Sabtu,
27 April - Semuanya. Berkumpul. Batas waktu.
Pada hari Sabtu, ruangan701 sudah
terlihat sibuk sejak pagi.
Para calon adik datang
berkunjung ke ruanganku bersama-sama.
Kali ini mereka tidak
mengenakan pakaian cosplay maid,
mereka memakai pakaian santai milik mereka masing-masing. Aku tidak benar-benar
…... mengharapkan apapun. Melihat mereka bukan pasukan adik maid, aku merasa lega.
Pakaian yang Selene kenakan
bergaya gothic. Seperti biasa,
kesenjangan antara pakaian normal untuk memakai di dalam ruangan dan di luar
cukup besar.
Mika memakai pakaian lolita.
Seperti yang kuduga, mungkin yang memilih pakaian untuknya adalah Murasaki-san?
Tomomi mengenakan celana pendek
yang tomboy, itu cocok dengan sifat aktifnya.
Bahkan jika dia sudah punya
pacar, dia takkan merubah cara berpakaiannya hanya dalam satu atau dua hari,
‘kan. Tapi, aku penasaran apakah nanti dia akan mengubah cara berpakaiannya untuk menyesuaikan selera
pacarnya.
Yuuki berpakaian dengan gaya
klasik-nya, yaitu, T-shirt dan celana jeans. Sepertinya dia terlihst stylish dengan baju apapun yang dia
kenakan. Aku merasa seperti memberinya larangan mengenakan jeans untuk membuat
dia terbiasa memakai rok.
Meski aku berkata begitu, jika aku
memaksanya memakai rok, dia mungkin akan panik, jadi untuk sekarang aku hanya
mengawasinya saat dia bertindak secara independen.
Adapun Sayuri, dia tidak
memakai wig dan muncul dengan gaun one-piece
yang lucu hari ini.
Tidak terlalu mencolok dan
cukup rapi, aku merasa itu adalah pilihan yang membuatnya terlihat sangat
feminin.
Dan kemudian, Sayuri langsung
memakai celemek dan segera menuju ke dapur untuk mempersiapkan sarapan. Yuuki berniat
membantunya hari ini.
Selene dan Mika bersama-sama mulai
menonton anime di TV.
Sembari menguap, Tomomi mulai
mengatur hidangan di atas meja.
"Hei, Nii-chan juga bantu,
dong! Mereka yang tidak bekerja, tidak boleh makan!"
Inilah Tomomi yang biasanya.
"Bagaimana dengan dua anak
itu?"
Dua orang duduk berdampingan di
atas sofa dan fokus menonton TV. Program ini adalah tentang pahlawan
transformasi. Tomomi tersenyum puas.
"Selene sedang mengumpulkan
data dan itu juga edukasi emosional bagi Mika jadi tak ada masalah. Daripada
itu, apa tidak ada baju kotor untuk dicuci, Nii-chan?"
Setelah selesai mengatur beberapa
piring dan gelas di meja, dengan langkah cepat, Tomomi segera menuju ke mesin
cuci yang ada di kamar mandi.
Aku pergi bersama Tomomi. Ini
lebih mudah untuk bertanya saat hanya ada kami berdua.
Saat dia berdiri di depan mesin
cuci dengan pelembut dan deterjen di tangannya "Hmm. Ternyata ada dua ya,
yang mana dulu nih?", terlihat bingung, aku pun berbicara.
"He-Hei, Tomomi."
"Ah! Pas sekali Nii-chan.
Aku harus memakai yang mana dulu?"
"Pertama, pakai deterjen
cair dulu, lalu setelah beberapa lama, baru pakai pelembut."
"Terima kasih!"
Saat mesin cuci mulai melakukan
tugasnya, Tomomi berbalik dan menatap wajahku.
"Jadi, ada apa Nii-chan?
Mungkinkah, karena tidak bisa memelukku, kau menjadi kesepian dan menunggu
sampai kita berduaan?"
"Ti-Tidak!"
"Terus apaaaa. Coba
katakan dengan jujur."
"Umm ... benar .... itu
... eh ..."
Aku bingung harus bilang apa. Apa benar kalau kau sudah punya pacar?
Jika aku mendadak bertanya begitu, Tomomi pasti akan curiga.
Kamu dengar kabar itu dari
siapa? Jika dia bertanya begitu, pasti akan berakhir lebih buruk.
