u
Sudut Pandang si Senpai
u
Hari ini tanggal 26
Oktober.
Ini juga merupakan
hari pelaksanaan festival olahraga yang diadakan setahun sekali. Cuacanya cukup
cerah. Sepertinya badai topan menerpa daerah kami lagi, tetapi untuk hari
ini sepertinya bakal baik-baik saja. Tahun lalu, aku mengikuti acara ini sebagai peserta, tetapi tahun ini, aku
punya peran penting sebagai ketua OSIS.
Yah, meski dibilang
penting, aku hanya akan berteriak sepatah dua patah kata doang. Melihat anggota
OSIS perlu menyiapkan segalanya, mana mungkin aku bisa tetap santai tanpa
membantu mereka. Namun, sebagian besar hal yang aku lakukan adalah
pekerjaan kasar. Seperti yang kuduga, bahkan ketua OSIS perlu
bertindak. Tapi, orang yang bertanggung jawab atas seluruh acara festival
olahraga ini bukanlah aku, melainkan anggota OSIS yang lain.
Itu sebabnya, aku
berangkat ke sekolah dengan kereta yang sedikit lebih pagi dari yang biasanya. Aku
akhirnya bisa membaca di kereta untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Maharun ♪ : Senpai! Kenapa kamu
tidak datang ke stasiun ??
Maharun ♪ : Apa kamu kena demam?
Maharun ♪ : Apa kamu masih hidup?
Maharun♪ : Senpaiii!
Ketika aku masih
berjalan ke sekolah, aku mendapat pesan LINE dari Kouhai-chan. Omong-omong,
aku belum memberitahu Kouhai-chan tentang ini, ya.
Iguchi Keita : Aku harus mempersiapkan
acara festival olahraga
Iguchi Keita : Jadi aku berangkat lebih
pagi
Maharun ♪ : Kalau emang begitu, tolong
beri tahu aku dulu dong!
Kupikir aku tak punya
kewajiban untuk memberitahunya. Setidaknya, dengan hubungan kita yang
sekarang.
Aku mengabaikan pesan
Kouhai-chan, dan melewati gerbang sekolah (gerbang belakang).
vvvv
Aku membantu
menyiapkan acara (misalnya, mendirikan
tenda utama. Aku pikir tenda semacam ini dapat digolongkan sebagai 'terpal',
bukan?), Dan akhirnya, saatnya untuk memulai acara festival
olahraga. Festival olahraga biasa diadakan pada bulan Oktober, bulan di
mana pancaran sinar matahari yang tidak terlalu kuat atau terlalu lemah,
menghangatkan semua siswa.
Saat ini, aku duduk
di tenda di belakang panggung. Aku harus melakukan sambutan ketua OSIS
setelah ini. Aku penasaran kapan terakhir kali aku melakukan sesuatu yang
layak untuk posisi seperti ini. Baiklah.
Pertama, semua murid
berbaris di lapangan, dan kepala sekolah naik ke podium untuk memberi sambutan.
Seperti biasa,
pidatonya sangat panjang. Untuk meringkasnya, pada dasarnya beliau
mengatakan bahwa “Ini adalah festival
olahraga. Nikmati semaksimal mungkin. Jangan sampai
terluka. Lalu, bersenang-senanglah. Kakek ini akan mengawasimu dari
ruangan kantor.” Atau sesuatu seperti itu. Uhn.
Bahkan ada beberapa
siswa yang tertidur sambil berdiri. Uhn. Aku akan memulai festival
olahraga ini segera, jadi tunggu tiga puluh detik lagi.
“Selanjutnya, pidato
pembukaan dari ketua OSIS. Keita Iguchi, ketua OSIS, dipersilahkan.”
Aku berdiri dari
kursi, dan naik ke podium.
Murid-murid kelas dua
dan tiga sudah tahu apa yang akan terjadi, dan mereka menatapku dengan mata
penuh harapan. Beberapa anak kelas 3 yang berbaris di sisi belakang bahkan
sudah mulai berjalan ke arah tempat kelas mereka.
Aku mengalihkan pandanganku
ke anak-anak kelas satu. Banyak murid yang menguap, seolah-olah mereka
sudah sangat bosan. Entah kenapa, aku melihat Kouhai-chan di barisan depan
orang-orang itu, dan tatapan mata kami bertemu.
Aku menyalakan
mikrofon, melepaskannya dari dudukan, memegangnya di tanganku, dan
meletakkannya di depan mulutku.
Dan kemudian, aku
menghela nafas panjang, dan menjerit satu kalimat lengkap dengan volume yang
bahkan menyerupai lolongan.
“Besok libur!!”
Saat mereka menunggu
kata itu, anak-anak kelas dua dan tiga mulai bersemangat.
Setelah aku
membungkuk dengan ringan, anak-anak kelas satu baru memahami situasinya, dan
kemudian ikut bersorak keras.
“Terima kasih, Ketua
OSIS Iguchi-san. Baiklah, kami mengumumkan bahwa festival olahraga tahun 2017
secara resmi dimulai sekarang.”
Bukan berarti aku
melakukan pembukaan ini seenaknya saja. Semua ketua OSIS sebelumnya tampaknya
juga hanya mengatakan satu kalimat. Mungkin itu semacam tradisi. Aku
tidak tahu kapan dimulainya, tapi itu pasti sangat 'berbatu'.
Besok akan terasa seperti
istirahat setelah bekerja keras, sehingga sebagian besar murid menginginkan
semua acara festival olahraga cepat berakhir (kecuali untuk kompetisi lomba meminjam barang) dan menikmati
liburan. Itulah arti dibalik sorakan mereka yang datang dari lubuk jiwa
yang terdalam.
Lalu dengan begini, aku
menyelesaikan tugasku untuk pagi ini. Ayo balik lagi ke kelas...
Acara dimulai dengan perlombaan
lari 100m, dilanjutkan dengan perlombaan estafet, tarik tambang, permainan
lempar bola, dan ini atau itu, dan kompetisi semakin sulit seiring berjalannya
waktu. Sejauh ini, setiap kelas dibagi menjadi tim merah atau putih dan
memutuskan siapa pemenang utamanya, tapi jujur saja, itu cuma pajangan doang. Tidak
ada yang peduli tentang itu.
Waktu mengalir dengan
cepat, lalu waktu siang pun datang, dan acara sore berjalan mantap satu per
satu. Sedikit demi sedikit, acara perlombaan meminjam barang juga semakin
dekat.
Hal yang paling aneh
tentang perlombaan meminjam barang sekolah kami adalah adanya batasan waktu
satu jam. Tahun lalu, kami mulai sekitar jam 2:30, tetapi batas waktu
untuk mencapai tujuan adalah sampai jam 3:30. Aneh sekali.
Keanehan laiinya
ialah bagaimana para peserta diperbolehkan keluar dari lingkungan sekolah demi perlombaan. Ada
banyak hal yang membuat para peserta harus berlari sampai stasiun dan “meminjamnya” di toko
terdekat. Tolong lakukan sesuatu tentang itu. Tapi karena ini adalah
acara tahunan untuk toko-toko di sekitarnya juga, setidaknya kita diselamatkan
oleh para panitian yang sudah meminta izin lebih dahulu untuk meminjamkan
barang-barang mereka.
Ya itulah perlombaan
meminjam barang sekolahku.
Apa pun yang terjadi,
para siswa sedang berada di kelas ketika menuliskan tema. Tema umum
sebagian besar adalah hal-hal yang muncul di pikiran mereka, yang ada di dalam
kelas. Dengan otoritas ketua OSIS-ku, aku mengintip tema-tema yang
disiapkan tahun lalu, namun tidak digunakan.
Karena itulah,
sebagai penanggulangan, aku membawa tas ransel ke sekolah yang penuh dengan
barang-barang kecil yang mungkin untuk dibawa (mulai dari pensil mekanik, bolpoin, kendama, rubrik, dll.). Tapi,
ini tidak masuk hitungan karena aku perlu “meminjam” mereka.
“Idezuka, aku akan
memberimu tas ransel ini untuk sementara waktu.”
“Ha?”
Pintaku pada Idezuka
yang (mungkin) sahabatku di kelas,
“Sebenarnya, ini
adalah penitipan sementara.”
“Jika ini penitipan
sementara, bukannya itu sama saja dengan pinjaman?”
“Jangan pedulikan masalah
itu, ini adalah penitipan sementara.”
Ini harus menjadi
peralihan apa pun yang terjadi. Aku perlu mengalihkan kepemilikan
kepadanya, meski hanya sementara. Sungguh merepotkan sekali.
“Segera setelah
festival olahraga selesai, aku akan mengambilnya kembali. Sebaliknya, jika
aku memintanya, tolong beri aku apa yang ada di dalam ransel itu. Maksudku,
pinjamkan padaku!”
“Jadi, apa yang ada di
tas ini berfungsi sebagai penanggulangan lomba meminjam barang?”
“Betul.”
Jika kau sudah
mengerti niatku, maka semuanya baik-baik saja.
“Apa aku boleh meminjamkannya
kepada orang lain?”
“Itu sih
terserah. Kalau begitu, aku akan mengandalkanmu.”
“Okkie. Aku tidak
tahu apa yang membuatmu bersemangat, tapi ... seperti yang kuduga, apa ini
berkaitan dengan Yoneyama-chan?”
“Berisik.”
“Ya
ya. Berjuanglah!”
Ia menatapku dengan
ekspresi ^^. Apa Ia berusaha membuatku gelisah?
u Sudut Pandang si Kohai u
Acara pagi dan siang
telah usai, dan waktu untuk acara yang aku ikuti sudah dekat.
Aku pergi ke tempat
berkumpul. Dari anak kelas satu sampai kelas tiga, setiap peserta dari
masing-masing kelas sudah mulai berkumpul. Di antara mereka, aku bisa
melihat sosok senpai yang memiliki tanda “2G” di balik kaosnya. Omong-omong, kami naik kereta pagi
yang berbeda hari ini, dan ketika Ia memberikan pidato ketua OSISnya (?), Kami
hanya bertukar pandang sesaat.
“Senpai~”
Aku mendekatinya, dan
memanggilnya dengan suara rendah supaya tidak didengar oleh orang lain di
sekitar kami.
“Wah! Jadi kau beneran
ikut ya... aku takkan kalah, oke?”
Ada alasan mengapa aku
tidak boleh kalah dalam perlombaan ini.
Aku akan berusaha
yang terbaik.
“Perhatian bagi para
peserta, tolong dengarkan pengumuman ini bagi kalian yang berpartisipasi dalam
perlombaan meminjam barang.”
Karena ada 10 kelas
dalam tiap angkatan, artinya ada 30 siswa yang berkumpul, pembawa acara dengan
pita di lengannya mulai berbicara sambil memegang megafon di tangannya.
Garis start adalah garis di lapangan lari. Ada
kotak-kotak tema yang disusun sedemikian rupa setelah berlari setengah jalan,
dan sepertinya kita perlu mengambil dua tema di kotak itu. Setelah
mendapat temanya, kita boleh bergerak bebas dan mencari tema untuk dipinjam,
dan batas waktu (?) Untuk acara ini adalah satu jam. Bukannya itu terlalu
lama ...?
“Kalian juga
diperbolehkan keluar dari area sekolah. Kami sudah berbicara dengan pihak-pihak
toko distrik perbelanjaan di depan stasiun, jadi tolong manfaatkan semuanya,
oke?”
Sepertinya aku
berpartisipasi dalam kompetisi yang lebih sulit dari yang aku kira.
Yah, meski ini
menyusahkan, itu juga berlaku sama untuk Senpai. Aku yakin aku bisa menang
jika kita membandingkan kemampuan berbicara kita. Aku hanya perlu dengan
cepat meminjam item dan pergi ke garis finish
sebelum senpai.
“Tujuannya ada di
tenda utama yang bisa kalian lihat di sana. Kami akan memeriksa tema untuk
memverifikasi barang yang dipinjam secara langsung dengan mikrofon, jadi tolong
jangan sampai kehilangan kertas temanya.”
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Setelah si Pembawa
acara memberitahu aturannya, perlombaan akhirnya dimulai.
Aku pasti takkan
kalah. Malahan, aku mengincar juara pertama. Oleh karena itu, tema
yang aku ambil sangat penting untuk menentukan nasibku. Jika benda yang
dijadikan tema berada di dalam ransel yang kubawa hari ini, kemenanganku sudah
dipastikan.
“Bersiap ... siap ...
mulai!”
Bagaimanapun, anggota
klub olahraga takkan menang hanya dengan berlari, jadi kebanyakan dari mereka
hanya berlari ke setengah dari bidang lintasan di tengah. Tapi aku sudah
sangat kelelahan.
Aku memasukkan tanganku
ke dalam kotak, dan ... inilah temaku.
Yang pertama adalah, 「pensil yang belum
diserut」.
Bingo! Aku
membawa item ini di dalam kotak pensil di ransel yang aku bawa hari ini. Ternyata
tebakanku benar akan ada alat tulis langka seperti ini di acara
ini. Bagaimanapun, semua orang menggunakan pensil mekanik akhir-akhir
ini. Dalam kasus terburuk, aku mungkin harus bolak-balik ke toko alat
tulis di depan stasiun jika aku tidak mempersiapkannya. Syukurlah.
Bagaimana dengan yang
kedua?
“Lawan jenis terdekat.”
Hmm.
Lawan jenis terdekat,
ya.
Apa artinya dari
“dekat” itu sendiri.
Haa.
Apa aku boleh
menafsirkan ini sebagai lawan jenis yang sering mengobrol denganku?
Uhn.
Secara alami, mataku menoleh
padanya.
u Sudut Pandang si Kohai u
Aku berlari dengan
stabil, dan mengambil temaku. Karena aku bukan peserta terakhir, jadi ini
masih baik-baik saja.
Nah, temaku apa ya?
Yang pertama adalah, “Buku saku yang bersampul hard cover”. Pembatasannya sepele sekali.
Sepertinya senpai
punya item ini. Aku penasaran di mana senpai meletakkan tasnya? Tapi,
aku pasti akan ketahuan jika aku mengambilnya dari orang lain secara diam-diam
...
Ayo kita ambil tema
kedua.
Baiklah. Aku sudah
melihatnya.
Aku ingin tahu apa
yang harus kulakukan dengan tema yang ini.
Ngomong-ngomong,
sepertinya bagus juga jika aku menangkap senpai untuk saat ini. Meski Ia
juga seorang peserta, seharusnya tak masalah, ‘kan?
Di mana orang
itu? Aku melihat sekeliling, tatapan mata kami bertemu untuk pertama
kalinya dalam beberapa jam ini.
u
Sudut Pandang si Senpai
u
“Senpai!”
Apa dia tahu kalau aku
meliriknya sekilas? Atau begitulah yang aku pikirkan, tapi sepertinya
bukan itu masalahnya.
“Senpai, apa kamu
membawa buku saku hari ini?”
“Hari ini adalah yang
ke-25. Karena sekarang hanya sehari setelah rilisnya MF, tentu saja aku
membawanya hari ini.”
“Hard cover, ‘kan? Yang biru tua.”
“Haa.”
Setelah menjawab, Kouhai-chan
menunjukkan padaku kertas yang ada di tangannya.
“Tolong pinjam dong!”
“Enggak
mau. Bukannya itu sama saja membantumu untuk menang?”
Ketika menjawab
secara refleks, aku baru sadar.
Aku takkan bisa
mencapai garis finish tanpa membawanya bersamaku. Jika memang begitu,
lebih baik aku mengatasinya sekarang, supaya aku bisa bergerak dengan bebas.
“Aku ganti pemikiran. Baiklah,
aku mengerti. Tapi sebagai gantinya, aku ingin meminjammu.”
“Ha?”
“Temaku adalah
Kouhai-chan.”
“Ha?”
Ekspresinya terlihat bingung,
seperti yang diharapkan, kata-kataku memiliki makna yang ambigu.
“Aku perlu mencari
kouhai yang berlawanan jenis.”
“Haa ...”
Dia
mempertimbangkannya sejenak.
“Tak masalah, tapi
Senpai hanya boleh meminjamku setelah aku mencapai tujuanku, oke?”
“Kalau begitu, aku
tidak mau meminjamkanmu buku hardcover-nya. Kurasa jarang ada orang yang
suka membawa buku hardcover?”
“Uhn ...”
Kami berdua memegang
tema masing-masing. Apa-apaan dengan dilema ini? Rasanya seperti kami
mendapat jenis tugas yang bukan dari logika game.
“Yah, aku
mengerti. Biarkan aku mengambil buku hardcover-nya dulu. Benda itu
ada di dalam tasku. Kita bisa membicarakannya setelah itu. Lebih baik
memiliki peringkat yang lebih tinggi dalam permainan ini.”
“Kamu benar juga,
senpai.”
Dengan itu, kami berdua
bergegas menuju ke kelas 2G.
u Sudut Pandang si Kohai u
“Idezuka !!”
Senpai memanggil nama
seseorang yang aku kenal. Jika aku tidak salah, Ia adalah senpai dari klub
seni.
“Oh, bingo?”
“Bingo. Eh,
pinjamkan pensil yang belum diserut dari tempat kotak pensil, dan juga buku
hardcover di bagian dalam tas.”
“Serius? Tebakanmu
benar semua? Bukannya kau sudah jadi pemenang?”
Di sekitarku, ada
peserta lain yang bertanya kepada semua orang di kelas apakah mereka punya ◯◯. Jika aku harus menebaknya dengan tepat, kurasa aku berada
dalam situasi yang cukup menguntungkan.
“Ini dia, berjuanglah.”
Senpai menerima
barang, dan sekarang, aku menyelesaikan tema pertamaku. Yah walau masih belum
kuterima sih.
Ngomong-ngomong, sepertinya
senpai juga menyelesaikan temanya, ya. Itu berupa pensil, dan kouhai.
Jika kami pergi ke
garis finish sekarang, cuma senpai yang akan menjadi satu-satunya pemenang
karena aku masih belum mendapat barangku. Demi mencapai tujuan, aku juga
perlu meminjam senpai.
Aku harus membidiknya
pada saat yang sama.
Karena kami sudah
kembali ke tengah lapangan, aku harus berbicara dengannya.
“Aku mengerti. Aku
akan mengikuti senpai sampai ke garis finish, jadi tolong pinjami aku buku
hardcover.”
“Nn? Aku sih tak
masalah dengan itu, tapi ... apa kau baik-baik saja dengan itu?”
“Iya.”
Aku hanya bilang 「oke」 dengan
itu. Bukan berarti aku sudah menyerah.
Segera setelah aku
menerima buku saku, senpai mencengkeram pergelangan tanganku dengan erat.
Aku juga tanpa gentar
mencengkeram pergelangan tangan senpai. Aku dapat merasakan denyut nadinya
yang cepat, kemungkinan besar karena kami sudah berlari sejak beberapa waktu
yang lalu.
“Ha?”
“Sekarang, ayo menuju
garis finish? Senpai?”
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Sambil memegang
pergelangan tangan masing-masing, kami berdua juga memegang pensil dan buku
saku di tangan kami yang lain, dan mencapai garis finish.
Tidak ada aturan yang
jelas mengenai ketika dua peserta mencapai garis finish pada saat yang
bersamaan.
Jika ini tentang
ketika dua peserta mencapai garis finish yang hampir bersamaan, ada
aturannya. Pemenangnya adalah orang yang bagian tubuhnya menyentuh pita
gol terlebih dahulu. Jika aturan ini berlaku untuk ini, maka Kouhai-chan
yang mengulurkan tangannya dan menyentuh pita gol lah menang pertama.
Namun, kali ini
masalahnya sedikit agak rumit. Kouhai-chan adalah “tema”-ku dan aku
meminjamnya, sehingga dia bisa dianggap sebagai bagian dari diriku. Kebalikannya
juga benar, dan aku juga bagian dari Kouhai-chan. Kedengarannya aneh,
tetapi aku membicarakan ini dengan serius.
Keputusan posisi
pemenang ditunda untuk saat ini, dan mereka mulai memeriksa barang-barang
pinjaman kami untuk saat ini.
Tema pertama kami,
pensil dan buku hardcover tidak memiliki masalah.
Yang kedualah yang
bermasalah. Kebohonganku mulai terbongkar.
“Tema kedua Iguchi-san dari kelas
2G adalah ... ini! Jan! 『Lawan jenis terdekat』!”
Ah, mereka
mengatakannya dengan lantang.
“Iguchi-san, ini?”
“Meskipun dia adalah
kouhai-ku, kami berdua menaiki kereta yang sama, dan kami sering jalan bersama
jadi aku meminjamnya.”
Jika aku mengatakan
lebih dari ini, aku akan menggali kuburanku sendiri.
Kouhai-chan juga
memelototiku dengan mata yang berteriak bahwa dia tidak pernah mendengar
tentang itu sebelumnya.
“Begitu ya, begitu ya...! Aku
ingin mendengarkan lebih rinci tentang perasaan Iguchi-san jika waktu
mengizinkan, tapi ayo kita tunda dulu di lain kesempatan.”
Aku terselamatkan. Sepertinya
aku akan diwawancarai oleh orang-orang di kelasku, tapi Idezuka pasti akan
mencari tahu tentang hal ini, eh. Aku mungkin mendapat kerusakan kecil
karena itu.
“Nah, tema kedua
Yoneyama-san dari kelas 1A adalah ... Jan! Oh! Ini adalah! 『Orang yang kamu
minati』! Tema Yoneyama-san adalah tentang 『orang yang kamu
minati』!”
“Iya.”
Tunggu, apa yang dia
lakukan? Mengapa malah aku yang dipilih?
Kenapa jadi seperti
ini?
“Yoneyama-san, ini?”
“Ini ... seperti yang
tertulis? Aku tertarik. Hanya itu saja.”
Kouhai-chan tiba-tiba
menjawab pertanyaan staf penyiaran dengan acuh tak acuh, membuat staf berkecil
hati. Aku terselamatkan sekali lagi.
“Hou, hou. Aku
tertarik dengan hubungan kalian, tapi sepertinya peserta ketiga akan segera
mencapai finish, jadi sebaiknya kita putuskan secepat mungkin. Metodenya
adalah ...”
“Gunting-batu-kertas!”
Gunting-batu-kertas,
eh. Tapi aku punya kenangan buruk dengan Kouhai-chan.
Aku ingat punya
langkah tersendiri, berpikir kalau aku sudah menang, dan akhirnya ditikam
dengan senjataku sendiri.
Kami berdua saling
berhadapan di depan pembawa acara.
Aku merasa tidak ingin
mengatakan apa pun pada Kouhai-chan. Aku sedikit menurunkan pundak
kananku, dan membungkukkan tubuhku. Lalu--
“Batu gunting
kertas!”
Aku mengeluarkan
'batu'. Dan kouhai-chan mengeluarkan 'kertas'.
Ini adalah kekalahanku.
u Sudut Pandang si Kohai u
Dengan hasil dari
gunting batu-kertas, panitia memutuskan kalau akulah yang jadi pemenang dari
perlomban meminjam barang.
Karena aku juga
menang dari senpai, aku mendapat hak untuk meminta senpai tanpa masalah.
“Aku penasaran tentang
ini, senpai. Inilah 『pertanyaan hari ini』dariku.”
Ketika langit di luar
mulai menjadi gelap, aku menanyakan pertanyaanku ketika kami sedang berada di dalam
kereta.
Ngomong-ngomong, ini
adalah pertama kalinya aku pulang bersama Senpai.
“Mengapa kamu tidak
meminta『 pertanyaan 』ketika kami sedang melakukan gunting batu-kertas?”
Dia menutup buku saku
dengan sampul biru tua yang aku pinjam hari ini, dan melirik ke luar jendela.
“Kenapa ya…”
Dan kemudian, dia
mengembalikan pandangannya ke arahku.
“Mungkin
kadang-kadang, aku hanya ingin mencoba keberuntunganku.”
“Apa-apaan itu?”
“Lagipula Aku sudah pernah
menang sebelumnya. Aku hanya berpikir itu boleh saja mengambil risiko ½
kesempatan itu.”
Senpai tertawa, dan
melanjutkan.
“Kalau begitu, ini
adalah『 pertanyaan hari ini 』dariku. Kouhai-chan
juga, kenapa kau tidak bertanya padaku? Tentang tangan mana akan aku pakai.”
“Aku juga sama. Aku
merasa itu takkan adil jika aku bertanya.”
“Hou...”
Aku menyeringai, dan
menambahkan ini:
“Juga, kupikir senpai
tidak terlihat seperti akan bertanya apa-apa, jadi aku hanya mengikutinya saja.”
“Apa-apaan itu.”
Senpai meregangkan
tubuhnya sambil menjawab dengan setengah hati.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㊵
Sepertinya aku adalah
“lawan jenis terdekat” bagi Senpai.