Watashi no Shiranai, Senpai no Hyakko no Koto Chapter 39



u Sudut Pandang si Senpai u
“Selamat pagi.”
“Pagi.”
Aku sudah terbiasa memulai pagi dengan menyapa Kouhai-chan di peron stasiun. Kuulangi sekali lagi, aku sudah terbiasa dengannya.
“Besok adalah festival olahraga, ‘kan? Senpai, bukannya kamu harus bersiap?”
Aku hanya perlu memberikan pidato lima detik di acara pembukaan.
Kupikir itu bukan pidato, tapi cuma memanggil nama orang ...”
Susah membantahnya kalau apa yang dia katakan tidak salah. Hal semacam itu hanyalah ritual, oke, ritual!
Tapi orang yang mengorganisir festival olahraga adalah OSIS, ‘kan? Memangnya tidak ada masalah bagi ketua OSIS tidak melakukan apa pun?”
Ketua OSIS adalah pemimpin pajangan. Ini seperti seorang ketua. Lalu ada presiden, manajer divisi, dan manajer di bawahnya.”
Memangnya OSIS di sekolah kita memiliki hal semacam itu?
Tidak, tapi anggota yang bertanggung jawablah yang akan melakukan pekerjaan.
Kenapa organisasi ini dibentuk seperti ini? Aku ingin tahu apa ada yang peduli.
Haa ...
Senpai, pada akhirnya, lomba apa yang akan kamu ikuti besok?
Lomba meminjam barang ...
Ah ... Meski aku mencoba untuk tidak mengingatnya, namun ...
Siapa yang nyeletuk sebagai ketua OSIS, kau harus bertanggung jawab dan ikut dalam perlombaan meminjam barang. Orang-orang di sekitarku juga langsung setuju dengan gagasan itu, sungguh kejam sekali. Meski mereka biasanya tak pernah bekerja sama dalam hal apa pun, mereka akan menjadi sebuah tim dan mendorong orang lain yang tidak pernah menonjol untuk bersinar di acara semacam ini.
Kompetisi lomba peminjaman dalam festival olahraga sekolah kami berlangsung di akhir acara. Semua orang akan menontonnya. Para siswa akan menarik lotere untuk memilih tema dari beberapa tema yang sudah diajukan oleh semua siswa, kecuali untuk ide “meminjam” yang menyinggung hukum dan moral, atau yang mustahil.
Dengan kata lain, semua yang mungkin akan terjadi. Benar-benar kacau. Aku tidak ingin terlibat jika bisa. Mana mungkin aku ingin berjuang dan bertarung dengan dua puluh siswa lainnya dalam pertarungan barbar. Urgh.
Apa Senpai sangat membencinya? Bukannya itu hanya meminjam sesuatu dan berlari?”
Paling-paling, Kau perlu meningkatkan keberuntunganmu dalam lotre ...
Jika aku perlu menggunakan keberuntunganku, itu hanya perlu digunakan pada acara lotre yang kadang aku coba di minimarket. Jika aku terlalu menggunakannya, aku merasa keberuntunganku akan hancur.
Dan juga, perwakilan dari setiap kelas akan mulai pada saat yang sama.
Semuanya dari kelas satu, dua, dan tiga?
Ya, semua orang akan mengambil undian sekaligus.
“Uwahhh ...”
Pengomentaran langsung juga sangat merepotkan. Mereka menyorot tema yang sepertinya paling menarik, dan meneriakkannya dalam sekejap. Penyiar, Kau memang bekerja keras.
Tapi, itu artinya aku bisa mulai bareng senpai, ya.
“Terus?”
Aku bisa bertanding dengan senpai.
“Begitu?”
Ngomong-ngomong, gimana kalau kita lakukan itu lagi? Pertandingan di mana yang menang boleh meminta apa saja kepada yang kalah, bagian 2.”
“Lagi?”
Tidak masalah, ‘kan?
Meskipun kita bisa saling mengajukan satu pertanyaan sehari, tidak ada aturan tentang membuat permintaan atau meminta bantuan.
Sederhananya, jika dia mencoba membuat hak istimewa pada "permintaan" sebanyak ini, apa yang akan dia minta padaku? Aku jadi merasa takut.
Aku tak berpikir demikian, tapi aku tidak punya hak untuk memveto, ‘kan?
Tuh Senpai sudah tahu. Lalu, setuju ya.”
Sejujurnya, lotre pertama akan memutuskan segalanya. Bisa dibilang kalau peringkat akan ditentukan dengan tema apa yang ditugaskan pada peserta. Aku hanya bisa menimbun kebaikan sebanyak yang aku bisa sampai besok, dan berharap aku bisa mendapatkan tema yang akan lebih mudah.
Aku akan melakukan yang terbaik.

u Sudut Pandang si Kouhai u
Aku berhasil meminta lagi untuk mendapatkan hak istimewa. Akan menyenangkan jika aku bisa menang kali ini.
Ngomong-ngomong, ini adalah pertanyaan hari ini dariku.
Saat kami berbicara kemarin, aku ingin tahu tentang masalah ini.
Senpai, apa kamu bisa memasak?
Umm ...
Senpai meletakkan tangannya di dagu, dan mempertimbangkannya sekitar tiga detik.
Jika mengenai apakah aku bisa atau tidak, kupikir aku bisa, tapi jika kau bertanya apa aku bisa memasak , aku tidak bisa.
Haa ...
Aku merasa seperti aku bisa mengerti apa yang Ia katakan untuk beberapa alasan, tapi aku tidak benar-benar mengerti.
Ayo kitaa memverifikasi keahliannya satu per satu.
Bagaimana dengan mie gelas?
Bukankah aku cuma perlu memasukkan air panas ke dalamnya?
Kalau memasak nasi?
Bukannya itu cuma mencuci beras, menuangkan air bersih, dan menekan tombol?
Kelihatannya senpai setidaknya bisa memasak hidangan paling mudah. Untuk saat ini, Ia lulus ujianku.
Apa spesialisasi hidangan senpai?
Aku benar-benar tidak jago memasak sampai-sampai punya spesialisasi tersendiri. Keahlianku hanya minimum saja.”
Ayo kita ubah cara bertanyaku.
Misalnya, apa yang bisa dibuat senpai? Apa yang pernah senpai buat sebelumnya?”
Mungkin sesuatu seperti telur ceplok, atau nasi goreng?
Senpai bisa memecahkan telur, ya.
Jangan meremehkanku, tentu saja aku bisa melakukan itu.
Aku merasa ingin menghasutnya.
Ngomong-ngomong, aku bisa memecahkan telur dengan satu tangan.
Ekspresi Senpai agak berkedut, tapi kelihatannya Ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Menarik sekali.

u Sudut Pandang si Senpai u
Telur ceplok, ya.
Ketika kami membahas tentang hidangan yang bisa aku buat, aku mengingat kontroversi tentang telur ceplok.
Pertanyaan hari ini dariku. Kouhai-chan, apa yang kau tambahkan pada telur ceplok?”
Tentu saja kecap.
Ha?
Kepercayaan kita terbelah.
“Jangan ngaco, tentu saja pakai garam. Kau harus menambahkan garam pada telur ceplok.”
Tidak, pakai kecap.
Apa, sekarang ngajak berantem nih, oi.
Pertama-tama, telur ceplok mungkin hidangan yang datang dari barat, ‘kan? Karena itu, jelas saja mereka takkan menggunakan kecap (LOL) yang sebagian besar digunakan di Asia, dan menggunakan garam serta merica.”
“Tidak, itu tidak benar. Dari awal, Jepang adalah negara yang telah mengadaptasi beberapa makanan dari luar negeri agar sesuai dengan lidah orang lokal, dan disublimasikan ke dalam hidangan baru. Ramen adalah salah satu contohnya, dan nikujaga juga merupakan improvisasi dari sup daging sapi Inggris.”
Jadi seperti itu ...
“Iya. Itu sebabnya, kecap adalah langkah pertama dalam adaptasi telur ceplok ke dalam masakan Jepang. Karena orang Jepang sangat menyukai kecap, mereka pasti akan menambahkan kecap pada telur ceplok mereka, tak diragukan lagi. Memasukkan saus pada telur goreng merupakan hal yang tidak masuk akal.”
Ngaco, aku tetap mendukung tim garam ...
Kecap.
“Garam.”
Kecap.
“Seledri.”
Kue puding beras.
Salad rumput laut dengan tahu.
Parfait buah.
Fait ... Fue ... Fueee ...
Aku tidak bisa memikirkan hal lain, dan mulai berbicara seperti seorang gadis yang kikuk. Karena suaraku adalah suara rendah pria, kedengarannya tidak lucu sama sekali.
Mengapa kita malah memainkan sambung kata, Senpai?
Kau memang sangat suka manisan seperti biasa, ya.
Ha?
Cokelat dan parfait.
Ah.
Dia mengatakan kepadaku kalau dia mengucapkan itu secara tidak sadar, dan mengalihkan pandangannya.



Hal yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor
Sepertinya Senpai menambahkan garam pada telur ceploknya.


close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama