa jadi sedikit kesepian …... dan, saat
aku berpikir begitu aku mulai menyadari. Yuuki memiliki kehidupan sekolahnya
sendiri, dan aku meyakin kalau itu adalah hal yang alami bagiku untuk bertemu
dengannya segera setelah itu.
Sampai berapa lama dia akan
telat?. Jika itu hanya lima menit, dia takkan repot-repot mengirimkan pesan. Mengingat
dia menghubungiku untuk tidak membuatku khawatir, rasanya seolah-olah dia tidak
kembali sama sekali.
Sementara aku melintasi area
makanan segar, sebuah ide terlintas di
pikiranku.
Aku akan membuat makanan untuk
Yuuki hari ini. Jika hanya kare maka aku bisa memasaknya tanpa praktek, aku takkan
gagal ... mungkin.
Aku mulai mengumpulkan
bahan-bahan untuk kare dalam keranjangku.
Dan saat aku tengah
mengumpulkan bahan makanan, Mariko melirik ke dalam keranjangku dan bertanya
apakah aku ingin makan kare. Aku heran bagaimana dia bisa tahu itu, aku hanya
menaruh daun bawang, wortel serta kentang dan masih belum membeli bumbu kare
instan.
Mariko pun mendesah. Tentu saja, masakan kare tidak bisa
dimasukkan ke dalam sebuah kotak makan siang. Saat dia mengatakan itu padaku,
dia tampak kesepian.
Oh itu benar. Alasan aku datang
bersamanya ke supermarket adalah untuk mempertimbangkan apa yang aku ingin
makan. Dengan kepalaku yang disibukkan oleh kare, aku tidak bisa lagi
memikirkan hal lain.
Pada akhirnya, demi kebutuhan
dan persiapan, aku membeli bahan-bahan untuk salad dan kari.
Mariko terlihat khawatir saat aku
membeli banyak bahan makanan, tapi aku bilang kepadanya bahwa aku berencana untuk
membekukan bahan-bahan ini dan bisa meyakinkan dia.
Lalu Mariko memberiku saran
"Lebih baik jika pemula tidak mencoba menempatkan bahan aneh dalam kare.".
Ada bahan seperti kedelai,
kacang mentega, coklat atau kopi instan yang bisa ditambahkan sebagai bumbu
rahasia, namun menaruh terlalu banyak akan menyebabkan hidangan gagal.
Seharusnya tak masalah dengan membuat
dengan rasa stabil roux yang tersedia untuk pembelian.
Bahkan jika ada bahan aneh yang
ditambahkan, ada satu lagi pilihan untuk mencoba menjadi lebih berani. Pikirku.
uuu
Meskipun aku bilang "Aku
pulang.", Namun, tidak ada orang lain yang menyahut.
Ruangan Yuuki tampak sepi.
Hanya karena tidak ada tanda-tanda dirinya di ruang tamu, sebuah lubang di dadaku
mulai menganga karena rasa kesepian yang berkecamuk.
Rasanya kesepian kalau kita sendirian.
Sekarang aku berpikir tentang hal ini, setiap hari ada seseorang yang menunggu
untukku.
Sejak akhir pekan pertama
kehidupan ini dimulai, aku akhirnya sendirian untuk pertama kalinya ...
sekarang aku berpikir tentang hal itu, aku tidak bisa percaya.
Aku ingin tahu apa Yuuki akan
segera kembali. Tidak, Yuuki memiliki kehidupannya sendiri, aku tidak bisa
mengganggu dirinya.
Bertahanlah, diriku. Ada
sesuatu yang harus dilakukan sebelum Yuuki datang kembali.
Aku meminjam apron kopi yang
berada di dapur Yuuki dan menggulung lengan bajuku.
Baiklah! Ayo lakukan!
Tanpa diduga ada banyak
peralatan memasak, mereka semua tertata rapi di dapur Yuuki.
Untung saja ada alat pengupas
di dapurnya. Berkat itu, aku bisa mengupas kentang dengan mudah.
Lalu aku beralih menanak nasi. Aku
pernah membantu Nenek memasak saat aku kecil. Jadi, hal ini masih mudah bagiku.
Aku berpikir bahwa Yuuki hanya memakan
makanan beku, tapi sepertinya dia juga kadang-kadang memasak. Setelah
meletakkan beras di rice cooker, aku
menekan tombol start.
Setelah melihat cara memasak
yang ada di bungkus kare instan, aku mulai mengikuti petunjuknya.
Setelah meletakkan sayuran di
air yang sudah panas. Aku memasaknya dengan api rendah untuk sementara waktu.
Usai melakukan itu, tak lama kemudian
aroma nostalgia mulai mengisi dapur.
Sebuah kari atau rebusan, itu
sampai di titik dimana aku tidak tahu akan jadi seperti apa masakanku ini, tapi
aku mencintai aroma yang keluar dari panci.
Saat aku terus menatap panci di
dapur, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang.
"Nii-san, jadilah istriku!"
"U-UWAAaaaaaaaaa!"
Aku menjerit kaget, orang yang
memelukku dari belakang juga terkejut dan jatuh ke bawah.
Sepertinya aku melihat sesuatu
yang putih menyingkap dari bawah rok.
Aku segera mengubah pandanganku
ke arah wajahnya.
"Ma-Maaf Nii-san!"
"Jangan membuatku takut. Aku
pikir jantungku akan copot."
Aku mengulurkan tangan padanya.
Yuuki meraihnya dan berdiri, dia benar-benar seorang adik yang bertubuh tinggi
dan proporsional mirip seperti model.
Dia mengenakan rok. Serta
seragam sekolah SMP.
"Sepertinya kau bisa
memakai rok sekarang ya, Yuuki."
"Y-Ya. Ini berkat Nii-san
dan lainnya. Mengenakan pakaian maid pada Sabtu pekan lalu adalah pengalaman
yang bagus."
Saat dia bilang begitu, Yuuki
meraih ujung roknya dan mengangkatnya. Aku hampir menyembur karena kaget.
"Tapi, aku bisa pergi ke
luar saat mengenakan rok, dan berusaha keras untuk pergi ke sekolah dengan
pakaian seperti ini …... masih ada banyak lagi pelatihan bagiku untuk menjadi
seorang gadis sejati."
Yuuki melepas ujung rok dengan
senyum acuh.
Dia adalah seorang adik tomboy
namun berbeda dari Tomomi. Meskipun dia sudah melakukan cross-dressing sampai sekarang,
tapi setelah bertemu denganku, dia mulai bertujuan untuk meningkatkan pesona
gadisnya dan menjalani pelatihan khusus.
Setelah berusaha sangat keras,
dalam waktu singkat ini, dia sudah berkembang sampai di titik dimana dia bisa
memakai rok.
Tapi sepertinya, memakai rok ke
sekolah masih cukup sulit baginya.
Dia memiringkan kepalanya heran
saat menatap panci di atas kompor.
"Nii-san, apa mungkin kamu
bisa memasak?"
"Ya. Dan ini bukan
eksperimen kimia. Rencananya adalah untuk membuat sesuatu yang bisa dimakan,
jadi jangan khawatir."
"Apa itu kare? Atau
mungkin rebusan putih?"
"Kare!"
Pupil mata Yuuki mulai
berkilau.
"Yesss !! Aku suka kare.
Kenapa Nii-san bisa tahu makanan favoritku?"
"Jika itu selera adikku
yang lucu maka tentu saja aku tahu. Atau setidaknya itulah yang ingin
kukatakan. Tapi nyatanya ini hanya kebetulan. Aku benar-benar pemula dalam
memasak dan karena aku tidak ingin gagal, aku memutuskan untuk membuat
kare?"
Dia mengangkat suaranya
sedikit.
"Meski ini hanya
kebetulan, aku masih tetap senang! Pasti ini takdir Nii-san."
Kepolosan yang dia tunjukkan
dari waktu ke waktu membuatku khawatir sebagai kakaknya.
Saat Yuuki terus melompat
dengan kegirangan, aku memintanya untuk menunggu di ruang tamu.
Setelah bahan-bahan di dalam
panci sudah cukup matang, aku memasukkan bumbu kare instan ke dalam dan
mematikan api kompor. Saat bubuk kare telah benar-benar larut, aku mengaduk
perlahan.
Dengan waktu yang tepat, nasi
pun matang.
Aku mencuci tomat dan selada
dengan air, lalu memotongnya untuk dijadikan salad.
Aku duduk satu meja bersama
Yuuki. Saat kita makan makan bersama-sama, aku benar-benar bahagia. Terlebih
lagi, kita memakan masakan yang aku buat.
Setelah berpisah dengan Kakek
dan Nenek, situasi saat ini tidak memungkinkanku untuk menyadari bagaimana
sepinya makan sendirian. Berkat perjumpaanku dengan adik-adikku serta makan
bersama dengan mereka, rasa kesepian pun perlahan lenyap.
Hari ini, aku menyadari itu
karena tadi Yuuki tidak ada di sini, aku benar-benar orang yang menyedihkan.
Kare yang aku masak memiliki
rasa yang lumayan lezat sampai di titik dimana aku sendiri tidak mempercayainya
…. Yuuki juga, terlihat senang sambil memakan itu.
“Nii-san! Bumbu rahasia apa
yang tersembunyi dalam kare ini?”
“Kurasa…..Itu cinta.”
Wajah Yuuki langsung berubah
merah padam. Dia memakan kare dengan cepat.
“A-Apa aku boleh nambah?”
“Tentu saja. Kau boleh nambah
sepuasnya.”
Diminta nambah …… membuatku
sangat senang. Mungkinkah kegiatan memasak bisa menjadi kebiasaan karena
perasaan yang bagus seperti ini? Selama ada seseorang yang makan masakanmu
dnegan senang hati.
Sepertinya ini adalah sesuatu
yang sangat, sangat menyenangkan.
****
Seusai makan, Yuuki mulai
mencuci piring. Meski aku sendiri yang memutuskan untuk memasak dan harusnya
mencuci piring juga, tapi dia mengambil inisiatif.
Kare yang tersisa dimasukkan ke
dalam tupperware kecil dan dibekukan
di dalam kulkas supaya bisa dimakan nanti.
Yuuki tersenyum sambil
menyeruput kopi di ruang tamu.
"Aku ingin yang lain juga
bisa memakan kare buatan Nii-san. Itu sangat lezat sekali."
Karena aku hanya memasak sesuai
dengan resep, itu akan bermasalah jika dia meningkatkan kesulitan yang lebih
tinggi ...
Saat aku melirik jam di dalam
ruangan, waktu sudah menunjukkan jam 8 malam.
Aku dengan tenang menegaskan
hal itu dengan Yuuki.
"Hei, Yuuki. Apa kau tidak
mau menjadi adikku?"
"Itu ... tidak bisa,
Nii-san."
"Jadi kau juga?"
"Ya. Jika aku menjadi adik
Nii-san, aku pasti akan dimanja."
"Ngga ada salahnya untuk
bersikap manja. Mengandalkan satu sama lain merupakan bagian dari arti menjadi
keluarga."
"Aku juga ingin menjadi
orang terhormat yang mampu mengatakan hal seperti itu."
Dia menatapku dengan hormat.
Aku bukanlah orang yang pantas dihormati. Yuuki terlalu memujiku. Aku ... aku
hanya seseorang yang pandai bicara dan tak bisa melakukan apapun pada saat yang
dibutuhkan.
"Itu sebabnya aku sudah
memutuskan, Saat aku sudah lebih mandiri, aku akan sekali lagi bertanya padamu
untuk menjadi Onii-chan-ku."
Jadi itulah maskud perkataan
Yuuki tentang 'Haruskah aku membuatmu menjadi kakak!?' ya?
Aku merasa itu sedikit mirip
dengan Tomomi. Tapi dalam kasus Yuuki, perasaan ini sedikit lebih alami.
Daripada 'Ayo bertanding satu sama lain!',
Ini lebih seperti ingin perlahan-lahan tumbuh. Begitulah yang terlihat
menurutku.
Saat aku melihat Yuuki, dia
mulai menggeliat dan gelisah.
"N-Nii-san! Ini semua
benar!"
"Tidak, tidak, aku sama
sekali tidak meragukanmu. Tapi apa ada alasan lain untuk itu?"
"Ma……..Ma-Mana mungkin
ada!"
Jadi ... memang ada ya.
Karena Yuuki 'kemungkinan itu' menjadi lebih jelas.
"Hei Yuuki. Selene, Tomomi
dan Sayuri ... tak satu pun dari mereka akan menjadi adikku ... mungkikah kau
bertingkah seperti ini supaya aku memilih Mika?"
"... umm, tolong jangan
bertanya lagi!"
Melihat dia membuat ekspresi
bermasalah, aku teringat obrolanku dengan Selene. Sepertinya tidak ada
pertemuan ‘rahasia’ antar para adik.
Semua orang mungkin telah
memutuskan ini demi Mika. Meski aku tidak tahu apa yang Mika pikirkan sih ...
Pokoknya, lebih baik untuk
tidak merepotkan Yuuki lebih dari ini.
"Baiklah. Um, apa kau mau
tau tentang situasi saat ini dariku?"
"Yup. Apa yang akan
terjadi pada kita nanti?"
"Pada hari Selasa, aku
dengan Tomomi mengunjugi kamar Murasaki-san. Tapi dia tidak mengatakan apapun
yang penting. Kupikir akhir pekan ini, kita akan berkumpul kembali untuk mendengarkan
pengumumannya."
"Begitu ya. Tergantung
pada isi pengumuman tersebut, ada kemungkinan kalau kita akan dipisahkan."
"Aku tidak tahu apakah ada
kemungkinan seperti itu atau tidak, tapi aku ingin tinggal bersama dengan
semuanya. Aku akan menyampaikan perasaan ini padanya."
"Semuanya akan aik-baik
saja, Nii-san. Aku yakin itu akan berubah dengan baik."
Meski tadi dia merasa cemas,
tapi sekarang dia tersenyum. Melihat ekspresi wajahnya membuat hatiku berdetak.
Itu senyum yang menghangatkan hati bagi siapa saja yang melihatnya, selembut
sinar matahari musim semi.
"Terima kasih Yuuki. Aku
merasa lebih baik sekarang."
Aku tidak menatap ke depan, aku
menyeret orang lain yang terlibat.
Dia membuatku menyadari hal
yang penting.
Bahkan jika kita dipisahkan,
kita masih bisa berhubungan satu sama lain jika kita ingin ... hey! Pada saat
seperti ini kita bisa menggunakan itu.
Sepertinya STRING yang telah
diajarkan padaku oleh Mariko akan terbukti membantu di sini.
"Oh iya, apa kau tahu
tentang STRING?"
Dia memiringkan kepalanya
kebingungan, dengan senyum masih terpampang di wajahnya.
"E-ehm, apa itu?"
Yuuki berbicara dengan suara
monoton lagi. Sepertinya dia tahu tentang hal itu tapi pura-pura tidak tahu.
Jika dia ingin seperti itu, maka aku akan mengabaikannya.
Para calon adik juga memiliki
privasinya sendiri. Jika aku terus memaksa, aku akan gagal menjadi seorang
kakak.
"Tidak, jika kau tidak
tahu maka tak masalah."
Tiba-tiba, Yuuki berdiri.
"Nii-san, mau isi
ulang?"
Tanpa aku sadari, cangkir
kopiku sudah kosong. Aku meminta banyak susu dan gula. Omong-omong, hari ini
juga, Yuuki meminum kopi hitam.
Mencemaskan perihal masa depan,
aku bertanya dan mengkonfirmasi tentang banyak hal.
