u
Sudut Pandang si Senpai
u
Pagi hari. Di
sela-sela mimpiku, aku bisa mendengar smartphone di samping tempat tidurku
berdering.
Pertama, cuma sekali. Setelah
itu, berdering terus menerus untuk beberapa kali.
Setelah lima menit,
alarm yang aku atur berdering, dan aku terbangun. Aku bisa mendengar
betapa kerasnya angin di luar. Oh, itu pasti suara angin topan.
Ada email dari
sekolah. Waktu pemberitahuannya tepat pukul 6 pagi. Jantungku
berdebar kencang. Aku perlahan membacanya.
Judulnya adalah, “【Darurat】 Masalah jadwal masuk hari ini”. Apa kita akan pergi ke sekolah? Atau akan
diliburkan?
Aku melanjutkan
membaca email.
Membaca sekilas
isinya, secara garis besar tentang “Karena akan ada topan
pada jam 6 pagi, kami akan menutup sekolah sampai jam 9 pagi untuk saat ini ー Jika pada jam 9 pagi
masih belum mereda, kami akan menghubungimu lagi nanti untuk pemberitahuan
selanjutnya, apakah hari ini akan diliburkan atau tidak ー Kalau begitu, kalian
juga harap berhati-hati oke ー”
Omong-omong, sesuatu
seperti ini pernah terjadi tahun lalu, dan berakhir dengan kekecewaan.
Sampai jam 9 pagi,
masih ada tiga jam lagi. Mending aku tidur lagi aja lah.
u Sudut Pandang si Kouhai u
Maharun ♪ : Selamat pagi!
Maharun ♪ : Sekolah akan ditutup sampai
tengah hari, Senpai
Maharun ♪ : Selamat
Aku juga sedikit
senang bahwa aku tidak perlu pergi ke sekolah pagi ini.
Lebih dari itu, aku
merasa kesepian saat memikirkan bagaimana aku tidak bisa berbicara dengan Senpai
di kereta pagi hari ini.
Sepuluh menit setelah
aku mengirim pesan LINE, Senpai masih belum membaca pesanku. Senpai
seharusnya memeriksa e-mail pemberitahuan dari sekolah, tapi mungkin, Ia
tertidur lagi?
Astaga, senpai
benar-benar...
Maharun ♪ : Selamat beristirahat
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Mendengar alarm, aku terbangun
sekali lagi. Waktunya sepuluh menit sebelum jam 9 pagi.
Aku memutuskan untuk
mencari informasi cuaca untuk sekarang sampai jam 9 pagi. Memeriksa info cuaca
segera setelah bangun, apa yang terjadi denganku? Deruan angin membuat suara
keras di luar jendelaku, seolah mencoba meledakkan lelucon membosankanku. Mungkin
topan masih berlangsung ... OK. Masih ada peringatan merah “Peringatan Badai” di Wilayah Kanto.
Yosh. jika
seperti ini maka ...
Kembali ke layar beranda,
aku menyadari ada beberapa pemberitahuan LINE. Saat aku membukanya, semua
itu dari Kouhai-chan. Waktu pemberitahuannya sekitar pukul 6
pagi. Sepertinya dia mengirimnya ketika baru menerima email dari sekolah. Apa
boleh jika aku membalasnya sekarang ...
Aku membuka tirai
sedikit dan mengintip ke luar jendela. Hujan sudah mulai mereda, tetapi hembusan
anginnya masih liar. Sepuluh lagi, tidak, lima menit, tolong tetap seperti
ini. Tolong baca suasananya juga, BMKG Jepang. Jika kau ingin
membatalkan peringatan topan, silakan lakukan pada 09:01. Karena pelajaran
seharusnya sudah dimulai jam 9 pagi, waktu seperti itu harus diperhitungkan, ‘kan? Alangkah
baiknya jika pemberitahuan waktunya satu menit dari jam 9 pagi. Tolong, aku
mohon.
Kepada gedung pusat
BMKG di Tokyo ... di mana? Chiyoda Ward? Bagaimanapun, aku akan
mengirim permohonanku yang terdalam ke Tokyo. Aku mohon, orang yang
bertugas.
Aku memperbarui
informasi cuaca setiap menit sambil bersujud ke arah Tokyo. Akhirnya,
waktu penentuan, 9 pagi, datang. Jari-jariku yang mengetuk layar
smartphone bergetar.
Ya, seharusnya tidak
apa-apa, kan? Ini dia.
Dikeluarkannya peringatan datangnya
topan
Konfirmasi mengenai diliburkannya
kegiatan belajar-mengajar
Kemenangan penuh
Yosh. Ayo tidur
sekarang.
Iguchi Keita : Selamat malam
u Sudut Pandang si Kouhai u
Setelah jam 9 pagi, aku
menerima email pemberitahuan lagi dari sekolah. Peringatan badai tidak
dibatalkan pada jam 9 pagi, jadi sekolah akan diliburkan hari ini. Pihak
sekolah juga menghimbau semua siswa untuk tetap waspada.
Begitu ya. Jadi
hari ini libur.
Apa yang harus aku
lakukan? Aku tak berpikir untuk melakukan apa-apa karena kupikir akan
pergi ke sekolah.
Bagaimanapun juga,
ayo kita mengirim LINE ke senpai.
Atau kupikir begitu
ketika aku membuka aplikasi, tapi kelihatannya senpai tidur
lagi. Sebaliknya, Ia bahkan menyatakan kalau Ia sedang tidur. Senpai
sangat suka tidur, eh. Apakah selimutmu sudah jadi kekasihmu? Seriusan
deh.
Kamu tidak tahu apa
yang akan aku lakukan saat kamu tidur, ‘kan?
Aku menutup riwayat
obrolanku dengan senpai, dan membuka riwayat obrolan dengan orang lain.
Maharun ♪ : Selamat pagi.
Maharun ♪ : Permisi, tante. Apa saya
boleh berkunjung hari ini?
Maharun ♪ : Sepertinya sekolah sedang
diliburkan karena ada badai
Segera setelah pihak
lain membaca pesanku, aku menerima balasan.
Iguchi Keiko : Astaga, Maharu-chan
Iguchi Keiko : Bukannya Tante sudah pernah
bilang kalau kamu boleh mampir kapan saja?
Maharun ♪ : Terima kasih banyak
Benar. Orang
tersebut adalah ibu Senpai. Minggu lalu, ketika aku datang mengunjunginya,
kami bertukar kontak LINE karena beberapa alasan.
Sejak itu, kami
sering melakukan obrolan ringan.
Iguchi Keiko : Meski begitu. Masih
ada angin topan, jadi tolong berhati-hati, oke?
Maharun ♪ : Ya
Iguchi Keiko : Apa Tante harus
membangunkan Keita?
Iguchi Keiko : Anak itu ngga bakal
bangun sampai tengah hari
Maharun ♪ : Ah, tolong rahasiakan ini
dari senpai
Senpai pasti akan
mengatakan sesuatu seperti “liburan sekolah ini
demi keselamatan kita!”, Dan Ia pasti takkan pergi bersamaku hari ini.
Kalau begitu, mending
aku saja yang mampir ke rumahnya. Lagipula ini tidak bisa dihindari.
Iguchi Keiko: Baiklah
Iguchi Keiko : Kalau begitu, tolong
hubungi Tante lagi kalau kamu sudah sampai.
Iguchi Keiko : Aku akan membuka pintu
secara diam-diam untukmu
Pada saat ini, aku
benar-benar berpikir kalau beliau adalah ibu senpai.
Maharun ♪ : Terima kasih banyak…!
Maharun ♪ : Saya mungkin akan tiba
sekitar satu jam lagi
Iguchi Keiko : Baiklah
Karena pada jam
segitu, hembusan angin akan sedikit melemah. Menurut berita, topan sudah
lewat, jadi cuacanya mungkin sedikit membaik di sore hari.
Nah,
sekarang. Ayo bersiap-siap, dan pergi.
Aku mampir di
supermarket, dan tiba di rumah senpai tanpa ada insiden. Hujan atau angin
sebenarnya bukan masalah besar.
Maharun ♪ : Saya sudah tiba di depan
rumah.
Iguchi Keiko : Tunggu sebentar ya,
Tante akan ke depan sekarang
“Selamat
sore. Terima kasih sudah mengijinkan saya untuk berkunjung hari ini.”
“Tidak apa-apa. Aku
senang Maharu-chan datang berkunjung.”
Aku melambaikan
celemek yang aku ambil dari tasku, dan bertanya pada ibu senpai ini.
“Ngomong-ngomong, apa
saya boleh meminjam dapurnya sebentar?”
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Aku terbangun oleh
suara pintu yang terbuka.
Kalau didengar
baik-baik, langkah kakinya terdengar sedikit berbeda dari ibuku.
“Senpai!!”
Aneh sekali.
Aku mendengar suara
seseorang yang seharusnya tidak berada di sini. Mimpi? Ini pasti mimpi, ‘kan?
“Senpai, cepetan
bangun, ini sudah pagi! Tidak, ini sudah siang, tau!”
Di mata telanjangku
dengan pandangan yang kabur, wajahnya bahkan lebih besar dari apa yang aku
harapkan.
“Kau terlalu dekat.”
“Senpai, seperti yang aku
duga, kupikir kamu terlihat lebih baik tanpa kacamata.”
Aku mengambil
kacamataku dari tempat yang biasa, dan memakainya.
“Selamat pagi.”
“Kenapa pakai celemek?”
Dia mengenakan
celemek berwarna biru tua. Tentu saja, dia tidak memegang sendok sayur.
“Apa maksudmu dengan
apa? Tentu saja ini untuk sarapan senpai.”
“Kau baru saja
menggunakan dapurku begitu saja?”
“Aku sudah ijin dengan
ibu Senpai, jadi tidak apa-apa.”
Kapan dia melakukan
hal seperti itu !?
“Sekarang, ayo bangun”
Setelah mengatakan
itu, Kouhai-chan meraih tanganku dan menarikku ke ruang makan.
Apa ini yang mereka
sebut itu? Menaklukan seseorang melalui perut mereka?
vvvv
“Ngomong-ngomong, ini
adalah『 pertanyaan hari ini 』dariku.”
Ucap Kouhai-chan yang
duduk di meja di seberangku di ruang makan.
“Senpai, biasanya kamu
makan sarapan apa?”
“Kopi.”
“Itu mah minuman.”
“Nasi.”
“Itu saja?”
“Furikake.” (TN : Furikake adalah bumbu kering yang ditaburkan di atas
nasi, sayuran, dan ikan. Biasanya terdiri dari campuran ikan kering, biji
wijen, rumput laut cincang, gula, garam, dan monosodium glutama)
“Bukannya itu sudah
paket lengkap dengan nasi ...”
“Dan sup miso, jika
ada.”
Pada saat aku mengatakan
itu, wajah Kouhai-chan langsung sumringah dengan polosnya.
“Ah, syukurlah ー aku membuat sup miso
untuk senpai.”
“Lalu aku akan
menantikannya.”
Ibuku menyeringai di
sebelahku. Pergilah ke suatu tempat, bu.
“Kouhai-chan juga, ini『 pertanyaan hari ini 』dariku. Biasanya
sarapan apa?”
“Pisang.”
“Ha?”
“Aku suka sama yang manis-manis,
jadi ini pisang.”
“Itu bukan sesuatu
yang dapat dibuat seseorang, ya.”
“Senpai, apa kamu
ingin membuatnya untukku?”
Aku sendiri tidak
tahu.
Kata-kata yang keluar
dari mulutnya keluar begitu alami.
“Jika itu masakan
senpai, aku akan selalu menerimanya, apa pun itu.”
“Haa ...”
Kouhai-chan berdiri
dari kursi, sambil meninggalkan kata-kata itu di pikiranku. Ketika dia
kembali, dia menuangkan sup miso ke mangkuk di depanku.
Kali ini, dia
memegang sendok sayur di tangan kanannya. Bukannya sup miso dituangkan? Yah,
terserahlah.
“Benar, silahkan
dicicipi, Senpai.”
“Rasanya sedikit tidak
nyaman, tapi terima kasih atas makanannya.”
Tidak ada dosa dalam
makanan itu sendiri.
“Apa-apaan dengan komentarmu
itu?”
Nah sekarang. Aku
melihat sup miso yang ada di hadapanku.
Mangkuknya masih sama
dengan yang biasa aku pakai. Ini mangkuk sup miso dari rumahku. Warna
supnya tidak jauh berbeda, dan aku bisa melihat rumput laut dan tahu di
dalamnya. Seolah-olah ingin mengatakan kalau inilah yang namanya sup miso
Jepang asli.
Mencermati warna
miso, kelihatannya sedikit lebih ringan dari biasanya. Yang namanya salah
masih dianggap salah.
Aku memasukkannya ke dalam
mulutku.
Kouhai-chan yang
duduk di depanku menahan nafas. Aku menyesap sup miso.
Ya. Aku merasa
lega.
Rasanya sedikit
berbeda dari biasanya, tetapi kaldunya terasa kental, rumput lautnya halus,
bisa dikatakan, ini adalah sup miso.
Aku menutup mataku,
dan mengangguk dengan tenang. Ya, inilah sup miso.
“Uhm, Senpai?”
Kouhai-chan menatapku
yang sedang membenamkan diri dalam suasana bahagia.
“Bagaimana rasanya?”
Matanya tanpak
harap-harap cemas. Apa dia meminta tanggapanku?
Lalu, aku akan
menjawab dengan jujur.
“Uhn. Sangat
lezat. Rasa yang sangat melegakan.”
Setelah aku menjawab
begitu, Kouhai-chan menunduk.
“Aku tak tahu apakah
Senpai hanya memujiku untuk menunjukkan kesopanan pada saat seperti
ini. Jadi, aku tidak tahu apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Senpai. Ini
mungkin rasanya tidak enak, atau mungkin ini hanya kata-kata penghibur belaka,
atau mungkin senpai hanya mengatakan itu demi hal itu. Tapi—”
Kouhai-chan
menghentikan kata-katanya, dan mengalihkan pandangannya ke arahku.
“Meski begitu. Aku
sangat senang karena Senpai mengatakan itu kepadaku. Terima kasih banyak.”
Sesaat, aku merasa
bisa melihat matanya tampak berkilauan.
Hal yang kuketahui
tentang senpai-ku, nomor ㊲
Ia mengatakan kalau
sup miso buatanku rasanya enak. Aku sangat senang.