Hari
ke-14 ~ Masa Lalu dengan Mary-san
“Satu, dua, tiga, empat ... 'Kau memulai bisnis penipuan tapi langsung
tertangkap. Membayar denda $ 100.000 '... aku terjebak di jalan kebangkrutan!”
“Gnnn
... Aku akan membuat pemulihan. putar roulette-nya!”
"Oke."
Tiktaktiktaktiktak
...
Suara dari putaran spinner murah mulai melambat dan
menunjuk ke nomor tertentu.
“Kau dapat enam. Artinya ... 'Anakmu lahir. Menerima hadiah ucapan
selamat’. Ini dia!”
“Dapat
anak lagi !? kok aku selalu dapet anak terus sih? Udah berapa banyak anak yang
kudapatkan!?”
“Kalau dihitung sama yang
sekarang, totalnya ada lima. Yah, aku senang melihatmu memliki rumah tangga
yang diberkati.”
“Kuh
...”
Suara jengkel Mary bisa
terdengar.
Selama dua hari terakhir, kami
berdua memainkan Game of Life. Meski
ini hanya versi tiruan yang aku dapatkan dari apotek terdekat. Tapi hebatnya,
ini dibuat dengan baik, papan permainan ini dilengkapi dengan spinner, dan peta
di sisi lain, yang mana membuat permainan ini sangat menyenangkan.
“Akira,
saat kita mengubah aturan permainannya, kamu tiba-tiba menjadi terlalu kuat
...”
“Aku sendiri merasa heran.
Mungkin naluriku hanya diarahkan pada penghancuran diri.”
“Hanya
itu saja sudah membuktikan kalau kamu sudah gagal menjadi manusia.”
Merespon suara cemberut Mary, aku mengibas jariku ke kiri dan kanan
sambil membuat suara tsk, tsk, tsk.
Naif, kau ini masih terlalu
naif, Mary.
“Dalam hidup, kebahagiaan tidak
selalu terjadi setiap hari. Arti
kehidupan ialah mengalami semua kebahagiaan dan keburukan sebagai kejadian yang
biasa.”
'Tidak,
di papan permainan ini, hidupmu sudah jauh melampaui apa yang bisa disebut
bencana.”
Harus kuakui, dalam permainan
ini, rumahku sudah terlilit hutang saat aku lahir, dan bahkan ketika aku
menanggung utang orang tuaku sembari berusaha untuk bisa kuliah, rumahku langsung
terbakar habis. Propertiku dan keberuntungan semua hilang, aku mencoba bermain
pasar saham, yang mana hanya menambah kesialanku saja. Dalam upaya terakhir, aku
mencoba memasuki bisnis penipuan, tapi aku tertangkap dalam waktu singkat …....
ini adalah kesialan tingkat dewa.
Namun, itu sebabnya aku kuat.
Alasannya, ini bukan game of life
yang biasa.
“Aku sangat kuat saat ada
kesialan terjadi, setidaknya dalam 'The
Game of Failing Life' ...!”
“Apa
itu benar-benar sesuatu harus dibanggakan ...?”
The
Game of Failing Life.
Aturannya sederhana. Menurunkan
total asetmu sebanyak mungkin, Cuma itu saja.
Tapi entah kenapa, saat kita
beralih ke dari aturan biasa, aku memperoleh kekuatan yang hebat. Dalam aturan
normal, aku selalu kalah Mary, tapi aturan khusus ini membuatku menjadi
pemenang mutlak. Aku secara konsisten selalu menempatkan ddiriku di jalur
kehidupan yang terus gagal.
... Mungkinkah aku dirasuki oleh
dewa kemalangan atau semacamnya?
Aku mencoba bertanya, tapi Mary
malah memberikan respon yang meragukan.
“Er,
baiklah, aku tidak bisa mengatakannya. Kuakui kalau kamu memiliki sifat paling
layak dari dewa kemalangan, tapi ... “
“Benarkah!?”
“
Ya. Bisa dibilang, kalau keberuntungan akan datang kepada orang-orang yang
tersenyum, tapi di sisi lain itu, dewa kemalangan dan eksistensi sejenisnya
yang diklasifikasikan sebagai bencana sering memilih orang-orang yang muram dan
suram.”
“Apa aku ini orang yang suram
...”
Sungguh pelecehan verbal yang alami.
Saat aku hendak putus asa, Mary dengan panik mulai melanjutkan perkataannya.
“Ah,
bukan itu maksudku! Aku tidak membicarakan dirimu! ... Um, ada beberapa orang
yang lahir dengan pembawaan yang bisa menarik hantu dan roh-roh jahat lebih
mudah. Akira, Kamu mirip sesuatu seperti itu.”
Mirip sesuatu seperti apa?
“Tidak, maksudku, aku belum
pernah melihat hantu selama hidupku, tahu?”
“Apa
kamu lupa siapa aku?.”
“Ah, begitu ya.”
Kalau dipikir-pikir itu, itu
benar. Aku hanya memikirkan Mary sebagai seorang gadis biasa ketimbang hantu.
Mungkin karena kami bermain bersama setiap hari ... meski aku bilang begitu,
kami hanya bermain selama setengah bulan.
Ahh, tiba-tiba ada sesuatu yang
ingin aku tanyakan.
“... Huh, tunggu sebentar.
Kalau begitu, alasan kenapa aku tidak punya teman adalah-”
“Ah,
itu hanya masalah pribadimu.”
“Jawabanmu cepat sekali!”
Tubuh terkutuk ini yang menarik
perhatian roh jahat dan menolak kehadiran orang lain ……. dengan pengaturan cerita
yang super keren begitu, aku akan bertemu gadis pembasmi hantu yg seksi dan
mengubah rasa permusuhannya menjadi kesalahpahaman, karena intervensi dari
pihak ketiga yang menyebabkan kita untuk berkolaborasi demi mencapai tujuan
bersama; pertarungan rahasia untuk melindunginya, gadis yang mencoba untuk
meninggalkan organisasi setelah mengetahui rahasia terlarang…..... ikatan yang semakin
mendalam setelah menghadapi bahaya, bos akhir yang tertawa terbahak-bahak ...
Aku bahkan membayangkan sekitar tujuh puluh persen dari perkembangan awal
sampai ke bagian akhir.
Aku merajuk seraya bertanya
pada Mary.
"Jadi? Mengapa kau tidak
bisa bilang kalau aku dirasuki Dewa kemalangan?”
“Karena
Dewa kemalangan bukan legenda urban, mereka berada di departemen agama. Bahkan
jika aku memiliki clairvoyance. Aku
takkan bisa merasakan kehadiran mereka.”
“Kalian para legenda urban
memang seperti itu. Terlalu banyak kategori yang kaku, dan semuanya terdengar
seperti sistem birokrasi yang tidak fleksibel ...”
“Tidak
seperti manusia yang baik dari departeman agama dan cerita rakyat, kita dari
departemen legenda urban masih pendatang baru dalam industri ini. Kita masih
belum bisa membuatnya lebih besar.”
Dia membuatnya terdengar
seperti ada beberapa perselisihan antar departemen.
Kita memang hidup di dunia yang
keras, pikirku sambil memutar roulette
dan menyelesaikan permainan.
“…
Ah!?”
“Ini dia... semua total utangku
yg tertera di surat utang mencapai $ 1.350.000.”
“Kamu
belum melunasi sepeser pun ...”
Tanpa diragukan lagi, aku
meninggalkan dunia ini dengan hutang yang jumlahnya segunung.
Aku memutar spinner untuk Mary,
menatap jumlah uangnya yg terus meningkat layaknya bola salju yg menuruni bukit.
Pada tingkat ini, Mary akan
mencapai tujuan sebagai multi-milliarder.
“Muh…”
Mary merajuk.
Aku menduga kalau hukuman yang
sebelumnya membuat dirinya trauma. Itu adalah hukuman yang bagus, meski aku
sendiri yang menulisnya. Hukuman di mana yang kalah harus memuji yang menang
selama lima menit.
Tampaknya Mary sangat pandai
berakting, dan meski ada rasa malu yang sedikit tercampur di dalam suaranya, dia
terus mengatan sisi baik dari diriku yang bahkan aku sendiri tidak menyadarinya,
jadi aku yakin kalau dia pasti menyukaiku atau semacamnya, tapi setelah lima
menit berlalu... “Bo-Bohong. Itu semua
bohong, aku tidak tahu sisi yang baik dari dirimu ... A-Aku serius, tahu? Ini bukan
seperti aku mengatakan apa yang sebenarnya ada di pikiranku”' Dia
terus bersikeras, seolah ingin menolak
seperti itu tidak terjadi!
... Yah, itu cerita yang
menyedihkan, karena semua pujian itu hanyalah kebohongan belaka, tapi kesampingkan
bohong atau tidaknya, rasanya cukup indah, sulit memperoleh pengalaman yang
sama seperti itu lagi. Aku berharap dia mau melakukannya lagi di waktu
berikutnya.
Aku menyeka poniku ke samping
seraya mengatakan…
"Menyerahlah. Kekalahanmu
sudah di depan mata.”
“Muh,
gngn ...! ... Benar, Kamu ada benarnya juga.”
“Oy, oy, jangan terlalu murung
begitu. Saat kau jatuh adalah saat dimana kau harus tertawa paling keras.”
“Kamu
benar. Kamu benar, tapi- “
“Astaga, apa kau segitu
bencinya kena hukuman?”
“
Bukan begitu, atau bagaimana untuk mengatakannya ya, jika aku harus melakukan
sesuatu yang seperti itu lagi, perasaanku akan keta ... Ti-tidak! Betul! Aku
menentang konsep hukuman! Perjanjian tirani yang mengabaikan kehendak bebas
orang ini harus dihapuskan!”
“Lalu, bagaimana pendapatmu
tentang apa yang kurasakan saat aku harus menanggung semua hukuman sampai hari
ini ..?”
“Erk.”
Aku bisa membayangkan kalau dia
sedang mengalihkan matanya dari telepon.
Hah, aku
mendesah.
... Yah, aku sendiri bukanlah
Iblis. Aku mengakui kalau punya keinginan untuk membuat Mary mengatakan hal-hal
yang memalukan melalui hukuman. Sebuah keinginan besar. Tapi, meski begitu, Kau
tahu, sangat penting untuk mengampuninya dari hukuman dengan hati toleran,
karena nanti aku bisa menunjukkan padanya keterbukaan pemikiran orang dewasa, ‘kan?
Itulah yang terjadi, demi
menunjukkan rasa toleransiku pada Mary, aku membuat sebuah usulan.
“Mary, hanya sekali ini saja, aku
tidak keberatan membebaskanmu dari hukuman.”
“Oh?
Benarkah?”
“Tapi dengan satu syarat.”
“...
Entah kenapa, aku bisa membayangkan kalau syaratmu itu adalah sesuatu yang
tidak senonoh.”
“Oy, oy, Mary, pikirkan
kembali. Apa ada waktu di mana aku pernah mengatakan sesuatu yang tidak masuk
akal atau berbohong kepadamu?”
“Sangat
sering, sampai-sampai aku tidak bisa
mengingat sudah bera- ...'
“Tidak, tentu saja tidak. Kau
tidak dapat mengingat satu kali pun, ‘kan? Pikirkan kembali sekarang, bagaimana
bisa pria muda yang sehat, lembut, penuh dengan pertimbangan dan sosialisasi seperti
diriku ini …... Harus kubilang aku takut pada diriku sendiri.”
“Dasar
pembohong! Ada pembohong di sini!'
Mengabaikan tuduhan Mary, aku mulai
mengajukan usulanku.
“Apa kau bisa melakukan selfie
dan kirimkan fotonya ke smartphone-ku?”
“...
foto selfie? ... Ma-Maksudmu foto yang mesum?”
"Salah! Kau pikir aku ini
apa?”
“Orang
cabul?”
Hmmm, nada ini, Kau tahu. Nada
seseorang yang sederhana, jujur dan mempercayai kalau aku ini seseorang yang
cabul. Sepertinya suatu hari nanti, aku harus berbagi meja dengan Mary, dan
membicarakan hal ini dengannya.
“... Bukan begitu maksudku, um,
aku hanya berpikir untuk memperingati saat ini.”
“Heh?”
Tapi, yah, kalau kau memaksa
….... tunggu, bukan, itu salah. Aku tidak punya motif tertentu saat ini, tapi
saat aku memberikan sebuah alasan yang normal, Mary mengeluarkan suara sedikit
kejutan.
“Jadi, kau tahu. Misal, Cuma
misalnya ya, kau akhirnya mencapai tempatku dan menjadi Mary-san, bukan?
Setelah itu, kita tidak bisa berhubungan dan bermain melalui telepon lagi, dan
rasanya sangat kesepian ... jadi untuk mengingat musim panas ini, aku ingin
beberapa foto darimu.”
“Akira
...”
“Ja-Jangan salah sangka dulu!
Aku cuma ingin beberapa foto dari seorang gadis cantik, tidak lebih!”
“Akira.
Barusan, Kau terdengar sangat senang. Jangan mengatakan apa-apa yang akan
membuatku serius mempertimbangkan, 'Orang ini mungkin saja memang seperti
itu'.”
“Ah, oke.”
“'Tunggu dulu sebentar.”
Foto yang dikirim setelah
menunggu sejenak bukanlah selfie biasa.
Seorang gadis muda dengan latar
belakang cahaya matahari terbenam, seluruh tubuhnya memantulkan warna oranye.
Tubuh yang begitu langsing,
siluet kecil yang mengenakan topi jerami.
Karena terkena pantulan cahaya,
aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tapi aku tahu kalau gadis tersebut
tengah tersenyum.
Maksudku, rasanya begitu lembut
dan tenang, sebuah foto yang membuatku merasa nyaman hanya dengan melihatnya
saja. Aku yakin kalau dia pasti sedang tersenyum.
“…
Bagaimana?”
“Paling terbaik.”
“Be-Begitu
ya ...”
Saat aku mengutarakan kesanku
melalui telepon, Mary menanggapinya dengan malu-malu.
... Maksudku, Sesuatu yang
bagus ya bagus. Aku tidak bisa tidak memujinya.
“Apa kau meminta seseorang
untuk memfotokanmu?”
“Ya,
aku meminta seorang pria tua yang sedang berjalan-jalan ...sejujurnya, ini bukan
hal yang baik bagi sebuah legenda perkotaan untuk berinteraksi dengan siapa
saja yang bukan targetnya.”
Tapi meski begitu, aku ingin
mengirim foto yang bagus, tambah Mary.
“... Aku akan menghargainya.
Setelah kau sudah sampai di sini, Ayo kita berfoto bareng.”
“Ya,
tentu saja. Aku jamin itu akan menjadi foto hantu yang paling aneh.”
“Kau menjamin sesuatu yang gila
…...”
Jadi hasilnya akan menjadi foto
hantu ya...
Yah, jika kau bilang begitu,
berarti foto yang satu ini sudah termasuk foto hantu.
Ada keheningan sejenak saat aku
menatap foto itu.
Ini bukanlah suasana canggung,
dan ini bukan seolah-olah tidak ada yang harus kubicarakan, meski kita berdua
memang tidak banyak berbicara. Jadi tidak ada yang berbicara …... Bagaimana
bilangnya ya, selama musim panas ini, Mary mulai menumbuhkan ketabahan dan tumbuh sedikit gila dalam artian yang
baik, tapi kegilaan berlebihanku sudah sembuh sedikit, dan mungkin aku sudah
bisa membaca sedikit lebih baik dalam hal yang disebut “suasana”.
Ketika aku menatap foto itu,
dan memikirkan hal-hal seperti itu, aku menyadari sesuatu.
“Mary, apa aku boleh bertanya
sesuatu?”
“Ah,
ya. Apa itu?”
“Ini tentang bajumu ... kenapa
kau mengenakan pakaian model one piece?”
(TN: Bayangin aja
baju yang dipakai Menma dar seri Anohana, baju yang kayak gitu yang namanya one
piece)
“Apa
ini aneh?”
“Bukan begitu, justru kau
terlihat cocok dengan pakaian itu.”
Pakaian tersebut lebih
mencerminkan suasana musim panas dari pakaian yang lain, dan pakaian itu juga
sangat cocok dikenakan oleh gadis muda berambut hitam halus layaknya sutra yang
melambai. Tanpa diragukan lagi pakaian itu sangat cocok dengannya, tapi……..
“Legenda Mary-san itu
berdasarkan dari boneka barat, ‘kan? Lalu, bukannya seharusnya memakai gaun
yang mewah?”
“Kamu
terpaku pada sesuatu yang aneh. Maksudku, kalau memakai gaun nantinya akan
menjadi terlalu panas, ‘kan?”
...
Tidak, ya. Itu benar. Kalau
dipikir-pikir lagi, dia memang benar.
Tapi kenapa kok penjelasannya
tadi kurang begitu memuaskan ...
Esensi keberadaan mereka adalah
berwujud seperti manusia di tempat-tempat aneh, begitulah legenda urban. Ya,
jika mereka dibuat dari imajinasi manusia, mungkin kau bisa menyebutnya sesuatu
yang jelas dan wajar.
Demi argumen, dia menambahkan
sesuatu yang terdengar seperti penjelasan.
'Tentu
saja, legenda urban yang disebut Mary-san mempunyai karakteristiknya sendiri.
Tapi aslinya, sampai cerita berakhir, Mary-san tidak bisa dilihat oleh
target-nya, jadi tak peduli bagaimana penampilanku, hal tersebut itu takkan
merusak citra Mary-san.'
“Bahkan di kamuflase?”
“Ya,
bahkan di kamuflase.”
“Bahkan dalam pakaian Jepang
juga?”
“Tentu
saja, bahkan Pakaian Jepang sekalipun”'
“Seragam pelayan juga?”
“Ya,
Kurasa bahkan seragam pelayan juga.”
“Baju renang juga?”
“Aku
yakin bahkan baju renang sekali pun tak masalah.”
“Kalau begitu, datanglah ke
tempatku dengan baju renang.”
“Baiklah,
kalau begitu baju renang ……... mana mungkin itu terjadi!? Mengapa kau membuatku
seolah-olah itu adalah hal yang wajar untuk berjalan dengan baju renang di
depan umum?”
“... Eh?”
“Kenapa
kau malah terlihat bingung!? Jadi kau tidak menyadarinya, itu adalah keinginan
yang menggenang dari alam bawah sadarmu !? Oh, astaga, menakutkan, orang ini
sangat menakutkan sekali!”
Mary bergetar.
Tidak, tidak, aku tidak
memikirkan sesuatu yang tidak senonoh. Untuk membuktikan itu, aku bilang
sesuatu ke Mary dengan nada yang penuh ketulusan.
“Tidak, tentu saja aku
bercanda.”
“
tapi kedengarannya tadi bukan seperti candaan ...'”
“Itu benar-benar bercanda.
Bukan berarti aku ingin kamu datang ke tempatku dengan mengenakan baju renang
sekolah gaya lama.”
“Kamu
malah memilih modelnya !? ... Aku akan mengatakannya untuk berjaga-jaga, tapi
aku takkan memakainya. Tidak akan pernah.”
“Kombinasi dari topi jerami dan
sekolah baju renang, terlihat sangat berharga ...”
“Kamu
pasti berniat untuk melakukannya, ‘kan!”
... Whoops, sepertinya suara
hatiku terdengar keluar sedikit. Dalam rangka untuk menurunkan kewaspadaannya,
aku mengubah topik.
“... Ngomong-ngomong, Mary,
kembali pada subjek awal tadi, kenapa kau mengenakan one piece?”
“...?
Apa maksudmu?”
“Seperti yang sudah aku bilang
tadi. Jika Mary-san bisa bertindak dengan mitosnya tanpa peduli apa yang dia
pakai, kalau begitu, apa ada alasan tertentu bagimu untuk mengenakan baju one piece ?”
“..Ah,
jadi itu yang kamu maksud.”
Mary lalu mengutarakan
alasannya.
“Itu
selera dari targetku sebelumnya.”
“... GUHAH!”
Aku langsung ambruk ke lantai.
Dari sisi lain telepon, aku
bisa mendengar, 'Akira? Akira !?'
tapi aku tidak bisa memaksakan diriku untuk berdiri.
... Perasaan apa ini, ini
seperti kau sedang bermain dengan teman yang kau anggap sahabat namun tiba-tiba
Ia mulai mengenang beberapa teman yang tidak kau kenal dan berkata, 'Dia
sahabatku,' Sensasi yang mirip semacam itu. Tidak tunggu dulu, aku sama sekali
tidak punya teman, dan aku takkan pernah punya.
Kalau begitu, ini mungin
semacam sensasi saat kau mengetahui cinta pertamamu – gadis yang kau puja-puja
dengan hati yang berdetak kencang dan sedikit kekaguman- sedang bermesraan
dengan pacarnya yang tampan. Tidak tunggu dulu, lupakan yang namanya cinta
pertama, aku bahkan tidak pernah jatuh cinta pada siapa pun, jadi aku tidak
punya pengalaman seperti itu.
Mungkin, jika kau ingin
membuatnya sedikit mudah dipahami, jelas sekali kalau ini adalah sensasi saat
adikmu pulang ke rumah ditemani pacarnya ... ah, sial, aku akan mati ...
“Akira
!?Kuatkan dirimu!”
“... Y-ya, aku baik-baik saja.
Aku berdoa untuk kebahagiaanmu...”
“Dalam
hal apa !?”
Selamat tinggal - kehidupan ini
– selamanya diriku.
Aku tidak benar-benar mengerti,
tapi begitulah rasanya.
Saat aku tengah tertunduk
lemas, aku bisa mendengar semacam suara panik dari sisi laintelepon.
“...
A-A-A-Apa yang harus aku ... !? Mengapa Akira tiba-tiba ambruk saat aku mulai
membicarakan tentang paman ... !?”
... Paman?
Aku berdiri dengan terhuyung
dan bertanya pada Mary.
“Paman siapa maksudmu?”
“Whah,
Kamu mendengarnya !? ... Beliau adalah targetku sebelumnya. Pada waktu itu, aku
belum memiliki clairvoyance, dan aku bahkan tidak tahu namanya sampai sekarang,
aku hanya memanggilnya paman.”
“... Dan paman ini menyukai
baju one pice?”
“
Tidak, bukan seperti itu ... dia bilang kalau diriku mengingatkannya pada
cucunya.”
Mari kita coba membayangkan
sedikit.
Musim panas. Baju putih bermodel
one pice. Topi jerami. Nada sopan yang ceria.
Aku menepuk tanganku seraya
mendapatkan pencerahan.
... Seorang cucu. Dia adalah
seorang cucu yang datang ke pedesaan untuk bermain selama liburan musim panas.
Untuk lebih tepatnya, seorang
gadis muda yang ingin kau jadikan cucu dalam situasi seperti ini.
“Hu-Huh?
Akira sudah pulih? Dan malahan, kenapa ia mengangguk dengan ekspresi penuh
kemenangan di wajahnya?”
“Mary, targetmu sebelumnya
memiliki selera yang bagus... Aku yakin suatu hari nanti kita bisa bertukar bir
dalam satu meja.”
“Be-Benarkah
...”
Kita, umat manusia - bahkan
jika kita belum pernah bertemu secara langsung - melalui ikatan antara satu orang dengan orang
lain, sebagai makhluk hidup, kita mampu memperdalam pengertian kita. Manusia sungguh
hebat sekali.
“Aku
tidak terlalu mengerti, tapi terserahlah, itulah alasannya. Itu sebabnya aku
memakai baju bermodel One Piece.'
“Begitu ya ... yang mana, jika
aku beri gambaran kasar, maka artinya aku bisa mengubah pakaianmu?”
Ayo kita coba bayangkan.
Sebuah pakaian dengan lengan
panjang dan berkerah, bagus sekali Mary. Dengan kipas di satu tangan, serta
memakai yukata karena kami menonton kembang api, teman masa kecil Mary. Syalnya
sedikit longgar, setelah mengatasi musim panas, Mary dengan seragam pelaut.
Hanya dengan pakaian kemeja dan rok,
siswa teladan berkacamata Mary. [Beep] dan [beep], seorang [beep] Mary.
... Wonderful.
“Hentikan
itu. Aku merasakan adanya bahaya yang akan datang, jadi tolong berhenti ...
baik, mungkin hal itu mustahil bagimu.”
“Kenapa bisa begitu?”
Apa mungkin karena itu? Apa
karena aku kurang dalam kekuatan spiritual?
Saat aku mengatakan itu, Mary
membalasnya dengan sedikit malu.
“Pada
waktu itu, keadaannya sedikit berbeda. Waktu itu, aku sendiri belum menyandang
gelar pelatihan Mary-san.”
“... Jadi kau adalah peserta
pelatihan dari peserta pelatihan? Hal ini terdengar seperti Matryoshka.”
“Umm,
kurasa kamu bisa menyebutnya begitu, tapi ini sedikit berbeda .......apa aku
boleh meminta sedikit waktumu? Aku ingin mengisahkan sebuah cerita.”
“Itulah yang aku inginkan.”
Minatku mulai meningkat pada
apa yang sudah dilakukan Mary sampai sekarang. Setelah mendengar balasanku, dia
diam-diam mulai berbicara.
………
“...
Um, asal kamu tahu saja, dari awal, ini bukan seolah-olah aku dilahirkan ke
dunia ini sebagai trainee Mary-san.”
“Itu sebabnya kau adalah
peserta pelatihan dari peserta pelatihan, ‘kan?”
Saat aku bertanya, aku bisa merasakan
gelengan kepala dari sisi lain telepon.
“Tidak,
bukan itu yang aku maksud ... dari awal, Akira-san, apa kamu pernah mendengar
tentang legenda urban trainee Mary-san selain aku sebelumnya?”
“Maksudku ... tentu saja tidak.
Mary-san adalah Mary-san. aku belum pernah mendengar tentang legenda urban
dalam pelatihan ... tunggu sebentar, bukannya itu aneh?”
Maksudku, berdasarkan
penjelasan Mary, bukannya legenda urban adalah sesuatu yang lahir dari
imajinasi manusia? Selama beberapa trainee Mary-san tidak diketahui manusia,
legenda urban itu seharusnya tidak pernah ada.
“Ya
itu betul. Awalnya, Mitos yang disebut Mary-san trainee tidak ada.”
“Lalu kau ini apa? Seorang
gadis normal yang hanya ngaku-ngaku jadi trainee Mary-san?”
Hmm. Aku selalu menganggapnya
sebagai sebuah legenda urban, tapi dia tidak memberikan sensasi semacam itu;
rasanya seperti hanya manusia normal yang sedang berpura-pura menjadi Mary-san
dalam pelatihan, yang terus menantang rintangan supranatural. Dia yang menempa
jalannya sendiri.
Menerima kesan yang mendalam,
aku mengangguk pada diriku sendiri, tapi di sisi lain telepon, aku bisa
mendengar suara panik dari Mary.
“Tolong
jangan mengambil kesimpulan yang aneh! Aku masih pada pembukaan cerita! ...
A-ehem. Um, kamu tahu, awal keberadaanku hanyalah sebuah pemikiran yang tak
berbentuk.”
“... Sebuah pemikiran yang tak
berbentuk?”
“Ya
... biar aku tanya dulu, apa kau pernah tiba-tiba merasa takut akan sesuatu?
Kau tidak tahu mengapa atau bagaimana, tapi perasaanmu tiba-tiba merasa ada
yang buruk, dan diserang oleh kecemasan yang berlebihan?”
“... Yah, aku takkan bilang
kalau aku belum pernah merasakannya.”
Sementara adikku bilang kalau
aku sangat optimis, meski begitu, ada kalanya suasana hatiku tiba-tiba
memburuk. Maksudku, itulah yang diharapkan dari manusia. Semua orang mengerti
kalau hal yang mutlak adalah mustahil.
Kecemasan dan ketakutan tidak
hanya menemani hidup, tapi juga tinggal di sebelahmu.
Saat aku mengatakan itu, Mary
mengangguk.
“Ya,
mayoritas orang akan setuju ... dan aku lahir dari itu, sebuah legenda urban
tanpa nama ... jika aku harus menamainya, mungkin 'Ketakutan Samar'? Aku
awalnya sebagian dari itu.”
“... Aku tidak mengerti
bagaimana ini bisa dikaitkan dengan Mary-san.”
Bagaimana bisa hal tersebut
berubah menjadi Mary-san?
Saat aku sedang memikirkannya
dan mengerang, Mary berbicara sedikit terkejut.
“...
Um, Akira?”
“Apa?”
“Tidak,
um, kamu adalah orang yang baik, dan aku tahu bahwa kamu takkan mengubah
sikapmu sedikit pun jika kamu mengetahui awal dari keberadaanku. Namun, Saat
kamu tidak terlalu bereaksi seperti itu, posisiku setelah mengumpulkan
keberanianku untuk berbicara …...”
“Merepotkan sekali!”
Ini sama sekali bukan manga
shojo, mana aku peduli tentang bahasa yang halus dan semacamnya.
Saat aku membalas begitu, Mary
terdengar sedikit tidak puas, tapi juga sedikit senang.
“Aku
lebih suka kalau kamu tidak memperlakukan rasa duka legenda urban sebagai
merepotkan, syukurlah …….. kembali ke topik tadi, legenda perkotaan “Ketakutan
samar” tidak memiliki bentuk yang pasti.”
“Well yeah, lagian bentuknya
tidak jelas, sih .”
“Ya,
tepat sekali ... dan ketakutan samar adalah semacam hal yang menyeliputi segala
sesuatu. Misalnya sudut-sudut gelap atau tengah malam, atau misalnya di cermin,
dan misalnya ...”
“... Dalam saluran telepon,
‘kan?”
“Benar.”
... Begitu ya, aku mulai
sedikit memahaminya.
“Jadi untuk menyingkatnya, kau
melakukan “ketakutan samar” ini pada saluran telepon. Lalu, ada Mary-san aktif
yang sedang kebetulan lewat, dan dia kekurangan anggota, jadi dia memutuskan
untuk merekrutmu ...”
“Salah.”
Jawabannya cepat sekali.
“Legenda
urban adalah eksistensi yang dibuat oleh imajinasi manusia. Itu akan
menginduksi keadaan tidak layak urusan di mana legenda urban mengatur legenda
urban lain.”
“... Lalu apa itu?”
Menanggapi kata-kata merajukku,
Mary menjawab dengan tenang.
“Suatu
hari, aku ... bukan itu, asal mulaku. Ada panggilan telepon masuk.”
“... Kenapa kau bisa punya
nomor telepon?”
“Ini
bukan nomor telepon biasa. Orang yang memiliki nomer tersebut sudah meninggal
dunia, itu adalah nomor yang telah dihentikan ... yang artinya jika kau mencoba
untuk menelepon, maka tak bakal ada yang menjawabnya. Singkatnya, nomor telepon
itu sendiri dilengkapi dengan disposisi yang tepat untuk menjadi dasar dari
legenda urban ... pada waktu itu, aku menjawab panggilan dan mengatakan sesuatu
seperti “Ketakutan Samar”. Aku tidak ingat apa yang aku katakan. “Ketakutan
Samar” nyaris tidak memiliki kesadaran diri ... oleh karena itu, harusnya sudah
berakhir sampai di situ saja. Namun, si penelepon malah mengatakan ini. “Apa
ini Mary-san?” .”
“Ah ... jadi maksudmu begitu.”
Kali ini, kurasa aku mulai
memahaminya.
“Ya
... pada saat itu, aku menyadari diri sebagai, “Sebuah eksistensi yang di salah
sangka sebagai Mary-san”. Aku dipisahkan dari bagian “Ketakutan Samar”, dan
memperoleh esensi sebagai benih dari sebuah legenda urban.”
“Itu sebabnya kau menjadi
Mary-san dalam pelatihan?”
“Itu
benar. Saat kau pikir dengan seksama, aku bukanlah Mary-san, aku hanya “Kurang
dari Mary-san”, bukannya itu istilah yang kurang tepat, ‘kan? ... Tentu saja,
orang yang memberiku panggilan itu adalah si Penelepon.”
“Dan itu si paman?”
Saat aku bertanya, nada suara
Mary berubah menjadi nada yang penuh kerinduan.
“...
Ya, beliau memliki hati yang lembut. Sesaat Ia menelepon, Ia menyadari kalau
nomer yang Ia telepon adalah nomer anaknya yang sudah meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas. Beliau terkejut
saat aku membalas teleponnya dan secara refleks mengucapkan nama sebuah legenda
urban yang ia tahu.”
“Itu reaksi yang bagus.”
“Aku
sangat berterimakasih kepadanya. Berkat dirinya, aku bisa mendapatkan
kesadaran, dan mampu berbicara denganmu seperti ini. Tapi pada saat itu,
rasanya mengerikan. Aku bahkan belum menjadi Mary-san dalam pelatihan dan aku
tidak punya kemampuan clairvoyance. Perlahan-lahan aku mencari lokasi
keberadaannya melalui percakapan kita sehari-hari.”
"Sehari-hari?"
Ketika aku bertanya, Mary diam
sejenak sebelum melanjutkan.
“...
Sebenarnya, paman tengah dirawat di rumah sakit. Aku tidak bertanya secara
rinci, tapi beliau mengatakan kalau dirinya mengidap penyakit darah dan sedikit
demensia. Mungkin karena hal itulah yang mmembuat dirinya menelepon nomor
anaknya yang sudah meninggal.”
“... Jadi begitu.”
“Ya
... ia berada di rumah sakit, sehingga waktu dihabiskan untuk menelepon
sangatlah terbatas, dan itu sedikit sulit untuk mendapatkan banyak informasi
dari dirinya. Jadi aku akan menghabiskan hari demi hari, jam demi jam, untuk
mencari paman.”
“... Dan bagaimana?”
“Rasanya
sangat menyenangkan. Paman bilang kalau aku ini seperti cucunya dan memberiku
bentuk ini. Apalagi bentuk, dulu aku masih belum begitu jelas dan masih kabur,
aku adalah eksistensi yanh tidak
memiliki nama yang pasti, jadi mungkin itu sebabnya aku berubah begitu banyak
pada satu pemikiran.”
Dan itulah alasan di balik
pakaian one-piece nya.
... Dan dia masih memakai itu, artinya ...
“... aku tidak pandai
berbelit-belit, jadi aku akan bertanya secara langsung.”
“Ya.”
“Bagaimana keadaan paman itu
sekarang?”
“Dia
telah meninggal …….. di malam bulan purnama yang bersinar terang. Saat aku tiba
di tempatnya dan menyelinap ke dalam kamar rumah sakit, mungkin ia menyadari
kehadiranku. Mata paman terbuka perlahan ... dengan senyum terkejut, ia
mengatakan hal ini padaku.'Terima kasih sudah datang” ujarnya.”
“...”
“Itu
adalah waktu tenang. Aku berdiri di sana tanpa tahu apa yang harus aku lakukan,
dan setelah itu, paman menutup matanya tanpa mengucapkan sepatah kata. Pada
keesokan harinya, tubuhnya sudah dingin ... aku menyelinap keluar dari rumah
sakit tanpa disadari orang lain dan menemukan tempat untuk menangis. Aku tak
pernah tahu kalau kematian manusia bisa begitu sangat menyedihkan.”
Mary berbicara dengan suara
yang tenang, seakan-akan membiarkan diriku merasakan hatinya.
“Tapi itu bukan hanya kesedihan saja yang ada. Pada saat itu, aku
berpikir, “Jika ada seseorang di luar sana yang bisa tersenyum karena
kunjunganku, maka aku ingin mencoba menjadi Mary-san' ... Jika aku bilang
begitu pada siapa pun, aku yakin mereka
akan menertawakanku. Kok mitos hantu bilang begitu? Pasti mereka akan
mengatakan itu, Tapi aku pikir itu tak masalah kalau ada satu mitos yang macam
tersebut ada. Bukan karena mereka dilahirkan sebagai mitos legenda, melainkan
karena dia ingin menjadi mitos legenda.”
“…....'”
“Setelah
itu, aku pergi ke Asosiasi Legenda Urban dan secara resmi mengakuiku sebagai
Mary-san dalam pelatihan ….. Paman berada di tempat tidur sepanjang waktu dan
aku tidak mampu untuk berdiri di belakangnya; karena aku belum sepenuhnya
menjadi Mary, aku punya poin untuk clairvoyance. Jadi aku menelepon nomormu dan
... haaa, Akira?”
Hikss, hidungku sesenggukan.
“... Ada apa?”
“Um,
apa kamu menangis ...?”
“... Siapa yang menangis. Aku
tidak menangis sama sekali kok. Ruangan ini saja yang terlalu dingin, hidungku
jadi meler karenanya.”
“...
Tapi air matamu ...”
“Ini hanya keringat. Tempat ini
terlalu panas jadi aku mulai berkeringat.”
“Perkataanmu
tadi sangat bertentangan, tahu?”
Mary yang kebingungan.
... Tentu saja, aku tidak
menangis sama sekali, tapi itu adalah kisah yang benar-benar membuatku
merasakan sesuatu. Untuk meringkas, tidak seperti diriku, Mary adalah
seseoarang yang hidup dengan tujuan yang jelas.
Untuk seseorang tanpa tujuan
tertentu, seseorang seperti diriku yang baru saja masuk ke universitas karena
Ia bisa belajar sedikit, dia adalah seseorang yang bisa aku hormati setulus
hati.
Itu sebabnya aku akan
mengatakannya…..
“... Nah, Mary. Sudah waktunya
untuk hukumanmu.”
“Heh
!? Bukannya aku sudah mengirim fotoku !?”
“Astaga ... bukannya mereka
mengajarimu di sekolah untuk tidak mengambil perkataan seseorang pada nilai
nominal?”
“Kenapa
!? Mengapa jadi begini !?”
... Untuk meringkas, karena
gadis ini bisa melakukan apa yang aku tidak pernah bisa, mungkin aku hanya
sedikit kesal.
Tags:
Short Story