u
Sudut Pandang si Senpai
u
“Senpai! Aku
benar-benar kelupaan tentang ini kemarin!”
Segera
setelah aku bertemu Kouhai-chan di peron saat pagi hari, Kouhai-chan mendekatiku
dan mencercaku.
Setelah
aku menyantap sup miso-nya kemarin, dia langsung pulang, membuat aku tidak bisa
berbicara dengannya dengan benar. Lagian buat apa dia datang kemarin?
“Pada
akhirnya, Senpai tidak memberitahuku apa permintaanmu.”
“Itu
karena sekolah sedang diliburkan. Kamu juga yang mengganggu begitu
tiba-tiba.”
“Seharusnya
tidak apa-apa jika senpai memberitahuku sejak kita bertemu kemarin!!”
Apa
boleh buat, ‘kan? Karena kepala kami dipenuhi sup miso melulu.
“Sebagai
hukumannya, aku akan menyita hak istimewa senpai. Artinya, aku dapat
meminta sesuatu dari Senpai sekarang.”
Bukannya
itu terlalu tidak masuk akal?
“Mustahil. Itu
berbeda dari kesepakatan kita.”
Aku
mengucapkan kata-kata itu dengan intonasi yang kuat, membuatku sendiri merasa
terkejut.
Kouhai-chan
yang berdiri di depanku juga tampak terkejut.
“Ah
maaf. Tapi aku hanya memikirkan itu, aku sudah memikirkannya, jadi ...”
Pertama-tama,
ayo meminta maaf dulu.
Permintaanku
tidak sebesar itu, tapi aku juga menggunakan sedikit sel otakku untuk urusan ini. Ketika
dia tiba-tiba berkata kalau aku kehilangan hak istimewa seperti itu, aku merasa
sedikit gugup.
“…Aku
mengerti.”
Kouhai-chan
menghela nafas.
“Jika
Senpai mengatakannya seperti itu, maka pasti. Kamu harus memberitahuku
permintaan Kau.”
Entah
mengapa, setengah dari kata-katanya terdengar agak dramatis, dan suasananya
menjadi sedikit kurang tegang.
...
Aku merasa malu untuk mengatakannya lagi setelah berhenti di tengah-tengah
kalimat.
“Senpai?”
“Tidak,
er, itu….”
“Ayo
cepat katakan.”
“Iya.”
Aku
menarik napas panjang untuk menenangkan kegugupanku.
“Aku—”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Ini
dia “permintaan”
dari Senpai. Aku penasaran apa yang akan Ia minta dariku.
Mana
mungkin Ia meminta sesuatu yang mencolok, dan juga mana mungkin yang membosankan. Senpai
bilang kalau Ia sudah memikirkannya baik-baik. Mungkinkah Ia mau
menembakku? Yah, mana mungkin itu akan terjadi. Tapi jika memang begitu,
bagaimana aku harus menjawabnya. Aku harus menjawab apa!
“――Ulang
tahunku, sudah dekat, ‘kan?”
“Yaa?”
Arah
percakapannya menuju ke alur yang tidak pernah aku duga, dan aku menjawab
senpai dengan sedikit terkejut.
“Rayakanlah
untukku, yang megah.”
“Hanya
itu?”
Karena
ini benar-benar di luar dugaanku, aku jadi bertanya padanya sekali lagi.
“Ah,
meski aku bilang yang megah, tapi yang bisa ikut cuma aku dan Kouhai-chan.
Seseorang selain kita sedikit, err ... “
“Aku
tidak bertanya tentang itu.”
Aku
menyela pembicaraan senpai.
“Jika
cuma itu, aku akan merayakannya meski Senpai tidak memintanya. Kenapa Senpai
membuat 『permintaan』 semacam itu?”
Kami
pernah membahas tentang ulang tahun saat tengah membicarakan tentang rasi
bintang pada beberapa waktu yang lalu.
Sejak
saat itu, aku sudah memikirkan bagaimana merayakan ulang tahun senpai.
“Hmm,
yah. Kau tahu sendiri kalau aku anak tunggal, dan lingkaran pertemananku
sangat sempit, sampai-sampai aku tidak pernah merayakan pesta ulang tahun yang
beneran. Mereka akan memberi tahuku "selamat ulang tahun" hanya
untuk formalitas doang di hari ulang tahunku.”
“Jadi
begitu ya.”
“Terus,
jika itu Kouhai-chan, aku bisa merasa lega dalam banyak hal.”
“Kepercayaan
macam apa itu ...”
Kupikir
sebagian besar pesta ulang tahun kemungkinan besar hanya untuk jadi ajang
pamer.
“Ngomong-ngomong,
bagaimana seseorang merayakan ulang tahun orang lain?”
“Kita
mulai dari sana? Tapi aku memang tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.”
Berbicara
tentang pamer, aku pernah memikirkan hal semacam ini.
“Bukannya
yang itu, ya? Mereka akan bersulang untuk merayakan bagaimana aku
dilahirkan, Kamu dilahirkan, dan kita bisa bertemu di dunia yang luas ini.”
“Itu
pasti salah. Mereka cuma ingin membuat keributan, kan? Manusia-manusia
barbar itu.”
“Semuanya
akan tamat bila kamu mengatakan itu, senpai.”
“Yah,
kita akan membuat keributan walau hanya ada kita berdua saja. Bagaimana
kalau lusa, mumpung lagi libur? Aku
akan menantikannya.”
Eh?
“Emangnya
hari Jumat ada libur? Kok bisa?”
“Eh,
aku belum pernah mengatakannya ya? Karena kita ada festival olahraga pada
hari Kamis, sehari setelahnya akan menjadi istirahat untuk memulihkan dari
kelelahan, jadi kita punya hari libur.”
“Itu
artinya aku bisa menggunakan sepanjang hari untuk merayakannya dengan senpai, ‘kan?”
“Tidak,
bukan berarti kau harus menggunakan sepanjang hari, tapi kau bisa
menggunakannya dengan pasti.”
“Aku
mengerti.”
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Aku
memberitahunya 「permintaanku」.
Melihat
bagaimana dirinya sampai menyingsingkan lengan bajunya, aku harap dia jangan
terlalu antusias mengenai itu, tapi ya sudahlah.
“Jika
itu permintaan Senpai, maka inilah『
pertanyaan hari ini 』dariku.”
Oh Aku
ingin tahu apa yang akan dia tanyakan padaku.
“Senpai,
apa hidangan favoritmu?”
“Bukannya
aku sudah pernah menjawab yang itu?”
“Aku
ingat ketika bertanya tentang『
makanan 』favorit senpai
pada waktu itu, Senpai malah menjawabnya dengan stroberi.”
Ah. saat
aku masih gugup dengannya, atau mungkin karena kewaspadaan MAX-ku?
Kouhai-chan
memberitahuku kalau makanan kesukaannya adalah panekuk juga, jika aku tidak
salah ingat. Kedua jawaban kami bukanlah hidangan pokok.
“Hidangan,
ya ...”
“Senpai
juga bisa menganggap kalau jawabanmu nanti sebagai sesuatu yang ingin kamu
makan pada hari ulang tahun.”
“Begitu
ya…”
Semua
hidangan yang aku pernah makan sepanjang hidupku muncul di dalam benakku satu
per satu.
Aku
tidak bisa memutuskan salah satu favoritku.
“Bagaimana
dengan gaya makanan? Apa senpai suka masakan Jepang, atau masakan ala Barat?”
“Apa
aku tidak boleh memilih masakan Cina?”
“Itu
masih termasuk di seberang laut, jadi masih dianggap sebagai hidangan barat
juga.”
“Bukannya
hidangan ala barat berasal dari negara barat?”
“Jika
kita berbicara tentang bagian barat di luar samudera, bukannya terdengar
seperti Cina?”
Hmm.
“Tapi
itu tidak penting sekarang. Jadi Senpai suka masakan Cina? Tapi aku
tidak bisa membuatnya.”
“Eh? Kau
ingin membuatnya untukku?”
“Kenapa
kamu malah terlihat sangat terkejut, senpai? Ah, tapi saat aku membuat sup
miso itu, senpai tampak setengah tertidur, ya.”
Dia
menambahkan dengan kalimat penghibur kalau aku tidak perlu khawatir, karena dia
akan mengerahkan semua kemampuannya. Lengkap dengan kedipan mata yang mana
membuatnya terlihat imut.
“Aku
akan menanyakan sesuatu padamu terlebih dahulu. Dalam daging babi asam dan
manis, nanas adalah ...”
“Aku
takkan memasukkannya. Lagipula, itu terlalu merepotkan.”
“Oh,
kalau begitu syukurlah.”
Beberapa
orang bilang kalau enzim dari buah nanas akan melunakkan daging, namun juga
mengubah rasanya, mengapa mereka perlu memasukkan buah itu ke dalam daging babi
asam dan manis? Bukannya itu aneh?
“Ngomong-ngomong,
apa senpai benar-benar menyukai masakan Cina?”
“Aku
suka rasanya seperti daging. Aku ‘kan remaja dalam masa pertumbuhan.”
“Memangnya
itu sesuatu yang bisa kamu katakan sendiri, Senpai ...”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Jadi
masakan Cina, ya. Aku ingin tahu apa aku pernah membuatnya sebelumnya.
Untuk
kesempatan ini, aku harus membeli kue untuk senpai nanti.
“Lalu,『 pertanyaan hari ini 』dariku. Kouhai-chan,
apa yang kau suka? Bukan cemilan, tapi makanan normal.”
Astaga. Senpai,
jadi kamu masih ingat jawabanku ya.
“Jika
aku harus memilih antara hidangan Jepang atau Barat, kurasa aku lebih memilih
Jepang.”
“Kupikir
kau lebih menyukai hidangan barat.”
“Aku
memang menyukainya, tapi aku lebih suka rasa lembut pada masakan Jepang.”
“Ah,
aku paham maksudmu.”
Dengan
ibegtu, kami juga melakukan percakapan sepele lagi hari ini, saat kami menuju
ke sekolah.
Hal
yang kuketahui tentang Senpai-ku, nomor ㊳
Sepertinya
masakan Cina akan terasa bagus di hari ulang tahunnya.