"Omong-omong, apa ada
sesuatu yang terjadi padamu di sekolah hari ini?"
"Ya. Sebenarnya ... aku
sedang melihat-lihat klub."
"Tapi Yuuki, bukannya kau
sudah kelas tiga?"
Biasanya murid kelas tiga harus
fokus pada ujian mereka dan pensiun dari klub. Apa dia benar-benar berniat
untuk bergabung dengan klub?
"I-itu cuma sebentar, aku
hanya melihat. Aku tidak bermaksud untuk bergabung dengan klub manapun."
Yuuki berpaling dariku dan
alisnya diturunkan. Melihat lebih dekat, aku melihat bahwa matanya melihat
kemana-mana. Ada gelombang di permukaan kopi pada cangkir yang dia pegang. Kau
terlalu gemetaran!
"Apa ada yang salah? Apa
terlalu banyak meminum kopi membuatmu sakit perut? Mau aku menggosok itu?"
"Kamu akan melakukannya
jika perutku sakit ?! Nii-san, aku ... akan minum. Aku akan terus minum kopi
sampai perutku sakit!"
"Kau tidak perlu segitunya!
Jadi itu berarti perutmu tidak sakit, ‘kan?"
"Ti-Tidak, bukan begitu.
Dan itu bukanlah masalah besar."
Matanya mulai melirik kesana kemari
lebih cepat. Untuk sesaat, dia sudah tidak melihat langsung ke arahku.
"Apa kau mencoba
menyembunyikan rahasia dariku?"
*
bikun * ... bahu Yuuki tersentak.
Sungguh mudah sekali untuk
menebak dirinya, Yuuki benar-benar jujur.
"Jika kau tak keberatan,
kau bisa curhat denganku."
"U-uu ... sebenarnya ...
ini tentang tur klub tadi siang ..."
Aku bertanya dan kemudian terdiam,
dia melanjutkan dengan suara rendah.
"Tur ... atau lebih
tepatnya, mengintip ..."
Aku sudah menduga itu. Tapi aku
terus mendengarkan sampai akhir.
"Apa yang maksudmu dengan
mengintip?"
"A-Aku sudah kelas tiga,
akan keterlaluan bagiku untuk bergabung dengan klub."
"Ehm ... klub apa yang kau intip?"
"Ermm…. klub upacara teh;
klub merangkai bunga; klub kerajinan dan klub memasak"
"Semuanya adalah klub yang
akan meningkatkan daya pesona gadismu, ‘kan?."
"Aku ingin belajar lebih
banyak tentang bagaimana menjadi seorang gadis ... tapi semua anggota klub
adalah anak perempuan ... dan itu sulit untuk berbicara dengan mereka."
Hanya dengan pergi ke sekolah
memakai rok saja sudah menguras semua tenaga Yuuki, namun dia bertujuan untuk
meningkatkan daya pesona gadisnya lebih jauh lagi.
Namun, tampaknya dia merasa
bersalah karena sudah mengintip, senyum yang menyemangatiku tadi sudah hilang
sepenuhnya.
Aku mengangguk setuju.
"Murid kelas tiga biasanya
sudah pensiun demi mempersiapkan ujian. Meski klub olahraga umumnya
melakukannya setelah kompetisi musim panas. Tapi untuk klub-klub tipe budaya
biasanya melarang anak kelas tiga untuk bergabung dengan mereka di awal musim
semi, itu sedikit ... "
"Itu benar Nii-san. Itu
sebabnya aku melihat dari luar jendela atau mendengarkannya secara
sembunyi-sembunyi dari samping pintu ... dan kupikir aku melakukan sesuatu yang
seharusnya tidak aku lakukan… ..."
"Tak apa-apa. Mereka pasti
akan menyambutmu. Mengapa kau tidak bertanya langsung saat mengunjungi mereka?"
"Ehh ?!"
"Jangan khawatir. Yuuki
‘kan gadis yang benar-benar baik. Tidak ada orang yag akan membencimu. Namun,
kupikir itu mustahil bagimu untuk bergabung dengan klub, tapi kenapa kau tidak
bertanya pada mereka jika mereka memperbolehkanmu untuk melihat? Kau bisa bilang
kalau kau sedang berusaha untuk menjadi lebih feminin."
"Tapi itu nantinya akan menyebabkan
masalah bagi anggota klub lain, bukan?"
"Kupikir tindakan
mengintip yang sudah kau lakukan tadi malah lebih mencurigakan. Jika itu kau,
pasti akan baik-baik.Mmengingat keadaanmu sekarang, kau hanya bisa menyerah
kalau berniat bergabung dengan klub, tapi bukan itu poin utamanya, ‘kan?"
"Nii-san ... aku mengerti.
Aku akan melakukannya."
Melihat senyumnya lagi, secara
alami, aku tersenyum juga.
Dengan ekspresi ceria, Yuuki
meregangkan otot punggungnya. Saat dia melakukan itu, dadanya terlihat menonjol
... tidak baik. Dia itu adikku sendiri jadi mengapa aku memandangnya seperti.
Aku didiskualifikasi untuk menjadi seorang kakak.
Setelah selesai melakukan
peregangan, dia berbicara dengan tersipu.
"Lagi-lagi, Aku dimanjakan
oleh Nii-san."
"A-Aku hanya memberi saran
padamu ..."
Permintaan Tomomi untuk pangkuan
bantal terlintas dalam pikiranku.
"Um, ada apa
Nii-san?"
"Bu-Bukan apa-apa."
"Nii-san aneh."
Dia tertawa kecil.
"Apa aku boleh mengajukan
pertanyaan yang dapat dianggap menjadi manja?"
"Selama aku bisa
menjawabnya, maka silahkan saja!"
"Umm, ehm ... apa yang
akan Nii-san lakukan jika aku menemukan pacar?" (TN: Versi inggrisnya sih, si Yuuki bilang
Girlfriend, ‘kan aneh masa cewek pacaran sama cewek :’v)
Pipinya langsung terlihat
memerah.
"Pacar ya? Kurasa jika kau
berpartisipasi dalam kegiatan klub, gadis-gadis SMP mungkin akan jatuh cinta
padamu pada pandangan pertama ... hey, pacar cewek itu ngga bisa! Kau sudah melalui
semua kesulitan ini untuk menjadi lebih feminin."
"Daya tarikku masih belum
cukup. Lalu um ... bagaimana jika aku menemukan pacar?" (TN: Nah yang ini
baru ngomong boyfriend)
Aku ingin tahu mengapa dia
tiba-tiba bertanya seperti itu. Apa dia
ingin punya pacar?
Itu ... bukan hal yang buruk
... ‘kan?
Ini bukan hal yang buruk. Ini
adalah hal yang baik. Tapi entah kenapa ... itu membuatku merasa tidak nyaman.
Aku mencoba untuk memberitahu
Yuuki berikut alasan yang tepat sebanyak yang aku bisa.
"Baik kau memiliki pacar
atau tidak, itu semua adalah hakmu, jika anak itu telah mengakui kekuatan
gadismu maka itu akan membuatku senang sebagai kakakmu."
Yuuki menunduk dan mengangguk.
"Y-ya. Tapi Nii-san, aku
hanya membicarakan 'misalnya' saja.
Ini cuma hipotetis!"
Dia membantah sampai segitunya.
Mungkinkah, dia pulang
terlambat ... karena dia bertemu dengan pacarnya ...?
"Be-Begitu ya. cuma
hipotetis ya."
"Itu benar Nii-san. Tentu
saja itu-. Ha ha ha ha."
Sejak Yuuki tertawa sambil
membuat ekspresi dari seorang pria tampan, aku pun tak bisa diam saja dan ikut
bergabung tertawa dengannya.
Adikku akhirnya menemukan pacar
adalah sesuatu yang alami, tapi kenapa aku begitu …... merasa gelisah tentang
hal ini?
Sip
BalasHapusCuma yuki doang yg agak normal
BalasHapus