Omae wo Onii-chan Vol. 2 Chapter 04 Bahasa Indonesia


Kamis. 25 April - Menatap Ke Depan. Kosong. Kare.

Tepat sebelum aku meninggalkan kelas setelah sekolah berakhir, aku diberhentikan oleh panggilan “Tunggu!” dari Mariko.
Tampaknya dia ingin menanyakan sesuatu padaku.
Kenapa dia begitu tergesa-gesa? Aku merasa sedikit bingung, tapi, pertanyaannya hanyalah "Apa ada sesuatu yang sangat ingin kamu makan secara khusus?".
Dia selalu membuatkanku nasi kotak, itu saja sudah lebih dari cukup bagiku.
Itu sebabnya selama bukan sesuatu yang aneh, aku akan menyambut setiap lauk yang ada di dalam nasi kotak itu. Setelah aku menjawab seperti itu, dia menjawab dengan "Maksudku bukan menu di nasi kotak.".
Jadi apa yang aku ingin makan selain kotak makan siang, ya?
Setelah diberitahu begitu, aku tidak bisa memikirkan apa pun, dan mengatakan itu padanya. Lalu, entah kenapa aku malah dibawa ke supermarket dalam perjalanan pulang.
Mungkin dia disuruh berbelanja untuk makan malam. Sementara aku melihat bahan-bahan yang aku lewati, aku memikirkan makanan apa yang ingin aku makan.
Hmm. Aku tidak bisa memikirkan apa pun. Aku hanya bisa membayangkan  seseorang terampil memasak bisa lakukan ... dan itu menjadi lebih sulit untuk memikirkan sesuatu.
Sembari menunggu Mariko dengan keranjang di tanganku, smartphone-ku berdering nada pesan sms.
Pesan itu dari Yuuki. Dia bilang kalau dia akan terlambat hari ini dan aku di suruh menunggu di ruangannya... eh.
Sudah cukup lama sejak aku pulang dan sendirian. Rasanya entah kenapa jadi sedikit kesepian …... dan, saat aku berpikir begitu aku mulai menyadari. Yuuki memiliki kehidupan sekolahnya sendiri, dan aku meyakin kalau itu adalah hal yang alami bagiku untuk bertemu dengannya segera setelah itu.
Sampai berapa lama dia akan telat?. Jika itu hanya lima menit, dia takkan repot-repot mengirimkan pesan. Mengingat dia menghubungiku untuk tidak membuatku khawatir, rasanya seolah-olah dia tidak kembali sama sekali.
Sementara aku melintasi area makanan segar, sebuah ide terlintas  di pikiranku.
Aku akan membuat makanan untuk Yuuki hari ini. Jika hanya kare maka aku bisa memasaknya tanpa praktek, aku takkan gagal ... mungkin.
Aku mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk kare dalam keranjangku.
Dan saat aku tengah mengumpulkan bahan makanan, Mariko melirik ke dalam keranjangku dan bertanya apakah aku ingin makan kare. Aku heran bagaimana dia bisa tahu itu, aku hanya menaruh daun bawang, wortel serta kentang dan masih belum membeli bumbu kare instan.
Mariko pun mendesah. Tentu saja, masakan kare tidak bisa dimasukkan ke dalam sebuah kotak makan siang. Saat dia mengatakan itu padaku, dia tampak kesepian.
Oh itu benar. Alasan aku datang bersamanya ke supermarket adalah untuk mempertimbangkan apa yang aku ingin makan. Dengan kepalaku yang disibukkan oleh kare, aku tidak bisa lagi memikirkan hal lain.
Pada akhirnya, demi kebutuhan dan persiapan, aku membeli bahan-bahan untuk salad dan kari.
Mariko terlihat khawatir saat aku membeli banyak bahan makanan, tapi aku bilang kepadanya bahwa aku berencana untuk membekukan bahan-bahan ini dan bisa meyakinkan dia.
Lalu Mariko memberiku saran "Lebih baik jika pemula tidak mencoba menempatkan bahan aneh dalam kare.".
Ada bahan seperti kedelai, kacang mentega, coklat atau kopi instan yang bisa ditambahkan sebagai bumbu rahasia, namun menaruh terlalu banyak akan menyebabkan hidangan gagal. Seharusnya tak masalah dengan  membuat dengan rasa stabil roux yang tersedia untuk pembelian.
Bahkan jika ada bahan aneh yang ditambahkan, ada satu lagi pilihan untuk mencoba menjadi lebih berani. Pikirku.

uuu

Meskipun aku bilang "Aku pulang.", Namun, tidak ada orang lain yang menyahut.
Ruangan Yuuki tampak sepi. Hanya karena tidak ada tanda-tanda dirinya di ruang tamu, sebuah lubang di dadaku mulai menganga karena rasa kesepian yang berkecamuk.
Rasanya kesepian kalau kita sendirian. Sekarang aku berpikir tentang hal ini, setiap hari ada seseorang yang menunggu untukku.
Sejak akhir pekan pertama kehidupan ini dimulai, aku akhirnya sendirian untuk pertama kalinya ... sekarang aku berpikir tentang hal itu, aku tidak bisa percaya.
Aku ingin tahu apa Yuuki akan segera kembali. Tidak, Yuuki memiliki kehidupannya sendiri, aku tidak bisa mengganggu dirinya.
Bertahanlah, diriku. Ada sesuatu yang harus dilakukan sebelum Yuuki datang kembali.
Aku meminjam apron kopi yang berada di dapur Yuuki dan menggulung lengan bajuku.
Baiklah! Ayo lakukan!
Tanpa diduga ada banyak peralatan memasak, mereka semua tertata rapi di dapur Yuuki.
Untung saja ada alat pengupas di dapurnya. Berkat itu, aku bisa mengupas kentang dengan mudah.
Lalu aku beralih menanak nasi. Aku pernah membantu Nenek memasak saat aku kecil. Jadi, hal ini masih mudah bagiku.
Aku berpikir bahwa Yuuki hanya memakan makanan beku, tapi sepertinya dia juga kadang-kadang memasak. Setelah meletakkan beras di rice cooker, aku menekan tombol start.
Setelah melihat cara memasak yang ada di bungkus kare instan, aku mulai mengikuti petunjuknya.
Setelah meletakkan sayuran di air yang sudah panas. Aku memasaknya dengan api rendah untuk sementara waktu.
Usai melakukan itu, tak lama kemudian aroma nostalgia mulai mengisi dapur.
Sebuah kari atau rebusan, itu sampai di titik dimana aku tidak tahu akan jadi seperti apa masakanku ini, tapi aku mencintai aroma yang keluar dari panci.
Saat aku terus menatap panci di dapur, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang.
"Nii-san, jadilah istriku!"
"U-UWAAaaaaaaaaa!"
Aku menjerit kaget, orang yang memelukku dari belakang juga terkejut dan jatuh ke bawah.
Sepertinya aku melihat sesuatu yang putih menyingkap dari bawah rok.

Aku segera mengubah pandanganku ke arah wajahnya.
"Ma-Maaf Nii-san!"
"Jangan membuatku takut. Aku pikir jantungku akan copot."
Aku mengulurkan tangan padanya. Yuuki meraihnya dan berdiri, dia benar-benar seorang adik yang bertubuh tinggi dan proporsional mirip seperti model.
Dia mengenakan rok. Serta seragam sekolah SMP.
"Sepertinya kau bisa memakai rok sekarang ya, Yuuki."
"Y-Ya. Ini berkat Nii-san dan lainnya. Mengenakan pakaian maid pada Sabtu pekan lalu adalah pengalaman yang bagus."
Saat dia bilang begitu, Yuuki meraih ujung roknya dan mengangkatnya. Aku hampir menyembur karena kaget.
"Tapi, aku bisa pergi ke luar saat mengenakan rok, dan berusaha keras untuk pergi ke sekolah dengan pakaian seperti ini …... masih ada banyak lagi pelatihan bagiku untuk menjadi seorang gadis sejati."
Yuuki melepas ujung rok dengan senyum acuh.
Dia adalah seorang adik tomboy namun berbeda dari Tomomi. Meskipun dia sudah melakukan cross-dressing sampai sekarang, tapi setelah bertemu denganku, dia mulai bertujuan untuk meningkatkan pesona gadisnya dan menjalani pelatihan khusus.
Setelah berusaha sangat keras, dalam waktu singkat ini, dia sudah berkembang sampai di titik dimana dia bisa memakai rok.
Tapi sepertinya, memakai rok ke sekolah masih cukup sulit baginya.
Dia memiringkan kepalanya heran saat menatap panci di atas kompor.
"Nii-san, apa mungkin kamu bisa memasak?"
"Ya. Dan ini bukan eksperimen kimia. Rencananya adalah untuk membuat sesuatu yang bisa dimakan, jadi jangan khawatir."
"Apa itu kare? Atau mungkin rebusan putih?"
"Kare!"
Pupil mata Yuuki mulai berkilau.
"Yesss !! Aku suka kare. Kenapa Nii-san bisa tahu makanan favoritku?"
"Jika itu selera adikku yang lucu maka tentu saja aku tahu. Atau setidaknya itulah yang ingin kukatakan. Tapi nyatanya ini hanya kebetulan. Aku benar-benar pemula dalam memasak dan karena aku tidak ingin gagal, aku memutuskan untuk membuat kare?"
Dia mengangkat suaranya sedikit.
"Meski ini hanya kebetulan, aku masih tetap senang! Pasti ini takdir Nii-san."
Kepolosan yang dia tunjukkan dari waktu ke waktu membuatku khawatir sebagai kakaknya.
Saat Yuuki terus melompat dengan kegirangan, aku memintanya untuk menunggu di ruang tamu.
Setelah bahan-bahan di dalam panci sudah cukup matang, aku memasukkan bumbu kare instan ke dalam dan mematikan api kompor. Saat bubuk kare telah benar-benar larut, aku mengaduk perlahan.
Dengan waktu yang tepat, nasi pun matang.
Aku mencuci tomat dan selada dengan air, lalu memotongnya untuk dijadikan salad.
Aku duduk satu meja bersama Yuuki. Saat kita makan makan bersama-sama, aku benar-benar bahagia. Terlebih lagi, kita memakan masakan yang aku buat.
Setelah berpisah dengan Kakek dan Nenek, situasi saat ini tidak memungkinkanku untuk menyadari bagaimana sepinya makan sendirian. Berkat perjumpaanku dengan adik-adikku serta makan bersama dengan mereka, rasa kesepian pun perlahan lenyap.
Hari ini, aku menyadari itu karena tadi Yuuki tidak ada di sini, aku benar-benar orang yang menyedihkan.
Kare yang aku masak memiliki rasa yang lumayan lezat sampai di titik dimana aku sendiri tidak mempercayainya …. Yuuki juga, terlihat senang sambil memakan itu.
“Nii-san! Bumbu rahasia apa yang tersembunyi dalam kare ini?”
“Kurasa…..Itu cinta.”
Wajah Yuuki langsung berubah merah padam. Dia memakan kare dengan cepat.
“A-Apa aku boleh nambah?”
“Tentu saja. Kau boleh nambah sepuasnya.”
Diminta nambah …… membuatku sangat senang. Mungkinkah kegiatan memasak bisa menjadi kebiasaan karena perasaan yang bagus seperti ini? Selama ada seseorang yang makan masakanmu dnegan senang hati.
Sepertinya ini adalah sesuatu yang sangat, sangat menyenangkan.
****
Seusai makan, Yuuki mulai mencuci piring. Meski aku sendiri yang memutuskan untuk memasak dan harusnya mencuci piring juga, tapi dia mengambil inisiatif.
Kare yang tersisa dimasukkan ke dalam tupperware kecil dan dibekukan di dalam kulkas supaya bisa dimakan nanti.
Yuuki tersenyum sambil menyeruput kopi di ruang tamu.
"Aku ingin yang lain juga bisa memakan kare buatan Nii-san. Itu sangat lezat sekali."
Karena aku hanya memasak sesuai dengan resep, itu akan bermasalah jika dia meningkatkan kesulitan yang lebih tinggi ...
Saat aku melirik jam di dalam ruangan, waktu sudah menunjukkan jam 8 malam.
Aku dengan tenang menegaskan hal itu dengan Yuuki.
"Hei, Yuuki. Apa kau tidak mau menjadi adikku?"
"Itu ... tidak bisa, Nii-san."
"Jadi kau juga?"
"Ya. Jika aku menjadi adik Nii-san, aku pasti akan dimanja."
"Ngga ada salahnya untuk bersikap manja. Mengandalkan satu sama lain merupakan bagian dari arti menjadi keluarga."
"Aku juga ingin menjadi orang terhormat yang mampu mengatakan hal seperti itu."
Dia menatapku dengan hormat. Aku bukanlah orang yang pantas dihormati. Yuuki terlalu memujiku. Aku ... aku hanya seseorang yang pandai bicara dan tak bisa melakukan apapun pada saat yang dibutuhkan.
"Itu sebabnya aku sudah memutuskan, Saat aku sudah lebih mandiri, aku akan sekali lagi bertanya padamu untuk menjadi Onii-chan-ku."
Jadi itulah maskud perkataan Yuuki  tentang 'Haruskah aku membuatmu menjadi kakak!?' ya?
Aku merasa itu sedikit mirip dengan Tomomi. Tapi dalam kasus Yuuki, perasaan ini sedikit lebih alami. Daripada 'Ayo bertanding satu sama lain!', Ini lebih seperti ingin perlahan-lahan tumbuh. Begitulah yang terlihat menurutku.
Saat aku melihat Yuuki, dia mulai menggeliat dan gelisah.
"N-Nii-san! Ini semua benar!"
"Tidak, tidak, aku sama sekali tidak meragukanmu. Tapi apa ada alasan lain untuk itu?"
"Ma……..Ma-Mana mungkin ada!"
Jadi ... memang ada ya.
Karena Yuuki 'kemungkinan itu'  menjadi lebih jelas.
"Hei Yuuki. Selene, Tomomi dan Sayuri ... tak satu pun dari mereka akan menjadi adikku ... mungkikah kau bertingkah seperti ini supaya aku memilih Mika?"
"... umm, tolong jangan bertanya lagi!"
Melihat dia membuat ekspresi bermasalah, aku teringat obrolanku dengan Selene. Sepertinya tidak ada pertemuan ‘rahasia’ antar para adik.
Semua orang mungkin telah memutuskan ini demi Mika. Meski aku tidak tahu apa yang Mika pikirkan sih ...
Pokoknya, lebih baik untuk tidak merepotkan Yuuki lebih dari ini.
"Baiklah. Um, apa kau mau tau tentang situasi saat ini dariku?"
"Yup. Apa yang akan terjadi pada kita nanti?"
"Pada hari Selasa, aku dengan Tomomi mengunjugi kamar Murasaki-san. Tapi dia tidak mengatakan apapun yang penting. Kupikir akhir pekan ini, kita akan berkumpul kembali untuk mendengarkan pengumumannya."
"Begitu ya. Tergantung pada isi pengumuman tersebut, ada kemungkinan kalau kita akan dipisahkan."
"Aku tidak tahu apakah ada kemungkinan seperti itu atau tidak, tapi aku ingin tinggal bersama dengan semuanya. Aku akan menyampaikan perasaan ini padanya."
"Semuanya akan aik-baik saja, Nii-san. Aku yakin itu akan berubah dengan baik."
Meski tadi dia merasa cemas, tapi sekarang dia tersenyum. Melihat ekspresi wajahnya membuat hatiku berdetak. Itu senyum yang menghangatkan hati bagi siapa saja yang melihatnya, selembut sinar matahari musim semi.
"Terima kasih Yuuki. Aku merasa lebih baik sekarang."
Aku tidak menatap ke depan, aku menyeret orang lain yang terlibat.
Dia membuatku menyadari hal yang penting.
Bahkan jika kita dipisahkan, kita masih bisa berhubungan satu sama lain jika kita ingin ... hey! Pada saat seperti ini kita bisa menggunakan itu.
Sepertinya STRING yang telah diajarkan padaku oleh Mariko akan terbukti membantu di sini.
"Oh iya, apa kau tahu tentang STRING?"
Dia memiringkan kepalanya kebingungan, dengan senyum masih terpampang di wajahnya.
"E-ehm, apa itu?"
Yuuki berbicara dengan suara monoton lagi. Sepertinya dia tahu tentang hal itu tapi pura-pura tidak tahu. Jika dia ingin seperti itu, maka aku akan mengabaikannya.
Para calon adik juga memiliki privasinya sendiri. Jika aku terus memaksa, aku akan gagal menjadi seorang kakak.
"Tidak, jika kau tidak tahu maka tak masalah."
Tiba-tiba, Yuuki berdiri.
"Nii-san, mau isi ulang?"
Tanpa aku sadari, cangkir kopiku sudah kosong. Aku meminta banyak susu dan gula. Omong-omong, hari ini juga, Yuuki meminum kopi hitam.
Mencemaskan perihal masa depan, aku bertanya dan mengkonfirmasi tentang banyak hal.
"Omong-omong, apa ada sesuatu yang terjadi padamu di sekolah hari ini?"
"Ya. Sebenarnya ... aku sedang melihat-lihat klub."
"Tapi Yuuki, bukannya kau sudah kelas tiga?"
Biasanya murid kelas tiga harus fokus pada ujian mereka dan pensiun dari klub. Apa dia benar-benar berniat untuk bergabung dengan klub?
"I-itu cuma sebentar, aku hanya melihat. Aku tidak bermaksud untuk bergabung dengan klub manapun."
Yuuki berpaling dariku dan alisnya diturunkan. Melihat lebih dekat, aku melihat bahwa matanya melihat kemana-mana. Ada gelombang di permukaan kopi pada cangkir yang dia pegang. Kau terlalu gemetaran!
"Apa ada yang salah? Apa terlalu banyak meminum kopi membuatmu sakit perut? Mau aku menggosok itu?"
"Kamu akan melakukannya jika perutku sakit ?! Nii-san, aku ... akan minum. Aku akan terus minum kopi sampai perutku sakit!"
"Kau tidak perlu segitunya! Jadi itu berarti perutmu tidak sakit, ‘kan?"
"Ti-Tidak, bukan begitu. Dan itu bukanlah masalah besar."
Matanya mulai melirik kesana kemari lebih cepat. Untuk sesaat, dia sudah tidak melihat langsung ke arahku.
"Apa kau mencoba menyembunyikan rahasia dariku?"
* bikun * ... bahu Yuuki tersentak.
Sungguh mudah sekali untuk menebak dirinya, Yuuki benar-benar jujur.
"Jika kau tak keberatan, kau bisa curhat denganku."
"U-uu ... sebenarnya ... ini tentang tur klub tadi siang ..."
Aku bertanya dan kemudian terdiam, dia melanjutkan dengan suara rendah.
"Tur ... atau lebih tepatnya, mengintip ..."
Aku sudah menduga itu. Tapi aku terus mendengarkan sampai akhir.
"Apa yang maksudmu dengan mengintip?"
"A-Aku sudah kelas tiga, akan keterlaluan bagiku untuk bergabung dengan klub."
"Ehm ...  klub apa yang kau intip?"
"Ermm…. klub upacara teh; klub merangkai bunga; klub kerajinan dan klub memasak"
"Semuanya adalah klub yang akan meningkatkan daya pesona gadismu, ‘kan?."
"Aku ingin belajar lebih banyak tentang bagaimana menjadi seorang gadis ... tapi semua anggota klub adalah anak perempuan ... dan itu sulit untuk berbicara dengan mereka."
Hanya dengan pergi ke sekolah memakai rok saja sudah menguras semua tenaga Yuuki, namun dia bertujuan untuk meningkatkan daya pesona gadisnya lebih jauh lagi.
Namun, tampaknya dia merasa bersalah karena sudah mengintip, senyum yang menyemangatiku tadi sudah hilang sepenuhnya.
Aku mengangguk setuju.
"Murid kelas tiga biasanya sudah pensiun demi mempersiapkan ujian. Meski klub olahraga umumnya melakukannya setelah kompetisi musim panas. Tapi untuk klub-klub tipe budaya biasanya melarang anak kelas tiga untuk bergabung dengan mereka di awal musim semi, itu sedikit ... "
"Itu benar Nii-san. Itu sebabnya aku melihat dari luar jendela atau mendengarkannya secara sembunyi-sembunyi dari samping pintu ... dan kupikir aku melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan… ..."
"Tak apa-apa. Mereka pasti akan menyambutmu. Mengapa kau tidak bertanya langsung saat  mengunjungi mereka?"
"Ehh ?!"
"Jangan khawatir. Yuuki ‘kan gadis yang benar-benar baik. Tidak ada orang yag akan membencimu. Namun, kupikir itu mustahil bagimu untuk bergabung dengan klub, tapi kenapa kau tidak bertanya pada mereka jika mereka memperbolehkanmu untuk melihat? Kau bisa bilang kalau kau sedang berusaha untuk menjadi lebih feminin."
"Tapi itu nantinya akan menyebabkan masalah bagi anggota klub lain, bukan?"
"Kupikir tindakan mengintip yang sudah kau lakukan tadi malah lebih mencurigakan. Jika itu kau, pasti akan baik-baik.Mmengingat keadaanmu sekarang, kau hanya bisa menyerah kalau berniat bergabung dengan klub, tapi bukan itu poin utamanya, ‘kan?"
"Nii-san ... aku mengerti. Aku akan melakukannya."
Melihat senyumnya lagi, secara alami, aku tersenyum juga.
Dengan ekspresi ceria, Yuuki meregangkan otot punggungnya. Saat dia melakukan itu, dadanya terlihat menonjol ... tidak baik. Dia itu adikku sendiri jadi mengapa aku memandangnya seperti. Aku didiskualifikasi untuk menjadi seorang kakak.
Setelah selesai melakukan peregangan, dia berbicara dengan tersipu.
"Lagi-lagi, Aku dimanjakan oleh Nii-san."
"A-Aku hanya memberi saran padamu ..."
Permintaan Tomomi untuk pangkuan bantal terlintas dalam pikiranku.
"Um, ada apa Nii-san?"
"Bu-Bukan apa-apa."
"Nii-san aneh."
Dia tertawa kecil.
"Apa aku boleh mengajukan pertanyaan yang dapat dianggap menjadi manja?"
"Selama aku bisa menjawabnya, maka silahkan saja!"
"Umm, ehm ... apa yang akan Nii-san lakukan jika aku menemukan pacar?" (TN: Versi inggrisnya sih, si Yuuki bilang Girlfriend, ‘kan aneh masa cewek pacaran sama cewek :’v)
Pipinya langsung terlihat memerah.
"Pacar ya? Kurasa jika kau berpartisipasi dalam kegiatan klub, gadis-gadis SMP mungkin akan jatuh cinta padamu pada pandangan pertama ... hey, pacar cewek itu ngga bisa! Kau sudah melalui semua kesulitan ini untuk menjadi lebih feminin."
"Daya tarikku masih belum cukup. Lalu um ... bagaimana jika aku menemukan pacar?" (TN: Nah yang ini baru ngomong boyfriend)
Aku ingin tahu mengapa dia tiba-tiba bertanya  seperti itu. Apa dia ingin punya pacar?
Itu ... bukan hal yang buruk ... ‘kan?
Ini bukan hal yang buruk. Ini adalah hal yang baik. Tapi entah kenapa ... itu membuatku merasa tidak nyaman.
Aku mencoba untuk memberitahu Yuuki berikut alasan yang tepat sebanyak yang aku bisa.
"Baik kau memiliki pacar atau tidak, itu semua adalah hakmu, jika anak itu telah mengakui kekuatan gadismu maka itu akan membuatku senang sebagai kakakmu."
Yuuki menunduk dan mengangguk.
"Y-ya. Tapi Nii-san, aku hanya membicarakan 'misalnya' saja. Ini cuma hipotetis!"
Dia membantah sampai segitunya.
Mungkinkah, dia pulang terlambat ... karena dia bertemu dengan pacarnya ...?
"Be-Begitu ya. cuma hipotetis ya."
"Itu benar Nii-san. Tentu saja itu-. Ha ha ha ha."
Sejak Yuuki tertawa sambil membuat ekspresi dari seorang pria tampan, aku pun tak bisa diam saja dan ikut bergabung tertawa dengannya.
Adikku akhirnya menemukan pacar adalah sesuatu yang alami, tapi kenapa aku begitu …... merasa gelisah tentang hal ini?



close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama