u
Sudut Pandang si Senpai u
“Senpai, aku tidak
tahu sama sekali.”
Saat kami bertemu di
tempat biasa di stasiun, dia mengeluh kepadaku.
“Ini baru pertama
kalinya aku mendengar kalau kami akan mengadakan festival olahraga minggu
depan.”
Ah, yang itu
ya? Festival olahraga di sekolah kami memang tidak terlalu mencolok, jadi
apa boleh buat. Tapi, bukannya merepotkan mengadakan acara festival
olahraga meski kami sudah jadi anak SMA?
Untuk saat ini,
fextival olahraga akan diselenggarakan oleh OSIS, jadi aku perlu berpidato
nanti.
“Apa kau belum
melihatnya di jadwal sekolah?”
Ada jadwal yang
dibagikan pada awal semester.
“Aku sudah melihatnya! Aku
sudah melihatnya, tapi aku pikir itu takkan ditulis begitu lancar, jadi aku
melewatkannya.”
“Kalau begitu itu
salahmu sendiri, ‘kan?”
Atau lebih tepatnya,
jadwal memang selalu ditulis seperti itu, kan?
“Bukannya itu sesuatu
yang terlihat seperti, err, dikelilingi oleh bintang-bintang, dan ditulis
dengan kata-kata penyemangat, seperti" lakukan yang terbaik! ", Atau
sesuatu semacam itu?”
“Mana mungkin.”
Jika ada salinan
seperti itu, aku yakin akan langsung segera mencabutnya tanpa ragu.
“Jadi itu
masalahnya. Yah, baiklah. Toh aku belum memutuskan acara mana yang
mau kuikuti, tetapi bagaimana dengan persiapanmu sejauh ini, senpai?”
“Aku pikir mereka akan
menentukan partisipasi acara di kelas hari ini.”
“Kenapa kamu terdengar
tidak yakin, Senpai? Kamu menduduki puncak dari OSIS, ‘kan?”
“Sudah kubilang, aku
sebenarnya tidak bekerja sama sekali.”
Anggota OSIS yang
mempunyai tanggung jawab tinggi yang akan menjadi pengurusnya.
“Apa kamu punya acara
yang disarankan, senpai?”
“Kau takpaknya akan mengikuti
apa yang aku sarankan, ya.”
“Senpai, Kamu takkan
mengikuti saranmu sendiri?”
“Aku putus asa dalam
memilih acara yang terlihat mudah.”
“... Entah bagaimana
kedengarannya Senpai banget. Kamu tidak menantikannya?”
“Rasanya sulit untuk terus
terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama.”
Ah, tapi karena aku
adalah ketua OSIS tahun ini, itu artinya aku bisa ngadem di tenda ...?
“Jika kau meminta
sesuatu yang menarik, kurasa acara seperti perlombaan meminjam barang mungkin
bagus untuk bahan lelucon.”
Dalam festival
olahraga sekolah kami yang tidak termotivasi, ada perlombaan meminjam barang,
di mana semua siswa berusaha keras dalam acara tersebut.
Semua siswa akan
membuat "tema" untuk
masing-masing peserta, dan mencampurnya ke dalam kotak undian yang akan
menentukan tema. Setiap angkatan punya sepuluh kelas, dan dari kelas satu
sampai kelas tiga, ada gerombolan siswa dari tiga puluh kelas yang meremas otak
mereka untuk mengarang pertanyaan-pertanyaan itu. Yang mana artinya, semuanya
bakal jadi semrawut. Tapi untuk berjaga-jaga, sesuatu yang melanggar etika
atau mustahil akan dihilangkan oleh pihak OSIS.
... atau begitulah
tampaknya. Aku juga anggota OSIS, oke!
“Kalau begitu, aku
akan berpartisipasi dalam perlombaan meminjam barang itu.”
Kouhai-chan tertawa
nakal.
Serius?
“Jika aku dapat tema
yang aneh, aku akan menyalahkan Senpai.”
“Ehhhh…”
“Jadi bertanggung
jawablah, oke?”
Setidaknya, aku hanya
bisa berdoa agar Kouhai-chan mendapat tema yang biasa-biasa saja. Tahun lalu,
hanya setengah saja yang cukup normal. Setengah lainnya masuk ke dalam
tingkat di mana kotak tema menyerupai kotak Pandora.
Masih butuh beberapa
waktu lagi sampai kereta tiba di dekat sekolah.
Jika kami terus
melanjutkan pembicaraan mengenai festival olahraga, dan dia bertanya sesuatu
seperti “Acara apa yang ingin senpai
ikuti?”, Dia takkan tahu di kelas mana aku berada.
u Sudut Pandang si
Kouhai u
Perlombaan meminjam
barang yang mana isi temanya berasal dari semua siswa. Kedengarannya
menarik.
Senpai melirik ke
luar jendela, dan menghela nafas. Kereta berhenti di stasiun tepat pada
saat yang sama.
Ini pasti mengenai itu,
ya.
Ia pasti berpikir
bila ini terus terjadi, aku akan melupakan masalah kemarin.
“Malahan, mereka akan
memutuskan acara di kelas hari ini, ya. Mereka seharusnya memutuskannya
lebih cepat”
Di SMA kami punya jam
pelajaran wali kelas yang panjang seminggu sekali pada hari Kamis. Saat
itu, kami bisa bertanya tentang berbagai masalah.
Bukannya aku pikir
mereka harus memutuskannya seminggu yang lalu, tapi bahkan lebih awal dari itu.
“Mereka akan melupakannya
jika kita tidak memutuskannya sekarang.”
Apa?
“Ah, maksudku, ada
beberapa orang yang tidak tahu acara apa yang akan mereka ikuti jika mereka
memutuskannya sejak lama.”
“Bodoh banget.”
“Memang benar.”
Jadi ini festival
olahraga SMA, ya.
Nah sekarang. Cukup
dengan basa-basinya. Inilah pertanyaanku.
“Lalu, ini adalah『 pertanyaan hari ini 』dariku. Senpai, di
mana ruangan kelasmu?”
“Ruanganku berada di
lantai dua rumahku.”
“Tolong jangan
berkelit,Ssenpai.”
Aku sendiri terkejut
mendengar betapa dinginnya suara yang keluar dari mulutku.
“Senpai masuk ke kelas
apa?”
“Kelas G ...”
“Itu bagus.”
“Itu tidak membuatku
pulih sama sekali.”
Ekspresi Senpai
tampak campur aduk antara pasrah dan frustasi.
u
Sudut Pandang si Senpai u
Kupikir aku bisa
lolos dari ini, namun ...
Sekarang dia punya kesempatan
untuk menggangguku bahkan saat istirahat makan siang atau setelah sekolah nanti. Tidak
apa-apa asalkan itu sepele, tapi aku hanya tidak ingin orang-orang menatapku
dengan tatapan aneh. Aku ini hanyalah orang normal yang pemalu.
Tapi…..
Karena kami sudah
sering mengobrol saat berangkat ke sekolah, rasanya agak tidak wajar jika kami
tidak mengenal kelas masing-masing. Daripada tidak buruk, rasanya lebih
seperti kami seharusnya tahu itu sejak awal.
Lalu, aku akan
bertanya dari sisiku juga.
“Lalu,『 pertanyaan hari ini.
』dariku”
Kouhai-chan menatapku
erat-erat.
Rasanya akan lebih
menarik jika aku bisa membuatnya lengah. Tapi, aku tidak bisa memikirkan
pertanyaan yang berguna sama sekali.
“Kouhai-chan juga, apa
kelasmu?”
“Ini Kelas
A. Kelas A. “
“Cara bicaranya sangat
keren. Kedengarannya seperti Resident
Evil.”
“Lalu, siapa patogennya?”
Dia mungkin tak punya
niatan seperti ini, tapi setelah aku melakukan kontak dengan gadis ini dan
"terinfeksi", aku merasa seperti aku menjadi sangat aktif dalam berperilaku. Aku
ingat ada parasit yang menginfeksi ulat, mengendalikannya untuk bergerak di
atas daun agar domba memakannya. Kouhai-chan mungkin gadis semacam
itu. Pengorbanan seperti apa yang akan aku dapatkan?
“Ini
Kouhai-chan. Virus kouhai.”
“Kedengarannya seperti
benar-benar nyata, Senpai.”
“Apa benar ada virus
dengan nama begitu?”
“Entah? Aku
tidak tahu.”
Jadi kau tidak tahu?
vvvv
Sepulang sekolah,
saat jam wali kelas usai.
Aku mendapat pesan
LINE dari Kouhai-chan.
Aku berbaring di
mejaku sambil merasa sangat bingung. Memutar leherku ke samping, lalu aku
melihat layar smartphone-ku.
Maharun ♪ : Selamat siang
Maharun ♪ : Aku berhasil mendapat
tempat untuk perlombaam meminjam barang tanpa masalah
Iguchi Keita : Aku juga ... Kenapa ...
Sekali lagi, aku
merasa sangat bingung.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㉝
Sepertinya, Senpai
juga akan ikut berpartisipasi dalam perlombaan meminjam barang pada festival
olahraga nanti.
Makasih min
BalasHapusSaya menunggu novel ini rilis🙂 lagi, semangat min
BalasHapusTerus tunggu ya, menjelang akhir tahun jadi mimin lagi sibuj
Hapus