Wajah Tomomi terlihat bingung.
"Ada apa Nii-chan?"
Aku buru-buru menunjuk ke arah
mesin cuci.
"Oh benar! Jika kau
menekan tombol ini untuk fungsi pengeringan, itu akan dilakukan secara
otomatis."
"Oh! Maaf, aku lupa menekan
itu."
Setelah itu, Tomomi masih terus
melihat wajahku.
"Jadi, bukan itu saja ‘kan?"
"Ti-tidak juga ... tapi,
biarkan aku minta maaf dulu."
"Apa boleh buat. Akhir-akhir
ini cuacanya memang sedang buruk."
Tomomi tertawa acuh tak acuh.
Apa dia ....... tidak marah?
"U-umm ... apa ada sesuatu
yang berubah baru-baru ini?"
"Berubah?"
Menatapku dengan
sungguh-sungguh, Tomomi tiba-tiba menempel ke tubuhku. Dia menekan dadanya yang
menggembung padaku. Lembut. Saat jarak kita berdua sangat dekat, ada aroma
harum yang tak terlukiskan.
"He-Hei! Apa yang kau
..."
"Nii-chan, jika kamu
berteriak, semuanya akan datang kesini, tahu?"
Aku menanggapinya dengan
merendahkan suaraku.
"Jangan mengancamku.
Tolong menjauh sedikit!"
"Tapi Nii-chan sendiri yang
bertanya apakah ada sesuatu yang berubah."
"Dan aku penasaran, apa ada
hubungannya dengan memelukku?"
"Banyak. Aku sudah menjadi
lebih besar baru-baru ini. Tentu saja, aku tidak gemuk ,tahu!"
"Oke. Aku ngerti. Aku sangat
mengerti."
"Sangat baik."
Tersenyum puas, Tomomi akhirnya
melepaskanku.
Saat aku merasa lega, ada hawa kehadiran
yang muncul di belakangku. Saat aku membalikkan badanku dengan keringat dingin,
sosok Sayuri dengan celemek berdiri di
sana.
"Ara ara, jadi Onii-sama
berada di tempat seperti ini?"
Kita ketahuan? !! Dengan senyum
kaku, Sayuri berbicara monoton. Rasanya seperti dia sedang menahan amarahnya.
Tomomi membalasnya dengan
senyum.
“Ada apa, Sayuri?”
“Sarapannya sudah selesai.
Kalian berdua, cepat bergabung dengan yang lain .”
Seolah-olah melawan senyum
Tomomi, Sayuri berkata begitu dengan senyuman dan berbalik pergi tak bersuara.
“Ayo kita pergi Nii-chan.”
Tomomi meraih tanganku, dan dengan
mulut yang setengah terbuka seakan hampir setengah dari jiwaku terkuras, Aku
diseret menyusuri lorong.
*****
Sarapan pagi ini terdiri dari croissant, orak-arik telur, sosis rebus
dan sup labu. serta ada mini salad dan jus sayuran. (TN: sejenis roti berbentuk sabit)
Semuanya terasa lezat.
Sembari makan, Tomomi mulai
berbicara denganku.
"Nii-chan. Omong-omong ...
aku sudah pacar."
Aku sudah tahu. Aku tidak bisa
mengatakan itu. Saat aku membuat wajah linglung, Tomomi menggembungkan pipinya
dan mengerutkan bibirnya.
"Apa-apaan itu. Reaksimu
terlalu lembek,."
"Ti-tidak, bukan apa-apa.
Maaf."
"Jika kamu meminta maaf, Kamu
akan membuatku bermasalah."
"Ka-Kalau begitu, selamat
Tomomi!"
"Terima kasih,
Nii-chan."
"Rasanya seperti ... ini
bukan pertama kalinya yang lain mendengar ini."
"Yup. Aku sudah
memberitahu ke semuanya, jadi tinggal Nii-chan yang terakhir. Aku tidak berniat
untuk mengejutkanmu sih. Aku akan berusia 16 tahun di musim panas juga, ‘kan?
Ini adalah waktu yang tepat untukku mendapatkan satu atau dua pacar."
"Kau tidak boleh memiliki
dua pacar!"
"Aku hanya berbicara
hipotetis."
Aku melihat sekeliling meja.
Selene membuat ekspresi mengantuk dengan mata setengah tertutup, seolah-olah
itu tidak ada sangkut paut dengan dirinya. Sayuri menggeliat, sepertinya dia
sedang berusaha untuk menghindari sesuatu.
Yuuki melihat ke arah Mika dengan
khawatir. Omong-omong tentang Mika, dia kelihatannya tidak terlalu semangat.
Bagi Mika, sepertinya ini adalah masalah serius.
Tomomi masih menatap ke arahku.
"Dan, aku punya permintaan
untuk Nii-chan ..."
Saat Tomomi bertanya pada
masalah utama, deringan bel pintu terdengar.
"Maaf Tomomi. Tampaknya
kita memiliki pengunjung."
Hanya ada satu orang yang aku
tahu siapa yang berkunjung. bahu Tomomi terkulai. mata Selene setengah-terbuka
terbuka lebar. Sayuri menjadi lebih
cemas, Yuuki ... mengangguk ke arahku dengan ekspresi serius. Mika menatapku
lekat.
"Ini mungkin
Murasaki-san."
Setelah aku pergi ke interkom
dan membuka pintu, Murasaki-san muncul di ruang makan mengenakan setelan jas.
Semua calon adik berdiri.
"Aku minta maaf untuk
muncul pada saat kalian makan."
Dengan kperkataan itu sebagai
pendahuluan, Murasaki-san mengkonfirmasi dengan aku.
"Apa kau sudah memutuskan siapa
yang akan menjadi adikmu?"
"Aku takkan memilih."
"Begitu ya..."
"Aku akan menyerah pada
warisan. Itulah yang akan terjadi kecuali aku tidak memilih sebelum batas
waktu, bukan?"
"Ya, memang seperti
Yoichi-san katakan."
"Batas waktunya ... sudah
lewat, bukan?"
Semuanya termasuk diriku
menunggu jawaban Murasaki-san. Dia menghela napas ringan dan tanpa ada gerakan
dari alisnya, dia berbicara acuh tak acuh.
" Belum. "
"Itu berarti batas
waktunya belum terlewat?"
"Memang."
"Lalu, mengapa ada batas
waktu dua minggu? Apa itu sebenarnya jangka waktu yang lama?"
"Aku adalah orang yang
menentukan batas waktu dua minggu."
"Apakah itu juga, ada dalam
wasiat?"
"Itu ... ya."
Sesaat, Murasaki-san terdiam.
Seakan dia sedang ragu-ragu.
"Kapan batas waktu
sebenarnya?"
"Aku tidak bisa menanggapi
apapun menyangkut wasiat ... namun."
Murasaki-san berbicara kepadaku
dengan tampilan lebih dingin dari es.
"Aku menyarankanmu untuk
segera memilih ... supaya kamu tidak menyesal nanti."
"Menyesal ... kau
bilang."
"Tak satu pun dari para
calon adik memiliki hak veto. Keputusan Yoichi-san adalah mutlak. Jangan
lupakan itu."
"Aku ....... tidak akan
memilih."
Sebuah penyesalan setelah
memilih satu orang dan penyesalan setelah kehilangan warisan. Biasanya,
penyesalan yang terakhir akan lebih besar bila dibandingkan yang pertama.
"Jadi begitu. Lalu, aku
permisi dulu."
Setelah permintaan maaf pendek,
Murasaki-san pun pergi. Suasana tegang tadi mulai berubah santai lagi.
Aku menghela napas berlebihan
dan bergumam.
"Apa yang dia maksud ...
'menyesal', ?."
Selama kunjungannya hari ini,
dia memberi kesan lebih bisnis. Juga, karena sepertinya dia bertindak sampai
mengancam, rasanya mencurigakan.
Seperti yang kukira, bagi
Murasaki-san, hubungan kita hanya sebatas karena pekerjaan, hingga akhir dia
bersikeras berniat untuk memenuhi kontrak dengan kliennya.
Para calon adik kembali duduk
di kursi mereka masing-masing.
Tomomi dengan canggung
bergumam.
"U-um, Nii-chan, jangan
dipikirkan!"
"Kau bilang jangan
dipikirkan ….... Aku heran, apa aku sudah melakukan sesuatu yang salah? Atau
keberadaanku sendiri yang buruk?"
Sayuri menggelengkan kepalanya.
"Orang yang menanyakan
sesuatu yang tidak bisa kamu jawab, adalah Murasaki-san. Onii-sama tidak
bersalah."
Yuuki berulang kali mengangguk.
"I-itu benar, Nii-san. Aku
tidak baik dengan hal yang sulit, tapi aku akan mengatakan kita harus bertindak
optimis."
Mika memeluk Maple dengan erat.
"Apa itu oke untuk
Mii-chan dan lainnya untuk tetap bersama lebih lama?"
Aku perlahan-lahan mengangguk
dalam menanggapi kata-kata Mika.
"Ya. Sepertinya tak
masalah."
Namun, setelah diberitahu
"jika kamu tidak segera memilih, kamu akan menyesal", aku merasa
gelisah.
Kemudian Selene bergumam dengan
suara yang jelas. pupil matanya cekung, seakan dia melihat sesuatu yang ktidak
bisa kita lihat, dia memiliki tampilan misterius.
"... Onii-chan.
Sebenarnya, apa memang ada batas waktu?"
"Batas waktu, ya. Dilihat dari
apa yang Murasaki-san katakan, aku kira ada."
Selene mengangguk malu-malu
dalam menanggapi ucapanku.
"... alasan ... Kamu harus
memilih adalah ...."
Seolah waktu telah terhenti,
Selene berhenti bergerak. Khawatir tentang dirinya, aku bertanya.
"Aku harus memilih
karena?"
"... * suu * ............ * suu * ... eh? Selamat pagi, Onii-chan."
Selene mengusap matanya sambil
menguap lebar. Mungkinkah dia masih setengah tertidur?
Sayuri mencubit dagu kecilnya
dan membuka mulutnya.
"Kita tidak dapat
menemukan apakah seleksi tersebut dilakukan sesegera mungkin atau tidak.
Rasanya sulit untuk memperoleh informasi itu dari Murasaki-san."
Tomomi berkobar sambil
tersenyum.
"Kalau begitu, ayo kita
menikmati kehidupan saat ini sampai kita diusir!"
Ini adalah cara yang positif
dalam situasi yang pesimis begini.
Tidak, bisa aku membiarkan
diriku terseret oleh alur pembicaraan ini?
Saat aku masih melamun, Tomomi
terus berbicara dengan ceria.
"Jadi, kembali ke topik
sebelumnya ... apa aku boleh meminta sesuatu dari Nii-chan?"
Karena kemunculan Murasaki-san,
Tomomi terganggu, bukan itu. Sekali lagi aku berbalik ke arahnya.
"Oh iya, tadi kita sedang
ada pembicaraan. Tetapi aku menyatakannya dulu. Aku akan mendengarkan
permintaan ... tapi aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu bila itu melampaui
apa yang bisa aku lakukan."
"Kamu bisa melakukannya!
Ayo, ayolah! Nii-chan ... pergi berkencan denganku!"
"Ke-Kenapa?"
"Kau tahu, sebelum terjadi
kencan yang nyata dengan pacarku, aku ingin berlatih. Sepertinya masih ada
waktu sampai batas waktu pemilihan adik, ini adalah permintaan dari adik
kecilmu yang lucu, Kamu akan mendengarkannya ‘kan?"
Aku memeriksa ekspresi Sayuri.
Wajahnya terlihat lemah lembut. Aku mengira dia akan menjadi pertama
menentangnya, tapi tampaknya memang benar kalau dia bekerja sama dengan Tomomi.
Sayuri menyadari tatapanku dan
tersenyum.
"Ini keinginan murni
Tomomi-san. Tolong kabulkan permintaanya, Onii-sama. Meski waktu yang terbatas.
Aku mengharapkan kebahagiaan untuk saudariku. Jika masing-masing mencari pacar,
aku akan memberi mereka dukunganku
sepenuhnya."
Saat Sayuri menyatakan itu
dengan tersenyum, aku merasa tulang-tulangku gemetar.
Jika Selene, Yuuki, Mika
menemukan pacar dan Sayuri tidak bisa mendapatkanya ...
Aku tertarik untuk melihat
Sayuri pada prospek masa depan, bukankah itu berarti Sayuri dan aku
ditinggalkan sendirian bersama-sama?
Tidak aneh kalau dia tidak
marah saat melihat pertemuan rahasiaku dan Tomomi tadi.
Mendengar deklarasi Sayuri, air
mata mulai berlinangan di mata Mika.
"Begitu ya. Cara berpikir
Mii-chan masih dangkal. Sayuri-neechama ingin Tomomi-neechama bahagia. Mii-chan
sangat menghormati Sayuri-neechama."
Mendengar Mika yang polos kalau
dia menghormatinya, Untuk sesaat, ekspresi Sayuri terlihat tidak nyaman,
merespon dengan kerendahan hati.
"Tentu saja, kita ini
bersaudara. Lagi pula, kita adalah keluarga... hahaha."
Menanggapi senyum kaku Sayuri,
Yuuki memasang ekspresi yang bermasalah. Selene tetap linglung.
Tomomi mengintip ke wajahku dan
membungkuk di atas meja.
"Jadi, Nii-chan, apa kau
mau membantuku?"
"Te-Tentu saja. Aku akan
mencoba melakukannya! Biarkan aku membantu!"
Selama adik -adikku dekat
denganku dan menginginkan sesuatu, aku ingin memberikan itu semua kepada
mereka.
"Omong-omong, kau ingin
pergi kencan di mana? Di dekat stasiun?"
"Nii-chan masih naif.
Kencan di dekat rumah tidak akan seru. Karena kita sudah sepakat, ayo kita coba
tantangan yang lebih sulit."
"Lebih sulit kau bilang
..... memangnya di kencan ada tingkat kesulitannya ?"
"Nah, memang ada level yang
terlalu sulit untuk ditaklukan. Namun, jika kita menang di kota besar, aku akan
memperoleh kepercayaan diri. Aku pikir itu layak dicoba. Jika aku bisa
melampaui tempat sulit itu, aku pasti bisa menikmati kencan di setiap
kota!."
Aku ingin tahu apakah berkencan
itu sama dengan permaina baginya.
"Dan kota besar mana yang
kau maksud?"
Tomomi cepat menunjuk
langit-langit.
"Kota Shibuya, Nii-chan.”
“S-Shibuya? Maksdumu Shibuya
dengan patung Hachiko?”
“Itu benar Nii-chan. Itu adalah
tanah suci untuk berkencan, bukan? Apa kamu tidak ingin pergi berziarah di
sana?”
Aku tidak pernah mengunjungi
Shibuya. Dari gambaran yang aku miliki, samar-samar terasa seperti tempat yang
menakutkan.
“Nah, Nii-chan bisa menyerahkan
padaku, Kamu hanya perlu datang dan menikmatinya. Aku sudah memikirkan rute
untuk menangkap. Juga, jika kita dalam keadaan darurat, Selene akan menavigasi
kita. “
Saat aku berbalik ea rah
Selene, dia mengangguk dua kali.
“… Aku akan memberikan dukungan
dari ruangan.”
“O-ohh. Terima kasih Selene.
Jadi, kapan kita pergi?”
“Besok, Nii-chan! Pepatah
bilang, seranglah saat besinya masih panas.”
Aku sekali lagi memandang
adik-adikku. Mika memeluk Maple di kedua tangannya dan mengangkatnya dalam pose
“banzai”.
“Mii-chan ingin pergi kencan
juga! Ditemani Maple!”
Menanggapi suara Mika, Sayuri
mengangguk.
“Kami akan menemanimu besok.
Tentu saja, kami akan membuat jarak agar tidak mengganggu kencan kalian.”
Yuuki pun ikut menyuarakan
opininya.
“A-aku juga akan datang. Di
Shibuya ada toko pakaian terkenal, aku merasa bisa menaikkan kekuatan gadisku
di sana.”
****
Dan begitulah, ini berubah
menjadi bahwa aku ... aku menemani adikku Tomomi, berkencan besok.
Hari Sabtu berlalu begitu cepat
seolah-olah tidak ada yang terjadi.
Semuanya memainkan game yang
dibawa Tomomi, menonton TV dan melihat cara mengakses peta Shibuya pada
smartphone.
Kami selesai makan di malam
hari, kemudian bergiliran memakai kamar mandi dan melakukan persiapan untuk
besok. Sekali lagi, semuanya masuk ke ruangan dengan tempat tidur besar.
Aku ingin tahu apakah itu semua
bisa aku lakukan.
Mengenai pacar Tomomi dan kata
"menyesal" dari Murasaki-san. Saat aku merasa sangat cemas, malam
telah berlalu bersamaan kelopak mataku yang tertutup.
Lanjutt min!!
BalasHapusIni drop kah min?
BalasHapus