Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 27



Chapter 27 – Apa Yang Akan Kamu Lakukan Mulai Sekarang, Senpai?

u Sudut Pandang si Kouhai u
Pagi hari.
Ketika aku pergi ke stasiun seperti biasa, ada banyak orang yang menunggu di peron. Jumlahnya dua kali, tidak, mungkin tiga kali lebih banyak dari biasanya?
Karena masalah pelanggan yang terjadi sebelumnya, ada keterlambatan di kedua jalur. Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Kami akan melanjutkan dengan transferensi, jadi silakan gunakan juga.”
Aku tiba di tempat tungguku yang biasa di antara kerumunan orang. Senpai juga ada di sana, bermain dengan smartphone-nya. Tumben sekali.
Oh, kau sudah datang. Pagi.”
“Selamat pagi.”
Bukankah jarang sekali Senpai memanggilku dulu? Atau mungkin, ini pertama kalinya?
Yah, seperti yang kau lihat.
Aku ingin tahu apa artinya dengan masalah pelanggan?
Senpai menunjukkan layar smartphone-nya ke arahku.
“Entah? Tidak ada informasi resmi mengenai hal itu, tapi sepertinya ada tuduhan palsu mengenai pelecehan.”
Kenapa mereka menuduhnya lebih dulu?
Mana tahu, toh aku ini laki-laki.
Betul sekali.
Ngomong-ngomong, apa baik-baik saja kita melakukan percakapan seperti ini sekarang?
Kami biasanya sudah berada di kereta tiga puluh menit sebelum kelas dimulai, tetapi sekarang karena ada penundaan, kami mungkin akan terlambat. Jika ini rute yang digunakan semua orang, guru akan memaafkannya, tapi ...
Kereta ini sangat luar biasa, dan jarang ada pemberitahuan penundaan sejak aku mulai menggunakannya. Bagi seseorang dengan sedikit pengalaman dengan kereta, aku tidak tahu berapa lama sampai penundaan selesai.
Ayo kita tanyakan Senpai tentang ini.
Senpai. Ini mungkin mendadak, tapi ini pertanyaan hari inidariku.”
Tidak biasa bagiku untuk menanyakannya sebelum kami masuk ke dalam kereta.
Senpai, apa yang akan kamu lakukan mulai sekarang?
Apa maksudmu dengan apa ... Maksudmu apa yang akan aku lakukan untuk bisa pergi ke sekolah sekarang?
“Iya.”

u Sudut Pandang si Senpai u
Ini benar-benar kejadian langka baginya untuk bertanya dulu sebelum kereta tiba. (Walau dia pasti akan bertanya di kereta jika tidak ada penundaan.)
Dan pertanyaannya adalah Apa yang akan aku lakukan sekarang.
Karena ada sesuatu yang membuatku penasaran, aku mencoba menanyakannya kepada Kouhai-chan.
Hei, boleh aku bertanya sesuatu sebelum itu? Ini juga pertanyaan hari inidariku selagi kita membahasnya.”
“Iya?”
Apa yang akan dilakukan Kouhai-chan dengan jawabanku?
Kupikir aku akan mengikuti keputusan Senpai.
“Selama-lamanya?”
Kata tersebut  terucap secara alami dari mulutku, tapi bukannya ini sama saja dengan memintanya untuk mengejekku?
Hanya untuk hari ini saja, Senpai. Mana mungkin lah.”
Sepertinya dia tidak mengungkit itu lagi, bagus. Tapi meski dia berusaha mengungkitnya, pada akhirnya nanti kita saling menghancurkan satu sama lain.
Apa kau tidak punya keputusan sendiri untuk situasi seperti ini?
“Tidak punya. Ini adalah pertama kalinya aku mengalami delay kereta.”
Jadi, apa batang logam di tanganmu cuma hiasan belaka?” (TN : Maksudnya smartphone)
Kouhai-chan tertawa simpul setelah mendengar pernyataanku.
Bukannya merepotkan bagiku untuk mencari lagi? Senpai juga sudah melihatnya.”
Dia terus bilang begitu bahwa akan lebih mudah baginya untuk mengikuti informasiku. Kami tentu saja mencari informasi yang sama, jadi apa boleh buat.
“Kau ini benar-benar…”
Bukannya itu masuk akal?
Yah, tentu saja.
Lalu, Senpai. Apa yang akan kamu lakukan?”
Meskipun aku sudah menyimpulkan apa yang harus aku lakukan mulai sekarang, sebagai konfirmasi akhir, aku akan mempertimbangkannya lagi sambil merenungkan pikiranku.
Berdasarkan informasi dari Twitter, masalah pelanggan terjadi sekitar 45 menit yang lalu. Karena mereka bilang akan ada penundaan, aku pikir sudah cukup lama. Dan meski kita menggunakan kereta pengganti, itu sama saja dengan mengambil jalan memutar.”
Ini tidak seperti rutenya akan menjadi segitiga sama sisi, tapi mungkin lebih mirip satu atau dua sisi segitiga sama kaki. "Jalur Hamakyu" yang kami gunakan tidak punya jalur paralel.
Itu artinya, penundaan akan segera berakhir, dan kita harus naik kereta reguler. Dalam kasus terburuk, kita bisa meminta bukti keterlambatan kereta.”
Kalau begitu, aku akan melakukannya seperti itu juga.
Keputusan yang cepat.
“Ya ampun. Aku mungkin suka jahil, tapi aku mempercayai senpai, tahu?”
... Terima kasih.

u Sudut Pandang si Kouhai u
Setelah menunggu sekitar lima menit, kereta pun datang.
Ternyata penuh. Orang-orang berdempet satu sama lain. Dengan kata lain, kereta tersebut penuh sesak.
Ketika pintu terbuka, hanya ada beberapa orang yang turun dari kereta, dan semua orang yang sudah menunggu di peron naik ke kereta sekaligus.
Kalau dipikir-pikir lagi, aku jarang naik kereta yang penuh sesak. Aku pernah mengalaminya saat aku pulang dari Disneyland, aku terus bermain sampai waktu tutup. Pada waktu itu, ada banyak keluarga, tapi sekarang, sembilan puluh persen penumpang adalah pekerja kantor. Semuanya pakai setelan hitam.
Ayo, kita masuk juga.
Aku mengikuti suara senpai.
Bahkan ada banyak orang di pintu kereta, dan tidak ada lagi ruang untuk bersandar di sana.
Saat senpai menemukan sedikit celah, Ia menggumamkan permintaan maafnya pada sekelilingnya, dan menaiki kereta sambil menghadap punggungku. Bahkan ketika aku melihat sekeliling, sepertinya tidak ada tempat bagiku untuk masuk.
“Apa yang terjadi?”
Melihatku yang berhenti dengan linglung, Senpai membuat wajah aneh. Lonceng keberangkatan berbunyi di peron, dan sepertinya kereta akan meninggalkanku.
Pada akhirnya, aku berlari langsung menuju kuburanku.
Aku menghempaskan diri ke arah satu-satunya orang yang kukenal dalam penglihatanku. Yang mana tentu saja adalah Senpai.

u Sudut Pandang si Senpai u
Kouhai-chan bertingkah aneh.
Karena ada penundaan, tentu saja keretanya akan sepadat ini. Dia tampak terkejut ketika kereta tiba, dan tampak linglung ketika aku memanggilnya. Karena keretanya akan segera berangkat jika situasinya terus seperti ini, aku memanggilnya sekali lagi, dan hal aneh pun terjadi.
Dia terhimpit ke dalam perutku. Atau mungkin dadaku.
Perbedaan tersebut tidak terlalu penting, jadi abaikan saja untuk saat ini.
Pintu kereta ditutup saat Kouhai-chan menghantamku, jadi dengan momentum itu, sepertinya aku sedang memeluk Kouhai-chan yang ada di depan dadaku.
Oi, apa kau baik-baik saja?
Aku mungkin tidak baik-baik saja.
Dia bilang kalau dia jarang naik kereta yang penuh sesak dengan suara kecil, dan membuat senyum yang dipaksakan.
Tapi, Senpai akan melindungiku, ‘kan? Lagipula, Aku berada di pelukan senpai.”
Meski dia sendiri sedang tidak tenang, dia masih bisa menggodaku seperti setan kecil pada saat seperti ini.
Pada akhirnya, aku melakukan yang terbaik agar tak seorang pun di kereta ini bisa menyentuh tubuh iblis kecil (gadis iblis?) yang lembut dan mungil ini, namun kelembutan dan kehangatan untuk siapa yang tahu sampai mayoritas orang turun di stasiun setengah jalan dalam rute sekolah.

vvvv

“Terima kasih banyak.”
Setelah ruang gerbong kereta sedikit lowong, Kouhai-chan yang berdiri di posisi biasanya mengucapkan terima kasih. Kuharap dia tidak menyadari bagaimana jantungku berdegup kencang tadi. Rasanya sangat sulit.
Hei, boleh aku menanyakan ini sebagai pertanyaan hari ini ?
Silahkan saja.
Apa kau pernah mengalami trauma di kereta yang penuh sesak?
“Tidak juga?”
“Lalu kenapa?”
Aku hanya ingin menjaili senpai …... atau itulah yang ingin aku katakan.
Jika dia tadi berakting, dia pasti aktor yang luar biasa.
Aku tidak suka Pria. Tapi Laki-laki masih baik-baik saja.”
Haa?
Dengan kata lain, para paman karyawan yang berdesak-desakan di gerbong kereta memiliki usia yang sangat berbeda denganku, jadi aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan, bukan? Ada juga beberapa berita tukang plecehan seksual yang ditayangkan juga, ‘kan??”
Bahkan aku sendiri tidak tahu apa yang ingin mereka capai,
Jadi mereka sama saja dengan binatang yang dapat membahayakanku, dan orang-orang yang aku tidak bisa aku baca apa yang mereka pikirkan. Mungkin.”
Aku mengerti apa yang ingin kau katakan, tapi ...
Dia mengatakan sesuatu yang cukup kejam lagi.
…Hah?
Lalu, bagaimana denganku?
Senpai adalah ... Senpai. Kamu bukan Pria maupun laki-laki.”
Apa-apaan dengan cara bicara itu sehingga aku bahkan tidak yakin apakah kau memujiku atau tidak?
“Aku. Senpai memang orang yang menarik.”
Haa ... Terima kasih.”

u Sudut Pandang si Kouhai u
Aku bodoh karena percaya pada senpai.
Jangan bilang itu bodoh! Yang salah adalah perusahaan kereta ... atau tidak. Pelangganlah yang menyebabkan masalah!”
Tapi aku pikir kita takkan terlambat setelah mengikuti keputusan senpai.
Bukannya itu sebabnya kita berlari supaya tidak terlambat!
Akhirnya, kereta pun tiba di stasiun lima menit sebelum kelas kami dimulai. (Sekolah kami mulai pukul sembilan.)
Biasanya, butuh tujuh menit untuk bisa mencapai sekolah dari stasiun.
Artinya, jika kita tidak ingin terlambat, kita harus lari.
Karena itulah kami berdua sedang berlari di satu-satunya jalan untuk mencapai gerbang belakang sekolah.
Jika kita akan benar-benar terlambat, kita bisa menunjukkan bukti keterlambatan yang dikeluarkan oleh perusahaan kereta, dan berjalan santai.
Mengapa kita melakukan ini setengah hati?
Aku bisa melihat gedung sekolah sekarang. Dua menit sebelum bel berbunyi. Jika bergegas, kita mungkin bisa tepat waktu.
Mana mungkin kita bisa melakukan kebiasaan kita yang tidak mengenal satu sama lain hari ini. Aku berlari sejalan dengan senpai melalui gerbang belakang begitu saja. Ini sangat melelahkan.
Senpai!
Aku berteriak pada senpai yang berlari di sampingku.
Tolong beri aku sesuatu yang manis besok, atau lusa!
Apa kau tidak takut gemuk?
Kamu seharusnya jangan mengatakan sesuatu tentang menjadi gemuk pada gadis, senpai.
Haa.”
Tolong beri aku permen sebagai ganti kalori yang aku habiskan untuk berlari sekarang.
Kalau begitu hitung dengan benar.
Apa yang harus aku hitung ...
Kalori yang kau habiskan untuk berlari. Kau pasti akan mengetahuinya dengan multiplikasi.”
Ketika kami melakukan  pembicaraan, kami akhirnya tiba di area loker sepatu.
Bukan hanya kami, tetapi murid-murid yang terlambat juga mengganti sepatu mereka dengan tergesa-gesa.
Sepertinya sampai segini saja untuk percakapan hari ini.
Lalu, sampai ketemu lagi besok.
“…Iya!”




Hal yang kuketahui dari Senpai-ku, nomor
Sepertinya, Ia berpikir untuk menemuiku besok.

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama