Mary-san Comes on Foot Chapter 06 Bahasa Indonesia




Hari ke-18: ...

“... Kalau begitu, ayo berbincang-bincang lagi besok.”
“Ya, telepon aku kapan saja. Hati-hati di jalan saat malam hari.”
Setelah mengucapkan salam perpisahan, panggilan telepon pun terputus.
Aku menghela napas ringan sambil menekan tombol “Akhiri Panggilan” di layar.
...… beberapa waktu sudah berlalu sejak aku bertemu Akira sebagai target dari Mary-san dalam pelatihan. Aku tidak tahu seberapa spesifik tempat dan waktunya, tapi meski begitu, setidaknya aku bisa bilang kalau aku sudah semakin lebih dekat dengannya.
Aku ragu apa masih bisa 2 minggu lagi waktu yang bisa kuhabiskan untuk berbicara dengannya. Maksudku, setelah itu, aku akan mencapai tempatnya.
Setelah menggelengkan kepalaku, aku terus menggerakkan kaki yang belum berhenti sejak aku berangkat dari Nagasaki.
Langkah demi langkah. Bagaikan benang melewati kain, setiap langkah membawaku semakin dekat. Jalan yang aku pikir tak ada habisnya, tanpa aku sadari, sudah melewati setengah dari tujuanku.
Saat aku melihat ke atas langit, aku melihat matahari tenggelam. Saat itu …... mulai dari sini, waktu malam dimulai. Tinggal sedikit lagi sebelum cahaya senja menghilang dari langit barat.
Malam hari... dari dulu hingga sekarang adalah waktunya bagi para hantu dan dedemit.
Menghilangnya matahari merenggut jauh berkat cahaya, membiarkan kegelapan menyelimuti segala macam roh dan iblis. Di era sekarang, cahaya malam nyaris tak ada bedanya dengan waktu siang hari, tapi meski begitu, tak perlu dipertanyakan lagi bahwa masih ada sosok keberadaan yang sama seperti diriku.
... Tapi entah kenapa. Sejujurnya, saat ini aku tidak terlalu menemukan kenikmatan waktu yang disebut malam hari.
Matahari tertidur, kota tertidur, orang-orang tertidur ... pada waktu seperti  ini, aku sendirian, tak terlihat oleh siapapun, kakiku terus melangkah ke tempat yang jauh, dan terus jauh. Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku yakin sesuatu di dalam diriku secara perlahan berubah sedikit demi sedikit.
Apa ini namanya 'Keresahan'?
...Sungguh aneh. Ketika aku pernah menjadi makhluk yang berpakaian atas gagasanku sendiri, datang dari jauh, akhirnya aku sempat merasa sendiri.
“... Ini semua salah Akira.”
Diam-diam aku bergumam mengenai apa yang ada di pikiranku.
... Itu benar, ini pasti salah Akira. Itu karena waktu yang aku habiskan dengan orang itu terlalu menyenangkan sampai-sampai cahaya bulan yang menerangi malam yang sunyi ini serta keriuhan dari serangga dan burung liar menjadi begitu membosankan bagiku.
Sebuah pertanyaan mendadak muncul di benakku.
Bagiku, dia itu orang seperti apa?
"… Seorang target. Seorang kakak yang bermain denganku. Seorang teman."
Dan kata-kata tersebut tertanam kuat di dalam hatiku. Aku merasa kalau wajahku sedikit memanas.
Saat aku pertama kali bertemu dengannya, mungkin ada bagian dari diriku yang terlalu bersemangat. Aku membuat keputusan, dan aku bertindak semata-mata untuk memastikan kalau keputusan yang kubuat bukanlah isapan jempol belaka.
... Tapi diriku yang sekarang mulai sedikit berubah sejak saat itu.
“... Dia terlalu bebas.”
Itu benar, orang itu terlalu bebas ... dan baik. Jika aku ingin mengungkapkan orang itu dalam kata-kata, Ia adalah orang yang hidup sesuai keinginannya.
Mungkin karena masih pemula sebagai legenda urban, dalam beberapa minggu terakhir- dalam artian buruk atau baik- aku terpengaruh sifat Akira, dan merubahku sedikit. Aku sendiri tidak yakin kalau itu yang disebut pertumbuhan.
Tentu saja, jika aku berpikir sebagai seorang hantu, sejak aku berbicara dengan orang itu, mungkin aku mulai tumbuh menjadi lebih lemah.
Maksudku, ketika aku memulai perjalanan ini, aku tidak pernah merasa sangat kesepian saat di malam hari. Aku yakin kalau aku ingin menjadi Mary-san, dan perasaan itulah yang menjadi penyemangatku untuk terus berjalan.
Tapi sekarang, aku merasakan ada sesuatu yang berbeda ... tentu saja, tidak ada yang berubah dalam keinginanku untuk menjadi Mary-san. Tapi lebih dari itu, ini seperti aku berjalan semata-mata untuk bisa membusungkan dada dan memberitahu Akira, 'Aku melakukan hal yang terbaik hari ini'. Ini seperti aku berjalan demi kebahagiaan yang kudapat atas pujian yang dilontarkan darinya kepadaku.
... Tinggal dua minggu lagi. Dua minggu adalah waktu yang cepat. Aku terus berbincang-bincang dengan Akira, walau begitu, kalimat yang ingin aku sampaikan padanya tak pernah terucap.
Usai menyadari apa yang sedang aku pikirkan, aku mulai mendesah lagi.

uuuu
 
Aku mendongak ke atas seraya berjalan di bawah langit di ambang kegelapan.
Langkah demi langkah, semakin membawaku menjauh.
Saat aku terus berjalan, lingkungan sekitar secara bertahap kian meredup.
Orang-orang yang kutemui pun semakin sedikit. Satu-satunya suara yang bisa kudengar adalah suara burung dan serangga dari hutan; suara gemerisik yang terbawa oleh angin; serta suara mobil yang sesekali lewat ... itu semua berpadu menjadi satu.
Hembusan angin hangat membawa semacam udara yang membuat seseorang menjadi suram, dan wajahku mulai sedikit murung.
Karena aku adalah seorang hantu, aku takkan pernah lelah tak peduli seberapa jauh aku berjalan, dan tubuhku tidak bisa kotor. Aku pun tak butuh makan, dan aku yakin di mana pun aku berada , aku mampu melanjutkan keberadaanku sendiri ......namun...
“... Aku ingin mendengar suaranya.”
Aku penasaran kenapa saat sendirian rasanya begitu sangat kesepian.
Perkataan yang serius tersebut mendadak keluar dari lubuk hatiku, yang mana hal itu membuatku panik dan langsung menutupi mulutku.
“Ti-Tidak mungkin, tidak mungkin! Jika terus seperti ini, Ia pasti akan mengejekku lagi.”
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk melengkapi tubuhku dengan gaya seorang legenda urban atau martabat, atau semacamnya. Bila hal tersebut terjadi, Akira mungkin akan menertawakanku lagi.
Kugelengkan kepalaku dan mendesah, jangan dipikirkan, jangan dipikirkan, aku membaca mantra itu pada diriku sendiri, terus berjalan dan terus dan terus ... Kemudian aku menyadari sesuatu.
... Aku akan pergi dan menemui orang itu,tapi apa yang akan aku lakukan setelah itu?
Aku akan menjadi Mary-san. Itu adalah sesuatu yang sudah diputuskan, aku tidak punya niat untuk memikirkan kembali itu ... tapi apa?
Bagiku, sekarang adalah waktu yang paling menyenangkan dalam hidupku, dan aku sudah merasa sangat puas.
Kalau begitu…… ketika aku tidak bisa lagi berbicara dengan orang itu, apa yang akan aku lakukan?
“... Memikirkan hal semacam ini pasti akan merepotkan pria itu juga.”
Aku mencoba mengatakan kata-kata yang sangat jelas menyakitkan .
Maksudku, aku yakin bahwa bagi orang itu, aku hanyalah secuil kenangan aneh di musim panas . Di antara ratusan musim panas yang akan dia alami dalam kehidupan manusia, sebuah singularitas belaka. Serpihan kenangan perlahan ... kesampingkan waktu sekarang, bila diberi waktu, aku yakin kalau bagi orang itu, hanya itu saja arti keberadaanku.
“... tak perlu dikatakan.”
Tapi,….kata “tapi” ini tidak mau menghilang dari kepalaku .
Aku sudah pernah membicarakannya dengan Akira, tapi bagi seseorang yang dihantui oleh keberadaan seperti diriku pada dasarnya adalah kejadian keji, bukan hal yang baik sama sekali. Alasannya, seperti namanya, Anomali [Hantu/Legenda perkotaan/Mitos] adalah hal-hal yang aneh dan tidak teratur.
Bagi manusia, tanpa diragukan lagi bahwa keberadaan kami mempunyai banyak dampak negatif daripada positifnya.
Misalnya, sekarang, karena Akira berhubungan dengan orang seperti diriku, ia akhirnya membuang-buang waktu sorenya ... tidak, saat aku menggunakan clairvoyance untuk melihat dirinya, Ia selalu tidur atau membaca buku, jadi aku kurang yakin tentang hal itu.
Aku tertawa kecil; Aku tahu kalau perjalananku masih panjang.

uuuu

Langkah demi langkah, terus kujalani. Langit biru sudah berubah gelap gulita.
Sangat kabur dan tidak dapat diandalkan, awan yang menggantung menghalangi cahaya bulan di jalan malam.
Aku penasaran apa yang sedang Akira lakukan sekarang. Aku menahan diri untuk tidak mengintip dengan clairvoyance milikku.
....... karena jika tidak, rasanya akan mengerikan bila ia sedang mandi atau semacamnya. Terakhir kali, aku tidak sengaja mengintipnya saat ia sedang mandi. Tentu saja, aku langsung memotong clairvoyance milikku, tapi jantungku masih berdetak kencang, dan di hari berikutnya, aku canggung berbicara dengannya. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan itu lagi.
…... Tentu saja, tanpa perlu dipertanyakan lagi, mengintip adalah tindakan yang tidak baik. Tapi bagian itu merupakan hak istimewa Mary-san.
"... Mn."
Saat aku tengah memikirkan hal semacam itu, angin kencang tiba-tiba bertiup. Angin yang menyedot panas dari aspal terbungkus dalam kehangatan menindas, membuatku mendadak berhenti dan memalingkan wajahku.
... Daftar produk untuk daftar musim panas sebagai item populer, tapi apa mereka tidak bisa melakukan sesuatu tentang ini? Mustahil bagiku untuk terus berjalan di bawah cuaca yang manas , dan aku tidak berkeringat juga, walau begitu, yang namanya panas tetap saja panas. Dalam hal bidang itu, seperti yang  aku pikir, ini pasti ketidakdewasaanku sebagai Hantu yang setengah-setengah.
Aku mendesah saat aku mulai berjalan lagi.
Pada saat yang sama. Aku mengira jantungku akan berhenti.
“Eeeehh!?”
... Apa itu ... mata? Dua titik cahaya hijau yang kecil mengambang di dalam kegelapan. Cahaya tersebut seakan-akan menatap lurus ke arahku.
“... A-Ada apa ya? Apa kamu perlu sesuatu dariku?”
Bahkan jika aku bergerak sedikit ke samping, mata itu terus menatapku.
Bahkan saat aku mencoba melompat-lompat, mereka menatapku.
Bahkan ketika aku mencoba menghapus hawa kehadirank, mereka menatapku.
“A-Apa yang harus aku lakukan ... mata?  Hantu?”
Tak diragukan lagi keberadaan yang hanya matanya saja pasti seorang hantu. Tapi, apa ada hantu yang seperti itu ...?
Saat aku memikirkan itu dan mengamatinya, keberadaan tersebut menunjukkan wujud aslinya.
“Ini cuma kucing ...”
Aku menunduk dengan kekecewaan.
... Wujud asli dari mata itu adalah seekor kucing hitam. Jenis kucing yang mudah di abaikan, tubuhnya yang hitam mengkilap layaknya warna malam.
“Aku harus menguatkan diriku sendiri ...”
Aku ingin memegangi kepalaku.
Tidak peduli seberapa keras aku menekankan bagian trainee, aku masih seorang legenda urban. Bagiku untuk menyalahpahami kucing sebagai semacam hantu, seberapa kurang dewasanya aku? Aku bahkan memiliki clairvoyance, kemampuan khusus untuk melihat.
... Jika kamu mau alasanku, ketika terkejut, reaksi manusia, Baik legenda urban atau hewan tidak ada bedanya. Ya, ayo lita berikan alasanitu saja.
“Jalan-jalan malam? Warnamu ini gelap gulita, jadi kamu harus berhati-hati supaya tidak ditabrak mobil.”
Aku berjongkok dan mengelus kucing tersebut.
Entah kucing ini memahami perkataanku atau tidak.
Dan mungkin karena sudah tak tertarik padaku, kucing ini mulai menggunakan kaki depannya untuk membersihkan wajahnya. Setelah itu, unaa,  menguap, dan membuat suara gemuruh di tenggorokannya.
... Saat aku melihat fenomena seperti itu, pertanyaan tertentu muncul di dalam benakku.
Mungkin. cuma kemungkinan.
... Mungkinkah makhluk hidup yang paling lucu di dunia adalah makhluk yang disebut kucing ini?
“… Nyaa.”
Aku mencoba menirunya. Unaa? Dia mendengkur dan memiringkan kepala.
Aku langsung memetik rumput liar yang tumbuh di dekat kakiku dan menyajikannya di depan Miss Kucing.
Aku mengayunkan rumput itu di depan Miss. Kucing dan dia mengejarnya dengan wajah seolah-olah dia tidak memiliki apa-apa di pikirannya.
... Lu-Lucunya.
Kepalanya ikut bergerak ke kiri dan ke kanan, dan sekarang, dia mengangkat satu kaki untuk membuat pukulan kucing.
Jika aku mencoba bergerak lebih dekat atau lebih jauh, dia mencoba meninju saat dalam jangkauannya, lalu terkadang terjatuh loyo saat aku melemparkannya, dan menarik kaki depannya seakan-akan dia telah tersesat.
Saat aku menambah rumputnyaa, mata kucing tidak bisa lagi mengejar saat memutar-mutarkan. Gagal saat dia mencoba untuk menangkapnya dengan kedua kakinya, posisi dia saat dai tersungkur ke tanah adalah adegan yang sangat menenangkan hati.
“.........
Setelah keheningan sejenak, tiba-tiba aku kembali ke alam sadarku.
... Sudah berapa menit yang kuhabiskan di tempat ini?
“... Ti-Tidak boleh begini, tidak boleh begini! Aku akan menjadi Mary-san! Aku tidak bisa disesatkan, aku harus bergerak maju!”
Aku menyemangati diri sendiri dan mengurungkan keinginanku untuk bermain dengan kucing.
Aku akan berjalan. berjalan dan terus berjalan, lalu membuat Akira memujiku lagi besok.
Aku berdiri, lalu berjongkok lagi untuk berbicara dengan Ms. Kucing.
“Aku minta maaf karena tidak punya apa-apa untuk memberimu makan. Tapi terima kasih sudah bermain denganku ... jika kita bertemu lagi, ayo kita bersenang-senang lagi nanti, oke?”
Ucapku begitu dan mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi Ms. Kucing langsung cepat melarikan diri ke samping dan pergi.
... Tampaknya kontak fisik adalah hal yang mustahil.
Merasa sedikit kesepian, aku langsung berdiri lagi.
Sekarang kembali ke perjalanan. Jarak yang tersisa hanya tinggal kurang dari seribu kilometer lagi, aku akan menempuhnya dengan berjalan lagi.
Saat aku berpikir begitu, aku tertegun.
... Mataku terbuka lebar.
Di jalan tepat di sampingku, artinya, arah kucing itu pergi beberapa saat yang lalu. Dari belakangku, sebuah mobil datang dengan kecepatan yang luar biasa.
“... - !?”
Aku menjerit keras.
Di tengah jalan, tubuh kucing itu berdiri kaku karena terkejut, tepat di jalan dimana mobil melaju kencang.
Apa karena warna dari kucingnya? Orang yang mengemudi mobil tidak dapat melihatnya, dan tdak menunjukkan tanda-tanda untuk menuruni kecepatan.
Tinggal beberapa detik lagi.
Aku yakin Miss. Kucing akan langung menghindar dari jalan.
... Jadi pada saat itu, aku tidak memiliki satu pikiran di pikiranku.
Dengan pemikiran yang kosong kecuali melihat adegan kematian Miss. Kucing.
... Hanya karena pikiran itu, aku langsung melompat ke tengah jalan.
 uuuu

“... Dasar anak bodoh, lain kali hati-hati kalau jalan!”
Usai mengucapkan kekesalan, mobil tersebut pergi dengan momentum yang sama saat mobil tersebut datang.
Aku hanya bisa menatap mobil yang mulai menjauh dalam keadaan linglung.
Setelah beberapa detik berlalu, aku kembali tersadar.
Tubuhku ambruk ke sisi jalan. Dalam pelukanku, si kucing mendesis dan menggeliat berusaha untuk keluar. Kelihatannya ...  aku berhasil tepat waktu, dan baik aku maupun Miss. kucing akhirnya tidak tertabrak.
Tubuhku tiba-tiba menjadi lemas.
… Aku takut. Aku benar-benar takut.
Aku ini hantu, aku ragu kalau aku akan mati. Tapi emosi yang aku rasakan saat aku melompat ke depan mobil itu tidak diragukan lagi adalah emosi yang belum pernah kurasakan sebelumnya ….... ini adalah rasa takut.
Melompat keluar dari tanganku yang sedang dalam keadaan linglung, si kucing melarikan diri.
Dari langkahnya, tampaknya dia tidak terluka. Aku lega itu bukan sesuatu yang serius.
Jika sedetik saja, sedetik terlambat, aku pasti takkan berhasil.
“... Jangan main-main ke tengah jalan lagi.”
Saaat aku memperingati kepada kucing yang sudah lama melarikan diri ke semak rumput, nyaa, balasnya kembali. Balasan samar seperti itu membuat pikiranku menjadi tenang. Kuharap dia benar-benar mendengarnya dan berhati-hati di waktu berikutnya.
Bayangan kucing menghilang ke semak-semak, meninggalkanku sendirian. Seolah-olah apa yang barusan terjadi hanyalah ilusi belaka, hanya sebuah malam di musim panas yang kembali hening nan sunyi.
"… Syukurlah."
Gumamku tanpa sadar.
Tak peduli bagaimana ini terjadi, aku berhasil menyelamatkan satu kehidupan yang akan segera menghilang di depan mataku. Paling tidak, aku sendiri bangga akan hal itu.
Aku menepuk-nepuk kotoran dipakaianku seraya berdiri. Lalu, aku mengambil napas dalam-dalam.
Ketidaknyamanan yang kurasakan seakan-akan tercabut dari tubuh setiap kali aku mengambil napas. Beberapa puluh detik berikutnya, goresan dan memar yang ada di badanku menghilang, aku benar-benar sembuh.
... Apa yang baru saja menutupi seluruh tubuhku adalah sensasi yang begitu sulit untuk mengungkapkan. Sensasi tersebut membuatku ingin menangis. Aku yakin kalau itu adalah hal yang dinamakan, 'Sakit'.
Beberapa saat berlalu tanpa aku bisa memikirkan apa-apa. Setelah beberapa menit, kepalaku akhirnya mulai berfungsi dengan baik.
“... Aku harus mulai berjalan. Aku sedang di tengah-tengah ... perjalanan ... ini bukan tempat untuk membuang waktuku.”
Aku yakin aku berpikir begitu supaya aku mencoba untuk mulai berjalan.
Angkat kakiku sedikit, memindahkannya ke depan, mengarahkan pusat gravitasi tubuhku ke depan, dan menggunakan kekuatan untuk menggerakkan kakiku yang lain. Ulangi ... ini sederhana, gerakan yang sangat sederhana sekali. Untuk anak-anak kecil di TK, berjalan kaki adalah sesuatu yang mudah mereka lakukan.
Namun ......entah kenapa, aku tidak bisa bergerak.
“... Eh?”
Gerakan mengangkat kakiku sedikit dan melangkah maju.
... Aku tidak bisa melakukan hal yang sederhana itu. Aku terpaku seakan-akan aku tertancap di tempat ini.
Aku tidak bisa menggerakkan satu langkah sedikit pun.
“... ini pasti .......bercanda . Mungkin, aku hanya sedikit lelah karena berjalan, jadi aku mengucapkan candaan untuk mengalihkan perhatianku.”
Aku mengatakan hal seperti itu, menekankan kata “kelelahan” yang tak pernah dirasakan oleh seorang legenda urban, dan mencoba membuat kaki tak bergerakku sebagai kebohongan.
Namun, meski aku melakukan itu, kakiku tetap tidak mau bergerak. Selangkah pun tidak, bukan, jangankan sekangkah, bahkan setengah langkah pun rasanya mustahil.
Aku coba mulai dari kaki kiri, bukan dari kaki kanan. Seperti yang diduga, kakiku terasa berat seolah-olah terbuat dari timah, bahkan setengah centimeter pun tidak.
"Mengapa. Mengapa kakiku tak bisa bergerak ...?”
Aku bertanya pada kegelapan tanpa ada siapapun yang menjawab.
Tentu saja, tidak ada jawaban yang datang.
... Kalau begitu, siapa yang tau jawaban dari pertanyaan itu?
“Aku tidak ... berpikir itu ...”
Tanpa aku sadari, mulutku mulai berbicara sendiri.
“Aku tidak memikirkan itu. Aku tidak memikirkan itu. Aku tidak memikirkan hal seperti itu sama sekali. Aku tidak mempertimbangkan hal seperti itu. Aku tidak berpikir apa yang sudah kuputaskan untuk diriku sendiri adalah sebuah kebohongan. Aku……"
... Aku harus berhenti berbicara.
Namun mulutku masih melanjutkan kata-kata hatiku.
“......  Aku tak berpikir kalau aku tidak ingin berjalan lagi.”
... Usai kata-kata tersebut terucap, aku jatuh tak berdaya di atas tanah. Permukaan kasar jalan terasa seperti kejadian dari dunia yang jauh.
“... Maksudku, aku memutuskan untuk menjadi Mary-san.”
Ting.
Saat aku memikirkan itu, sensasi yang baru pertama kali kurasakan….... rasa sakit mulai menghinggapi lagi.
Tong.
Saat aku menyadari hal tersebut, Emosi yang kurasakan pertama kali ... rasa takut mulai datang kembali.
“... -!”
Tubuhku gemetaran.
Tidak peduli apapun yang kulakukan untuk menghentikan gemetar ini, semuanya tak berhasil.
Mengapa.
Jawaban untuk pertanyaan yang keluar dari bibirku sendiri.
“... Aku memiliki rasa sakit. Aku takut ....”
Jika aku tidak menyelamatkan kucing tadi, apa yang akan terjadi nanti?
“Dia pasti akan tertabrak ….... dan mati.”
Fakta yang sangat jelas tersebut diam-diam terucap dari bibirku.
Aku tidak tahan. Aku tidak mampu berdiri.
Tanpa perlu dikatakan, tubuhku sudah menolak ide untuk bergerak dari sini.
“~~~~ -!”
Kepalaku terasa seperti akan terbelah.
Maksudku, berkat senyuman paman. Itu sebabnya aku ingin menjadi Mary-san. Namun, Miss. Kucing tiba-tiba di ambang kematian. Artinya, kematian seseorang yang tidak adil dan tidak wajar adalah kejadian yang jelas. Tapi aku tidak tahu sesuatu begitu nyata sampai saat ini. Meski begitu, aku yang ingin menjadi legenda urban di bawah gagasan yang sembarangan kalau aku mungkin bisa menolong seseorang. Mempercayai hal tersebut begitu lama, aku terus melangkahkan kaki ke depan. Namun mengetahui fakta tersebut di akhir, apa yang aku takutkan adalah...
"… Aku…"
Saat aku berkata begitu, rasa sakit di kepalaku mulai samar-samar mereda.
Aku mendesah keras, dan mengambil napas dalam-dalam.
Dalam pola pikir yang meleleh ini, hanya sensasi udara hangat nan lembab yang merembes ke dalam tubuhku saja yang terasa jelas dan pasti untukku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan tidak tahu lagi ...
... Dan itulah mengapa aku membuat panggilan ke orang itu.




close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama