Nee-chan wa Chuunibyou Vol.1 Chapter 08 Bahasa Indonesia




Chapter 08 : Apa Pendapatmu Ketika Seseorang Menulis Sebuah Novel ?
Penjelasan Kanako terus berlanjut tanpa gangguan. Tak satupun yang dimengerti dari penjelasannya. Yuichi malah tidak paham sama sekali…
Kanako mulai menjelaskannya dari Kisah Nobunaga, tetapi perlahan-lahan topiknya berubah, mulai dari strategi melarikan diri Shimazu Sutegamari ke Kisah Prajurit Pemberani Nabeshima, menuju Cerita Hagakure.
Yuichi ragu kalau informasi tersebut akan berguna ketika berada di isekai, namun Kanako tampaknya sangat senang saat menjelaskannya, dan Mutsuko menyimak dengan begitu antusias, jadi dirasa tidak masalah.
“Lihat jamnya ! ” Kata Mutsuko.
Yuichi melihat ke luar jendela.
Langitnya sudah berwarna jingga. Mungkin sudah lewat jam enam sore.
“Cukup kan ? Jadi, Apa kalian suka dengan klub bertahan hidup ?! ” Seru Mutsuko.
“Aku sudah menduganya, mengingat cara bicaramu yang selalu begitu. ”
Mutsuko mengatakan pada kami apa saja yang biasanya dilakukan saat berada di klub bertahan hidup.
Yuichi mengakuinya, kalau pengalaman orang tersebut sedikit berbeda dengannya, tetapi Yuici seakan ingin menolaknya.
“Huh ? Kemana Noro ? ” Lanjut Mutsuko.
Saat yang lalu Aiko sedang menulis, tetapi sekarang Ibaraki lah yang menulis.
Aiko tidak ada.
“Kenapa catatan itu bisa ada padamu ? ” Tanya Yuichi.
“Si Pendek yang memintaku untuk menggantikannya. Kau tidak melihatnya pergi keluar ? ” Ibaraki lebih teliti daripada yang Yuichi duga.
Yuichi berpikir lagi, dan ingat kalau Aiko sempat meninggalkan tempat duduknya.
Mungkinkah dia pergi ke kamar mandi ?
Mutsuko berkata dengan malu.
“Aku berencana untuk menjelaskannya bagi pemula, namun… ” Mungkin dia berpikir telah melakukan sebuah kesalahan.
Yuichi sudah terbiasa dengan informasi yang tidak berguna, jadi itu tidak mengganggunya, tetapi menerima informasi sebanyak itu sepertinya agak berlebihan bagi Aiko. Yuichi juga tidak enak sudah mengabaikannya juga.
“U-Um, aku minta maaf. Telah membuat kalian menerima penjelasan yang sama sekali tidak dimengerti… ” Orihara meminta maaf dan bingung.
Diikuti Mutsuko, dan kelihatannya mereka tampak begitu depresi.
“Ah, um, aku tak tahu banyak tentang Zaman Peperangan, tapi cerita tentang pria kelaparan yang mencuri beras kemudian bunuh diri, kurasa itu sangat menarik. ” Kata Yuichi, mencoba untuk membuat perasaan Kanako merasa lebih baik.
Yuichi tahu kalau Mutsuko bisa mengurus dirinya sendiri, terapi Yuichi merasa terganggu melihat Mutsuko yang lembut kini sedang bersedih.
“S-Sungguh ? Syukurlah. Lain kali aku akan bercerita tentang perjalanan ke Eropa pada Abad Pertengahan ! ”
Yuichi tidakk tahu kenapa Kanako begitu terobsesi dengan isekai, tetapi Yuichi sudah tidak bisa apa-apa saat Kanako tersenyum dengan begitu manisnya.
“Oh iya, Orihara. Apa kamu akan memperlihatkan Yu dan temannya tentang hal itu ? ” Sela Mutsuko.
“Ah ? Itu ? Tapikan… ”
“Tenang ! Kamu hanya perlu seseorang untuk melihatnya saja ! Kamu takkan berkembang tanpa ada masukan ! ”
“… Baiklah. Umm… Er… Aku akan menulis novel. ” Kata Orihara dengan gugup.
Apa yang harus kukatakan untuknya ?
Takkan ada yang tidak merasa malu ketika seseorang memberitahukanmu, tepat di depanmu, kalau mereka akan menuliskan sebuah novel.
“Whoaa, keren ! ”
Ibaraki rupanya sangat terkesan.
“Apa kau pernah membaca novel ? ”
Tanya Yuichi.
Sulit untuk menerimanya, kalau Ibaraki suka membaca.
“Kadang-kadang sih. ”
“Buku-buku barat ? ”
“Memangnya itu yang terlihat dariku ? Kuberitahu… Terakhir kali, aku membaca The Travels of Prince Takaoka. ”
“Ya, aku tahu dan bertanya, tapi aku tidak peduli dengan apa yang kau baca. ”
“… Woi, nyelekit, njir… ”
Yuichi mengabaikan Ibaraki dan Kembali berbicara dengan Kanako.
“Um, apa kau akan menulis sebuah novel isekai ? Apa judulnya ? ” Tanya Yuichi. Ia tidak bisa mengabaikan Kanako begitu saja.
“Um, judulnya Raja Iblisku yang Terlalu Imut untuk Dibunuh dan Sekarang Dunia dalam Bahaya ! ”
“Aku tidak bisa membayangkannya… ”
Yuichi agak kecewa dibuatnya.
Ia mungkin berharap kalau Kanako akan menuliskan sesuatu yang imut.
“Itu mungkin sangat memalukan, tetapi tolong, bacalah. ”
Perasaannya larut. Sekarang Yuichi harus membacanya dan mengutarakan pendapatnya.
“Berapa lama lagi kau untuk berlama-lama di sini ? ” Yuichi bertanya pada Ibaraki, yang masih duduk di situ.
Yuichi sepertinya tak suka dengan betapa mudahnya Ibaraki terbiasa bersama mereka.
“Hmm ? Kegiatan klubnya sudah selesai ? Kalau gitu, aku akan pulang. ”
“Aku tak tahu apa yang kau coba lakukan di sini, tapi ingatlah janjimu ? Jangan pernah mengejar kami lagi. ”
“Aku mengerti. Aku tidak merasa seperti itu akan melakukannya lagi… Oh hei, hp-ku berdering. ” Ibaraki mengambil hp yang diambil Yuichi dari saku dan meletakkannya ke atas meja.
“Oh, kau. Huh ? Aku tidak bisa mengambilnya. Apa itu masalah ? ”
Ibaraki diam-diam melirik ke arah Yuichi.
“Aku cuma bosan. Dan aku sadar betapa sengsaranya untuk membunuhnya di tempat, jadi aku menyerah untuk melakukannya. Ya, kau sebaiknya percaya. Sampai nanti. ” Ibaraki menutup panggilannya dengan kesal.
Kemudian hp milik Yuichi berdering. Ia tahu nomernya siapa. Itu miliknya Natsuki Takeuchi.
“Halo, Sakaki. ” Mungkin sinyalnya buruk, karena suaranya begitu agak tidak jelas.
“Kau hari ini berangkat, kan ? Aku ingin berbicara denganmu, jadi aku begitu senang bisa meneleponmu. ”
“Alasanku pergi adalah karena sedang bersiap untuk membunuh semua orang, seperti yang aku janjikan. ”
“Hei… ”
Dia tertawa kecil.
“Cuma bercanda kok. Aku masih bisa saja melakukannya meskipun kamu mencegahku… Tetapi, sekarang hanya kau dan Noro yang mengetahui tentang ini, kan ? ”
Yuichi menggerakkan giginya. Jadi dia tahu tentang Aiko.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan ? ”
“Jika hanya kau, Sakaki, aku tidak keberatan. Tapi… Dua atau lebih itu adalah masalah. Nanti rahasianya akan cepat bocor. ”
“Apa yang kau rencanakan ? ”
“Pertanyaan bagus. Kupikir aku bisa membunuhmu bersama Noro. ”
“Oi, ayolah ! ”
“Kaulah yang melanggar janjinya. Jadi kau harus memilih. Mati bersamanya atau aku bunuh semua orang yang ada di sekolah ? Keputusanmu akan aku tunggu besok. ”
“Kau seenak jidat saja. Membunuh semuanya ? Kau takkan bisa. ”
“Aku tahu. Aku sudah tahu kau akan berkata begitu. Mungkin cocok untukmu melarikan diri dan mengabaikan mereka semua. ”
“Kau takkan bisa membunuh mereka semua. ”
“Aku tidak bohong, tapi aku takkan mencoba menyakinkan dirimu sekarang. Mari kita bicara tentang kalian berdua. Membunuh mereka semua akan menjadi pilihan terakhir, melihat keputusan asaan, dengan begitu aku bisa senang hati menikmati semuanya berakhir. Jika memungkinkan, aku lebih suka membunuh kalian berdua. ”
“Um, tetap saja, itu tidak seperti kami akan segera terbunuh. ”
“Aku bilang padamu, aku takkan memburu orang yang kutemui dalam keseharianku. Memang benar sih, dalam hal ini, aku berpikir mungkin mendapatkan hidup yang tentram. ”
“Bodo amat ! ”
“Jadi, Sakaki, aku ingin kau datang ke tempat perburuanku. ”
“Kau pikir aku akan pergi ke sana ? ”
“Pasti, karena Noro sedang bersamaku. ”
“Apa ?! ” Yuichi lantas melihat ke sekeliling ruangan. Aiko masih belum kembali.
Dia sudah pergi terlalu lama. Dia meninggalkan tasnya juga, dia takkan pulang begitu saja meninggalkannya…
“Biar aku jelaskan rencanaku. Aku akan membunuh Noro tengah malam nanti. Jika kau datang lebih awal, kau akan mati bersama Noro. Jika kau tidak datang… Maka Noro saja yang mati, dan semua akan seperti sedia kala, gimana menurutmu ? Aku tak keberatan kalau cuma kau saja yang tahu rahasiaku, dan membunuh Noro hanya untuk menakut-nakutimu saja. Begitulah rencanaku. ”
“Kau… Kau gila ! ”
Cewek mana yang akan mengatakan hal gila begitu ?
“Oh, jika kau mau datang, jangan lupa untuk menuliskan surat, ya ? Meskipun sudah jadul, tapi membuat cerita kawin lari kurasa bagus juga. ”
“Apakah Noro baik-baik saja ? ” Tanya Yuichi.
“Ya. Dia sedang pingsan. Akan merepotkan kalau aku membangunkannya, tapi jangan risau. Aku takkan menyakitinya kok, kecuali membunuhnya nanti. ”
“… Jadi, di mana ‘ tempat berburumu ‘ ? ”
Natuski memberitahukan alamatnya. “ Kuharap kau datang. ” Dia lantas menutup panggilannya.
“Itu kedengarannya sangat gawat. Apa yang terjadi ? ” Tanya Ibaraki, karena melihat Yuichi bertingkah aneh.
“Ini benar-benar buruk… Dia menangkap Noro. ”
“Huh ? Kau bilang Noro ? Dia hanya pergi beberapa menit. Memangnya Natsuki datang ke sekolah ? ” 
“Bagaimana aku tahu ? Tapi, jika Noro Hilang. Maka dia pasti menculiknya ! ”
Dia bilang kalau Aiko pingsan. Jika dia menjadikan Aiko sandera, maka Aiko masih baik-baik. Yuichi masih merasa risau.
Ia adalah orang yang sudah membuat Aiko terlibat. Jadi, Ia tak bisa membiarkan Aiko mati begitu saja.
“Mungkin aku akan berbicara dengannya… Dia bilang bahwa hanya aku saja yang boleh mengetahuinya. Maka aku harus menyelesaikan masalah ini tanpa melibatkan siapapun… ”
Sejak awal hubungan mereka sudah buruk, Natsuki juga seperti orang biasa.
Jika dia mempunyai cara tanpa melibatkan seseorang, dia mungkin masih mau diajak berkompromi.
________________________________________
Penjelasan Kanako terus berlanjut tanpa gangguan. Tak satupun yang dimengerti dari penjelasannya. Yuichi malah tidak paham sama sekali…
Kanako mulai menjelaskannya dari Kisah Nobunaga, tetapi perlahan-lahan topiknya berubah, mulai dari strategi melarikan diri Shimazu Sutegamari ke Kisah Prajurit Pemberani Nabeshima, menuju Cerita Hagakure.
Yuichi ragu kalau informasi tersebut akan berguna ketika berada di isekai, namun Kanako tampaknya sangat senang saat menjelaskannya, dan Mutsuko menyimak dengan begitu antusias, jadi dirasa tidak masalah.
“Lihat jamnya ! ” Kata Mutsuko.
Yuichi melihat ke luar jendela.
Langitnya sudah berwarna jingga. Mungkin sudah lewat jam enam sore.
“Cukup kan ? Jadi, Apa kalian suka dengan klub bertahan hidup ?! ” Seru Mutsuko.
“Aku sudah menduganya, mengingat cara bicaramu yang selalu begitu. ”
Mutsuko mengatakan pada kami apa saja yang biasanya dilakukan saat berada di klub bertahan hidup.
Yuichi mengakuinya, kalau pengalaman orang tersebut sedikit berbeda dengannya, tetapi Yuici seakan ingin menolaknya.
“Huh ? Kemana Noro ? ” Lanjut Mutsuko.
Saat yang lalu Aiko sedang menulis, tetapi sekarang Ibaraki lah yang menulis.
Aiko tidak ada.
“Kenapa catatan itu bisa ada padamu ? ” Tanya Yuichi.
“Si Pendek yang memintaku untuk menggantikannya. Kau tidak melihatnya pergi keluar ? ” Ibaraki lebih teliti daripada yang Yuichi duga.
Yuichi berpikir lagi, dan ingat kalau Aiko sempat meninggalkan tempat duduknya.
Mungkinkah dia pergi ke kamar mandi ?
Mutsuko berkata dengan malu.
“Aku berencana untuk menjelaskannya bagi pemula, namun… ” Mungkin dia berpikir telah melakukan sebuah kesalahan.
Yuichi sudah terbiasa dengan informasi yang tidak berguna, jadi itu tidak mengganggunya, tetapi menerima informasi sebanyak itu sepertinya agak berlebihan bagi Aiko. Yuichi juga tidak enak sudah mengabaikannya juga.
“U-Um, aku minta maaf. Telah membuat kalian menerima penjelasan yang sama sekali tidak dimengerti… ” Orihara meminta maaf dan bingung.
Diikuti Mutsuko, dan kelihatannya mereka tampak begitu depresi.
“Ah, um, aku tak tahu banyak tentang Zaman Peperangan, tapi cerita tentang pria kelaparan yang mencuri beras kemudian bunuh diri, kurasa itu sangat menarik. ” Kata Yuichi, mencoba untuk membuat perasaan Kanako merasa lebih baik.
Yuichi tahu kalau Mutsuko bisa mengurus dirinya sendiri, terapi Yuichi merasa terganggu melihat Mutsuko yang lembut kini sedang bersedih.
“S-Sungguh ? Syukurlah. Lain kali aku akan bercerita tentang perjalanan ke Eropa pada Abad Pertengahan ! ”
Yuichi tidakk tahu kenapa Kanako begitu terobsesi dengan isekai, tetapi Yuichi sudah tidak bisa apa-apa saat Kanako tersenyum dengan begitu manisnya.
“Oh iya, Orihara. Apa kamu akan memperlihatkan Yu dan temannya tentang hal itu ? ” Sela Mutsuko.
“Ah ? Itu ? Tapikan… ”
“Tenang ! Kamu hanya perlu seseorang untuk melihatnya saja ! Kamu takkan berkembang tanpa ada masukan ! ”
“… Baiklah. Umm… Er… Aku akan menulis novel. ” Kata Orihara dengan gugup.
Apa yang harus kukatakan untuknya ?
Takkan ada yang tidak merasa malu ketika seseorang memberitahukanmu, tepat di depanmu, kalau mereka akan menuliskan sebuah novel.
“Whoaa, keren ! ”
Ibaraki rupanya sangat terkesan.
“Apa kau pernah membaca novel ? ”
Tanya Yuichi.
Sulit untuk menerimanya, kalau Ibaraki suka membaca.
“Kadang-kadang sih. ”
“Buku-buku barat ? ”
“Memangnya itu yang terlihat dariku ? Kuberitahu… Terakhir kali, aku membaca The Travels of Prince Takaoka. ”
“Ya, aku tahu dan bertanya, tapi aku tidak peduli dengan apa yang kau baca. ”
“… Woi, nyelekit, njir… ”
Yuichi mengabaikan Ibaraki dan Kembali berbicara dengan Kanako.
“Um, apa kau akan menulis sebuah novel isekai ? Apa judulnya ? ” Tanya Yuichi. Ia tidak bisa mengabaikan Kanako begitu saja.
“Um, judulnya Raja Iblisku yang Terlalu Imut untuk Dibunuh dan Sekarang Dunia dalam Bahaya ! ”
“Aku tidak bisa membayangkannya… ”
Yuichi agak kecewa dibuatnya.
Ia mungkin berharap kalau Kanako akan menuliskan sesuatu yang imut.
“Itu mungkin sangat memalukan, tetapi tolong, bacalah. ”
Perasaannya larut. Sekarang Yuichi harus membacanya dan mengutarakan pendapatnya.
“Berapa lama lagi kau untuk berlama-lama di sini ? ” Yuichi bertanya pada Ibaraki, yang masih duduk di situ.
Yuichi sepertinya tak suka dengan betapa mudahnya Ibaraki terbiasa bersama mereka.
“Hmm ? Kegiatan klubnya sudah selesai ? Kalau gitu, aku akan pulang. ”
“Aku tak tahu apa yang kau coba lakukan di sini, tapi ingatlah janjimu ? Jangan pernah mengejar kami lagi. ”
“Aku mengerti. Aku tidak merasa seperti itu akan melakukannya lagi… Oh hei, hp-ku berdering. ” Ibaraki mengambil hp yang diambil Yuichi dari saku dan meletakkannya ke atas meja.
“Oh, kau. Huh ? Aku tidak bisa mengambilnya. Apa itu masalah ? ”
Ibaraki diam-diam melirik ke arah Yuichi.
“Aku cuma bosan. Dan aku sadar betapa sengsaranya untuk membunuhnya di tempat, jadi aku menyerah untuk melakukannya. Ya, kau sebaiknya percaya. Sampai nanti. ” Ibaraki menutup panggilannya dengan kesal.
Kemudian hp milik Yuichi berdering. Ia tahu nomernya siapa. Itu miliknya Natsuki Takeuchi.
“Halo, Sakaki. ” Mungkin sinyalnya buruk, karena suaranya begitu agak tidak jelas.
“Kau hari ini berangkat, kan ? Aku ingin berbicara denganmu, jadi aku begitu senang bisa meneleponmu. ”
“Alasanku pergi adalah karena sedang bersiap untuk membunuh semua orang, seperti yang aku janjikan. ”
“Hei… ”
Dia tertawa kecil.
“Cuma bercanda kok. Aku masih bisa saja melakukannya meskipun kamu mencegahku… Tetapi, sekarang hanya kau dan Noro yang mengetahui tentang ini, kan ? ”
Yuichi menggerakkan giginya. Jadi dia tahu tentang Aiko.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan ? ”
“Jika hanya kau, Sakaki, aku tidak keberatan. Tapi… Dua atau lebih itu adalah masalah. Nanti rahasianya akan cepat bocor. ”
“Apa yang kau rencanakan ? ”
“Pertanyaan bagus. Kupikir aku bisa membunuhmu bersama Noro. ”
“Oi, ayolah ! ”
“Kaulah yang melanggar janjinya. Jadi kau harus memilih. Mati bersamanya atau aku bunuh semua orang yang ada di sekolah ? Keputusanmu akan aku tunggu besok. ”
“Kau seenak jidat saja. Membunuh semuanya ? Kau takkan bisa. ”
“Aku tahu. Aku sudah tahu kau akan berkata begitu. Mungkin cocok untukmu melarikan diri dan mengabaikan mereka semua. ”
“Kau takkan bisa membunuh mereka semua. ”
“Aku tidak bohong, tapi aku takkan mencoba menyakinkan dirimu sekarang. Mari kita bicara tentang kalian berdua. Membunuh mereka semua akan menjadi pilihan terakhir, melihat keputusan asaan, dengan begitu aku bisa senang hati menikmati semuanya berakhir. Jika memungkinkan, aku lebih suka membunuh kalian berdua. ”
“Um, tetap saja, itu tidak seperti kami akan segera terbunuh. ”
“Aku bilang padamu, aku takkan memburu orang yang kutemui dalam keseharianku. Memang benar sih, dalam hal ini, aku berpikir mungkin mendapatkan hidup yang tentram. ”
“Bodo amat ! ”
“Jadi, Sakaki, aku ingin kau datang ke tempat perburuanku. ”
“Kau pikir aku akan pergi ke sana ? ”
“Pasti, karena Noro sedang bersamaku. ”
“Apa ?! ” Yuichi lantas melihat ke sekeliling ruangan. Aiko masih belum kembali.
Dia sudah pergi terlalu lama. Dia meninggalkan tasnya juga, dia takkan pulang begitu saja meninggalkannya…
“Biar aku jelaskan rencanaku. Aku akan membunuh Noro tengah malam nanti. Jika kau datang lebih awal, kau akan mati bersama Noro. Jika kau tidak datang… Maka Noro saja yang mati, dan semua akan seperti sedia kala, gimana menurutmu ? Aku tak keberatan kalau cuma kau saja yang tahu rahasiaku, dan membunuh Noro hanya untuk menakut-nakutimu saja. Begitulah rencanaku. ”
“Kau… Kau gila ! ”
Cewek mana yang akan mengatakan hal gila begitu ?
“Oh, jika kau mau datang, jangan lupa untuk menuliskan surat, ya ? Meskipun sudah jadul, tapi membuat cerita kawin lari kurasa bagus juga. ”
“Apakah Noro baik-baik saja ? ” Tanya Yuichi.
“Ya. Dia sedang pingsan. Akan merepotkan kalau aku membangunkannya, tapi jangan risau. Aku takkan menyakitinya kok, kecuali membunuhnya nanti. ”
“… Jadi, di mana ‘ tempat berburumu ‘ ? ”
Natuski memberitahukan alamatnya. “ Kuharap kau datang. ” Dia lantas menutup panggilannya.
“Itu kedengarannya sangat gawat. Apa yang terjadi ? ” Tanya Ibaraki, karena melihat Yuichi bertingkah aneh.
“Ini benar-benar buruk… Dia menangkap Noro. ”
“Huh ? Kau bilang Noro ? Dia hanya pergi beberapa menit. Memangnya Natsuki datang ke sekolah ? ” 
“Bagaimana aku tahu ? Tapi, jika Noro Hilang. Maka dia pasti menculiknya ! ”
Dia bilang kalau Aiko pingsan. Jika dia menjadikan Aiko sandera, maka Aiko masih baik-baik. Yuichi masih merasa risau.
Ia adalah orang yang sudah membuat Aiko terlibat. Jadi, Ia tak bisa membiarkan Aiko mati begitu saja.
“Mungkin aku akan berbicara dengannya… Dia bilang bahwa hanya aku saja yang boleh mengetahuinya. Maka aku harus menyelesaikan masalah ini tanpa melibatkan siapapun… ”
Sejak awal hubungan mereka sudah buruk, Natsuki juga seperti orang biasa.
Jika dia mempunyai cara tanpa melibatkan seseorang, dia mungkin masih mau diajak berkompromi.
“Yang benar saja. Kau pasti akan lebih senang daripada saat melawanku. ”
“Ya, karena kau tak pernah memberiku waktu untuk ngomong ! ”
“Haha, benar ‘sudah cukup’. ”
Yuichi menghela nafas panjang dan menunduk. Di sekelilingnya, Yuichi bisa melihat kakaknya penuh kegelisahan.
Ah… Dia tadi bilang…
Yuichi melihat kakaknya. Kakaknya bilang sebelumnya kalau akan membiarkan Yuichi menangani urusannya sendiri.
Dia takkan ikut campur kecuali Yuichi memberikannya izin, Yuichi lantas berteriak, “ Aku ingin berbicara ! ”
Aku tidak punya pilihan…
“Kak, aku membutuhkan bantuanmu ”
“Tentu ! ” Jawabnya sambil tersenyum.
“Kenapa kau meminta bantuan kakakmu ? ” Tanya Ibaraki.
“Karena kakakku menderita Chuunibyou. ” Jawab Yuichi.
“Yu, kamu jahat ! Menuduh kakakmu sendiri menderita Chuunibyou… ” Kata Mutsuko, marah.
Memang benar kan, apa dia tidak menyadarinya… Seseorang yang menderita Chuunibyou itu jarang ada.
Mereka berada di restoran keluarga.
Yuichi mengenakan seragamnya, di sisi lain, Ibaraki mengenakan baju olahraga milik Yuichi. Mutsuko duduk sendirian, di seberang meja mereka.
Meraka awalnya pergi menuju ke tempatnya Natsuki yang sudah dijanjikan, ketika saat perjalanan perut mereka keroncongan, dan di sinilah mereka sekarang.
Yuichi tidak punya keinginan untuk terlalu lama di sini, tapi Mutsuko malah memesan makanan, steak untuk tiga orang.
Dia bilang bahwa kau tidak akan bisa berperang dengan perut keroncongan, dan dia juga bilang yang akan membayarnya.
“Kau bilang kalau ‘ Aku mempunyai kekuatan api hitam, dan akan muncul di tangan kanan saat mengamuk ‘ ? ” Tanya Ibaraki.
“Woi ! Aku sudah berhenti melakukannya saat TK. Astaga ! ”
“Kau percaya adanya sihir dan oni ! ”
“Bukan ! Sangat bodoh untuk percaya pada hal yang bahkan tidak masuk akal seperti itu ! ” Mutsuko berkata dengan emosi.
Dia sebenarnya melakukannya ketika berada di fantasinya. Dan dia sekarang mencoba menyangkalnya.
“Lihat ? ” Yuichi mendesah.
“Apanya yang dilihat ? ” Respon Ibaraki.
Karena itu sepertinya kurang jelas, Yuichi pun menjelaskannya.
“Begini, kakakku itu mengidap Chuunibyou. Dan setiap saat, dia selalu menggunakan aku sebagai kelinci percobaannya ! ” Yuichi tidak bisa berteriak karena berada di restoran keluarga, tetapi Ia sedikit menekan suaranya saat di bagian terakhir.
Sebuah jeritan dari penderitaan yang panjang.
“Oh, Yu ! Aku kan cuma melatihmu agar menjadi orang yang terkuat di dunia. Mendengar itu darimu, membuat aku sedih. ” Kata Mutsuko sambil menatap Yuichi dengan cemberut.
“Ya… Baiklah… Kayaknya kau sudah hidup susah. ” Ibaraki menepuk bahu Yuichi dengan perasaan simpati.
Kemudian, makanan mereka akhirnya datang. Mutsuko sepertinya berkeinginan Yuichi agar memakan daging.
Lebih tepatnya, makanan yang mengandung protein.
“Ada hal yang ingin kutanyakan padamu. ” Kata Yuichi kepada Ibaraki.
Yuichi ingin memanfaatkan waktunya sebaik mungkin, daripada hanya makan saja.
“Tentu, tanyakan apa saja padaku. Tak ada gunanya merahasiakan sesuatu sekarang. ”
“Pertama, tentang tempat yang kami tuju. Apa kau tahu tentang tempat itu ? ” Yuichi menunjukkan alamat tempatnya kepada Ibaraki.
Tempat yang Natsuki janjikan.
“Penuh dengan kakek-kakek dengan cara bicaranya yang ngawur. Tempat yang sangat mengerikan. Tapikan kau tinggal di daerah tersebut, jadi kau lebih tahu, kan ? ” Tempat yang Natsuki janjikan berada di salah satu daerah perkampungan kumuh di Jepang.
Tempat yang berisi para buruh dan gelandangan, dan merupakan tempat yang terkenal akan kejahatan yang sering terjadi.
“Seperti itu tempat perburuannya, kah ? ”
Sudah wajar kalau satu atau dua orang mati dan hilang di daerah tersebut, pikir Yuichi.
“Aku tahu yang kau pikirkan, tapi aku ingin memperjelas satu hal. ” Kata Ibaraki.
“Aku tidak pernah memburu dengan tipe seperti mereka. Tempat berburu yang aku tanyakan padanya adalah tempat lain. ”
“Um, aku sedang memikirkan Natsuki. Terus kenapa aku harus memikirkanmu ? ”
“Kenapa kau begitu kejam padaku ?! ”
“Ya, karena kau membunuh seseorang sekaligus memakannya. Kita takkan pernah bisa berteman. ”
Mutsuko melihat mereka dengan senang.
“Cukup, pertanyaan berikutnya. Aku tidak tahu semua detail tentangnya di sekolah, tapi kau mengatakan Natsuki adalah jenis yang langka, benarkan ? Jadi dia seperti oni, vampir atau yokai. Dia seharusnya mempunyai kelemahan juga. ”
“Pasti, jika aku tahu kelemahannya, dia pasti takkan bisa memerintahku. ”
“Apa nama rasnya ? Kau mengetahuinya ? ”
Yuichi berharap, jika Ibaraki mengetahuinya, Mutsuko mungkin bisa memberikan saran nanti.
“Dia adalah Jack the Ripper. ”
Yuichi tiba-tiba terdiam.
Jack the Ripper adalah pembunuh berantai, tetapi dia berasal dari masa lampau, dan berada di negara lain.
Apa yang harus dilakukan dengannya ?
Selepas ragu untuk sesaat, Yuichi pun bertanya, “Maaf, tapi aku tidak paham maksudnya. ”
“Ya, sama, aku juga. ” Kata Ibaraki sambil tersenyum.
“Ndasmuuu ! ” Kesal dengan sikap Ibaraki, Yuichi lantas memberi pukulan ringan.
“Oh, persahabatan yang tumbuh dari pertarungan sengit ! ” Kata Mutsuko dengan gembira.
“Persahabatan apaanya ?! ” Teriak Yuichi.
“Ya ! Aku suka dia, kau tahu ? ” Kata Ibaraki sambil melingkarkan lengannya ke pundak Yuichi, sementara Yuichi mengerutkan keningnya.
“Yah, jujur saja aku pun tak tahu. Apalagi klanku. Hanya saja sifatnya mirip dengan kami, seperti mangsa, tempat tinggal, dan sebagainya. Kami membayangkan kalau itu ada hubungannya. Itu yang dikatakan orang lain, jadi itu pasti benar, kan ? Begini loh, kan ada pembunuh berantai lainnya, seperti Ed Geun, kan ? Mungkin tuh cewek merupakan reinkarnasi atau sejenisnya ? Tapi saat dia datang, aku tak tahu kalau membunuh merupakan cara untuk menggambarkan penderitaannya. ”
“Ed Geun ! ” Mata Mutsuko berkilauan.
“Uh, Kak, aku tahu itu salah satu dari favoritmu, tapi tolong jangan terfokus pada itu sekarang. ”
“Legenda pembunuh berantai yang menginspirasi Silence of the Lambs and Psycho ! Dia memotong-motong tubuh korbannya dan membuat barang darinya ! Dia mempunyai kap lampu yang terbuat dari kulit dan mangkuk sup yang terbuat dari tengkorak ! Dan rompi yang terbuat dari kulit manusia, dan dia benar-benar mengenakannya ! Dan— ”
“Stop ! Itu bukanlah topik yang cocok saat berada di restoran keluarga ! ” Yuichi naik ke atas meja dan menutupi mulut Mutsuko dengan kedua tangannya.
Mutsuko bahkan masih terus berbicara meskipun mulutnya ditutup, seakan asik sendiri.
“Kembali ke laptop. Maksudmu, Natsuki adalah reinkarnasi dari Jack the Ripper ? ”
“Aku sudah bilang padamu, kalau aku tidak tahu ! ” Balas Ibaraki.
Apakah dia tidak tahu lagi atau menolak untuk mengatakannya, tampaknya ini sudah berakhir sejauh yang Ibaraki katakan.
“Ah, jadi begitu ? Kau ini orang asing atau apa ? ” Karena pembicaraan berakhir, Yuichi memutuskan untuk memuaskan keingintahuannya pada hal lain.
Bocah berambut blonde dengan mata biru dan tubuh yang tinggi. Meski terlihat seperti orang asing, tapi dia bisa berbicara bahasa Jepang dengan lancar.
“Aku lahir dan besar di Jepang, paham ? Kukira nenek moyang kami adalah orang asing lalu terdampar ke sini. ” Ibaraki berbicara dengan gamblang, sepertinya dia senang saat ditanya sesuatu mengenai dirinya.
“Oh, maaf. Tadinya aku ingin bertanya, tapi kayaknya aku nggak tertarik lagi. ”
“Kau, kenapa sih… ” Ibaraki pun berhenti dalam kekecewaan.
“Ngomong-ngomong, awalnya ‘ Pembunuh Berantai ‘ ada di atas kepalanya seperti Natsuki, kan ? Apa ada hubungannya ? ” Mutsuko pun bicara, meski agak telat untuk ikut.
Yuichi lantas melirik ke arah Ibaraki.
Saat ini, terbaca “Ibaraki-doji” di atas kepalanya.
Mulanya, itu terbaca “Pembunuh Berantai II ”
“Harusnya benar sih ? Jack the Ripper adalah pembunuh berantai, dan Ibaraki adalah Ibaraki-doji… Dengan kata lain, seorang oni pembunuh sekaligus memakan korbannya. Jadi itulah alasannya menjadi seorang pembunuh berantai. Kukira mereka berdua itu mirip. Satu melakukan hal yang mengerikan, sedangkan yang satunya persis seperti monster… ”
Mutsuko menambahkan komentar, tapi dia tidak bisa membantu mengungkap misteri tersebut. Karena tulisan yang Yuichi lihat telah berubah.
“Kenapa kita mempunyai banyak pembunuh berantai yang tinggal di sini ? ” Tanya Yuichi.
“Kalau ada orang yang mati pasti ada beritanya. Lalu, kenapa saat kau membunuh seseorang tidak ada yang memberitakannya ? ”
“Ya ampun. Kau tahu berapa banyak orang hilang di Jepang setiap tahunnya ? Kurang lebih 80.000 orang. Sekitar 20% dari mereka adalah anak-anak, sebagai besar lainnya adalah pelarian. Jika seseorang menghilang dan tidak kembali, kau tidak perlu mencari tahu apa yang terjadi padanya. Yah, itu karena, kami memakan sebagian besar mereka. Dengan kata lain, mereka menyerahkan dirinya sendiri. Jika kau berjalan di jalanan lurus dan sempit, kau pasti takkan bertemu dengan orang-orang seperti kami. Dan tentunya, kami bersusah payah untuk tidak ada yang mengetahui tentang kami. ”
Ibaraki tampaknya mempercayai apa yang dia katakan. Sepertinya dia tinggal di dunia dengan tingkat keasusilaan yang berbeda.
“Jadi, memangnya ada tempat yang cocok untuk menyerang seseorang di SMA ? ”
“Yah, aku pikir bisa melakukannya tanpa menyebabkan kehebohan. ”
“Kau gagal melakukannya ! Kau malah merusak sekolah ! ”
“Huh ? Kau kan juga ikut merusaknya, dasar… ”
Yuichi lantas memalingkan wajahnya, seakan tidak ikut campur.
“Aku mau pulang. ” Kata Ibaraki saat keluar restoran.
“Oh iya ? Sudah waktunya. ” Kata Yuichi.
“Ayolah jangan dingin begitu. Kenapa kau tidak menerima cahaya cintaku ? ”
“Maaf, Yu, aku tidak tertarik hubungan BL ! Aku berharap kamu mempunyai hubungan yang murni dan benar dengan lawan jenis ! ” Kata Mutsuko dengan gembira.
Yuichi lantas melangkah mundur.
“Huh ? Oi, jangan menganggapnya serius ! Tapi, apa kau tidak bertanya kenapa aku pergi ? ”
“Tidak, tapi aku yakin kau pasti akan memberitahu kami. ” Gumam Yuichi.
“Cepatlah selesaikan ini. ”
“… Mbaknya Yuichi, apa adikmu selalu begini ? ”
“Aku rasa dia cuma malu ! ”
“Aku tidak malu. Jadi, apa alasannya ? ”
“Karena aku suka kalian. Jika aku pergi ke tempat Takeuchi, itu tergantung kau. Aku mempunyai reputasi untuk memikirkan banyak hal. Tapi, jika aku mengatakan padanya kalau cuma ingin pulang saja, itu mungkin tidak masalah. Oh iya, aku akan mencuci bajumu dan mengembalikannya se— ”
“Simpan saja dan menjauhlah dari hidupku. ”
Ibaraki menghela nafas.
“Sulit untuk akrab. Baiklah. Sampai jumpa lagi. ”
Dengan begitu, Ibaraki pergi.
“Bentar. Apa maskud ‘ Simpanlah selamanya ‘ ? ”
Ibaraki bertingkah seakan dia akan bertemu kembali… Artinya dia tidak berpikir Yuichi akan mati. Ada sesuatu yang menyakinkan tentang hal tersebut.
“Sekarang bukan waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal ! Mari kita cari pembunuh berantai itu ! ” Kata Mutsuko dengan penuh semangat.
✽✽✽✽✽ ✽✽✽✽✽
Saat terbangun, Aiko mendapati dirinya berada di suatu tempat, pipinya menempel di lantai yang dingin nan kasar.
Terdengar suara kegaduhan. Seberkas cahaya aneh berada didepannya, dia tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Penglihatannya kabur dan kepalanya merasa pusing.
“Oh, kau sudah bangun ? ” Aiko perlahan duduk dan melihat ke arah suara tersebut.
Memfokuskan matanya, dia melihat seseorang berdiri. Itu adalah seorang cewek dengan seragam SMA Seishin.
Natsuki Takeuchi melihat ke arah Aiko.
Aiko tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Dia tak tahu berada di mana, dan ingatannya masih kabur.
Aiko melihat ke sekeliling. Mereka tampaknya berada di suatu pabrik, tidak ada apapun selain ruangan terbuka, tempat mereka agak gelap, jadi Aiko tidak bisa memastikannya.
Aiko mengecek dirinya. Seragamnya tertutupi sesuatu seperti debu.
Tempatnya mungkin tidak pernah dibersihkan.
Kesadarannya perlahan-lahan kembali. Aiko ingat…
Dia ingat kalau sedang pergi ke kamar mandi saat Kanako sedang menjelaskan, dan penjelasannya sulit untuk dimengerti.
Dia ingat kalau kamar mandi di bangunan tua tidak ada toilet jongkok, jadi dia pergi ke ruang olahraga.
Dia ingat dengan aktivitasnya dan bersiap-siap untuk kembali ke ruangan klub, tiba-tiba sesuatu mencekik lehernya, dan…
Ini… Benar-benar buruk…
Natsuki berpikir kalau Aiko mengetahui rahasianya.
Dia mencoba melenyapkan seseorang yang mengetahui rahasianya…
“Takeuchi. Maukah kau memberitahu padaku apa yang sedang terjadi ? ” Aiko diam-diam memutuskan untuk mencari tahu.
“Sebenarnya, aku ingin menculik kalian berdua. ” Kata Natsuki.
“Aku tidak bisa membunuhmu di sekolah atau di kota, tetapi, begitu aku membawamu ke sini, aku bisa melakukan apapun denganmu. Saat aku berkeliling sekolahan, sambil memikirkan cara untuk menculik kalian, dan kebetulan aku melihatmu sedang sendirian. Aku pun berpikir kalau satu saja sudah cukup. ”
Aku pikir dia melakukan ini, karena dia tahu kalau aku mengetahui rahasianya !
“Aku menyusup ke kamar mandi dan mencekikmu dari belakang. Kemudian kau kehilangan kesadaran dan membawamu ke sini. ”
Bagi Aiko itu tidak masuk akal, tapi itu menjelaskan kenapa dia teringat pernah dicekik.
“Takeuchi, apa tujuanmu ? ” Aiko tak tahu kenapa diculik.
Jika Natsuki ingin membungkam mulutnya, dia pasti sudah membunuh Aiko. Tapi, dia membiarkan Aiko. Aiko bahkan tidak diikat.
“Aku ingin kehidupan sekolah yang damai. ” Jawab Natsuki.
“Sebuah kehidupan normal dikelilingi teman-teman, dan menjalani masa muda dengan cara normal. Tapi suatu hari, semuanya sirna. Noro, apa yang akan kau lakukan jika kau jadi aku ? ”
Natsuki sepertinya tidak menanggapi jawabannya. Dia seakan mengatakan apapun yang ingin diungkapkan.
“Um, aku tidak akan mengatakannya pada siapapun, jadi kau bisa membiarkanku pergi… Kan ? ” Aiko memberikan Natsuki tatapan memohon terbaik, mungkin itu tidak terlalu mempan untuk Natsuki.
“Tidak. ” Kata Natsuki.
“Tapi kita sudah mengobrol banyak hal, ingat ? Kita teman, kan ? Um, kau tahu seorang teman pasti akan melindungi rahasia temannya ! ” Aiko cukup yakin untuk menjaga rahasianya.
Aiko sendiri mempunyai rahasia, yaitu dirinya adalah seorang vampir.
Aiko mengerti situasi yang dimiliki Natsuki.
“Ya, kau pikir kita bisa menjadi teman baik. Ini sebuah penghinaan. ”
“Tidak, nggak, bukan, jangan berkata begitu ! Kita bisa… Berteman kok ?! ”Aiko ingin mengajaknya berteman.
Karena Natsuki kedengarannya seperti menginginkan seorang teman.
“Apa kau mendengarkanku, Noro ? ” Tanya Natsuki dengan tatapan menghina.
Aiko tidak tahu yang telah dilakukannya sampai mendapat hinaan seperti ini.
“Ya, aku mendengarnya.
Kau bilang ingin bersenang-senang di sekolah bersama teman-temanmu, kan ? Jika kau menginginkannya, aku dan Sakaki bisa menjadi temanmu, dan kau tidak perlu melakukan hal semacam ini ! ”
“Aku bilang padamu kalau ingin teman normal. Berteman denganmu, kau bilang ? Aku bahkan tidak ingin berteman dengan orang aneh yang berteman dengan pembunuh berantai. Maksudku. Semua orang normal yang taat hukum dan norma pasti akan segera melaporkannya ke polisi. ”
“Huh ? ”
Yah, itu menjelaskannya. Natsuki Takeuchi sudah gila.
Mendengar orang gila menyebut dirinya aneh, dan Aiko sudah tidak tahan. Strategi berteman nampaknya tidak berhasil, jadi Aiko menyerah.
Aiko menghela nafas, “Bisakah aku mendapat penjelasan kenapa kau menculikku ? ”
“Tidak lain untuk membunuh lah. ” Kata Natsuki dengan begitu santai.
Aiko sendirian di ruangan bersama seorang pembunuh berantai. Dia harusnya sangat takut, tapi Aiko tidak merasa takut sekalipun.
Dia masih tak percaya kalau Natsuki adalah pembunuh berantai. Mungkin karena mereka mengobrol seperti biasanya.
“Kau tahu… Aku bisa melarikan diri. ” Yah karena Aiko sendiri tidak terikat.
Dia dalam kondisi terjaga, penuh waspada, dan tidak terluka. Jika dia ingin lari, dia bisa melakukannya kapanpun..
Tetapi Natsuki melenyapkan harapannya.
Gadis yang mulanya berdiri agak jauh darinya, sekejap berada tepat di depan dirinya.
.Dia lalu menjentikan jarinya ke dahi Aiko.
“Ow. ” Aiko lalu meletakkan tangannya ke dahi.
”Kamu mungkin bebas, tapi aku bisa menangkapmu. Ingin mengujinya ? ”
“Tidak, makasih… ” Aiko berjalan mundur.
Aku mungkin vampir, tapi saat situasi begini itu tidak membantu sama sekali…
Mungkin dia bisa melakukannya kalau menghisap darah Natsuki.
Tetapi Natsuki sangat kuat, sangat meragukan kalau dia mampu menghisapnya..
“Yah, duduklah dengan manis, kau mungkin masih bisa bertahan hidup sampai tengah malam nanti. ” Kata Natsuki dengan tenang.
Aiko mengecek jam tangannya. Terlihat sudah jam 21.00 malam. Tak ada waktu banyak untuknya.
“ Kenapa sampai tengah malam ? ”
“Karena aku memanggil Sakaki. Jika dia tidak datang ke sini tengah malam, maka aku akan membunuhmu. Sekarang, ketika dia tiba, aku akan membunuh kalian berdua, jadi kau bisa hidup lebih lama kalau dia datang terlambat. Gimana menurutmu ? Apa Sakaki akan datang ? ”
Pikirannya memperkirakan kalau Sakaki takkan melakukannya.
Kenapa seseorang keluar hanya untuk dibunuh ? Barangkali itulah mengapa Natsuki bertanya.
Aiko meresponnya tanpa ada keraguan.
“Tentu saja dia akan datang. ”
“Huh ? ” Respon Natsuki seakan meragukannya.
Aiko yakin. Meski dia tidak mengetahui semua hal tentang Sakaki.
Tetapi, dia tahu, dalam situasi begini, bocah laki-laki bernama Yuichi pasti akan datang.
Itulah kenapa Aiko begitu tenang.
Dia tahu Yuichi pasti akan datang untuk menyelamatkannya. Karena itu adalah hal umum di dunia ini.
“Kukatakan, seorang pahlawan pasti akan datang untuk menyelamatkan gebetannya saat ditangkap oleh seorang pembunuh ! ”
“Oh, tolong jauhkan aku dari klise memalukan itu. ” Balas Natsuki.
“Oh benar juga, maaf deh. Bersikaplah seperti aku tidak pernah mengatakannya ! Aku juga cukup malu pada diriku sendiri. ” Aiko merasa malu menyebut dirinya gebetan, lalu dia mengalihkan pandangannya.
Tetapi… Meskipun aku bukan gebetannya, Sakaki pasti akan tetap datang untukku. Itulah satu-satunya hal yang Aiko percayai.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama